Você está na página 1de 5

GANGGUAN KESEHATAN MENTAL

Alvita Nur Istiqoma


D-IV Promosi Kesehatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
Alvitaistiqoma98@gmail.com
Abstrak. Gangguan atau penyakit yang menghalangi seseorang
hidup sehat seperti yang diinginkan baik oleh diri individu
sendiri maupun oleh orang lain dapat dikatakan sebagai
gangguan atau penyakit mental, gangguan mental ringan disebut
neurosis serta gangguan mental berat disebut psikosis. Neurosis
berarti gangguan fungsi saraf dan gangguan pada bagian tubuh
lainnya yang disebabkan oleh gangguan jiwa, penyebabnya
karena masalah, konflik, dan kesulitan yang dialami dalam jiwa
individu. Penderita mengalami berbagai tekanan baik itu dari
luar maupun dari dalam, mengalami simtom-simtom tertentu
walaupun tidak seberat gangguan mental lain. Sedangkan
psikosis ialah gangguan kejiwaan yang disebabkan oleh
sekelompok penyakit yang diketahui atau diduga memengaruhi
kinerja otak, sehingga penderita akan mengalami perubahan
dalam pola pikir, emosi, dan kebiasaan, kejiwaan jenis ini akan
kehilangan hubungan dengan dunia nyata, penderita juga akan
mengalami delusi dan halusinasi. Terdapat dua macam psikosis,
yaitu psikosis fungsional dan psikosis organik.
Kata Kunci: gangguan, kesehatan, mental

Secara historis, ilmu ini berasal dari kajian psikologi yang berawal dari keluhan-
keluhan masyarakat sebagai akibat dari munculnya gejala-gejala yang
menggelisahkan tidak hanya dirasakan oleh individu, melainkan juga masyarakat
luas (Rochman, 2010:10-11). Gejala-gejala gangguan mental dapat dilihat dari
perasaan, pikiran, tingkah laku, dan kesehatan badan. Dari segi perasaan,
gejalanya menunjukkan rasa gelisah, iri, dengki, risau, kecewa, putus asa,
bimbang, dan rasa marah. Dari segi pikiran dan kecerdasan, gejalanya
menunjukkan sifat lupa dan tidak mampu mengonsentrasikan pikiran kepada suatu
pekerjaan karena kemampuan berpikir menurun. Dari segi tingkah laku, sering
menunjukkan tingkah laku yang tidak terpuji, seperti suka mengganggu
lingkungan dan mengambil milik orang lain. Hal tersebut merupakan penyebab
penyimpangan fungsional pada sistem saraf (Rochman, 2010:156).

Menurut Semiun (2006:8) mengemukakan bahwa seseorang yang mengalami


kesehatan mental yang buruk berbeda dalam hal tingkat kesehatan jika
dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki kesehatan mental yang baik.
Orang yang mengalami kesehatan mental buruk, kadang sering merasa cemas,
dipenuhi dengan perasaan bersalah yang sangat menggangu dan mengancamnya,
penderita tidak bisa menangani krisis-krisis dengan baik dan ketidakmampuan ini
mengurangi kepercayaan dan harga dirinya. Terkadang ancaman dari luar juga

1
begitu kuat sehingga mengembangkan gangguan tingkah laku yang tentu saja
gangguan ini bisa berkembang dari gangguan yang ringan hingga pada gangguan
yang berat.

