Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Pada penelitian ini, ranah kognitif yang
digunakan mulai dari C1 hingga C4. Kemudian ranah afektif merupakan
kemampuan dalam sikap atau respons yang diberikan siswa pada proses
pembelajaran. Ranah afektif terdapat empat tipe karakteristik afektif yang penting
yaitu sikap, minat, konsep diri dan nilai (Tim Pengembang Ilmu pendidikan,
2007; Rosa, 2015). Ranah afektif yang diambil untuk penelitian ini adalah
motivasi belajar siswa. Motivasi belajar yaitu sesuatu hal yang menggerakkan hati
agar siswa melakukan sesuatu yang dalam hal ini perbuatan belajar, khususnya
dalam mempelajari fisika. Motivasi belajar dapat dilihat berdasarkan indikator-
indikator motivasi belajar antara lain kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan rasa cinta, kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan aktualisasi diri,
kebutuhan mengerti dan mengetahui. Selain itu menurut (Wahyuningsih,
Indrawati, Wahyuni, 2014) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,
semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya, tanggung jawab
siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya, rasa senang dalam
mengerjakan tugas dari guru, reaksi siswa terhadap stimulus yang diberikan guru.
Motivasi belajar dapat menentukan berhasil tidaknya dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Semakin besar motivasi belajar siswa maka
semakin besar keinginan siswa dalam belajar, sehingga berdampak pada
meningkatnya hasil belajar kognitif siswa. Oleh karena itu, faktor motivasi
menjadi salah satu faktor yang menentukan prestasi belajar yang dicapai oleh
siswa. Motivasi belajar harus dapat terus ditingkatkan karena siswa yang memiliki
motivasi belajar yang tinggi akan memudahkannya dalam belajar sehingga
berdampak pada prestasi belajar yang lebih baik (Sari, Saputri, & Sasmita, 2016).
Teori belajar yang melandasi model pengajaran langsung adalah teori behavioral
dan teori belajar sosial (Orrahmah, An’nur, M, 2016). Teori pemodelan tingkah
laku. Menurut teori ini belajar dilakukan melalui pemodelan (mencontoh, meniru)
perilaku dan pengalaman orang lain (Lefudin, 2017).
Salah satu hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan model
pengajaran langsung menunjukkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri 10 Banjarmasin, dapat disimpulkan
4
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
kelayakan perangkat model pengajaran langsung yang dikembangkan untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa?”. Adapun rumusan masalah
secara khusus berdasarkan latar belakang diatas adalah:
1. Bagaimanakah validitas perangkat pembelajaran dengan model pengajaran
langsung untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa yang
dikembangkan ditinjau dari validitas rencana proses pembelajaran (RPP),
materi ajar, lembar kerja peserta didik (LKPD), dan tes hasil belajar (THB)?
2. Bagaimanakah kepraktisan perangkat pembelajaran dengan model pengajaran
langsung untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa ditinjau dari
keterlaksanaan RPP dan kendala pelaksanaan pembelajarannya?
3. Bagaimanakah keefektifan perangkat pembelajaran dengan model pengajaran
langsung untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa ditinjau dari
motivasi dan hasil belajar siswa, serta respon siswa terhadap perangkat dan
proses pembelajaran yang telah dilakukan?
5
3. Tujuan Penelitian
Tujuan secara umum dalam penelitian ini adalah “Mendeskripsikan
kelayakan perangkat model pengajaran langsung yang dikembangkan untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa”. Adapun tujuan secara khususnya
yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan validitas perangkat pembelajaran dengan model pengajaran
langsung untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa yang
dikembangkan ditinjau dari validitas RPP, materi ajar, LKPD, dan THB.
2. Mendeskripsikan kepraktisan perangkat pembelajaran dengan model
pengajaran langsung untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
ditinjau dari keterlaksanaan RPP dan kendala pelaksanaan pembelajarannya.
