Você está na página 1de 21

MIKROBIOLOGI

NUTRISI DAN KULTIVASI MIKROBA

DISUSUN OLEH :

NI KOMANG AYU NORIANINGSIH (1713041008)


I MADE HERI GUNAWAN (1713041010)
I GUSTI AYU MEDIANA LESTARI (1713041017)
PUTU AYU CINTYA AGUSTINI (1713041054)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan.

Dalam konteks pembuatan makalah ini, penulis merasakan bahwa banyak


hambatan yang penulis hadapi. Namun, berkat dukungan dari berbagai pihak,
hambatan-hambatan tersebut dapat penulis atasi sehingga apa yang menjadi
kewajiban penulis dapat terealisasikan dengan baik. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sejawat yang begitu banyak telah
memberikan masukan dan motivasi kepada kelompok kami.

Disamping itu kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari sebuah kesempurnaan. Oleh sebab itu kami mohon maaf apabila ada
kekurangan baik tentang teknik penulisan, isi serta wawasannya. Dalam hal ini
kami berharap agar ada kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk
penyempurnaan makalah ini sehingga makalah ini dapat dimanfaatkan dalam
upaya meningkatkan pendidikan dan pengetahuan secara bersama-sama.

Demikian sepatah kata pengantar yang bisa kami sampaikan jika ada yang
tidak berkenan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami generasi muda
tetap berjuang melalui kegiatan akademik demi peningkatan kualitas bangsa dan
negara. Atas perhatiannya terima kasih.

Singaraja, 11 September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Nutrisi Mikroba ......................................................................... 3
2.2 Media Pertumbuhan dan Penggunaanya ............................................... 7
2.3 Sterilisasi ............................................................................................... 9
2.4 Metode Kultivasi Mikroba .................................................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikrobiologi merupakan suatu kajian pengetahuan biologi tentang
mikroba, suatu kelompok besar jasad hidup yang beraneka ragam yang
bersifat mikroskopik. Karena bersifat mikroskopik mikroba sangat sukar
untuk diamati tanpa alat perbesaran (mikroskop cahaya, mikroskop electron)
oleh karena itu adanya mikroba baru dapat diketahui setelah ditemukannya
mikroskop. Mikroba terdapat dalam jumlah yang besar dan beranekaragam
serta cosmopolitan. Mikroba terdapat paling banyak di tempat-tempat yang
mengandung nutrisi, kelembaban, dan suhu yang sesuai untuk pertumbuhan
dan reproduksinya. Mikroba dapat menyebabkan berbagai penyakit yang telah
melanda peradaban manusia. Sebelum dimengerti bahwa penyakit menular
disebabkan oleh mikroba, secara berkala populasi manusia diguncang oleh
berbagai wabah penyakit, seperti pes, cacar, dan diferti.
Manusia sejak jaman dahulu sudah menyadari bahwa beberapa penyakit
dapat menyebar dari satu orang ke orang lain atau melalui benda yang
tercemar. Girolamo Francastoro (1546) adalah ilmuan pertama yang
menyatakan bahwa penyakit dan beberapa tipe pembusukan disebabkan oleh
suatu bahan penular yang disebut contagion, penularan tersebut dapat terjadi
melalui udara atau melalui benda yang tercemar. Selanjutnya Antonie van
Leuwenhoek (1632-1723) adalah orang yang pertama kali mengetahui adanya
dunia mikroba. Dengan mikroskop sederhana dengan pembesaran 300 kali,
Antonie van Leuwenhoek dapat melihat mikroba yang disebut animalkulus.
Penemuan mikroba ini menjadi pelopor munculnya teori-teori terntang
asal-usul makhluk hidup. Jauh sebelum itu, 300 SM sejak jaman Aristoteles
orang percaya bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang timbul
secara spontan karena adanya gaya hidup (elan vital). Pendapat ini dikenal
sebagai Generatio spontanea, sejalan dengan hal tersebut muncul teori yang
menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup yang dikenal
deangan teori biogenesis. Perdebatan terhadap asal usul makhluk hidup ini

