Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DISUSUN OLEH :
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan.
Disamping itu kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari sebuah kesempurnaan. Oleh sebab itu kami mohon maaf apabila ada
kekurangan baik tentang teknik penulisan, isi serta wawasannya. Dalam hal ini
kami berharap agar ada kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk
penyempurnaan makalah ini sehingga makalah ini dapat dimanfaatkan dalam
upaya meningkatkan pendidikan dan pengetahuan secara bersama-sama.
Demikian sepatah kata pengantar yang bisa kami sampaikan jika ada yang
tidak berkenan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami generasi muda
tetap berjuang melalui kegiatan akademik demi peningkatan kualitas bangsa dan
negara. Atas perhatiannya terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Nutrisi Mikroba ......................................................................... 3
2.2 Media Pertumbuhan dan Penggunaanya ............................................... 7
2.3 Sterilisasi ............................................................................................... 9
2.4 Metode Kultivasi Mikroba .................................................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
masih belum berakhir karena munculnya teori-teori baru yang mengkaji
tentang asal-usul makhluk hidup.
Seiring perkembangan mikrobiologi, mikroba semakin di eksplor dan
dimanfaatkan untuk mengembangkan lebh jauh lagi mikrobiologi yang
membantu kehidupan. Salah satu cara untuk mengeksplor mikroba tersebut
adalah mengoptimalkan dan menyempurnakan mikroskop dan metode metode
yang digunakan dalam mikrobiologi. Dengan bantuan mikoskop tersebut
dapat dengan mudah untuk mengamati dan mengetahui kedudukan mikroba
dalam kehidupan prokaryotik dan eukariotik. Kebutuhan akan mikroba-
mikroba tertentu untuk diteliti maka dipandang peru adanya kajian terhadap
prasyarat untuk prasyarat nutrisi, media, sterilisasi, dan metode kutivasi
mikroba di dalam laboratorium. Oleh karena itu kami selaku generasi muda
termotivasi untuk mengkaji permasaahan-permasaahan tersebut yang nantinya
dapat digunakan sebagai referensi pembeajaran.
1.3 Tujuan
1. Memahami prinsip-prinsip dalam nutrisi mikroba.
2. Memahami apa saja media yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba.
3. Memahami mekanisme proses sterilisasi.
4. Memahami metode untuk kultivasi mikroba.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yaitu sianobakteri dan bakteri fotosintetik. Kedua kelompom ini
mengubah energi cahaya matahari menjadi ATP melalui fotosintesis.
Kelompok khemotrof mengoksidasi senyawa kimia seperti glukosa atau
amonium kemudian energi yang dilepaskan diubah menjadi ATP dalam
proses fermentasi.
2. Semua jasad hidup memerlukan karbon sebab unsur karbon terdapat
dalam semua makromolekul penyusun sel seperti protein, karbohidrat,
asam nukleat, lipid. semua molekul yang mengandung karbon ini terlibat
dalam proses metabolisme. Berdasarkan sumber karbon, mikroba dapat
di golongkan atas jasad heterotrof dan autotrof bila menggunakan
karbon dioksida sebagai sumber karbon, bila jasad tersebut memperoleh
energinya melalui cahaya disebut fotoautotrof dan bila jasad tersebut
memperoleh energi dengan cara mengoksidasi senyawa kimia maka
disebut kemoautotrof.
3. Semua jasad hidup memerlukan belerang dan fosfor. Belerang
digunakan untuk membentuk asam amino metionin dan sistein serta
koensim. Mikroba memperoleh belerang dalam bentuk garam sulfat,
H2S, granula sulfur, thiosulfat atau dalam bentuk bahan organik. Fosfor
digunakan untuk membentuk asam nukleat, fosfolipid, dan koensim.
4. Semua jasad hidup memerlukan nitrogen sebab nitrogen diperlukan
untuk mensintesis asam amino, nukleotida, dan vitamin. Keperluan akan
nitrogen dapat dipenuhi dalam berbagai bentuk seperti protein atau
polipeptida, garam nitrat, atau amonium bahkan ada mikroba yang dapat
mengambil dalam bentuk N2 seperti Rhizobium dan Azotobacter.
5. Jasad hidup memerlukan beberapa unsur logam , natrium, kalium,
magnesium, mangan, besi, seng dan tembaga untuk pertumbuhannya.