3. Mendeskripsikan keefektifan perangkat pembelajaran dengan model
pengajaran langsung untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
ditinjau dari motivasi dan hasil belajar siswa, serta respon siswa terhadap
perangkat dan proses pembelajaran yang telah dilakukan.
4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat ditinjau secara teorits atau praktis. Adapun
manfaat secara teoritis yang diharapkan antara lain sebagai berikut: Penelitian ini
menghasilkan perangkat pembelajaran dengan model pengajaran langsung berupa
RPP, materi ajar, LKPD, dan THB yang layak untuk meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa. Hasil penelitian dapat menambah bahan kajian bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Adapun manfaat praktis yang diharapkan antara lain sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kompetensi siswa terutama
dalam motivasi dan hasil belajar siswa.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan dalam
mengajar bagi guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
6
6. Definisi Istilah
a. Validitas perangkat pembelajaran adalah kemampuan sebuah tes untuk
mengukur apa yang harusnya diukur (Supriyono, 2017). Validitas perangkat
pembelajaran meliputi RPP, materi ajar, LKPD, dan THB. Validitas dilihat
berdasarkan hasil penilaian 2 validator menggunakan lembar validasi, dan
dikategorikan valid ketika rerata skor yang diberikan validator minimal 3,25.
b. Kepraktisan perangkat pembelajaran adalah ukuran atau tingkat kemudahan
menggunakan perangkat atau kemudahan perangkat untuk dilaksanakan atau
digunakan baik bagi guru maupun siswa (Aminah, 2016). Kepraktisan
perangkat pembelajaran yang dikembangkan ditinjau dari keterlaksanaan RPP
dan kendala pembelajaran. Kepraktisan dilihat berdasarkan tingkat kesesuaian
7
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Hasil Belajar
a. Definisi Hasil Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.
Perubahan yang terjadi diperoleh melalui pengalaman atau pelatihan (Aminah,
2018). Menurut model belajar kognitif tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Sehingga belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang
tidak selalu dapat terlibat dalam tingkah laku yang nampak. Belajar merupakan
kegiatan yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Hasil belajar
pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang berasal dari motivasi dan
harapan untuk berhasil, dimana perubahan tingkah lakunya sebagai hasil belajar
yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Hadiyanto, 2016).
Istilah kognitif berasal dari kata cognition artinya pengertian. Secara luas kognitif
adalah perolehan atau penataan dan penggunaan pengetahuan. Teori belajar
kognitif mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Karena belajar
bukan hanya sekedar hubungan stimulus dan respon melainkan melibatkan proses
berpikir yang kompleks (Suardi, 2018)
2. Motivasi Belajar
a. Definisi motivasi belajar
Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan (Yusri, 2016). Menurut Suprihatin (2015) motivasi itu
sendiri diartikan sebagai dorongan, kekuatan, atau semangat yang mendorong diri
seseorang dalam mencapai prestasi tertentu sesuai dengan keinginannya.
Sedangkan menurut Suranto (2015) motivasi diartikan sebagai penggerak atau
dorongan dalam melakukan suatu perbuatan, sehingga siswa yang memiliki
10
tercapai; (4) Guru harus memperhitungkan perbedaan individu antar siswa; (5)
Mengusahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa, kebutuhan fisiologis, diakhiri
oleh kelompok dan penghargaan. Selain itu, guru dapat mengajarkan cara
mengajar dan mendidik siswa dalam mengatasi kesukaran; guru memberikan
kesempatan kepda siswa untuk memecahkan masalah dan membantu rekan
lainnya yang kesulitan; guru memberikan penguatan kepada siswa yang dapat
mengatasai masalah belajarnya dan guru menghasrgai pengalaman dan
kemampuan siswa agar belajar mandiri (Soleh, 2017). Menurut Sagala (2017)
guru dapat memberikan bantuan kepada siswa, dalam artian mengarahkan
pandangan siswa mengenai belajarnya. Teknik bimbingan yang diterapkan
dilandasi oleh ilmu psikologi dan ilmu pendidikan dalam upaya meningkatkan
motivasi belajar siswa. Menurut Suprihatin (2015) lingkungan belajar dalam
proses pembelajaran berupa suasana belajar yang menyenangkan, tidak
mengancam atau tidak cemas akan kegagalan, memberikan semangat dan sikap
optimisme bagi siswa dalam proses belajar, serta selalu berusaha mendorong
seseorang untuk tertarik belajar.
