Você está na página 1de 11

ASEPTIK DISPENSING

Judul Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril


Jurnal binfar.kemkes.go.id
Volume 362.11 Ind P
Tahun 2009
Reviewer Teguh Hariyono 1643057209
Tanggal 3 oktober 2017

Pendahuluan Dispensing sediaan steril merupakan salah satu bentuk pelayanan


kefarmasian yang dilaksanakan di rumah sakit. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, dispensing sediaan steril harus
dilakukan secara terpusat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial, kontaminasi
sediaan, paparan terhadap petugas dan lingkungan, untuk mencegah
kesalahan dalam pemberian obat, serta untuk menjamin kualitas mutu
sediaan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya diperlukan tenaga
kefarmasian yang terlatih, fasilitas dan peralatan serta prosedur
penanganan khusus.
Pencampuran sediaan steril merupakan rangkaian perubahan bentuk obat
dari kondisi semula menjadi produk baru dengan proses pelarutan atau
penambahan bahan lain yang dilakukan secara aseptis oleh apoteker di
sarana pelayanan kesehatan (ASHP, 1985).
Aseptis berarti bebas mikroorganisme. Teknik aseptis didefinisikan
sebagai prosedur kerja yang meminimalisir kontaminan mikroorganisme
dan dapat mengurangi risiko paparan terhadap petugas. Kontaminan
kemungkinan terbawa ke dalam daerah aseptis dari alat kesehatan, sediaan
obat, atau petugas jadi penting untuk mengontrol faktor-faktor ini selama
proses pengerjaan produk aseptis.