1
masih belum berakhir karena munculnya teori-teori baru yang mengkaji
tentang asal-usul makhluk hidup.
Seiring perkembangan mikrobiologi, mikroba semakin di eksplor dan
dimanfaatkan untuk mengembangkan lebh jauh lagi mikrobiologi yang
membantu kehidupan. Salah satu cara untuk mengeksplor mikroba tersebut
adalah mengoptimalkan dan menyempurnakan mikroskop dan metode metode
yang digunakan dalam mikrobiologi. Dengan bantuan mikoskop tersebut
dapat dengan mudah untuk mengamati dan mengetahui kedudukan mikroba
dalam kehidupan prokaryotik dan eukariotik. Kebutuhan akan mikroba-
mikroba tertentu untuk diteliti maka dipandang peru adanya kajian terhadap
prasyarat untuk prasyarat nutrisi, media, sterilisasi, dan metode kutivasi
mikroba di dalam laboratorium. Oleh karena itu kami selaku generasi muda
termotivasi untuk mengkaji permasaahan-permasaahan tersebut yang nantinya
dapat digunakan sebagai referensi pembeajaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana prinsip-prinsip dalam nutrisi mikroba?
2. Apa saja media yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba?
3. Bagaimana mekanisme proses sterilisasi?
4. Bagaimana metode untuk kultivasi mikroba?

1.3 Tujuan
1. Memahami prinsip-prinsip dalam nutrisi mikroba.
2. Memahami apa saja media yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba.
3. Memahami mekanisme proses sterilisasi.
4. Memahami metode untuk kultivasi mikroba.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Nutrisi Mikroba


Berdasarkan cara-cara pengambilan nutrien maka mikroba dapat dibagi
atas jasad osmotrof dan jasad fagotrof. Jasad osmotrof mengambil nutrien
dalam bentuk larutan, misalnya bakteri dan fungi sedangkan jasad fagotrof
mengambil nutrien dalam bentuk fagositosis dan dicerna didalam vakuola
makanan, misalnya protozoa. Jasad osmotrof mengeluarkan eksoensim untuk
memecah molekul besar misalnya protease untuk memecah protein menjadi
asam amino, amilase untuk memecah pati menjadi gula, lipase memecah
lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam amino, gula, asam
lemak dan gliserol kedalam sel untuk digunakan.

2.1.1 Nutrisi yang diperlukan oleh Mikroba


Mikroba memerlukan nutrien sebagai sumber materi dan energi untuk
menyusun komponen sel seperti genom, membran plasma dan dinding sel.
Bentuk nutrien yang diperlukan bermacam-macam tergantung jenis
mikrobanya, misalnya kebutuhan karbon bagi jasad autotrof dalam bentuk
CO2 sedangkan jasad kemoorganotrof dalam bentuk bahan organik. Dengan
mengetahui keperluan nutrien mikroba para ilmuwan dapat melakukan
penelitian untuk menentukan peranan mikroba di alam dan kegunaannya
dalam kehidupan manusia. Penjelasan berikut ini akan diulas mengenai tipe
nutrisi yang dijumpai pada mikroba :
1. Kegiatan sel seperti biosintesis komponen sel, transport nutrien kedalam
sel dan motilitas memerlukan energi. Berdasarkan sumber energi,
mikroba dibagi atas jasad fototrof yang menggunakan cahaya matahari
sebagai sumber energi dan jasad kemotrof yang menggunakan oksidasi
senyawa kimia sebagai sumber energi. Terlepas dari sumber energi yang
digunakan , mikroba akan mengubah energi yang diperoleh menjadi
senyawa pembawa energi yaitu ATP (adenosin tripospat) yang dapat
dipakai untuk kegiatan sel. Ada 2 macam kelompok bakteri fototrof