yang baik atau meningkatkan hasil belajar siswa (Nurrudin, Suharyanto, 2016;
Suyidno, Jamal, 2012).
b. Teori belajarnya
Model pembelajaran langsung dilandasi oleh teori belajar yang berasal
dari rumpun perilaku/behavior dan teori belajar sosial (Yahyana, Ariffudin,
Miriam, 2016). Behavioristik adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah
laku manusia yang dikembangkan oleh para ahli seperti John B. Watson, Ivan P.
Pavlov, dan B.F. Skinner (Nahar, 2016). Teori belajar behavior atau perilaku
menekankan pada perubahan perilaku siswa sebagai hasil belajar yang dapat
diobservasi atau dengan kata lain merupakan teori yang mempelajari tingkah laku
manusia. Perubahan tingkah laku siswa sebagai respon dari proses belajar, dimana
proses belajar merupakan stimulus yang dikondisikan oleh guru agar diperoleh
tingkah laku siswa yang diharapkan (Yahyana, Ariffudin, Miriam, 2016). Menurut
Andriyani dalam Nahar (2016) pada teori behavior ini, belajar bergantung pada
pengalaman termasuk pemberian. Menurut teori ini, dalam belajar yang penting
adalah adanya input berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Permasalahan belajar secara pengetahuan, teori belajar behavioristik
berpengaruh karena belajar diartikan sebagai proses atau latihan-latihan untuk
pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Selama proses pembelajaran
siswa diberikan rangsangan, siswa akan bereaksi dan menanggapi rangsangan
tersebut. Hubungan antara stimulus dan respon akan menimbulkan kebiasaan
otomatis belajar bagi siswa. Dengan demikian kelakuan anak terdiri atas respon
tertentu terhadap stimulus tertentu (Nahar, 2016). Menurut Sugandi dalam Nahar
(2016) Penerapan teori behavior dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa komponen diantaranya: tujuan pembelajaran, materi pelajaran,
karakteristik siswa, media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan penguatan.
Dalam penerapan pembelajarannya, teori belajar behavior mengarahkan siswa
untuk berfikir. Seperti yang dituliskan sebelumnya bahwa teori belajar behavior
merupakan suatu proses pembentukan, yaitu membawa siswa untuk mencapai
tujuan dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar
13
c. Sintaks
Langkah-langkah atau sintaks penerapan pembelajaran menggunakan
model pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
keterampilan. Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep
atau keterampilan yang meliputi penyajian materi, pemberian contoh konsep,
pemodelan/peragaan keterampilan, menjelaskan ulang hal yang dianggap sulit
atau kurang dimengerti oleh siswa; (3) Membimbing latihan terbimbing, dalam
fase ini guru merencanakan dan memberikan bimbingan kepada siswa untuk
melakukan latihan-latihan awal. Guru memberikan penguatan terhadap respon
siswa yang benar dan mengoreksi yang salah; (4) Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik. Pada fase ini, siswa diberi kesempatan untuk berlatih
konsep dan keterampilan serta menerapkan pengetahuan atau keterampilan
tersebut ke situasi kehidupan nyata. Latihan terbimbing ini dapat digunakan guru
untuk mengakses kemampuan siswa dalam melakukan tugas, mengecek apakah
siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik atau tidak, serta memberikan
umpan balik. Guru mengawasi dan memberikan bimbingan jika perlu; (5)
Memberikan latihan lanjutan dan transfer. Fase terakhir ini memberikan
kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya
dengan mandiri.