Mineral ini diperlukan untuk aktivitas anzim dan molekul yang lain
seperti Mg sebagai penyusun klorofil, Co untuk aktivitas enzim
nitrogenase. Jumlah mineral yang diperlukan biasanya sedikit dan
biasanya diukur dengan ppm ( part per million/bagian persejuta ).
6. Jasad hidup juga memerlukan vitamin. Kebanyakan vitamin membentuk
substansi yang mengaktivasi enzim. Meskipun semua bakteri
4
membutuhkan vitamin di dalam proses metaboliknya yang normal,
beberapa mampu mensintesis seluruh keperluan vitaminnya dari
senyawa-senyawa lain didalam medium. Yang lain tidak akan tumbuh
kecuali bila ditambahkan satu atau lebih vitamin kedalam mediumnya,
seperti Leuconostoc mesentroides tidak mampu mensintesis beberapa
asam amino dan vitamin sehingga harus ditambahkan dalam keadaan
jadi kedalam mediumnya.
7. Oksigen merupakan unsur yang terdapat dalam molekul hayati seperti
asam amino, nukleotida, gliserida, dan molekul lain. Keperluan oksigen
dipenuhi bersamaan dengan masuknya nutrien lain seperti protein dan
lipid.
8. Air sangat penting karena semua aktivitas metabolisme terjadi di
lingkungan air. Ketersedian air yang dapat digunakan mikroba sering
dinyatakan dengan aktivitas air. Aktivitas air suatu bahan dapat dihitung
dengan menentukan Kelembaban Relatifnya (RH) yang diukur dengan
alat yang namanya isoteniskop.
5
celcius, mesofilik yang tumbuh pada 20 derajat sampai 45 derajat C
dan hemofilik yang tumbuh pada temperatur 45 derajat C sampai 80
derajat C. Temperatur inkubasi yang memungkinkan pertumbuhan
tercepat selama periode waktu yang singkat dikenal sebagai temperatur
pertumbuhan optimum.
6
4. Tekanan Osmosis
Tekanan osmosis merupakan besarnya tekanan minimum yang
diperlukan untuk mencegah aliran air yang menyeberangi membran di
dalam larutan. Contohnya : jika larutan 10% sukrosa didalam kantong
membran dialisis diletakan dalam air dalam gelas maka molekul air
yang ada dalam gelas akan mengalir kedalam kantong dialisis. Besarnya
tekanan yang diperlukan untuk mencegah aliran molekul air dalam
gelas kedalam kantong dialisis merupakan nilai tekanan osmosis larutan
sukrosa tersebut. Berdasarkan tekanan osmosisnya maka larutan tempat
pertumbuhan mikroba dapat digolongkan atas larutan hipotonis,
isotonis dan larutan hipertonis.
1. Media Padat
Media padat umumnya dipergunakan untuk menumbuhkan bakteri,
jamur, dan kadang-kadang mikroalga terutama dalam peremajaan dan
pemeliharaan kultur murni dalam bentuk agar miring.
2. Media Cair
Media cair dipergunakan untuk menambah biomassa sel dan
dipergunakan untuk pertumbuhan bakteri, ragi, dan mikroalga.
7
3. Media semi padat
Umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak
memerlukan kandungan air dan hidup anaerobic atau fakultatif untuk
menambah biomassa sel.
B. Susunan Media:
1. Media alami
Media yang disusun oleh bahan-bahan alami seperti kentang, telur,
daging. Contoh: pertumbuhan dan perkembanganbiakan virus melalui
penggunaan media telur.
2. Media sintetik
Media yang disusun oleh senyawa kimia. Contoh: media pertumbuhan
dan perkembangbiakan Clostridium.
3. Media semi sintetis
Media yang tersusun oleh campuran bahan-bahan alami dan bahan-
bahan sintetis. Contoh: wortel agar.
C. Sifat Media
1. Media umum
Media yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakkan kelompok mikroba secara umum. Contoh: agar
kentang dekstrosa untuk jamur.
2. Media pengaya
Media dimana suatu jenis mikroba diberi kesempatan untuk tumbuh
dan berkembang lebih cepat dari jenis lainnya yang sama-sama berada
di dalam satu media. Contoh: kaldu tetrationat untuk memisahkan
Salmonella typhi dari mikroba lain yang ada dalam feses.
