Você está na página 1de 31

ANALISIS KURIKULUM DAN DESAIN

PEMBELAJARAN IPA
(Pengertian Kurikulum dan landasan Pengembangannya)

OLEH :

KELOMPOK I

WA ODE ISWARA WATI (G2JI 16 055)


DWINURHAIYUMMASARI (G2J1 16 036)
SITTI SARBIA (G2JI 16 057)
WA MILA (G2J1 16 097)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat

rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Analisis

Kurikulum dan Desain Pembelajaran IPA yang berjudul “Pengertian Kurikulum

dan landasan Pengembangannya “. Terima kasih kepada Bapak Dr. La Maronta

Galib, M. Pd, sebagai dosen pengampu mata kuliah ini, dan terima kasih pula

kepada teman-teman atas partisipasi dan kerjasamanya dalam menyelesaikan

makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini kiranya masih

banyak terdapat kesalahan, maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat

kami butuhkan dalam pembuatan makalah selanjutnya agar menjadi lebih baik

lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya, dan

pembaca pada umumnya.

Kendari, November 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan .................................................................................. 2

BAB II KERANGKA BERPIKIR DALAM PENULISAN


A. Metode Penulisan .................................................................................. 3
B. Ruang Lingkup Kajian dan Pembahasan .............................................. 3
C. Sumber Data dan Informasi .................................................................. 3
D. Teknik Pengumpulan, Penyajian Data dan Informasi .......................... 3
E. Peta Konsep Kajian dan Pembahasan ................................................... 4

BAB III KAJIAN DAN PEMBAHASAN


A. Pengertian Kurikulum ............................................................................ 6
B. Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum ..................................... 10
C. Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum ................................... 15
D. Landasan sosiologis Pengembangan Kurikulum ................................... 21
E. Landasan IPTEKS Pengembangan Kurikulum ...................................... 23

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ................................................................................................... 25
B. Saran ....................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

2.1 Peta Konsep Perumusan Kajian Dan Pembahasan………………..........5

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai


kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.
Pengembangan kurikulum pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan
untuk kemajuan. Kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan dan
mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang ada
pada dunia pendidikan. Secara garis besar, kurikulum dapat diartikan sebagai
perangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada murid
sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai.
Sekarang ini kita dapat melihat realita bahwa Indonesia sangatlah jauh
tertinggal di bidang IPTEK dibandingkan dengan bangsa Eropa dan Barat.
Untuk mengatasi masalah ini pemerintah menegaskan perlunya
pengembangan kurikulum dalam dunia pendidikan, baik pendidikan formal
maupun non formal. Dalam pengembangan kurikulum harus sesuai dengan
pengertian kurikulum yakni seperangkat perencanaan dan media untuk
mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan
yang diinginkan. Sesuai perkembangan masyarakat yang berlatar belakang
berbeda-beda maka dalam pengembangan kurikulum juga harus melibatkan
masyarakat sehingga terbentuk kurikulum yang ideal dan sistematik sesuai
kebutuhan mereka.
Hal ini berarti bahwa kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan
disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pengembangan kurikulum harus didasarkan pada landasan dan
prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar
pengembangan kurikulum yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang menjadi
tujuan dari pendidikan nasional. Oleh sebab itu ada beberapa landasan yang
harus menjadi pedoman dalam pengembangan kurikulum. Makalah ini

1
2

mencoba untuk memaparkan “Pengertian Kurikulum dan Landasan


Pengembangannya”
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang terseburt, maka yang menjadi rumusan


masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian Kurikulum?
2. Bagaimana landasan filosofis pengemangan kurikulum?
3. Bagaimana landasan psikologis pengembangan kurikulum?
4. Bagaimana landasan sosiologis pengembangan kurikulum?
5. Bagaimana landasan IPTEKS pengembangan kurikulum?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan pada


makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan pengertian kurikulum
2. Mendeskripsikan landasan filosofis pengembangan kurikulum
3. Mendeskripsikan landasan psikologis pengembangan kurikulum?
4. Mendeskripsikan landasan sosiologis pengembangan kurikulum?
5. Mendeskripsikan landasan IPTEKS pengembangan kurikulum?

D. Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai


berikut.
1. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi mengenai pengertian kurikulum,
landasan filosofis pengemangan kurikulum, landasan psikologis
pengembangankurikulum,landasan sosiologis pengembangan kurikulum dan
landasan IPTEKS pengembangan kurikulum.
2. Bagi penulis, sebagai latihan untuk menulis dan menyusun makalah
selanjutnya.
BAB II
KERANGKA BERPIKIR DALAM PENULISAN

A. Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam makalah ini adalah metode pustaka,
yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan
data dari pustaka yang berhubungan dengan materi makalah kami. Baik
berupa buku maupun informasi dari internet.

B. Ruang Lingkup Kajian dan Pembahasan

Ruang lingkup kajian dan pembahasan dari makalah ini adalah


sebagaiberikut.
1. Pengertian Kurikulum.
2. Landasan filosofis pengemangan kurikulum.
3. Landasan psikologis pengembangan kurikulum.
4. Landasan sosiologis pengembangan kurikulum.
5. landasan IPTEKS pengembangan kurikulum.