d. Lingkungan belajar
Lingkungan merupakan salah satu faktor pendukung dalam proses
pembelajaran. Model pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan
pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Pembelajaran
langsung berpusat pada guru, tetapi tetap harus menjamin keterlibatan siswa. Jadi
lingkungan pembelajaran langsung harus diciptakan dan berorientasi pada tugas-
tugas yang diberikan kepada siswa (Sari, 2016). Karakteristik lingkungan untuk
model pengajaran langsung ini terstruktur secara ketat dan lingkungannya
berpusat pada guru (Trianto, 2011). Dalam model pembelajaran ini guru berperan
aktif dalam proses pembelajaran sebagai figur pusat di kelas dalam melakukan
monitor seluruh aktivitas dan mengendalikan perilaku siswa dan kegiatan
akademik siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal (Tim
Penyusun, 2007).
15
diperoleh skor rata-rata 12,74 dan skor rata-rata uji gain ternormalisasi sebesar
0,40. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas X SMA
Handayani Sungguminasa meningkat dalam kategori sedang setelah diterapkan
model pembelajaran langsung, sehingga model pembelajaran langsung dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan
dalam pembelajaran fisika.
Hasil penelitian Sholihah, Jamal, & Salam (2016) menunjukkan bahwa di
kelas X MS 6 SMAN 2 dengan menerapkan strategi ARCS dalam setting
pengajaran langsung dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Banjarmasin
ketuntasan hasil belajar siswa meningkat, secara berturut-turut persentase
ketuntasan individual pada siklus I dan II sebesar 81,48% dan 92,59%, dan
motivasi belajar siswa pada aspek ARCS mengalami peningkatan berkategori
baik. Diperoleh simpulan bahwa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dapat
dilakukan dengan salah satu caranya yaitu menampilkan video yang berbeda-beda
untuk setiap pokok bahasan baru.
5. Kerangka Konseptual
Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa orang diperoleh hasil bahwa
kebanyakan selama pembelajaran fisika khususnya saat guru menjelaskan
penyelesaian dalam soal-soal fisika, siswa kurang memiliki motivasi dalam
belajar sehingga siswa kurang merespon selama pembelajaran. Hal ini sangat
mempengaruhi hasil belajar kognitif siswa. Hanya beberapa siswa saja di dalam
satu kelas yang benar-benar aktif selama pembelajaran dan menunjukkan hasil
belajar yang bagus. Kebanyakan siswa masih tidak bisa menyelesaikan persoalan
fisika yang diberikan, kebanyakan soal yang tidak bisa diselesaikan adalah soal
dengan tingkatan menerapkan dan menganalisis pada taksonomi Bloom. Oleh
karena rendahnya hasil belajar siswa maka model pembelajaran yang digunakan
ialah model yang berpusat pada guru. Model pembelajaran yang mengajarkan
materi atau penyelesaian soal-saol fisika secara tahap demi tahap atau dengan kata
lain secara terbimbing. Pembelajaran pengajaran langsung ini akan membuat
siswa lebih paham dan mengerti tentang pelajaran yang diajarkan. Sehingga siswa
18
C. METODE PENGEMBANGAN
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Menurut
Sutarti & Irawan (2017) penelitian pengembangan adalah langkah untuk
mengembangkan produk yang baru atau menyempurnakan produk yang telah ada
atau dengan kata lain suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan,
pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran harus
memenuhi kriteria validitas, kepraktisan dan efektivitas. Penelitian pengembangan
ini bertujuan mengetahui validitas, kepraktisan perangkat dan keefektifan
perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran pengajaran lansung.