3
yaitu sianobakteri dan bakteri fotosintetik. Kedua kelompom ini
mengubah energi cahaya matahari menjadi ATP melalui fotosintesis.
Kelompok khemotrof mengoksidasi senyawa kimia seperti glukosa atau
amonium kemudian energi yang dilepaskan diubah menjadi ATP dalam
proses fermentasi.
2. Semua jasad hidup memerlukan karbon sebab unsur karbon terdapat
dalam semua makromolekul penyusun sel seperti protein, karbohidrat,
asam nukleat, lipid. semua molekul yang mengandung karbon ini terlibat
dalam proses metabolisme. Berdasarkan sumber karbon, mikroba dapat
di golongkan atas jasad heterotrof dan autotrof bila menggunakan
karbon dioksida sebagai sumber karbon, bila jasad tersebut memperoleh
energinya melalui cahaya disebut fotoautotrof dan bila jasad tersebut
memperoleh energi dengan cara mengoksidasi senyawa kimia maka
disebut kemoautotrof.
3. Semua jasad hidup memerlukan belerang dan fosfor. Belerang
digunakan untuk membentuk asam amino metionin dan sistein serta
koensim. Mikroba memperoleh belerang dalam bentuk garam sulfat,
H2S, granula sulfur, thiosulfat atau dalam bentuk bahan organik. Fosfor
digunakan untuk membentuk asam nukleat, fosfolipid, dan koensim.
4. Semua jasad hidup memerlukan nitrogen sebab nitrogen diperlukan
untuk mensintesis asam amino, nukleotida, dan vitamin. Keperluan akan
nitrogen dapat dipenuhi dalam berbagai bentuk seperti protein atau
polipeptida, garam nitrat, atau amonium bahkan ada mikroba yang dapat
mengambil dalam bentuk N2 seperti Rhizobium dan Azotobacter.
5. Jasad hidup memerlukan beberapa unsur logam , natrium, kalium,
magnesium, mangan, besi, seng dan tembaga untuk pertumbuhannya.
Mineral ini diperlukan untuk aktivitas anzim dan molekul yang lain
seperti Mg sebagai penyusun klorofil, Co untuk aktivitas enzim
nitrogenase. Jumlah mineral yang diperlukan biasanya sedikit dan
biasanya diukur dengan ppm ( part per million/bagian persejuta ).
6. Jasad hidup juga memerlukan vitamin. Kebanyakan vitamin membentuk
substansi yang mengaktivasi enzim. Meskipun semua bakteri

4
membutuhkan vitamin di dalam proses metaboliknya yang normal,
beberapa mampu mensintesis seluruh keperluan vitaminnya dari
senyawa-senyawa lain didalam medium. Yang lain tidak akan tumbuh
kecuali bila ditambahkan satu atau lebih vitamin kedalam mediumnya,
seperti Leuconostoc mesentroides tidak mampu mensintesis beberapa
asam amino dan vitamin sehingga harus ditambahkan dalam keadaan
jadi kedalam mediumnya.
7. Oksigen merupakan unsur yang terdapat dalam molekul hayati seperti
asam amino, nukleotida, gliserida, dan molekul lain. Keperluan oksigen
dipenuhi bersamaan dengan masuknya nutrien lain seperti protein dan
lipid.
8. Air sangat penting karena semua aktivitas metabolisme terjadi di
lingkungan air. Ketersedian air yang dapat digunakan mikroba sering
dinyatakan dengan aktivitas air. Aktivitas air suatu bahan dapat dihitung
dengan menentukan Kelembaban Relatifnya (RH) yang diukur dengan
alat yang namanya isoteniskop.