C. Sumber Data dan Informasi

Sumber data dan informasi pada makalah ini menggunakan


beberapa literatur yang berasal dari buku-buku pendidikan dan internet
yang relefan.

D. Teknik Pengumpulan, Penyajian Data dan Informasi

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam makalah ini


adalah studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah teknik
pengumpulan data sekunder dari berbagai buku, dokumen dan tulisan
yang relevan untuk menyusun konsep penyusunan makalah.

3
4

E. Peta Konsep Kajian dan Pembahasan

Pengertian
Kurikulum
Secara
Pengertian Etimologis
Kurikulum

Pengertian
Kurikulum
Secara
Tradisional

Pengertian
Kurikulum
Secara
Modern

Filsafat
Pendidikan
Pengertian Landasan
Kurikulum dan Filosofis
Pengembangan Manfaat
landasan
Kurikulum Filsafat
Pengembangannya
Pendidikan

Filsafat dan
Tujuan
Pendidikan

Perkembangan
Landasan Peserta Didik
Psikologis dan Kurikulum
Pengemban
gan
Kurikulum

Psikologi
Belajar dan
Kurikulum
5

Landasan Perkembangan
sosiologis
Pengembang Peserta Didik
an Kurikulum dan Kurikulum

Masyarakat dan
Kurikulum

Landasan
IPTEKS
Pengembangan
Kurikulum

Gambar 2.1 Peta Konsep Kajian dan Pembahasan


6

BAB III
KAJIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan


yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Pengertian
kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan perkembangan teori
dan praktik pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum dalam
pendidikan, maka dalam penyusunannya harus mengacu pada landasan yang
kokoh dan kuat. Dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian
kurikulum maka secara teorotis agak sulit menentukan satu pengertian yang
dapat merangkum semua pendapat. Namun, pemahaman konsep dasar
mengenai kurikulum ini tetaplah penting adanya. Berikut ini adalah beberapa
sudut pandang.
1. Pengertian Kurikulum Secara Etimologis
Dalam kamus Webster menyebutkan curicculum yang berasal dari
bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti
“tempat berpacu”. Jadi istilah kurikulum pada pada zaman Romawi kuno
mengandung pengertian sebagai suatu jarak yang harus ditempuh oleh
pelari dan garis start sampai garis finis untuk memperoleh medali atau
penghargaan (Asep Herry Hermawan, dkk, 2011:1.3).
2. Pengertian Kurikulum Secara Tradisional
Pertengahan abad ke-20 pengertian kurikulum berkembang dan
dipakai dalam dunia pendidikan yang berarti sejumlah mata pelajaran
(subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir
program pelajaran untuk memperoleh ijazah. Dari rumusan pengertian
kurikulum tersebut terkandung dua hal pokok yaitu sebagai berikut.
1) Adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa dan
2) Tujuan utamanya yaitu untuk memperoleh ijazah.
7

Dalam pandangan klasik, kurikulum dipandang sebagai rencana


pelajaran di suatu sekolah atau madrasah. Pelajaran-pelajaran dan materi
apa yang harus ditempuh di sekolahatau madrasah.
Apabila ditelusuri lebih jauh, kurikulum mempunyai berbagai
macam arti, yaitu: 1) sebagi rencana pengajaran, 2) sebagai rencana belajar
murid, dan 3) sebagai pengalaman belajar murid dari sekolah atau
madrasah.
Dari pengertian tersebut, kurikulum didefinisikan sebagai bahan
tertulis yang dimaksudkan untuk digunakan oleh para guru dalam
melaksanakan pembelajaran untuk para peserta didiknya. (Sholeh Hidayat,
2013:19)
Pandangan klasik yang dalam penyusunan kurikulum yang masih
digunakan sampai saat ini adalah rasional Tyler (1945) yang
mengemukakan bahwa kurikulum adalah seluruh pengalaman belajar yang
direncanakan dan diarahkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikannya.
Pandangan Tyler kemudian disempurnakan oleh Hilda Tabah (1962)
menyatakan bahwa kurikulum adalah psebagai a plan of learning yang
berarti bahwa kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan untuk
dipelajari oleh siswa yang memuat rencana untuk peserta didik. Dalam
bukunya "Curriculum Development Theory and Pratice". (dalam Ella
Yulaelawati, 2007:30-31).
3. Pengertian Kurikulum Secara Modern
Pengertian kurikulum seperti tersebut di atas dianggap pengertian
yang sempit dan sederhana .Pengertian kurikulum terus berkembang
seirama dengan perkembangan berbagai hal yang harus diemban dan
menjadi tugas sekolah atau madrasah. Berikut ini dikutip pendapat para
ahli lain sebagai perbandingan, seperti yang dikemukakan Romine (1941).
Pandangan ini dirumuskan sebagai berikut: “curucculum is interpreted to
mean all of the organized courses, activities, and experience, which pupile
8