Penelitian pengembangan ini mengembangkan perangkat pembelajaran berupa
RPP, materi ajar, LKPD, dan THB. Langkah-langkah penelitian ADDIE secara
umum antara lain sebagai berikut:
a. Analisis
Tahap analisis adalah tahap dimana peneliti menganalisis perlunya
pengembangan model/metode pembelajaran baru dan menganalisis kelayakan
dan syarat-syarat pengembangan model/metode pembelajaran baru. Tahap analisis
merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta
belajar, yaitu melakukan analisis kebutuhan, mengidentifikasi masalah
(kebutuhan), dan melakukan analisis tugas. Oleh karena itu, output yang
dihasilkan berupa karakteristik atau profil calon peserta belajar, identifikasi
kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas
kebutuhan.
b. Perencanaan
Tahap desain memiliki kemiripan dengan merancang kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan ini merupakan proses sistematik yang dimulai dari
menetapkan tujuan belajar, merancang skenario atau kegiatan belajar mengajar,
merancang perangkat pembelajaran, merancang materi pembelajaran dan alat
evaluasi hasil belajar. Rancangan model/metode pembelajaran ini masih bersifat
konseptual dan akan mendasari proses pengembangan berikutnya. Tahap ini
dikenal juga dengan istilah membuat rancangan.
c. Pengembangan
Pengembangan berisi kegiatan realisasi rancangan produk. Tahap desain
telah disusun kerangka konseptual penerapan model/metode pembelajaran baru.
Tahap pengembangan, kerangka yang masih konseptual tersebut direalisasikan
menjadi produk yang siap diimplementasikan. Sebagai contoh, apabila pada tahap
perencanaan telah dirancang penggunaan model/metode baru yang masih
konseptual, maka pada tahap pengembangan disiapkan atau dibuat perangkat
pembelajaran dengan model/metode baru tersebut seperti RPP, media dan materi
pelajaran.
d. Implementasi
Pada tahap ini menerapkan rancangan dan metode yang telah
dikembangkan pada situasi yang nyata yaitu di kelas. Setelah penerapan metode
20
kemudian dilakukan evaluasi awal untuk memberi umpan balik pada penerapan
model/metode berikutnya.
e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan
sumatif. Evaluation formatif dilaksanakan pada setiap akhir tatap muka
(mingguan) sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah kegiatan berakhir
secara keseluruhan (semester). Evaluasi sumatif mengukur kompetensi akhir dari
mata pelajaran atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hasil evaluasi
digunakan untuk memberi umpan balik kepada pihak pengguna model/metode.
Revisi dibuat sesuai dengan hasil evaluasi atau kebutuhan yang belum dapat
dipenuhi oleh model/metode baru tersebut.
direrata dan dikategorikan valid atau tidak. Materi ajar dikategorikan valid
ketika rerata skor yang diberikan validator minimal 3,25.
c. Validitas LKPD dapat ditinjau dari aspek meliputi; Format lembar kerja siswa,
bahasa, dan isi. Data validitas RPP diperoleh dari hasil penilaian oleh dua
pakar pembelajaran fisika dengan menggunakan instrumen lembar penilaian
validitas LKPD. LKPD dikatakan valid ketika rerata skor yang diberikan
validator minimal 3,25.
d. Validitas THB dapat ditinjau dari aspek meliputi; (1) Konstruksi Umum, (2)
Kevalidan isi butir soal, meliputi; kesesuaian dengan tujuan pembelajaran;
rumusan kalimat soal jelas, menggunakan bahasa yang sederhana, dan mudah
dimengerti; rumusan kalimat soal tidak menimbulkan penafsiran ganda;
pedoman penskoran jelas; dan kebenaran kunci jawaban. Data validitas THB
diperoleh dari hasil penilaian oleh dua pakar pembelajaran fisika dengan
menggunakan instrumen lembar penilaian validitas THB. Skor hasil validasi
tersebut akan direrata dan dikategorikan valid atau tidak. THB dikategorikan
valid ketika rerata skor yang diberikan validator minimal 3,25.