Jumlah gangguan mental yang dapat diidentifikasikan hampir tidak terbatas,


mulai dari gangguan mental ringan atau neurosis serta gangguan mental berat
yang disebut dengan penyakit mental atau psikosis (Semiun, 2006:7).
Neurosis dalam psikoanalisis, Menurut Freud (dalam Semiun, 2006:315)
mengemukakan bahwa konflik dan kesulitan dalam jiwa individu merupakan
penyebab kesehatan jiwa dan badan seseorang terganggu, hal ini dapat dijelaskan
keinginan-keinginan yang muncul dapat didesak dari alam sadar ke dalam alam
tak sadar. Secara sadar, ia tidak mau memuaskan keinginan-keinginanya, tetapi
dalam alam tak sadarnya selalu ada dorongan untuk memuaskan keinginan-
keinginan yang terlarang itu, supaya dua keinginan yang bertentangan itu bisa
didamaikan, maka harus ada kompromi dan terdapat unsur-unsur untuk memenuhi
pengakuan dosa dari penderita, yaitu sebagai perbuatan untuk menghukum dirinya
sendiri.
Menurut Mujib dkk (dalam Rochman, 2010:161), “neurosis dianggap sebagai
suatu penyakit mental yang belum begitu menghawatirkan, karena masuk kedalam
kategori gangguan-gangguan, baik berupa gangguan syaraf maupun kelainan
perilaku, sikap, dan aspek mental lainnya, tetapi bisa menghawatirkan apabila
penderita tidak berusaha mencari terapinya”.
Meskipun bentuk dari neurosis itu beraneka ragam dan setiap penderita neurotik
sangat unik dalam memperlihatkan simtom-simtom tertentu, terdapat beberapa ciri
umum yang dapat ditemukan dalam semua bentuk neurosis, yaitu : (1) adanya
kecemasan; (2) egosentrik; (3) hipersensitif (sangat peka); (4) keluhan-keluhan
somatik (Semiun, 2006:316).
Ciri pertama yaitu kecemasan yang berarti kondisi psikis dalam ketakutan dan
kecemasan yang kronis dan hampir setiap peristiwa menjadi sebab timbulnya rasa
cemas serta takut (Kartono, 2003:136). Menurut Muzaham (1995:203) “penyebab
dari adanya rasa kecemasan ialah pandangan umum yang negatif tentang
gangguan mental dan sejenisnya yang sudah dipelajari pada waktu kecil dan
diperkuat melalui media massa dalam kehidupan sehari-hari”.
Ciri kedua yaitu egosentrik, mengandung arti bahwa perilaku individu yang sakit
banyak mempersoalkan tentang dirinya sendiri. Perilaku egosentrik ditandai
dengan hal-hal berikut: (1) hanya ingin menceritakan penyakitnya; (2) tidak ingin
mendengarkan persoalan orang lain; hanya memikirkan penyakitnya sendiri; (4)
senang mengisolasi dirinya baik dari keluarga, lingkungan, maupun kegiatan
(Benih, 2014:17).
Ciri ketiga yaitu hipersensitif (sangat peka). Karena tingginya tingkat ketegangan
yang dialami, maka penderita akan mengalami reaksi berlebihan terhadap situasi
kehidupan, seperti mudah tersinggung, bereaksi secara berlebihan terhadap pujian

2
atau sanjungan, dan sering mengeluh tentang perasaan fisik yang tidak enak
walaupun hanya kecil (Semiun, 2006:318).
Yang dimaksud dengan keluhan-keluhan somatik berarti gangguan fisik dari
tubuh atau bisa disebut sebagai orang yang sakit dalam segi fisik. Sudarma
(2012:65) mengemukakan bahwa musibah sakit sering kali datang tanpa diketahui
asal-usulnya, dengan hadirnya penyakit menyebabkan penderita berada pada
posisi yang tidak mampu melaksanakan berbagai kegiatan sosial.
Menurut Kartono (2003:199) mengemukakan bahwa psikosis adalah bentuk
kekalutan mental yang ditandai adanya disintegrasi kepribadian (kepecahan
pribadi) dan terputusnya hubungan dengan realitas.
Penderita psikosis akan kehilangan hubungannya dengan dunia nyata, para
penderita memiliki dunia sendiri yang biasanya tidak dimiliki oleh orang normal.
Selalu bertingkah secara berlebihan ketika menghadapi sesuatu, bertingkah seperti
kriminal, bahkan bisa saja penderita akan melakukan bunuh diri.
Menurut Semiun (2006:19) menyatakan bahwa terdapat dua macam psikosis
utama, yaitu : psikosis organik dan psikosis fungsional.
Psikosis organik berhubungan dengan faktor-faktor organik yang mengakibatkan
gangguan mental individu menjadi lumpuh dan tidak bisa menyesuaikan diri,
dapat dikatakan faktor organik berperan dalam gangguan tingkah laku, mulai dari
pengaruh genetik sampai pada ketidakseimbangan neutrotransmiter. (Semiun,
2006:152).
Menurut Kartono (2003:201), “kebalikan psikosis organik, psikosis fungsional
disebabkan oleh faktor nonorganik”. Suatu gangguan mental yang tidak dapat
dilacak sebab-sebab organiknya seperti adanya kerusakan pada bagian otak
tertentu misalnya, kemungkinan individu tersebut mengalami gangguan patologi
secara fisik tetapi patologi tersebut tidak menunjukkan implikasi secara pasti
terhadap gangguan mental yang dialami (Siswanto, 2007:72).
“Penderita psikosis akan mengalami delusi (perasaan bahwa mereka sedang
disiksa atau rasa bersalah yang berlebihan atau rasa takut yang tidak wajar) juga
mengalami halusinasi. Penderita susah untuk menyerap dan mengolah informasi
dari luar karena mereka hidup dalam dunianya sendiri yang sangat berbeda
dengan dunia nyata” MacDonald (2009:20).
Menurut Siswanto (2007:60) mengemukakan bahwa ketika suatu individu sudah
mulai merasa dirinya terancam, individu tersebut harus bisa menguasai dan
mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan/ luka/ kehilangan/ ancaman
yang disebut dengan istilah koping. Jadi dapat disimpulkan bahwa penderita
psikosis bisa saja sembuh asalkan individu tersebut mendapat dorongan dari diri
sendiri untuk bisa melawan rasa ketakutan yang ada.
Kartono (1981:271) mengemukakan bahwa delusi merupakan gejala yang timbul
karena komunikasi sosial yang terputus dan adanya disorientasi sosial, sehingga