Tujuan Sebagai pedoman bagi apoteker dalam melakukan pencampuran sediaan


steril secara aseptis di Instalasi Farmasi.
Sasaran Apoteker di rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain yang
melakukan pencampuran sediaan steril.
Sumber Daya 1. Apoteker
Manusia 2. Tenaga Kefarmasian (Asisten apoteker & D3 farmasi)
Ruangan a. Ruangan persiapan
Ruangan yang digunakan untuk administrasi dan penyiapan alat
kesehatan dan bahan obat (etiket, pelabelan, penghitungan dosis dan
volume cairan).
b. Ruang cuci tangan dan ruang ganti pakaian
Sebelum masuk ke ruang antara, petugas harus mencuci tangan, ganti
pakaian kerja dan memakai alat pelindung diri (APD).
c. Ruang antara (Ante Room)
Petugas yang akan masuk ke ruang steril melalui suatu ruang antara.
d. Ruang steril (Clean Room)
Ruangan steril harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari
350.000partikel
2) Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.
3) Suhu 18 – 22°C
4) Kelembaban 35 – 50%
5) Di lengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter
6) Tekanan udara di dalam ruang lebih positif dari pada tekanan udara
di luar ruangan.
7) Pass box adalah tempat masuk dan keluarnya alat kesehatan dan
bahan obat sebelum dan sesudah dilakukan pencampuran. Pass box
ini terletak di antara ruang persiapan dan ruang steril.
Peralatan Peralatan yang harus dimiliki untuk melakukan pencampuran sediaan
steril meliputi :
A. Alat Pelindung Diri (ADP)
1.Baju Pelindung
Baju Pelindung ini sebaiknya terbuat dari bahan yang impermeable
(tidak tembus cairan), tidak melepaskan serat kain, dengan lengan
panjang, bermanset dan tertutup di bagian depan.
2.Sarung tangan
Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas yang minimal
sehingga dapat memaksimalkan perlindungan bagi petugas dan cukup
panjang untuk menutup pergelangan tangan. Sarung tangan terbuat
dari latex dan tidak berbedak (powder free). Khusus untuk penanganan
sediaan sitostatika harus menggunakan dua lapis.
3.Kacamata pelindung
Hanya digunakan pada saat penanganan sediaan sitostatika.
4. Masker disposible
B. Laminar Air Flow (ALF)
Laminar Air flow (LAF) mempunyai sistem penyaringan ganda yang
memiliki efisiensi tingkat tinggi, sehingga dapat berfungsi sebagai (4) :
􀂃 Penyaring bakteri dan bahan-bahan eksogen di udara.
􀂃 Menjaga aliran udara yang konstan diluar lingkungan.
􀂃 Mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAF.
Terdapat dua tipe LAF yang digunakan pada pencampuran sediaan
steril :
1. Aliran Udara Horizontal (Horizontal Air Flow).
Aliran udara langsung menuju ke depan, sehingga petugas tidak
terlindungi dari partikel ataupun uap yang berasal dari ampul atau
vial. Alat ini digunakan untuk pencampuran obat steril non
sitostatika.
2. Aliran udara Vertikal (Vertical Air Flow)
Aliran udara langsung mengalir kebawah dan jauh dari petugas
sehingga memberikan
lingkungan kerja yang lebih aman. Untuk penanganan sediaan
sitostatika menggunakan LAF vertikal Biological Safety Cabinet
(BSC) kelas II dengan syarat tekanan udara di dalam BSC harus
lebih negatif dari pada tekanan udara di ruangan.
Teknik Aseptis Langkah – langkah pencampuran sediaan steril secara aseptis adalah :
A. Petugas harus mencuci tangan sesuai SOP
B. Petugas harus menggunakan APD sesuai SOP
C. Masukkan semua bahan melalui Pass Box sesuai SOP
D. Proses pencampuran dilakukan didalam LAF-BSC sesuai SOP
E. Petugas melepas APD setelah kegiatan selesai sesuai SOP
Penyimpanan Penyimpanan sediaan steril non sitostatika setelah dilakukan pencampuran
tergantung pada stabilitas masing masing obat. Kondisi khusus
penyimpanan:
A. Terlindung dari cahaya langsung, dengan menggunakan kertas
karbon/kantong plastik warna hitam atau aluminium foil.
B. Suhu pentimpanan 2-8ºC disimpan didalam lemari pendingin (bukan
Freezer)
Distribusi Proses distribusi dilakukan sesuai SOP (lampiran 6) Pengiriman sedíaan
steril yang telah dilakukan pencampuran harus terjamin sterilitas dan
stabilitasnya dengan persyaratan :
A. Wadah
1. Tertutup rapat dan terlindung cahaya
2. Untuk obat yang harus dipertahankan stabilitasnya pada suhu
tertentu, ditempatkan dalam wadah yang mampu menjaga
konsistensi suhunya.
B. Waktu Pengiriman
Prioritas pengiriman untuk obat dengan stabilitas pendek.
C. Rute pengiriman
Pengiriman sediaan sitostatika sebaiknya tidak melalui jalur
umum/ramai untuk menghindari terjadinya tumpahan obat yang akan
membahayakan petugas dan lingkungannya.
Dokumentasi Dokumentasi adalah proses pencatatan/rekam jejak dari kegiatan
pencampuran sediaan steril dengan maksud untuk memudahkan
penelusuran bukti jika sewaktu waktu terdapat keluhan dari pengguna
(dokter, apoteker, tenaga kesehatan lain dan pasien), penyusunan data
statistik, bahan evaluasi, bahan penelitian dan khusus untuk pegawai
negeri sipil (PNS) dokumentasi ini sangat penting terkait dengan
penghitungan angka kredit jabatan fungsional.
A. Jenis – jenis dokumen
1. Permintaan pencampuran sediaan steril
2. Pencatatan pelaksanaan kegiatan pencampuran
3. Pencatatan K3 IFRS
4. Serah terima sediaan yang berasal dari luar IFRS ke IFRS
5. Serah terima sediaan dari petugas IFRS ke perawat
6. Kalibrasi alat
7. Uji berkala mikrobiologi ruangan
8. Uji kesehatan petugas
B. Masa Penyimpanan
Penyimpanan dokumen disesuaikan dengan kebutuhan masing masing
rumah sakit minimal 3 tahun.
TUGAS REVIEW JURNAL
FARMASI KLINIS

Teguh hariyono

1643057209

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
JAKARTA
KONSELING

Judul Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Layanan Kesehatan


Jurnal pio.binfar.depkes.go.id/PIOPdf/PEDOMAN_KONSELING.pdf
Volume 2006
Tahun 615.1 Ind P
Reviewer Teguh hariyono 1643057209
Tanggal 3 Oktober 2017