2.1.2 Kondisi fisik yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba


Selain menyediakan nutrisi yang sesuai untuk kultivasi bakteri, juga
perlu disediakan kondisi fisik yang memungkinkan untuk pertumbuhan yang
optimum.Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya tetapi
juga menunjukan respon yang berbeda terhadap kondisi fisik di
lingkungannya. Untuk berhasilnya kultivasi mikroba diperlukan suatu
kombinasi nutrisi serta lingkungan fisik yang sesuai. Ada lima parameter
lingkungan utama yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan mikroba
yaitu temperatur, kelembaban, kadar oksigen, pH dan tekanan osmosis.
1. Temperatur
Temperatur juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan penambahan
jumlah sel. Keragaman suhu dapat juga mengubah proses-proses
metabolik serta morfologi sel. Setiap mikroba tumbuh pada suatu
kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini maka mikroba ada yang
bersifat psikrofilik yang tumbuh pada O derajat sampai 20 derajat

5
celcius, mesofilik yang tumbuh pada 20 derajat sampai 45 derajat C
dan hemofilik yang tumbuh pada temperatur 45 derajat C sampai 80
derajat C. Temperatur inkubasi yang memungkinkan pertumbuhan
tercepat selama periode waktu yang singkat dikenal sebagai temperatur
pertumbuhan optimum.

2. Kondisi Atmosfer Seperti Kadar Oksigen, RH, dan Tekanan Udara


Mikroba memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respon
terhadap oksigen bebas dan atas dasar ini maka mikroba dibagi menjadi
empat yaitu aerobik, anaerobik, anaerobik fakultatif ( tumbuh pada
keadaan aerobik dan anaerobik), dan mikroaerofilik ( tumbuh jika ada
oksigen atmosferik). Beberapa mikroba bersifat anaerobik obligat , bila
terkena oksigen akan terbunuh atau mati, oleh karena itu untuk
menumbuhkan mikroba anaerobik diperlukan tehnik khusus agar
tercapai keadaan anaerob.

3. Konsentrasi ion hidrogen ( pH )


pH optimum bagi kebanyakan mikroba terletak antara 6,5 sampai
7,5. Bagi kebanyakan mikroba pH minimum dan maksimum antara 4
sampai 9. Pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh pH karena
nilai pH sangat menentukan aktivitas enzim. Bila mikroba di kultivasi
didalam medium yang mula-mula pHnya 7 maka kemungkinan pH ini
akan berubah sebagai akibat adanya senyawa-senyawa asam atau basa
yang dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergeseran pH ini dapat
sedemikian besar sehingga menghambat pertumbuhan. Pergeseran pH
dapat dicegah dengan menggunakan larutan Penyangga atau buffer
dalam medium.Bufer merupakan senyawa yang dapat menahan
perubahan pH misalnya KH2PO4 dan K2HPO4. Beberapa bahan nutrisi
medium seperti pepton mempunyai kapasitas bufer.

6
4. Tekanan Osmosis
Tekanan osmosis merupakan besarnya tekanan minimum yang
diperlukan untuk mencegah aliran air yang menyeberangi membran di
dalam larutan. Contohnya : jika larutan 10% sukrosa didalam kantong
membran dialisis diletakan dalam air dalam gelas maka molekul air
yang ada dalam gelas akan mengalir kedalam kantong dialisis. Besarnya
tekanan yang diperlukan untuk mencegah aliran molekul air dalam
gelas kedalam kantong dialisis merupakan nilai tekanan osmosis larutan
sukrosa tersebut. Berdasarkan tekanan osmosisnya maka larutan tempat
pertumbuhan mikroba dapat digolongkan atas larutan hipotonis,
isotonis dan larutan hipertonis.

2.2 Media Pertumbuhan dan Penggunaanya


Media diperlukan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroba. Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam
media, diperlukan persyaratan tertentu, yaitu:

a. Media mengandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan


dan perkembangbiakan mikroba.
b. Media mempunyai tekanan osmosa, dan pH yang sesuai untuk mikroba.
c. Media harus dalam keadaan steril.

2.2.1 Bentuk, susunan, dan Sifat Media


A. Bentuk Media

Berdasarkan bentuk dikenal tiga jenis media:

1. Media Padat
Media padat umumnya dipergunakan untuk menumbuhkan bakteri,
jamur, dan kadang-kadang mikroalga terutama dalam peremajaan dan
pemeliharaan kultur murni dalam bentuk agar miring.
2. Media Cair
Media cair dipergunakan untuk menambah biomassa sel dan
dipergunakan untuk pertumbuhan bakteri, ragi, dan mikroalga.