hane under direction of the scool, whether in the classroom organisatoris


not”( Prof. Dr. Oemar Hamalik, 2013:21).
Berdasarkan rumusan ini, kegiatan-kegiatan kurikuler tidak terbatas
dalam rangka kelas, melainkan mencakup juga kegiatan di luar kelas.
Pandangan modern menjelaskan, bahwa antara kegiatan intrakurikuler dan
kegiatan ekstrakurikuler tidak ada pemisahan tegas. Semua kegiatan yang
bertujuan memberikan pengalaman pendidikan kepada siswa tercakup
dalam kurikulum.
Selanjutnya Saylor dan Alexander (1956) dalam bukunya
“Curicculum Planning” bahwa kurikulum adalah keseluruhan usaha
sekolah untuk mempengaruhi belajar baik berlangsung di kelas, di
halaman maupun di luar sekolah. Menurut B.Ragan, beliau
mengemukakan bahwa “kurikulum adalah semua pengalaman anak di
bawah tanggung jawab sekolah”. Menurut Soeditarjo, “ Kurikulum adalah
segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir
untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan.”
Dari berbagai pengertian kurikulum di atas dapat disimpulkan
bahwa kurikulum di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum ditinjau dari
pandangan modern merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir
untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa di bawah
tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencapai suatu
tujuan.
Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap
sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses
pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Cambell (1935) bahwa
kurikulum adalah susunan pengalaman yang digunakan guru sebagai
proses dan prosedur untuk membimbing anak didik menuju situasi
kehidupan.
Pengertian yang luas juga dikemukakan Beauchamp (1986)
mengemukakan bahwa kurikulum adalah dokumen tertulis yang
9

kandungannya berisi mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta


didik dengan melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu,
rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari. (Tim Pengembang FIP-
UPI, 2007:97)
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid
Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau
dalam empat dimensi, yaitu sebagai berikut.
a. Kurikulum sebagai suatu ide.
b. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide; yang di dalamnya memuat tentang
tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat dan waktu.
c. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek
pembelajaran.
Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan (Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd,
2013:21-22). Sementara Purwadi (2003) memilih pengertian kurikulum
menjadi enam bagian adalah sebagai berikut.
a. Kurikulum sebagai ide.
b. Kurikulum formalberupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman
dan panduan dalam melaksanakan kurikulum.
c. Kurikulum menurut persepsi pengajar.
d. Kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional oleh
pengajar di kelas.
e. Kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta
didik.
f. Kurikulum yang dieroleh dari penerapan kurikulum`(dalam Amiie23
Blog, 2013)
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat
dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasioanal No. 20 Tahun
2003 UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa “kurikulum adalah
10

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan


pelajaran, teknik penilaian, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu” (dalam Sholeh Hidayat 2013:22).
Sehubungan dengan banyaknya defenisi tentang kurikulum, dalam
implementasi kurikulum kiranya perlu melihat defenisi kurikulum yang
tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (9) yang berbunyi : kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencakup tujuan pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada
pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang
dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan memperhatikan: (1) peningkatan iman dan taqwa; (2) peningkatan
akhlak mulia; (3) peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik;
(4) keragaman potensi daerah dan nasional; (5) tuntutan pembangunan daerah
dan nasional; (6) tuntutan dunia kerja; (7) perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni; (8) agama; (9) dinamika perkembangan global; (10)
persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Pasal ini jelas menujukkan berbagai aspek pengembangan kepribdaian
peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat
dan bangsa , ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknolgi dan
tantangan kehidupan global. Artinya kurikulum harus memperhatikan
permasalahan ini dengan menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang
diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan.

B. Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum

Barnadib (1994) berpendapat bahwa falsafah dalam arti sebenarnya


adalah cinta kebenaran yang merupakan rangkaian dari dua pengertian, yakni
philein (cinta) dan sophia (kebijakan). Dalam batasan modern, filsafat
diartikan sebagai ilmu yang berusaha memahami semua hal yang muncul di
11

dalam keseluruhan lingkungan pengalaman manusia, yang berharap agar


manusia dapat mengerti dan mempunyai pandangan menyeluruh dan
sistematis mengenai alam semesta dan tempat manusia di dalamnya. Intinya,
manusia merupakan bagian dari dunia . Filsafat sangat penting karena harus
dipertimbangkan dalam mengambil keputusan tentang aspek kurikulum
(Abdullah Idi, 2014:59-60)
Filsafat membahas segala permasalahan manusia, termasuk
pendidikan, yang disebut filsafat pendidikan. Filsafat memberikan arah dan
metodologi terhadap praktik-praktik pendidikan, sedangkan praktik-praktik
pendidikan memberikan bahan-bahan bagi pertimbangan filosofis. Keduanya
sangat berkaitan erat. Hal inilah yang menyebabkan landasan filosofis
menjadi landasan penting dalam pengembangan kurikulum.

1. Filsafat Pendidikan

Filsafat berupaya mengkaji berbagai permasalahan yang dihadapai


manusia, termasuk masalah pendidikan. Pendidikan sebagai ilmu terapan,
tentu saja memerlukan ilmu-ilmu lain sebagai penunjang, di antaranya
filsafat.Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dan
pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan. Menurut Redja Mudyahardjo (1989), terdapat tiga sistem
pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran
pendidikan pada umumnya dan pendidikan di Indonesia pada khususnya,
yaitu : filsafat idealisme, realisme dan filsafat pragmatism (Asep Herry
Hermawan, dkk, 2011:2.5)
Dalam pengembangan kurikulum, filsafat menjawab hal-hal mendasar bagi
pengembangan kurikulum. Dengan kedudukannya yang begitu mendasar,
filsafat memiliki empat fungsi.
1. Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan.
2. Filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus
dipelajari.
3. Filsafat dapat menetukan strategi atau cara pencapaian tujuan.
12