e. Kepraktisan perangkat pembelajaran ditinjau dari keterlaksanaan RPP dan
kendala pelaksanaan pembelajaran. Aspek yang diamati untuk keterlaksanaan
RPP yaitu; (1) pendahuluan, meliputi; Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa; (2) Kegiatan inti, meliputi; Mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan; Membimbing pelatihan; Mengecek
pemahaman dan memberi umpan balik; Memberi pelatihan lanjutan dan
penerapan; (3) Penutup. Penilaian dan pengamatan dilakukan setiap kali
pertemuan oleh dua pengamat dengan menggunakan instrument
keterlaksanaan RPP. Skor hasil pengamatan tersebut akan direrata dan
dikategorikan baik atau tidak. Keterlaksanaan RPP dikategorikan baik jika
skor keterlaksanaan pembelajaran minimal 3,50 dengan kategori baik.
f. Kendala pelaksanaan pembelajaran adalah hal-hal yang menghambat selama
kegiatan pembelajaran di setiap pertemuan. Kendala pelaksanaan
pembelajaran, datanya diperoleh melalui catatan-catatan peneliti dan
pengamat selama terjadinya proses pembelajaran dengan model pengajaran
22
3. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah perangkat pembelajaran yang terdiri atas RPP,
materi ajar, LKPD, dan THB. Subjek uji coba yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa dari SMA . . . Kelas . . . tahun ajaran 2018/2019.
Sedangkan peneliti bertindak sebagai guru dalam penelitian ini.
1. Validitas RPP
Instrumen validitas RPP dapat ditinjau dari aspek meliputi; Identitas
sekolah, identitas mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu,
tujuan pembelajaran, kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi,
materi pembelajaran, alokasi waktu, metode pembelajaran, media pembelajaran,
sumber belajar, langkah pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran (Widarto,
2014). Data validitas RPP diperoleh dari hasil penilaian oleh dua pakar
pembelajaran fisika dengan menggunakan Instrumen Lembar Penilaian Validitas
RPP. Validator memberikan nilai setiap aspek, jika 5 = sangat baik; 4 = baik; 3 =
cukup baik; 2 = kurang baik; 1 = sangat kurang baik. RPP dikatakan valid ketika
rerata skor yang diberikan validator minimal 3,25.
3. Validitas LKPD
Instrumen validitas LKPD dapat ditinjau dari aspek meliputi; Format
lembar kerja siswa, bahasa, dan isi. Data validitas RPP diperoleh dari hasil
penilaian oleh dua pakar pembelajaran fisika dengan menggunakan Instrumen
Lembar Penilaian Validitas LKPD. Validator memberikan nilai setiap aspek, jika
5 = sangat baik; 4 = baik; 3 = cukup baik; 2 = kurang baik; 1 = sangat kurang
baik. LKPD dikatakan valid ketika rerata skor yang diberikan validator minimal
3,25.
4. Validitas THB
Instrumen validitas THB dapat ditinjau dari aspek meliputi; (1)
Konstruksi Umum, (2) Kevalidan isi butir soal, meliputi; kesesuaian dengan
tujuan pembelajaran; rumusan kalimat soal jelas, menggunakan bahasa yang
sederhana, dan mudah dimengerti; rumusan kalimat soal tidak menimbulkan
penafsiran ganda; pedoman penskoran jelas; dan kebenaran kunci jawaban. THB
diberikan kepada siswa kelas X yang menjadi subjek uji coba. THB diberikan
sebelum dan sesudah menerapkan model pengajaran langsung. Data validitas
THB diperoleh dari hasil penilaian oleh dua pakar pembelajaran fisika dengan
menggunakan Instrumen Lembar Penilaian Validitas THB. Skor hasil validasi
tersebut akan direrata dan dikategorikan valid atau tidak. THB dikategorikan valid
ketika rerata skor yang diberikan validator minimal 3,25.