7
3. Media semi padat
Umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak
memerlukan kandungan air dan hidup anaerobic atau fakultatif untuk
menambah biomassa sel.

B. Susunan Media:

Media dapat berbentuk:

1. Media alami
Media yang disusun oleh bahan-bahan alami seperti kentang, telur,
daging. Contoh: pertumbuhan dan perkembanganbiakan virus melalui
penggunaan media telur.
2. Media sintetik
Media yang disusun oleh senyawa kimia. Contoh: media pertumbuhan
dan perkembangbiakan Clostridium.
3. Media semi sintetis
Media yang tersusun oleh campuran bahan-bahan alami dan bahan-
bahan sintetis. Contoh: wortel agar.

C. Sifat Media

Berdasarkan sifatnya, media dibedakan menjadi:

1. Media umum
Media yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakkan kelompok mikroba secara umum. Contoh: agar
kentang dekstrosa untuk jamur.
2. Media pengaya
Media dimana suatu jenis mikroba diberi kesempatan untuk tumbuh
dan berkembang lebih cepat dari jenis lainnya yang sama-sama berada
di dalam satu media. Contoh: kaldu tetrationat untuk memisahkan
Salmonella typhi dari mikroba lain yang ada dalam feses.

8
3. Media selektif
Media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih jenis mikroba
tertentu tetapi akan menghambat jenis-jenis lainnya. Contoh:
Salmonella-Shigella agar untuk menumbuhkan Salmonella dan
Shigella.
4. Media diferensial
Media yang dipergunakan untuk penumbuhan mikroba tertentu serta
penntuan sifat-sifatnya seperti media agar darah untuk penumbuhan
bakteri hemolitik.
5. Media penguji
Media yang dipergunakan untuk pengujian senyawa tertentu dengan
bantuan mikroba. Contoh: media penguji vitamin.

2.3 Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup,
dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma,
virus) yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi
biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau
menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi di desain untuk membunuh atau
menghilangkan mikroorganisme.
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara
mekanik, fisik dan kimiawi. Berikut penjelasan akan masing-masing cara:
1. Sterilisasi Secara Mekanik (filtrasi).
Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan
yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga
mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk
sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau
tekanan tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian, maka
sterlisasi yang digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya dengan
saringan. Dalam mikrobiologi, penyaringan secara fisik paling banyak
digunakan adalah dalam penggunaan filter khusus misalntya filter

9
berkefeld, filter chamberlan, dan filter seitz. Jenis filter yang dipakai
tergantung pada tujuan penyaringan dan benda yang akan disaring.
Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui
suatu bahan penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk
menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan
tercemar sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat
saring tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi
mikroorganisme. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan
virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan medium masih harus
dipanaskan dalam autoclave. Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan
substansi yang peka tehadap panas seperti serum, enzim, toksin kuman,
ekstrak sel dan lain-lain.
a. Menyaring cairan
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti saringan seitz,
yang menggunakan saringan asbestos sebagai alat penyaringannya;
saringan berkefeld yang mempergunakan filter yang terbuat dari tanah
diatom; saringan chamberland yang mempergunakan filter yang terbuat
dari porselen; dan fritted glass filter yang mempergunakan filter yang
terbuat dari serbuk gelas. Saringan asbes lebih mudah dan lebih murah
daripada saringan porselen. Saringan asbes dapat dibuang setelah
dipakai, sedangkan saringan porselen terlalu mahal bila dibuang, tetapi
terlalu sulit untuk dibersihkan.
b. Menyaring udara
Untuk menjaga suatu alat yang sudah steril agar tidak tercemar oleh
mikroba atau untuk menjaga agar suatu biakan kuman tidak tercemar
oleh kuman yang lain, maka alat-alat tersebut harus ditutup denagn
kapas, karena kapas mudah ditembus udara tetapi dapat menahan
mikroorganisme. Harus dijaga agar kapas tidak menjadi basah, oleh
karena kapas yang basah memungkinkan kuman menembus ke dalam.
Untuk mencegah pencemaran oleh kuman-kuman udara pada waktu
menuang pembenihan, dapat dipergunakan suatu alat yang disebut
laminar flow bench dimana udara yang masuk ke dalamnya disaring

