Você está na página 1de 3

Analisis Jurnal

Jurnal 1

Judul : KECENDERUNGAN ATAU SIKAP KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA TERHADAP TINDAKAN
PASUNG (STUDI KASUS DI RSJ AMINO GONDHO HUTOMO SEMARANG)

Analisis : Jurnal ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui
kecenderungan atau sikap keluarga penderita gangguan jiwa terhadap tindakan pasung.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dengan cara survey dan dengan pendekatan cross sectional
atau data yang dikumpulkan sesaat atau data yang diperoleh saat ini juga. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua keluarga yang mengantar klien rawat jalan di Poliklinik RSJ. Dr. Amino Gondohutomo
Semarang yang berjumlah sekitar 100 orang per bulan. Sampel yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah keluarga yang :

a. Memiliki anggota keluarga gangguan jiwa

b. Sedang mengantar anggota keluarga melakukan kontrol

c. Kooperatif dan bersedia menjadi responden.

Dari hasil penelitian, sebagian besar umur anggota keluarga yang mengantar penderita gangguan jiwa
pada kategori dewasa menengah (36 – 59 tahun) sejumlah 47 (58, 8 %). Anggota keluarga yang
mengantar penderita gangguan jiwa adalah ayah/ibu yaitu sejumlah 27 (33, 8 %). Penderita gangguan
jiwa yang datang ke poliklinik RSJ Amino Gondohutomo sebagian besar berasal dari Semarang sejumlah
35 (43, 8%) dan Demak sejumlah 16 (20 %). Umur penderita gangguan jiwa yang datang ke poliklinik RSJ
Amino Gondohutomo dalam kategori dewasa muda (18-35 tahun) sejumlah 51 (63, 8 %). Penderita
gangguan jiwa yang datang ke poliklinik RSJ Amino Gondohutomo berjenis kelamin perempuan yaitu
sejumlah 42 (52, 5 %). Penderita gangguan jiwa yang datang ke poliklinik RSJ Amino Gondohutomo
mengalami gangguan jiwa > 5 tahun yaitu sejumlah 39 (48, 8%). Dan keluarga penderita gangguan jiwa
yang datang ke poliklinik RSJ Amino Gondohutomo mempunyai sikap kurang mendukung terhadap
tindakan pasung yaitu sejumlah 40 (50%). Alasan sikap keluarga terhadap tindakan pasung dalam
kategori tidak mendukung antara lain karena kasihan, menyiksa, dengan dipasung penderita tidak bisa
sembuh, bisa melukai, ada cara yang lain diperiksakan ke RSJ, penderita malah tambah tertekan, tidak
bisa bergerak bebas, tidak manusiawi, tidak tega, tidak ada artinya jika tidak diobati. Alasan sikap
keluarga terhadap tindakan pasung dalam kategori kurang mendukung antara lain karena menganggap
boleh dipasung jika mengamuk, jika kondisi ekonomi tidak ada, bersifat sementara, mengendalikan
emosi. Dan alasan sikap keluarga terhadap tindakan pasung dalam kategori mendukung antara lain jika
kondisi penderita parah atau berat, jika mengamuk, karena membahayakan orang lain, supaya tidak
mengganggu, jika perilaku tidak bisa dikendalikan, supaya tidak kabur, supaya tidak merusak, supaya
penyembuhan bisa lebih cepat.

Jurnal 2

Judul : Fenomena pasung dan dukungan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa pasca pasung

Analisis : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan
berjumlah sembilan orang, dipilih secara purposif sampling dengan kriteria inklusi; care giver, tinggal
serumah dengan pasien, memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa, pernah dipasung dan saat ini
sudah lepas pasung, tinggal di wilayah Kabupaten Banyumas Proponsi Jawa Tengah. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara mendalam, dengan alat bantu; pedoman wawancara, catatan lapangan,
dan recorder berupa voice recorder. Partisipan adalah care giver yaitu pemberi perawatan ODGJ yang
merupakan salah satu anggota keluarga ODGJ, terdiri atas ayah, ibu, kakak atau adik responden, paling
muda berusia 27 tahun, paling tua 66 tahun, mayoritas berpendidikan SD, tersebar di 7 Kecamatan;
Lumbir, Sokaraja, Banyumas, Ajibarang, Cilongok, Pekuncen dan Kecamatan Purwojati, Kabupaten
Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Data partisipan secara lengkap, seperti pada tabel berikut; Jumlah
pasien gangguan jiwa pasca pasung adalah 9 setelah terjadi saturasi data. Pasien ini terdiri atas 8 laki-laki
dan 1 perempuan. Lama pasien dipasung bervariasi dari 7 hari – 24 tahun. Delapan pasien dipasung
dengan cara dikurung dan 1 pasien dipasung dengan cara dirantai. Alasan dilakukan pemasungan yaitu
karena perilaku kekerasan. Membantu mempercepat kesembuhan, keluyuran, dan ketidaknyamanan
keluarga dalam merawat Adapun akibat pemasungan terhadap fisik yaitu kecacatan yang terjadi pada
pasien yang dipasung dengan cara dikurung dalam kandang, menentukan dukungan keluarga terhadap
pasien gangguan jiwa. Dengan kondisi kecacatan, pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien sangat
tergantung pada dukungan keluarga untuk memenuhinya

Kesimpulan analisis dua jurnal :


Dari analisis dua jurnal tersebut terdapat kesamaan alasan mengapa keluarga setuju
dengan pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa, yaitu jika kondisi penderita parah, jika
mengamuk, membahayakan orang lain, supaya tidak mengganggu, jika perilakunya tidak bisa
dikendalikan, supaya tidak kabur, supaya tidak merusak, supaya penyembuhan bisa lebih cepat
dan keluarga bisa bekerja untuk menafkahi kehidupan sehari-hari.

Namun ada beberapa anggota keluarga yang tidak setuju dengan cara pemasungan bagi
orang dengan gangguan jiwa, karena keluarga merasa kasihan jika dipasung. Jika ingin dipasung
tidak boleh terlalu lama.

Dampak pemasungan untuk orang dengan gangguan jiwa sangatlah merugikan, karna penderita
dapat mengalami trauma, dendam kepada keluarga, merasa dibuang, rendah diri, dan putus asa.
Lama-lama muncul depresi dan niatan untuk bunuh diri. Selain itu aktivitas sehari-hari yang
dilakukan penderita hanya ditempat yang sama. Jika pemasungan ini dilakukan selama bertahun-
tahun maka akan menimbulkan dampak yaitu kecacatan fisik.

Você também pode gostar