4. Filsafat dapat menentukan tokoh ukur keberhasilan proses pendidikan.


Oleh karena itu kurikulum senantiasa bertalian erat dengan filsafat
pendidikan, karena filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-
cita masyarakat. Filsafat pendidikan menggambarkan manusia yang idel
yang diharapkan masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan sumber
untuk menentukan arah dan tujuan yang hendak dicapai dengan alat yang
disebut kurikulum (Prof.Dr.Sholeh Hidayat, 2013:35).
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah rumusan
yang didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam, analisis, logis,
sistematis dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan
mengembangkan kurikulum baik dalam bentuk kurikulum sebagai rencana
(tertulis), terlebih kurikulum dalam bentuk pelaksanaan di sekolah.

2. Filsafat dan Tujuan Pendidikan

Landasan filsafat ini berhubungan dengan filsafat dan tujuan


pendidikan. Filsafat dan tujuan pendidikan berkenaan dengan sistem nilai.
Sistem nilai merupakan pandangan seseorang tentang sesuatu terutama
berkenaan dengan arti kehidupan. Pandangan ini lahir dari kajian sesuatu
masalah, norma agama dan sosial yang dianutnya. Perbedaan pandangan
dapat menyebabkan timbulnya perbedaan arah pendidikan yang diberikan
kepada siswa.
Bidang telaahan filsafat pada awalnya mempersoalkan siapa
manusia itu?Kajian terhadap persoalan ini berupaya untuk menelusuri
hakikat manusia, sehingga muncul beberapa asumsi tentang
manusia.Misalnya manusia adalah makhluk religius, makhluk sosial,
makhluk yang berbudaya, dan lain sebagainya.Dari beberapa telaahan
tersebut filsafat mencoba menelaah tentang tiga pokok persoalan, yaitu
hakikat benar-salah (logika), hakikat baik-buruk (etika), dan hakikat indah-
jelek (estetika).Oleh karena itu maka ketiga pandangan tersebut sangat
dibutuhkan dalam pendidikan.Terutama dalam menentukan arah dan
tujuan pendidikan. Artinya ke mana pendidikan akan dibawa, terlebih
13

dahulu harus ada kejelasan pandangan hidup manusia atau tentang hidup
dan eksistensinya.
Filsafat akan menentukan arah kemana peserta didik akan dibawa,
filsafat merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing
ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, filsafat yang dianut
oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang
dianut oleh perorangan akan sangat mempengaruhi terhadap tujuan
pendidikan yang ingin dicapai.
Tujuan pendidikan nasional di Indonesia tentu saja bersumber pada
pandangan dan cara hidup manusia Indonesia, yakni Pancasila. Hal ini
berarti bahwa pendidikan di Indonesia harus membawa peserta didik agar
menjadi manusia yang berPancasila. Dengan kata lain, landasan dan arah
yang ingin diwujudkan oleh pendidikan di Indonesia adalah yang sesuai
dengan kandungan falsafah Pancasila itu sendiri.
Sebagai implikasi dari nilai-nilai filsafat Pancasila yang dianut
bangsa Indonesia, dicerminkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional
seperti terdapat dalam UU No.20 Tahun 2003, yaitu : Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadimanusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis
serta bertanggung jawab (Pasal 2 dan 3). Dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional tersebut, tersurat dan tersirat nilai-nilai yang
terkandung dalam rumusan Pancasila.
Melalui rumusan tujuan pendidikan nasional di atas, sudah jelas
tergambar bahwa peserta didikyang ingin dihasilkan oleh sistem
pendidikan kita antara lain adalah untuk melahirkan manusia yang
beriman, bertaqwa, berilmu dan beramal dalam kondisi yang serasi, selaras
14

dan seimbang. Di sinilah pentingnya filsafat sebagai pandangan hidup


manusia dalam hubunganya dengan pendidikan dan pembelajaran.

3. Manfaat Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari


pemikiran-pemikiran filsafat untuk memecahkan permasalahn pendidikan.
Dengan demikian tentu saja bahwa filsafat memiliki manfaat dan
memberikan kontribusi yang besar terutama dalam memberikan kajian
sistematis berkenaan dengan kepentingan pendidikan. Menurut Nasution
(1982) mengidentifikasi beberapa manfaat filsafat pendidikan, yaitu:
1. Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana anak-
anak melalui pendidikan di sekolah? Sekolah adalah suatu lembaga
yang didirikan untuk mendidik anak-anak ke arah yang dicita-citakan
oleh masyarakat, bangsa dan negara.
2. Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang
dianut, kita mendapat hamparan yang jelas tentang hasil yang harus
dicapai.
3. Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada
segala usaha pendidikan.
4. Tujuan pendidikan memungkinkan si penduduk menilai usahanya,
hingga manakah tujuan itu tercapai.
5. Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-
lkegiatan pendidikan.