3
individu tersebut merasa dirinya paling super, menjadi sangat agresif, berusaha
melakukan pengrusakan atau melakukan bunuh diri.
Halusinasi merupakan suatu perasaan dimana seseorang pernah mengalami
sesuatu, tetapi dalam dunia nyata sesuatu itu tidak terjadi padanya. Halusinasi
yang terjadi akan sangat berdampak pada penderita. Penderita akan terus
mengingat sehingga menyebabkan keadaan jiwanya akan tertekan dan tidak bisa
terkontrol karena rasa takut dan cemas yang berlebihan.
Menurut Siswanto (2007:72-73) “dalam spektrum gangguan jiwa, gangguan yang
tergolong ke dalam psikosis merupakan spektrum yang tertinggi, karena tingkat
gangguannya sudah sangat berat”.
Menurut Hops & Lewinsohn (dalam Siswanto, 2007) menyebutkan bahwa
gangguan depresi pada kelompok usia remaja diperkirakan hampir separuh
mengalami depresi.
Banyak faktor yang mempengaruhi psikososial remaja salah satu diantaranya, rasa
rendah diri, tidak nyaman, dan takut untuk mencoba, karena pemikiran remaja
yang masih dipengaruhi oleh lingkungan sekitar juga dari media massa, terlebih
pengaruh negatif yang rentan terhadap perilaku remaja, tanpa memilah baik
buruknya (Poltekkes Depkes Jakarta 1, 2010:85).
Jadi dapat disimpulkan bahwa remaja sangat rentan dalam mengalami gangguan
mental karena masih labilnya pemikiran remaja yang sering mengedepankan ego
dan emosi dalam setiap masalah yang sedang dihadapi.
Di tengah hiruk pikuk kehidupan kota yang serba tergesa-gesa dan banyak
menuntut, orang harus selalu berpacu dan bersaing dalam perlombaan hidup,
suasana kompetitif yang diwarnai dengan perilaku yang tidak wajar, seperti
tingkah laku kriminal, spekulatif, manipulatif, atau tingkah laku munafik dan cara
hidup yang berbahaya lainnya menimbulkan banyak ketakutan dan ketegangan
batin pada penduduknya, dan menjadi penyebab utama timbulnya macam-macam
penyakit mental (Kartono, 1981:273).
Simpulan
Gangguan kesehatan mental secara sederhana dapat dikatakan sebagai suatu
keadaan dimana kejiwaan seseorang tidak dalam kondisi normal. Setiap masalah
dan konflik yang terjadi, penderita selalu merasa tertekan dan tidak bisa
mengendalikan diri. Dalam pembagiannya sendiri, terdapat dua jenis gangguan
mental, yaitu neurosis dan psikosis.
Neurosis merupakan gangguan kesehatan mental yang tidak begitu parah karena
hanya mengalami gangguan saraf dan gangguan fungsi tubuh lain. Simtom-
simtom yang dialami juga tidak menghawatirkan dibandingkan dengan gangguan
kesehatan lainnya.

4
Psikosis yaitu gangguan kesehatan mental yang dapat memengaruhi kinerja otak,
sehingga penderita memiliki dunia sendiri seperti dunia fantasi dan merasakan
sesuatu yang tidak dialami oleh orang normal. Terdapat dua macam psikosis
utama, yaitu : psikosis organik dan psikosis fungsional.
Psikosis organik disebabkan oleh faktor-faktor fisik/organik yang mengakibatkan
gangguan mental individu menjadi lumpuh dan tidak bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitar, sedangkan psikosis fungsional merupakan suatu
gangguan mental yang tidak dapat dilacak sebab-sebab organiknya, ada
kekacauan mental secara fungsional yang sifatnya nonorganis.
Penderita psikosis akan mengalami delusi dan halusinasi. Gangguan kesehatan
mental banyak dialami oleh remaja, karena sifat remaja yang tidak bisa
mengontrol diri dengan baik dan terpengaruh oleh lingkungan sekitar tanpa
memilahnya terlebih dahulu dampak positif dan negatifnya, sehingga
menyebabkan remaja rentan terpengaruh akan hal-hal negatif.

Daftar rujukan

Benih, A. (2014). Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.


Kartono, K. (2003). Patologi Sosial 3. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Muzaham, F. (1995). Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Rochman, K. L. (2010). Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
Sudarma, M. (2012). Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta Selatan: Salemba
Medika.
Kartono, K. (1981). Patologi Sosial. Jakarta: Kharisma Putra Utama.
MacDonald, P. (2009). Sehatkan Jiwa dan Kepribadian Anda. Yogyakarta: Mirza
Media Pustaka.
Poltekkes Depkes Jakarta 1. (2010). Kesehatan Remaja, Problem dan Solusinya.
Jakarta: Salemba Medika.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.
Siswanto. (2007). Kesehatan Mental, Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.
Yogyakarta: Andi.

Você também pode gostar