25
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi antara X dengan Y
N = Jumlah teste
∑ 𝑋𝑌 = Total perkalian skor item dan total
∑𝑋 = Jumlah skor butir soal
∑𝑌 = Jumlah skor total
∑ 𝑋2 = Jumlah kuadrat skor butir soal
∑ 𝑌2 = Jumlah kuadrat skor total
Reliabilitas untuk soal bentuk uraian dapat dihitung dengan rumus Alpha
sebagai berikut:
𝑛 ∑𝜎 2
𝑟11 = (𝑛−1) (1 − ∑ 𝜎𝑖 2 ) (2)
𝑡
Keterangan:
𝑟11 = reliabilitas yang dicari; ∑ 𝜎𝑖 2 = jumlah varians skor tiap-tiap item;
∑ 𝜎𝑡 2 = varians total (Purwanti, 2014: 85)
siswa. Angket berisi pernyataan positif dan negatif. Pernyataan diisi siswa dengan
menggunakan tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai dengan pilihan siswa.
Terdapat lima pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang
Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Keterangan:
𝐼𝑖 = rata-rata kriteria ke-i
𝑉𝑗,𝑖 = skor hasil penilaian kriteria ke-i oleh penilai ke-j
n = banyaknya validator
Keterangan:
∑𝑛𝑖=1 𝐼𝑖 = jumlah rata-rata nilai hasil validasi pada indikator ke i
m = banyaknya indikator
Dari hasil penilaian validator akan diperoleh kriteria kevalidan dan
disesuaikan dengan kriteria aspek penilaian perangkat pembelajaran yang telah
ditentukan pada Tabel 6.
Tabel 6. Interpretasi penilaian skor validasi ahli
No Interval Kategori
1 V = 4,00 Sangat Baik
2 3,25 ≤ X 4,00 Baik
3 2,50 ≤ X 3,25 Cukup Baik
29
Keterangan:
R = Persentase keterlaksanaan pembelajaran
A = Skor yang lebih tinggi dari pengamat
Instrumen yang dikembangkan dikatakan reliabel jika mempunyai persentase
≥ 75 %
Dimana :
KB = ketuntasan belajar; T = Jumlah skor yang diperoleh; Ti = Jumlah skor total
31
Ket:
KK = Ketuntasan klasikal; Rt = Rata-rata ketuntasan kelas; Rk = Rata-Rata
ketuntasan maksimal kelas (Nasrah, Jasruddin, & Tawil, 2016).
No Nilai Kompetensi
Predikat
1 Sikap Pengetahuan Keterampilan
2 Sangat Baik 86-100 86-100 A
3 Baik 71-85 71-85 B
4 Cukup 56-70 56-70 C
5 Kurang ≤ 55 ≤ 55 D
(Baharuddin, Indana, & Koestiari, 2017)
Analisis terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik (pretest dan
posttest) dapat dilakukan dengan menghitung gain score <g>.
3. Respon Siswa
Data respon siswa ini diperoleh dari angket respon siswa terhadap
kegiatan pembelajaran. Analisis data angket respon peserta didik dilakukan
menghitung skor total rata-rata dari setiap aspek dan memberikan interpretasi
penilaian berdasarkan skor yang telah diperoleh. Intrepetasi penilaian dibagi ke
dalam lima kriteria. Kriteria penilaian respon peserta didik ditunjukkan pada
Tabel 14 dan 15. Dalam angket respons ini terdapat lima pilihan jawaban dengan
kriteria penilaian sebagai berikut:
No Kategori Skor
1 (SS) sangat setuju 1
2 (S) setuju 2
3 (KS) kurang setuju 3
4 (TS) tidak setuju 4
5 (STS) sangat tidak setuju 5
∑𝐾
𝑃 = ∑ 𝑁 × 100% (14)
Keterangan:
P : Persentase skor respon siswa
∑ 𝐾 : Jumlah skor perolehan siswa
∑ 𝑁 : Jumlah maksimal angket respon
DAFTAR PUSTAKA
Arimbawa, P.A., Santyasa, I.W., & Rapi, N.K. (2017). Strategi Pembelajaran
Guru Fisika: Relevansinya dalam Pengembangan Motivasi Belajar dan
Prestasi Belajar Siswa. Wahana Matematika dan Sains: Jurnal
Matematika, Sains, dan Pembelajarannya. 11, 1, 43-60.