4. Kurikulum dan Filsafat Pendidikan

Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan


pendidikan, karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau
pandangan hidup suatu bangsa, maka tentu saja kurikulum yang
dikembangkan juga akan mencerminkan falsafah/pandangan hidup yang
dianut oleh bangsa tersebut oleh karena itu terdapat hubungan yang sangat
erat antara kurikulum pendidikan di suatu negara dengan filsafat negara
yang dianutnya. Sebagai contoh, Indonesia pada masa penjajahan Belanda,
15

kurikulum yang dianut pada masa itu sangat berorientasi pada kepentingan
politik Belanda. Demikian pula pada saat negara kita dijajah Jepang, maka
orientasi kurikulum berpindah yaitu disesuaikan dengan kepentingan dan
sistem nilai yang dianut oleh negara Matahari Terbit itu.Setelah Indonesia
mencapai kemerdekaannya, dan secara bulat dan utuh menggunakan
pancasila sebagai dasar dan falsafah dalam berbangsa dan bernegara, maka
kurikulum pendidikan pun disesuaikan dengan nilai-nilai pancasila itu
sendiri.
Pengembangan kurikulum walaupun pada tahap awal sangat
dipengaruhi oleh filsafat dan ideologi negara, namun tidak berarti bahwa
kurikulum bersifat statis, melainkan senantiasa memerluka pengembangan,
pembaharuan dan penyempurnaan disesuaikan dengan kebutuhan dan
tuntutan dan perkembangan zaman yang senantiasa cepat berubah.

C. Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum

Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal


terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum
yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi
perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji
tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek
perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya
yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan
teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam
belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan berkaitan
dengan proses perubahan perilaku siawa. Adanya kurikulum diharapkan dapat
16

mengembangkan perilaku baru berupa kemampuan atau kompetensi aktual


dan potensial dari setiap siswa, serta kemampuan-kemampuan baru yang
dimiliki untuk waktu yang relatif lama.
Psikologi merupakan salah satu landasan dalam pengembangan
kurikulum yang harus dipertimbangkan oleh para pengembang kurikulum.
Hal ini dikarenakan posisi kurikulum dalam proses pendidikan memegang
peranan yang sentral. Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antarmanusia,
yaitu antra siswa dengan pendidik, dan juga antara siswa dengan manusia
lainnya.
Penerapan landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada
lain agar upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dari segi
materi atau bahan yang harus disampaikan, penyesuaian dari segi proses
penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari unsur-unsur upaya
pendidikan lainnya.

1. Perkembangan Peserta Didik dan Kurikulum

Dalam proses pendidikan yang tejadi adalah proses interaksi antar


individu. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena kondisi
psikologisnya.Kondisi psikologis sebenarnya merupakan karakter
psikofisik seseorang sebagai individu yang dinyatakan dalam berbagai
bentuk perilaku interaksi dengan lingkungannya.Dalam pengembangan
kurikulum, minimal ada dua landasan psikologi yang mempengaruhinya,
yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
Anak sejak dilahirkan sudah memperlihatkan keunikan-keunikan,
seperti pernyataan dirinya dalam bentuk tangisan atau gerakan-gerakan
tertentu.Hal ini memberikan gambaran bahwa sebenarnya sejak lahir anak
telah memiliki potensi untuk berkembang.Bagi aliran yang sangat percaya
dengan kondisi tersebut sering menganggap anak sebagai orang dewasa
dalam bentuk kecil.J.J.Rousseau, seorang ahli pendidikan bangsa Perancis,
termasuk yang fanatik berpandangan seperti itu. Dewasa dalam bentuk
kecil mengandung makna bahwa anak itu belum sepenuhya memiliki
17

potensi yang diperlukan bagi penyesuaian diri terhadap lingkungannya, ia


masih memerlukan bantuan untuk berkembang ke arah kedewasaan yang
sempurna, Rousseau memberi tekanan kepada kebebasan berkembang
secara mulus menjadi orang dewasa yang diharapkan. (dalam Asep Herry
Hernawan, dkk, 2011:2.9)
Pendapat lain mengatakan bahwa perkembangan anak itu adalah
hasil dari pengaruh lingkungan. Anak dianggap sebagai kertas putih, di
mana orang-orang di sekelilingnya dapat bebas menulis kertas
tersebut.Pandangan ini bertentangan dengan pandangan di atas, di mana
justru aspek-aspek di luar anak/lingkungannya lebih banyak
mempengaruhi perkembangan anak menjadi individu yang
dewasa.Pandangan ini sering disebut teori Tabularasa dengan tokohnya
yaitu John Locke.
Selain kedua pandangan tersebut, terdapat pandangan yang
menyebutkan bahwa perkembangan anak itu merupakan hasil perpaduan
antara pembawaan dan lingkungan. Aliran ini mengakui akan kodrat
manusia yang memiliki potensi sejak lahir, namun potensi ini akan
berkembang menjadi baik dan sempurna berkat pengaruh lingkungan.
Aliran ini disebut aliran konvergensi dengan tokohnya yaitu William
Stern.Pandangan yang terakhir ini dikembangkan lagi oleh Havighurst
dengan teorinya tentang tugas-tugas perkembangan (developmental
tasks).Tugas-tugas perkembangan yang dimaksud adalah tugas yang
secara nyata harus dipenuhi oleh setiap anak/individu sesuai dengan
taraf/tingkat perkembangan yang dituntut oleh lingkungannya. Apabila
tugas-tugas itu tidak terpenuhi, maka pada taraf perkembangan berikutnya
anak/individu tersebut akan mengalami masalah.
Melalui tugas-tugas ini, anak akan berkembang dengan baik dan
beroperasi secara kumulatif dari yang sederhana menuju ke arah yang
lebih kompleks. Namun demikian, objek penelitian yang dilakukan oleh
Havighurst adalah anak-anak Amerika, jadi kebenarannya masih perlu
diteliti dan dikaji dengan cermat disesuaikan dengan anak-anak Indonesia
18