8
3. Media selektif
Media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih jenis mikroba
tertentu tetapi akan menghambat jenis-jenis lainnya. Contoh:
Salmonella-Shigella agar untuk menumbuhkan Salmonella dan
Shigella.
4. Media diferensial
Media yang dipergunakan untuk penumbuhan mikroba tertentu serta
penntuan sifat-sifatnya seperti media agar darah untuk penumbuhan
bakteri hemolitik.
5. Media penguji
Media yang dipergunakan untuk pengujian senyawa tertentu dengan
bantuan mikroba. Contoh: media penguji vitamin.
2.3 Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup,
dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma,
virus) yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi
biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau
menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi di desain untuk membunuh atau
menghilangkan mikroorganisme.
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara
mekanik, fisik dan kimiawi. Berikut penjelasan akan masing-masing cara:
1. Sterilisasi Secara Mekanik (filtrasi).
Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan
yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga
mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk
sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau
tekanan tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian, maka
sterlisasi yang digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya dengan
saringan. Dalam mikrobiologi, penyaringan secara fisik paling banyak
digunakan adalah dalam penggunaan filter khusus misalntya filter
9
berkefeld, filter chamberlan, dan filter seitz. Jenis filter yang dipakai
tergantung pada tujuan penyaringan dan benda yang akan disaring.
Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui
suatu bahan penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk
menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan
tercemar sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat
saring tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi
mikroorganisme. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan
virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan medium masih harus
dipanaskan dalam autoclave. Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan
substansi yang peka tehadap panas seperti serum, enzim, toksin kuman,
ekstrak sel dan lain-lain.
a. Menyaring cairan
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti saringan seitz,
yang menggunakan saringan asbestos sebagai alat penyaringannya;
saringan berkefeld yang mempergunakan filter yang terbuat dari tanah
diatom; saringan chamberland yang mempergunakan filter yang terbuat
dari porselen; dan fritted glass filter yang mempergunakan filter yang
terbuat dari serbuk gelas. Saringan asbes lebih mudah dan lebih murah
daripada saringan porselen. Saringan asbes dapat dibuang setelah
dipakai, sedangkan saringan porselen terlalu mahal bila dibuang, tetapi
terlalu sulit untuk dibersihkan.
b. Menyaring udara
Untuk menjaga suatu alat yang sudah steril agar tidak tercemar oleh
mikroba atau untuk menjaga agar suatu biakan kuman tidak tercemar
oleh kuman yang lain, maka alat-alat tersebut harus ditutup denagn
kapas, karena kapas mudah ditembus udara tetapi dapat menahan
mikroorganisme. Harus dijaga agar kapas tidak menjadi basah, oleh
karena kapas yang basah memungkinkan kuman menembus ke dalam.
Untuk mencegah pencemaran oleh kuman-kuman udara pada waktu
menuang pembenihan, dapat dipergunakan suatu alat yang disebut
laminar flow bench dimana udara yang masuk ke dalamnya disaring
10
terlebih dahulu dengan suatu saringan khusus. Saringan ini ada batas
waktu pemakaiannya dan harus diganti dengan yang baru apabila sudah
tidak berfungsi lagi.
11
Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan dari tujuan
tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa
beberapa senyawa bersifat iritatif dan kepekaan kulit sangat bervariasi.
Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain yaitu
halogen (senyawa klorin, iodium), alkohol, fenol, hidrogen feroksida, zat
warna ungu kristal, derivat akridin, rosanalin, detergen, logam berat (hg,
Ag, As, Zn), aldehida dan lain-lain.
Cara sterilisasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Terminal Sterlization (sterilisasi akhir). Menurut PDA Technical
Monograph dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Overkill Method, yaitu metode sterilisasi menggunakan
pemanasan dengan uap panas pada suhu 121oC selama 15 menit.
Penggunaan metode ini biasanya dipilih untuk bahan-bahan yang
tahan panas seperti zat anorganik. Dasar pemilihan metode ini
adalah karena lebih efisien, cepat, dan aman.
b. Bioburden Sterilitation, merupakan suatu metode sterilisasi yang
dilakukan dengan monitoring terkontrol dan ketat terhadap beban
mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur produksi
sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat
sterilitas yang dipersyaratkan SAL 10-6. Dalam metode ini
digunakan suatu zat yang dapat mengalami degradasi kandungan
bila dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi. Sebagai contoh
adalah penggunaan Dextrose yang bila dipanaskan dapat
menghasilkan senyawa Hidro Methyl Furfural (HMF) yang
merupakan suatu senyawa hepatotoksik.