Dara, Y.P., Rahma, U., & Faizah. 2017. Psikologi Pendidikan Aplikasi Teori di
Indonesia. Malang: Tim UB Press.
Fahrina, Jamal, M., A., & Salam, A. (2018). Meningkatkan Kemampuan Analisis
Sintesis Siswa Kelas X Mia 6 SMAN 2 Banjarmasin Melalui Model
Pengajaran Langsung dengan Metode Problem Solving. Berkala Ilmiah
Pendidikan Fisika. 6, 1, 98-117.
Hadiyanto. 2016. Teori dan Pengembangan Iklim Kelas & Iklim Sekolah. Jakarta:
Kencana.
Jampel, I., N. (2016). Analisis Motivasi dan Gaya Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran Di Sekolah Dasar . Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 49,
3, 109-119.
Kamsinah, D.L., Jamal, M.A., & Misbah. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar dan
Keterampilan Prosedural Siswa Melalui Model Pengajaran Langsung
Pada Pembelajaran Fisika di Kelas X3 SMA Negeri 10 Banjarmasin.
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika. 4, 2, 137-143.
35
Multasyam, Yani, A., & Ma’ruf. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Langsung
Terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas X SMA Handayani
Sungguminasa Kabupaten Gowa. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas
Muhammadiyah Makassar. 4, 3, 298-308.
Nasution, S., H., Anwar, L., Sudirman, & Susiswo. (2016). Pengembangan Media
Pembelajaran untuk Mendukung Kemampuan Penalaran Spasial Siswa
Pada Topik Dimensi Tiga Kelas X. Jurnal KIP. 4, 2, 903-913.
Orrahmah, A., An’nur, S., & Salam, A. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar
Melalui Model Pengajaran Langsung dengan Metode Problem Solving
pada Pembelajaran Fisika di Kelas XII IPA 1 SMAN 10 Banjarmasin.
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika. 4, 2, 127-136.
36
Purwanti, M. (2014). Analisis Butir Soal Ujian Akhir Mata Pelajaran Akuntansi
Keuangan Menggunakan Microsoft Office Excel 2010. Jurnal
Pendidikan Akuntansi Indonesia. 12, 1, 81 – 94.
Rosa, F.O. (2015). Analisis Kemampuan Siswa Kelas X pada Ranah Kognitif,
Afektif dan Psikomotorik. Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika. 1, 2, 24-
28.
Sari, I.N., Saputri, D.F., & Sasmita. (2016). Pengaruh Minat Dan Motivasi Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Fisika Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri
1 Galing Kabupaten Sambas. JEMS (Jurnal Edukasi Matematika dan
Sains). 4, 2, 108-114.
Sholihah, R., M., M., Jamal, M., A., & Salam, A. (2016). Meningkatkan Motivasi
Belajar Fisika Siswa Kelas X MS 6 Di SMA Negeri 2 Banjarmasin
Melalui Strategi Arcs dalam Setting Pengajaran Langsung. Berkala
Ilmiah Pendidikan Fisika. 4, 2, 186-199.
Sutarti, T., & Irawan, E. 2017. Kiat Sukses Meraih Hibah Penelitian
Pengembangan. Jakarta: Deepublish.
Suwarto. (2007). Tingkat Kesulitan, Daya Beda, dan Reliabilitas Tes Menurut
Teori Tes Klasik. Jurnal Pendidikan. 16, 2.
Suyidno & Jamal, M., A. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Banjarmasin: P3AI
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Tim Pengembang Ilmu pendidikan, 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Imtima:
UPI.
Yahyana, Z., Jamal, M.A., & Miriam, S. (2017). Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 26 Banjarmasin Topik Cahaya Dan
Alat-Alat Optik Melalui Pengajaran Langsung. Berkala Ilmiah
Pendidikan Fisika. 5, 3, 297-308.