yang memiliki kondisi lingkungan yang berbeda.Pandangan tentang anak


sebagai makhluk yang unik sangat berpengaruh terhadap pengembangan
kurikulum pendidikan.Setiap anak merupakan pribadi tersendiri, memiliki
perbedaan disamping persamaannya.
Implikasi dari hal tersebut terhadap pengembangan kurikulum
yaitu sebagai berikut.
 Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan
bakat, minat dan kebutuhannya.
 Di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti)
yang wajib dipelajari setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran
pilihan yang sesuai dengan minat anak.
 Kurikulum disamping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan
juga menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang
berbakat di bidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan
studi ke jenjang pendidikan berikutnya.
 Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung pengetahuan,
nilai/sikap, dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan
pribadi yang utuh lahir dan batin.
Implikasi lain dari pengetahuan tentang anak terhadap proses
pembelajaran (actual curriculum) dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu
berpusat kepada perubahan Stingkah laku peserta didik.
b. Bahan/materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat
dan perhatian anak, bahan tersebut mudah diterima oleh anak.
c. Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan taraf
perkembangan anak.
d. Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat
anak.
e. Sistem evaluasi berpadu dalam satu kesatuan yang menyekuruh dan
berkesinambungan dari satu tahap ke tahap yang lainnya dan
dijalankan secara terus menerus.
19

2. Psikologi Belajar dan Kurikulum

Psikologi belajar merupakan suatu cabang bagaimana individu


belajar.Belajar bisa diartikan sebagai perubahan perilaku yang terjadi
melalui pengalaman.Segala perubahan perilaku baik yang berbentuk
kognitif, afektif, maupun psikomotor dan terjadi karena prosespengalaman
dapat dikategorikan sebagai perilaku belajar.Perubahan-perubahan
perilaku yang terjadi secara insting atau terjadi karena kematangan, atau
perilaku yang terjadi secara kebetulan, tidak termasuk belajar.Mengetahui
tentang psikologi/teori belajar merupakan bekal bagi para guru dalam
tugas pokoknya yaitu pembelajaran anak.
Landasan psikologis berkaitan dengan perilaku manusia.
Sehubungan dengan pengembangan kurikulum dan pembelajaran, perilaku
manusia menjadi landasan berkenaan dengan psikologi belajar dan
psikologi perkembangan anak. Hal ini meliputi teori-teori yang
berhubungan dengan individu dalam proses belajar serta
perkembangannya.
Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat
dikelompokkan ke dalam tiga rumpun, yaitu : Teori Disiplin Mental atau
Teori Daya (Faculty Theory), Behaviorisme, dan Organismik atau kognitif
Gestalt Field.
1. Menurut Teori Daya (Disiplin Mental)
Menurut teori ini, sejak kelahirannya anak/individu telah
memiliki otensi-potensi atau daya-daya tertentu (faculties) yang
masing-masing memiliki fungsi tertentu, seperti potensi/daya
mengingat, daya berfikir, daya mencurahkan pendapat, daya
mengamati, daya memecahkan masalah, dan daya-daya lainnya.Daya-
daya tersebut dapat dilatih agar dapat berfungsi dengan baik. Daya-
daya yang telah terlatih dapat dipindahkan dalam pembentukan daya-
daya lain. Pemindahan (transfer) ini mutlak dilakukan melalui latihan
(drill), karena itu pengertian mengajar menurut teori ini adalah
20

melatih peserta didik dalam daya-daya itu, cara mempelajarinya pada


umumnya melalui hapalan dan latihan.
2. Teori Behaviorisme
Pandagan ini berpendapat bahwa tingakah laku manusia dapat
menjelaskan sgala sesuatu tentang jiwa manusia. Tingkah laku itu
adalah sebagai jawaban terhadap perangsang-perangsang atau
stimulus dari luar. Belajar ditafsirkan sebagai pembentukan hubungan
antara stimulus dan respon. Implikasinya, dengan mempelajari tingkah
laku manusia, makadapat disusun suatu program pendidikan yang
serasi dan memuaskan.
Rumpun teori ini mencakup tiga teori, yaitu koneksionisme
atau teori asosiasi, teori kondisioning, dan teori reinforcement
(operant conditioning).Behaviorisme berangkat dari asumsi bahwa
individu tidak membawa potensi sejak lahir.Perkembangan individu
ditentukan oleh lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat).Teori ini
tidak mengakui sesuatu yang sifatnya mental, perkembangan anak
menyangkut hal-hal nyata yang dapat dilihat dan diamati.Teori
Asosiasi adalah teori yang awal dari rumpun Behaviorisme.Menurut
teori ini kehidupan tunduk kepada hokum stimulus-respon atau aksi-
reaksi.Belajar merupakan upaya untuk membentuk hubungan
stimulus-respon sebanyak-banyaknya.
3. Teori Organismik (Gestalt)
Teori ini mengacu pada pengertian bahwa keseluruhan lebih
bermakna daripada bagian-bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari
bagian-bagian.Manusia dianggap sebagai makhluk organism yang
melakukan hubungan timbale balik dengan lingkungan secara
keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon.Menurut
teori ini, Stimulus yang hadir itu diseleksi menurut tujuannya,
kemudian individu melakukan interaksi dengannya dan seterusnya
terjadi perbuatan belajar.Disini peran guru adalah sebagai
21