Pendahuluan Pelayanan kefarmasian semakin berkembang, tidak terbats hanya pada


penyiapan obat dan penyerahan obat pada pasien, tetapi perlu melakukan
interaksi dengan pasien dan profesional kesehatan lainnya, dengan
melaksanakan pelayanan “Pharmaceutical Care” secara menyeluruh oleh
tanaga farmasi. Konseling pasien merupakan salah satu bagian dari
pelayanan farmasi. Konseling adalah memberi nasehat kepada pasien atau
sebagai upaya membantu pasien memecahkan masalah.
Konseling yang dilakukan apoteker merupakan komponen dari
“Pharmaceutical Care” dan merupakan salah satu pelayanan farmasi klinik
dalam usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien serta
pemecahan masalah yang dihadapi pasien dalam penggunaan obat. Kegiatan
konseling oleh apoteker yang dilaksanakan secara berkesinambungan akan
meningkatkan kepercayaan pasien akan kebutuhan pelayanan kefarmasian
di rumah sakit maupun komunitas.
Konseling merupakan proses pemberian kesempatan bagi pasien untuk
mengetahui tentang terapi obatnya dan meningkatkan kesadaran
penggunaan obat dengan tepat. Pemberian informasi obat dapat diberikan
melalui proses konseling. Konseling pasien merupakan salah satu bagian
dari pelayanan farmasi, karena konseling merupakan jembatan arus
komunikasi antara apoteker dengan pasien atau keluarga sehingga pada
akhirnya baik tenaga farmasi maupun pasien memperoleh keuntungan dari
kegiatan konseling.
Tujuan 1. Tersedianya acuan atau panduan bagi apoteker dalam rangka pelayanan
konseling kepada pasien dan keluarganya.
2. Terselenggaranya pelayanan konseling yang tepat sesuai kebutuhan.
3. Meningkatkan kompetensi apoteker dalam pelayanan konseling di
sarana kesehatan
Sasaran Apoteker yang bekerja di Rumah Sakit, Apotek, Puskesmas dan sarana
pelayanan kesehatan lainnya
Manfaat A. Bagi pasien
Konseling
Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan
Mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya
Membantu dalam merawat atau perawatan kesehatan sendiri
Membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu
Menurunkan kesalahan penggunaan obat
Meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terapi
Menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan
Meningkatkan efektivitas & efisiensi biaya kesehatan
B. Bagi Apoteker
Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan.
Mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai
tanggung jawab profesi apoteker.
Menghindarkan apoteker dari tuntutan karena kesalahan
penggunaan obat ( Medication error )
Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga
menjadi upaya dalam memasarkan jasa pelayanan.

Sasaran konseling Pemberian konseling ditujukan baik untuk pasien rawat jalan maupun
pasien rawat inap. Konseling dapat diberikan kepada pasien langsung atau
melalui perantara. Perantara yang dimaksud disini adalah keluarga
pasien, pendamping pasien, perawat pasien, atau siapa saja yang
bertanggung jawab dalam perawatan pasien. Pemberian konseling melalui
perantara diberikan jika pasien tidak mampu mengenali obat-obatan dan
terapinya, pasien pediatrik, pasien geriatrik.
Contoh kegiatan Seorang pasien wanita 21 tahun terdiagnosa menderita infeksi saluran
konseling
pernapasan. Mendapatkan antibiotik cephradine tiga kali sehari selama 7
hari. Apoteker memberikan konseling pada saat menyerahkan obat :
Apoteker : Perkenalkan saya Ahmad, Apoteker yang menyiapkan obat
untuk anda apakah ibu ny. Farida
Pasien : ya, saya ny. Farida
Apoteker : Untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan ibu perlu
meminum obat ini dengan benar, apakah ibu mempunyai waktu sekitar 5
menit untuk mendapat penjelasan mengenai obat ini
Pasien : Ya, tapi tenggorokan saya sakit dan kering.
Apoteker : Baik, saya akan menjelaskan tentang obat ini supaya sakit
tenggorokan ibu dapat segera diatasi dengan minum obat yang benar.
Keluhan apa saja yang ibu rasakan ibu berobat ke dokter
Pasien : Tenggorokan saya sakit dan sulit menelan, batuk-batuk sudah
beberapa hari, dan badan terasa demam. Apakah saya diberi obat untuk
menyembuhkan penyakit saya
Apoteker : Ya, dokter meresepkan obat untuk menyembuhkan infeksi
saluran pernapasan anda jika anda meminum dengan benar. Saya akan
menjelaskan sedikit tentang obat ini jika anda mempunyai waktu. Apakah
dokter sudah menjelaskan kegunaan obat ini
Pasien : Ya, menurut dokter obat ini untuk sakit tenggorokan saya, dan saya
harus menghabiskannya kalau mau sembuh.
Apoteker : Benar, obat ini adalah antibiotik untuk infeksi saluran
pernapasan, nama obat ini adalah velosef yang mengandung cephradine.
Obat ini harus diminum dua kali sehari satu tablet selama 7 hari. Minumlah
obat ini setiap 12 jam , dan tentukan jam minum obat yang tidak
mengganggu jadwal kegiatan anda. Sebaiknya obat ini diminum pada saat
perut kosong jadi sekitar 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan,
dengan air minum yang banyak. Apakah anda mengalami kesulitan
meminum obat ini setiap pukul 7 pagi dan pukul 7 malam