2. Aseptic Processing. Metode ini merupakan metode pembuatan
produk steril menggunakan saringan dengan filter khusus untuk
bahan obat steril atau bahan baku steril yang diformulasi dan
dimasukkan ke dalam kontainer steril dalam lingkungan terkontrol.
Suplai udara, material, peralatan, dan petugas telah terkontrol
sedemikian hingga kontaminasi mikroba tetap berada pada level yang
dapat diterima dalam clear zone.
12
2.4 Metode Kultivasi Mikroba
Di habitat alaminya, mikroorganisme biasanya tumbuh dalam populasi
yang kompleks dan terdiri dari beberapa spesies. Hal ini menyebabkan
penelitian mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat menjadi sulit
untuk dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik untuk memisahkan
populasi yang kompleks ini menjadi spesies yang berbeda-beda sebagai biakan
murni. Biakan murni adalah suatu populasi sel yang ditumbuhkan dari satu sel
induk.
Proses isolasi dan upaya mempertahankan keadaan murni memerlukan
teknik aseptik. Bahan yang diinokulasikan medium dengan inokulum.
Terdapat 3 teknik dalam kultifasi mikroba yaitu :
1. Teknik Penyebaran (The Spread-Plate Technique)
Teknik penyebaran yang lebih sering disebut dengan Spread-Plate
adalah teknik langsung dan mudah untuk mendapatkan suatu biakan
murni. Di bawah ini adalah gambar saat menginokulasi mikroba
dengan menggunakan teknik Spread-Plate.
13
2. Teknik Goresan (The Streak-Plate Technique)
Biakan murni juga dapat diperoleh dengan teknik goresan (Streak-
Plate Technique). Inokulum digoreskan di atas medium dengan
memakai ose menurut pola tertentu, yaitu goresan T, goresan
kuadran, goresan radian, dan goresan sinambung.
Setelah inkubasi, sel-sel mikroba memperbanyak diri dan dalam
waktu 18-24 jam akan terbentuk suatu massa sel yang disebut koloni.
Koloni yang terbentuk ini adalah biakan murni. Di bawah ini adalah
hasil kultivasi berupa biakan murni yang diperoleh dengan teknik
goresan.
14
petri diputar secara perlahan-lahan di atas meja horizontal untuk
mengaduk campuran media agar dengan dilusi kultur mikroba.
Terakhir, inkubasi kultur ini pada kondisi yang sesuai. Tahapan di
atas diilustrasikan pada gambar di bawah ini:
Biakan murni yang dihasilkan, jika disimpan dalam jangka waktu
yang lama akan mudah sekali mengalami mutasi. Ini berarti, biakan
murni yang disimpan terlalu lama bukan lagi biakan murni yang
semula. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan
untuk mencegah atau setidaknya mengurangi kemungkinan terjadinya
mutasi, yaitu:
1. Secara periodik, biakan harus dipindahkan ke medium baru,
sebaiknya pemindahan dilakukan pada fase log.
2. Biakan harus disimpan pada suhu rendah dan terhindar dari
radiasi.
3. Mikroba diliofilisasikan, yaitu dimasukkan dalam ampul berisis
susu kering bercampur CO2 kemudian disimpan pada tempat bersuhu
rendah.
15
2. Terbentuk pelikel yang disebabkan karena mikroba memiliki pili
atau glikokaliks yang menyebabkan sel yang satu melekat dengan
yang lain, misalnya Mycobacterium phlei.
3. Terlihat keruh yang menunjukkan bahwa mikroba yang tumbuh
tersebar merata dan biasanya mikrobanya bersifat motil.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan, berdasarkan cara-cara
pengambilan nutrien maka mikroba dapat dibagi atas jasad osmotrof dan
jasad fagotrof . Jasad osmotrof mengambil nutrien dalam bentuk larutan,
misalnya bakteri dan fungi sedangkan jasad fagotrof mengambil nutrien
dalam bentuk fagositosis dan dicerna didalam vakuola makanan, misalnya
protozoa. Media diperukan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroba. Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam
media, diperlukan persyaratan tertentu, yaitu media mengandung semua unsur
hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba,
media mempunyai tekanan osmosa, dan pH yang sesuai untuk mikroba,
media harus dalam keadaan steri.
17
DAFTAR PUSTAKA