pembimbing bukan penyampai pengetahuan, siswa berperan sebagai


pengelola bahan pelajaran.
Belajar menurut teori ini bukanlah menghapal akan tetapi
memecahkan masalah, dan metoda belajar yang dipakai adalah metoda
ilmiah dengan cara anak dihadapkan pada berbagai permasalahan,
merumuskan hipotesis atau praduga, mengumpulkan data yang
diperlukan untuk memecahkan masalah, menguji hipotesis yang telah
dirumuskan, dan pada akhirnya para siswa dibimbing untuk menarik
kesimpulan-kesimpulan. Jadi teori ini bertitik tolak dari suatu
keseluruhan. Keseluruhan bukan jumlah dari bagian-bagian,
melainkan suatu kesatuan yang bermakna. Teori ini banyak
mempengaruhi praktek pengajaran di sekolah karena memiliki prinsip
sebagai berikut :
 Belajar berdasarkan keseluruhan
 Belajar adalah pembentukan kepribadian
 Belajar berkat pemahaman
 Belajar berdasarkan Pengalaman
 Belajar adalah suatu proses perkembangan
 Belajar adalah proses berkelanjutan

D. Landasan sosiologis Pengembangan Kurikulum


Landasan sosilogis mempunyai peran penting dalam
mengembangkan kurikulum pendidikan pada masyarakat dan bangsadi muka
bumi ini. Suatu kurikulum prinsipnya mencerminkan keinginan, cita-cita
tertentu dan kebutuhan masyarakat. Karena itu sudah sewajarnya kalau
pendidikan memerhatikan aspirasi masyarakat, kekutan sosio-politik-ekonomi
yang dominan.
Landasan sosiologis menyangkut kekuatan-kekuatan sosial di
masyarakat.Kekuatan-kekuatan itu berkembang dan selalu berubah-ubah
sesuai dengan perkembangan zaman.Kekuatan itu dapat berupa kekuatan
yang nyata maupun yang potensial, yang berpengaruh dalam perkembangan
kebudayaan seirama dengan dinamika masyarakat.
22

1. Perkembangan Peserta Didik dan Kurikulum


Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam
pengembangan kurikulum dengan pertimbangan :
a. Individu lahir tak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya.
b. Kurikulum dalam suatu masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi
dari cara orang berpikir, berasa, bercita-cita, atau kebiasaan-kebiasaan.
c. Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut
kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, karsa manusia
yang diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu:Ide, konsep, gagasan, nilai,
norma, peraturan, dan lain-lain.Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari
manusia dalam bermasyarakat.Benda hasil karya manusia.

2. Masyarakat dan Kurikulum

Mayarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan


mereka sendiri ke dalam kelompok-kelompok berbeda.Kebudayaan
hendaknya dibedakan dengan istilah masyarakat yang mempunyai arti
suatu kelompok individu yang terorganisir yang berpikir tentang dirinya
sebagai suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat
lainnya.Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri, dengan
demikian yang membedakan masyarakat yang satu dengan masyarakat
lainnya adalah kebudayaan. Hal ini mempunyai implikasi bahwa apa yang
menjadi keyakinan pemikiran seseorang, reaksi terhadap perangsang
sangat tergantung kepada kebudayaan di mana ia dibesarkan.
Perubahan sosial budaya dalam suatu masyarakat akan mengubah
pula kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat juga dipenuhi oleh
kondisi dari masyarakat itu sendiri.Adanya perbedaan antara masyarakat
satu dengan masyarakat lainnya sebagian besar disebabkan oleh kualitas
individu-individu yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Di sisi lain
kebutuhan masyarakat pada umumnya juga berpengaruh terhadap
individu-individu sebagai sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu,
23

pengembangan kurikulum yang hanya berdasarkan pada keterampilan


dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang
bersifat teknologis dan mengglobal.
Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada
pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya dengan
lingkungan sosial setempat. Lingkungan sosial budaya merupakan sumber
daya yang mencakup kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan uraian di atas, sangatlah penting memperhatikan faktor
kebutuhan masyarakat dalam pengembangan kurikulum. Perkembangan
masyarakat menuntut tersedianya proses pendidikan yang relevan. Untuk
terciptanya proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan
masyarakat maka diperlukan rancangan berupa kurikulum yang landasan
pengembangannya memperhatikan faktor perkembangan masyarakat.