10
terlebih dahulu dengan suatu saringan khusus. Saringan ini ada batas
waktu pemakaiannya dan harus diganti dengan yang baru apabila sudah
tidak berfungsi lagi.

2. Sterilisasi Secara Fisik dapat dilakukan dengan pemanasan &


penyinaran.
a. Pemanasan
Pemijaran (dengan api langsung) yaitu membakar alat pada api
secara langsung, contoh alat yaitu jarum inokulum, pinset, batang L
dan lain-lain. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 160-
1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari
kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dan lain-lain. Uap air
panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung
air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak terjadi
dehidrasi. Uap air panas bertekanan: menggunakan autoclave.

b. Penyinaran dengan UV.


Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi,
misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada
permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV.

3. Sterilisasi Secara Kimiawi


Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa
desinfektan antara lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya dipergunakan
dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil
alkohol 70-90% adalah yang termurah namun merupakan antiseptik yang
sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan
meningkatkan daya disinfeksinya. Dengan menggunakan iodium,
isopropil tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk membunuh
spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini
terlalu toksik untuk dipakai sebagai antiseptik.

11
Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan dari tujuan
tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa
beberapa senyawa bersifat iritatif dan kepekaan kulit sangat bervariasi.
Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain yaitu
halogen (senyawa klorin, iodium), alkohol, fenol, hidrogen feroksida, zat
warna ungu kristal, derivat akridin, rosanalin, detergen, logam berat (hg,
Ag, As, Zn), aldehida dan lain-lain.
Cara sterilisasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Terminal Sterlization (sterilisasi akhir). Menurut PDA Technical
Monograph dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Overkill Method, yaitu metode sterilisasi menggunakan
pemanasan dengan uap panas pada suhu 121oC selama 15 menit.
Penggunaan metode ini biasanya dipilih untuk bahan-bahan yang
tahan panas seperti zat anorganik. Dasar pemilihan metode ini
adalah karena lebih efisien, cepat, dan aman.
b. Bioburden Sterilitation, merupakan suatu metode sterilisasi yang
dilakukan dengan monitoring terkontrol dan ketat terhadap beban
mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur produksi
sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat
sterilitas yang dipersyaratkan SAL 10-6. Dalam metode ini
digunakan suatu zat yang dapat mengalami degradasi kandungan
bila dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi. Sebagai contoh
adalah penggunaan Dextrose yang bila dipanaskan dapat
menghasilkan senyawa Hidro Methyl Furfural (HMF) yang
merupakan suatu senyawa hepatotoksik.
2. Aseptic Processing. Metode ini merupakan metode pembuatan
produk steril menggunakan saringan dengan filter khusus untuk
bahan obat steril atau bahan baku steril yang diformulasi dan
dimasukkan ke dalam kontainer steril dalam lingkungan terkontrol.
Suplai udara, material, peralatan, dan petugas telah terkontrol
sedemikian hingga kontaminasi mikroba tetap berada pada level yang
dapat diterima dalam clear zone.

12
2.4 Metode Kultivasi Mikroba
Di habitat alaminya, mikroorganisme biasanya tumbuh dalam populasi
yang kompleks dan terdiri dari beberapa spesies. Hal ini menyebabkan
penelitian mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat menjadi sulit
untuk dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik untuk memisahkan
populasi yang kompleks ini menjadi spesies yang berbeda-beda sebagai biakan
murni. Biakan murni adalah suatu populasi sel yang ditumbuhkan dari satu sel
induk.
Proses isolasi dan upaya mempertahankan keadaan murni memerlukan
teknik aseptik. Bahan yang diinokulasikan medium dengan inokulum.
Terdapat 3 teknik dalam kultifasi mikroba yaitu :
1. Teknik Penyebaran (The Spread-Plate Technique)
Teknik penyebaran yang lebih sering disebut dengan Spread-Plate
adalah teknik langsung dan mudah untuk mendapatkan suatu biakan
murni. Di bawah ini adalah gambar saat menginokulasi mikroba
dengan menggunakan teknik Spread-Plate.

