Você está na página 1de 3

NAMA : YONDRICHS

NIM : C 302 18 003


MATA KULIAH : AKUNTANSI PEMERINTAHAN

ANALISIS KASUS KA 10-7


Wacana Kasus KA 10-7 ( Tokoh dan Lokasi dalam cerita telah diubah sesuai Instruksi)

Pemda Kota Palu membeli sebuah gudang di kawasan Pusat Kota dimana nilai Tanah meningkat
dengan cepat. Kabid Akuntansi dan Kepala OPD-PPKAD , mencoba untuk mengalokasikan biaya
pembelian antara tanah dan bangunan. Mengingat bahwa penyusutan hanya dapat dikenakan
pada bangunan, Kabid Akuntansi lebih suka mengalokasikan proporsi yang sangat tinggi pada
biaya perolehan gedung itu sendiri, sehingga akan mengurangi pajak penghasilan dan
penghasilan kena pajak. Kepala OPD-PPKAD atasannya, berpendapat bahwa alokasi harus
mempertimbangakan nilai tanah yang selalu meningkat, terlepas dari potensi penyusutan
gudang. Selain itu, ia mengatakan laba neto akan berdampak negatif akibat tambahan biaya
penyusutan dan akan menyebabkan harga saham Pemda Kota Palu menjadi turun.
Diminta :
1. Apa kepentingan stakeholder yang bertentangan satu sama lain ?
2. Apa isu etika yang dihadapi Kabid Akuntansi ?
3. Bagaimana seharusnya biaya tersebut dialokasikan ?

Jawab :
1. Apa kepentingan Stakeholder yang bertentangan satu sama lain ?
Jika kita melihat unsur kepentingan yang bertentangan antara kedua
stakeholder tersebut adalah terletak pada kepentingan internal dan kepentingan
umum (meliputi internal dan eksternal).
Kepentingan internal dilakukan oleh Kabid Akuntansi adalah dengan
maksud untuk menghindari pajak yang tinggi, jika biaya penyusutan gedung yang
dialokasikan cukup besar maka akan mengurangi laba bersih dan tentunya akan
mengurangi pajak penghasilan. Padahal Kabid Akuntansi memahami bahwa
potensi laba yang dihasilkan sebenarnya cukup tinggi, tapi ia berniat untuk
melakukan creative accounting demi kepentingan internal Pemda Kota Palu yang
mungkin ada unsur kepentingan pribadi didalamnya.
Sebaliknya kepala OPD-PPKAD mengutamakan kepentingan umum.
Menurut saya tindakan ini lebih bijaksana dibandingkan dengan sebelumnya yang
dilakukan oleh Kabid Akuntansi. Kita dapat melihat dua sisi pendapat kepala OPD-
PPKAD yang cukup bijaksana.
Pertama, yaitu ia mempertimbangkan alokasi biaya, mengingat nilai tanah
selalu meningkat. Dalam hal ini maksud dari kepala OPD-PPKAD adalah Jika biaya
terlalu tinggi dialokasikan pada gedung maka dalam jangka panjang aset Pemda
Kota Palu yang tercermin pada neraca akan semakin menurun karena
terakumulasi oleh biaya penyusutan, sedangkan jika dialokasikan pada tanah nilai
aset pemda Kota Palu dalam jangka panjang akan semakin meningkat karena
tanah semakin mahal dan tidak menyusut.
Kedua, pendapat kepala OPD-PPKAD berorientasi pada kinerja dan
kepentingan para pemegang saham. Sangat jelas bahwa kepala OPD-PPKAD tidak
menginginkan biaya penyusutan tersebut berdampak pada penurunan laba,
karena kepala OPD-PPKAD mengutamakan performa kinerja. Secara tersirat kita
juga dapat menganalisis bahwa kepala OPD-PPKAD tidak berniat untuk
menghindari pajak, karna ia menyadari bahwa hal tersebut merupakan kewajiban
yang harus dipenuhi oleh Pemda Kota Palu. Selanjutnya kepala OPD-PPKAD tidak
ingin harga saham menjadi turun, karena jika harga saham turun yang dirugikan
adalah para pemegang saham karena return dan Dividen menjadi rendah serta
mengakibatkan nilai perusahaan menurun yang mengindikasikan bahwa
performa kinerja Pemda Kota Palu juga menurun. Jadi, dalam hal ini kepala OPD-
PPKAD sangat mengutamakan kepentingan performa kinerja Pemda Kota Palu
dan kepentingan eksternal yaitu para pemegang saham.
2. Apa isu etika yang dihadapi Kabid Akuntansi ?
Isu Etika yang dihadapi oleh Kabid Akuntansi adalah benturan antara Etika
Profesi dan Kepentingan. Sebagai seorang Kabid Akuntansi ia tentunya
menyadari bahwa menghindari pajak yang tinggi dengan melakukan mark-up
atas laporan keuangan merupakan tindakan yang kurang terpuji karena telah
menyembunyikan potensi pajak yang memang seharusnya menjadi kewajiban
Pemda Kota Palu dan ia juga mengabaikan kepentingan pihak eskternal dan
tentunya hal tersebut bertentangan dengan etika profesi seorang akuntan. Tetapi
disisi lain ia harus memenuhi tuntutan untuk menguntungkan Pemda Kota Palu.
Dengan demikian perusahan tempatnya bekerja akan memperoleh untung
maksimal dan bisa jadi akan berdampak pada kenaikan gaji atau pemberian
bonus kepada Kabid Akuntansi. Disamping itu tidak menutup kemungkinan
adanya intervensi dari atasan lain agar menghindari tingginya pembayaran pajak,
sehingga terjadilah pertentangan antara Etika dan Kepentingan dalam diri Kabid
Akuntansi.
3. Bagaimana seharusnya biaya tersebut dialokasikan ?
Menurut saya pengakuan antara tanah dan gedung memang tidak boleh
disatukan, sebagaimana telah diklasifikasikan dalam PSAP 07 bahwa tanah dan
gedung merupakan komponen aset yang terpisah.
Maka dari itu pengalokasiannya adalah berdasarkan nilai wajar masing-
masing aset dengan merujuk pada peraturan tentang kapitalisasi aset. Dalam hal
ini tidak ada prioritas alokasi biaya antara tanah dan gudang sebagaimana dalam
ilustrasi tersebut, karena semua tergantung pada nilai wajar masing-masing aset.
Tanah harus dialokasikan berdasarkan harga tanah yang berlaku di lokasi
pusat kota tersebut (atau berdasarkan NJOP) dengan berdasarkan unit cost
(harga tanah/m2) dan biaya lain yang dapat diatribusikan pada tanah. Sedangkan
gudang harus dialokasikan berdasarkan biaya konstruksinya termasuk biaya
mengurus IMB, Notaris dan biaya lainnya yang dapat diatribusikan pada gudang.
Untuk menentukan biaya yang dapat diatribusikan pada masing-masing aset
tersebut harus berdasarkan pada PSAP 07 tentang aset tetap dan Keputusan
Mentri Keuangan No 01/KMK.12/2001 Tentang Pedoman Kapitalisasi.

Você também pode gostar