Pasien : Tidak, saya biasa berangkat bekerja pukul 8 pagi dan pulang pukul
5 sore, sehingga saya bisa minum pada jadwal tersebut. Tetapi saya biasa
makan pagi pukul 7, jadi saya harus merubah waktu makan pagi saya.
Apoteker : baik, obat ini setelah habis tidak dapat dibeli lagi tanpa resep
baru dari dokter, minumlah obat ini selama 7 hari meskipun anda merasa
sudah sembuh setelah 3 hari minum obat ini, hal ini untuk mencegah
kekambuhan penyakit. Apakah anda mempunyai riwayat allergi terhadap
penicillin
Pasien : Saya tidak tahu .
Apoteker : Apakah anda pernah minum amoxicillin atau ampicillin jika
pernah apakah ada reaksi alergi
Pasien : Ya, saya pernah minum amoxicllin sebulan yang lalu, dan tidak
terjadi apa-apa.
Apoteker : Baik, berarti anda tidak ada riwayat alergi penicillin. Jika anda
merasa mual karena minum obat ini, makanlah snack atau biskuit sebelum
memakan obat ini. Setiap obat memiliki efek camping dapat bersifat ringan
atau berat, jika timbul diare lebih dari 2 hari estela minum obat ini, gatal-
gatal, sesak napas, segera hubungi dokter anda. Saya juga akan menjelaskan
jika anda lupa minum obat, jika anda baru ingat 2 jam sebelum dosis yang
berikutnya, jangan diminum atau hilangkan dosis yang terlupa tunggulah
sampai dosis berikutnya dengan minum 1 tablet saja. Jangan meminum obat
2 kali lipat. Saya sudah menjelaskan cara menggunakan obat ini dapatkah
anda mengulangi nama obat ini dan bagaimana cara meminumnya
Pasien : Ya, obat ini adalah velocef, saya harus minum obat ini 2 kali sehari
1 capsul pada pukul 7 pagi dan pukul 7 malam satu jam sebelum makan atau
2 jam sesudah makan, selama 7 hari harus dihabiskan.
Apoteker : Bagus, gejala efek samping apa yang mungkin timbul dan harus
anda perhatikan selama minum obat ini ?
Pasien : Kemungkinan akan timbul diare, mual, gatal-gatal, sesak napas.
Apoteker : Benar, anda sudah memahami tentang obat ini dan cara
meminumnya. Jangan lupa obat ini harus disimpan ditempat yang aman dari
jangkauan anakanak, dan terlindung dari cahaya atau panas. Jangan
memberikan obat ini pada orang lain yang mempunyai gejala penyakit yang
sama, karena jika tidak cocok akan berakibat fatal. Apakah anda ada
pertanyaan lain ?
Pasien : Tidak, saya rasa cukup
Apoteker : Baik, semoga lekas sembuh, jangan ragu-ragu menghubungi
kami jika anda mendapat kesulitan tentang pengobatan ini.
Pasien : terima Kasih
Apoteker : Sama-sama.

Você também pode gostar