Gambar 1. Teknik Spread-Plate


(Sumber : faculty.ccbcmd.edu)

Campuran dari beberapa spesies bakteri disebarkan di permukaan


medium agar, sehingga setiap sel akan tumbuh menjadi koloni yang
terpisah sempurna dan dapat dilihat secara makroskopis berupa
kumpulan mikroba di atas medium padat. Setiap koloni yang
terbentuk merupakan biakan murni.

13
2. Teknik Goresan (The Streak-Plate Technique)
Biakan murni juga dapat diperoleh dengan teknik goresan (Streak-
Plate Technique). Inokulum digoreskan di atas medium dengan
memakai ose menurut pola tertentu, yaitu goresan T, goresan
kuadran, goresan radian, dan goresan sinambung.
Setelah inkubasi, sel-sel mikroba memperbanyak diri dan dalam
waktu 18-24 jam akan terbentuk suatu massa sel yang disebut koloni.
Koloni yang terbentuk ini adalah biakan murni. Di bawah ini adalah
hasil kultivasi berupa biakan murni yang diperoleh dengan teknik
goresan.

Gambar 2. Biakan murni yang terbentuk dengan menggunakan


teknik goresan.
(Sumber : faculty.ccbcmd.edu)

3. Teknik lempeng tuang (Pour Plate Technique)


Teknik pour-plate (lempeng tuang) adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara
mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur
bakteri. Teknik ini biasa digunakan pada uji TPC (Total Plate Count).
Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat
tersebar merata pada media agar. Kultivasi mikroba dengan teknik ini
dimulai dengan mengencerkan kultur bakteri yang telah ada dengan
aquades. Selanjutnya, diaduk hingga rata dengan cara memutar
tabung reaksi dengan telapak tangan selama beberapa kali. Larutan
dilusi tadi sebanyak + 1 ml dituang ke dalam cawan petri. Cawan

14
petri diputar secara perlahan-lahan di atas meja horizontal untuk
mengaduk campuran media agar dengan dilusi kultur mikroba.
Terakhir, inkubasi kultur ini pada kondisi yang sesuai. Tahapan di
atas diilustrasikan pada gambar di bawah ini:
Biakan murni yang dihasilkan, jika disimpan dalam jangka waktu
yang lama akan mudah sekali mengalami mutasi. Ini berarti, biakan
murni yang disimpan terlalu lama bukan lagi biakan murni yang
semula. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan
untuk mencegah atau setidaknya mengurangi kemungkinan terjadinya
mutasi, yaitu:
1. Secara periodik, biakan harus dipindahkan ke medium baru,
sebaiknya pemindahan dilakukan pada fase log.
2. Biakan harus disimpan pada suhu rendah dan terhindar dari
radiasi.
3. Mikroba diliofilisasikan, yaitu dimasukkan dalam ampul berisis
susu kering bercampur CO2 kemudian disimpan pada tempat bersuhu
rendah.

Dalam melakukan kultivasi mikroba, dapat menentukan karakteristik


biakan bakteri. Karakteristik pertumbuhan mikroba dalam medium
pertumbuhan menunjukkan morfologi, mekanisme pembelahan, dan aktivitas
metabolismenya. Pertumbuhan antara medium cair dan medium padat
memberikan bentuk dan karakteristik yang berbeda. Karakteristik
pertumbuhan bakteri dalam medium pertumbuhan menunjukkan morfologi,
mekanisme pembelahan, dan aktivitas metabolismenya.