E. Landasan IPTEKS Pengembangan Kurikulum

Pendidikan merupakan usaha menyiapkan subjek didik (siswa)


menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin
pesat. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang
akan datang. Teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan ilmiah dan
ilmu-ilmu lainnya untuk memecahkan masalah-masalah praktis.Ilmu dan
teknologi tak dapat dipisahkan.Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
teramat pesat seiring lajunya perkembangan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan dan kemampuan- kemampuan tersebut, maka
ada hal-hal yang dijadikan sebagai dasar, yakni sebagai berikut.
 Pembangunan IPTEK harus berada dalam keseimbangan yang dinamis dan
efektif dengan pembinaan sumber daya manusia, pengembangan sarana
dan prasarana iptek, pelaksanaan dan penelitian dan pengembangan serta
rekayasa dan produksi barang dan jasa.
 Pembangunan IPTEK tertuju pada peningkatan kualitas, yakni untuk
meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa.
24

 Pembangunan IPTEK harus selaras (relevan) dengan nilai-nilai agama,


nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan lingkungan hidup.
 Pembangunan IPTEK harus berpijak pada upaya peningkatan
produktivitas, efesiensi dan efektivitas penelitian dan pengembangan yang
lebih tinggi.
 Pembangunan IPTEK berdasarkan pada asas pemanfaatannya yang
memberikan nilai tambah dan memberikan pemecahan masalah konkret
dalam pembangunan.
Penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dilaksanakan oleh berbagai pihak, yakni sebagai berikut.
 Pemerintah, yang mengembangkan dan memanfaatkan IPTEK untuk
menunjang pembangunan dalam segala bidang.
 Masyarakat, yang memanfaatkan IPTEK itu pengembangan masyarakat
dan mengembangakannya secara swadaya.
 Akademisi terutama di lingkungan perguruan tinggi, mengembangkan
IPTEK untuk disumbangkan kepada pembangunan.
 Pengusaha, untuk meningkatkan produktivitas
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan diatas maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang
direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu
lembaga pendidikan.
2. Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum merupakan rumusan
yang didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam, analisis, logis,
sistematis dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan
mengembangkan kurikulum baik dalam bentuk kurikulum sebagai
rencana (tertulis), terlebih kurikulum dalam bentuk pelaksanaan di
sekolah.
3. Landasan psikologis pengembangan kurikulum merupaka alat untuk
mencapai tujuan pendidikan berkaitan dengan proses perubahan perilaku
siawa. Adanya kurikulum diharapkan dapat mengembangkan perilaku
baru berupa kemampuan atau kompetensi aktual dan potensial dari setiap
siswa, serta kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki untuk waktu
yang relatif lama.
4. Landasan sosiologis pengembangan kurikulum menyangkut kekuatan-
kekuatan sosial di masyarakat.Kekuatan-kekuatan itu berkembang dan
selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman.Kekuatan itu
dapat berupa kekuatan yang nyata maupun yang potensial, yang
berpengaruh dalam perkembangan kebudayaan seirama dengan dinamika
masyarakat.
5. Landasan IPTEKS pengembangan kurikulum merupakan aplikasi dari
ilmu pengetahuan ilmiah dan ilmu-ilmu lainnya untuk memecahkan
masalah-masalah praktis.Ilmu dan teknologi tak dapat dipisahkan.Ilmu

26
27

pengetahuan dan teknologi berkembang teramat pesat seiring lajunya


perkembangan masyarakat.
B. Saran

Sehubungan dengan penulisan makalah ini maka saran yang dapat


kami sampaikan adalah diharapkan kepada pembaca untuk terus meningkatkan
kompetensi dan wawasan yang berhubungan dengan analisis kurikulum dan
desain pembelajaran IPA khususnya pada landasan filosofis pengembangan
kurikulum, landasan psikologis pengembangan kurikulum, landasan sosiologis
pengembangan kurikulum dan landasan IPTEKS pengembangan kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Landasan Teoritik, http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._pedagogik/


196007071986012 ocih_setiasih/hand_ot_landasan_pengkur_revisi.pdf
(Diakses pada tanggal 1 November 20160).

Akhmad. 2008. Landasan kurikulum, https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008


/01/22/landasan-kurikulum/ (Diakses pada tanggal 1 November 2016).

Dra. Masitoh. 2013. Landasan Pengembangan Kurikulum, http://digilib.uin-


suka.ac.id/17471/2/1320410017_bab-ii_sampai_sebelum bab terakhir.
pdf (Diakses pada tanggal 1 November 2016).
Hamalik, Oemar. 2012. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Rosdakarya.
Bandung.

Hernawan. Asep Herry. dkk. 2011. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran


Modul 1 – 12. Universitas Terbuka, Kementrian Pendidikan Nasional.
Jakarta.

Hidayat, Sholeh. 2003. Pengembangan Kurikulum Baru. Rosdakarya. Bandung.

Idi, Abdullah. 2014. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik .Grafindo


Persada. Jakarta.

Sadidadila. 2011, Pengertian Kurikulum-Sistem Landasan dan Prinsip


Pengembangannya/am. www.google.com/amp/s/sadidadalia.wordpress.
com. 2011/11/30. Pengertian Kurikulum-Sistem Landasan dan Prinsip
Pengembangannya/amp/?(Diakses pada tanggal 1 November 2016).

Suwilah. 2014. Landasan pengembangan Kurikulum. https://suwilah.wordpress.co


m/2014/03/28/landasan-pengembangan-kurikulum-2/ (Diakses pada
tanggal 1 November 2016.

Tim Pengembangan FIP-UPI. 2011. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. PT. IMTIMA.
Bandung

Yulaelawati. Ella. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran Folosofi Teori dan


Aplikasi. Pakar Raya. Jakarta.

Você também pode gostar