Pada biakan di medium cair, karakteristik yang ditimbulkan oleh


pertumbuhan mikroba, yaitu:

1. Terbentuk endapan yang menunjukkan sel mikroba membentuk


agregat sehingga berat dan mengendap, misalnya Staphylococcus
aureus.

15
2. Terbentuk pelikel yang disebabkan karena mikroba memiliki pili
atau glikokaliks yang menyebabkan sel yang satu melekat dengan
yang lain, misalnya Mycobacterium phlei.
3. Terlihat keruh yang menunjukkan bahwa mikroba yang tumbuh
tersebar merata dan biasanya mikrobanya bersifat motil.

Pada biakan di medium padat, karakteristik yang ditimbulkan oleh


pertumbuhan mikroba adalah dengan terbentuknya suatu kelompok yang
dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap spesies, dan
bentuk itu merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu. Pengamatan
mikroba dapat dilakukan secara individual, satu persatu, maupun secara
kelompok dalam bentuk koloni, dan sifat-sifatnya dapat diketahui melalui
koloni yang tumbuh di medium permukaannya. Satu koloni bakteri yang
terpisah dengan koloni lainnya dapat diamati tipe pertumbuhan pada masing-
masing media, diantaranya dilakukan terhadap konsistensi, bentuk koloni,
warna koloni dan permukaan koloni.
Koloni yang tumbuh terpisah ditumbuhkan kembali untuk mendapatkan
isolat murni. Isolasi murni dilakukan dengan mengoleskan ose steril pada
koloni dalam kultur campuran yang benar-benar terpisah satu sama lain.
Olesan tersebut digores pada media padat agar miring dalam tabung reaksi.
Koloni yang tumbuh dalam media ini merupakan isolat murni, yang
hanya berasal dari satu jenis bakteri saja. Koloni yang tumbuh dapat
dikarakterisasi berdasarkan tipe pertumbuhannya pada media agar miring.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan, berdasarkan cara-cara
pengambilan nutrien maka mikroba dapat dibagi atas jasad osmotrof dan
jasad fagotrof . Jasad osmotrof mengambil nutrien dalam bentuk larutan,
misalnya bakteri dan fungi sedangkan jasad fagotrof mengambil nutrien
dalam bentuk fagositosis dan dicerna didalam vakuola makanan, misalnya
protozoa. Media diperukan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroba. Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam
media, diperlukan persyaratan tertentu, yaitu media mengandung semua unsur
hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba,
media mempunyai tekanan osmosa, dan pH yang sesuai untuk mikroba,
media harus dalam keadaan steri.

Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup,


dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma,
virus) yang terdapat dalam suatu benda. Proses isolasi dan upaya
mempertahankan keadaan murni memerlukan teknik aseptik. Bahan yang
diinokulasikan medium dengan inokulum. Terdapat 3 teknik dalam kultifasi
mikroba yaitu Teknik Penyebaran (The Spread-Plate Technique), Teknik
Goresan (The Streak-Plate Technique), dan Teknik lempeng tuang (Pour
Plate Technique).

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. “Pengertian Tujuan dan Cara Sterilisasi”. Dalam


http://www.infodanpengertian.com/pengertian-tujuan-dan-cara-sterilisasi.
Diakses pada 11 September 2018
Gumelar, W.R. 2012. “Sterilisasi Peralatan dan Bahan Praktikum”. Dalam
https://id.scribd.com/doc/111626314/Sterilisasi-Peralatan-Dan-Bahan-
Praktikum. Diakses pada 12 September 2018.
Ristiati, N.P. 2014. Pengantar Mikrobiologi Umum. Denpasar: Udayana
University Press.
Sumarno, E. 2009. “Sterilisasi alat dan Bahan Biakan”. Dalam
https://www.academia.edu/9191019/LAPORAN_PRAKTIKUM_MIKR
OBIOLOGI_2_STERILISASI_ALAT_DAN_BAHAN_BIAKAN.
Diakses pada 13 September 2018.

Você também pode gostar