Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi
segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala
fasilitas yang terkait digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar. Oleh karena
itu ada dua model pembelajaran yang akan kita bahas di bab ini yaitu, model pembelajaran
berbasis masalah dan model pembelajaran berbasis inkuiri. Model pembelajaran berbasis
masalah adalah penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu
yang baru dan kompleksitas yang ada. Model pembelajaran berbasis inkuiri adalah model
pengajaran yang menemukan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci
dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran, dan suatu
keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya akan terjadi melalui penemuan pribadi.
BAB II
PEMBAHASAN
1
2.1 MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM)
Perubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subjek dalam proses
pembelajaran menjadi titik tolak banyak ditemukannya berbagai pendekatan pembelajaran
yang inovatif.ivor K.Davis (2000) mengemukakan bahwa “salah satu kecenderungan yang
sering dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan
bukan mengajarnya guru”.
Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat mengacu semangat
setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya.salah satu alternatif
model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir siswa
(penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahan masalah adalah pembelajaran
berbasis masalah.
Pada kenyataannya, tidak semua guru memahami konsep PBM tersebut, baik
disebabkan oleh kurangnya keinginan dan motivasi untuk meningkatkan kualitas keilmuan
maupun karena kurangnya dukungan sistem untuk meningkatkan kualitas keilmuan tenaga
pendidik.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu kiranya ada sebuah bahan kajian yang
mendalam tentang apa dan bagaimana pembelajaran berbasis masalah ini untuk selanjutnya
diterapkan dalam sebuah proses pembelajaran, sehingga dapat memberi masukan, khususnya
kepada para guru tentang pembelajaran berbasis masalah, menurut Tan (2003) merupakan
pendekatan pembelajaran yang relavan dengan tuntutan abad ke-21 dan umumnya kepada
para ahli dan praktisi pendidikan yang memusatkan perhatiannya kepada pengembangan dan
inovasi sistem pembelajaran.
Pendidikan pada abad ke-21 berhubungan dengan permasalahan baru yang ada di
dunia nyata. Pendekatan PBM berkaitan dengan penggunaan intelegensi dari dalam individu
yang berada dalam sebuah kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah
yang bermakna, relavan, konstektual.
2
Hasil pendidikan yang diharapkan meliputi pola kompetensi dan intelegensi yang
dibutuhkan untuk berkiprah pada abad ke-21. Pendidikan bukan hanya menyiapkan masa
depan, tetapi juga bagaimana masa depan. Pendidikan harus membantu perkembangan
terciptanya individu yang kritis dengan tingkat kreativitas yang sangat tinggi dann tingkat
keterampilan yang dapat digunakan ditempat kerja. Guru akan gagal apabila mereka
menggunakan proses pembelajaran yang tidak mempengaruhi pembelajaran sepanjang hayat
(life long education).
Boud dan Felleti (1997) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah
inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Margetson (1994) mengemukakan bahwa
kurikulum PBM membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar
sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum
PBM memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan
keterampilan interpersonal dengan lebih bak dibanding pendekatan lain.
3
B. Peran Guru Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru harus menggunakan proses pembelajaran yang akan menggerakkan siswa
menuju kemandirian, kehidupan yang lebih luas, dan belajar sepanjang
hayat.Ligkungan belajar yang dibangun oleh guru harus mendorong cara reflektif,
evaluasi kritis, dan cara berpikir yang berdayaguna.Peran guru dalam PBM berbeda
dengan peran guru di dalam kelas.Guru dalam PBM terus berpikir tentang beberapa
hal, yaitu: 1)bagaimana dapat merancang dan menggunakan permasalahan yang ada
di dunia nyata, sehingga siswa dapat menguasai hasil belajar. 2)bagaimana bisa
menjadi pelatih siswa dalam proses pemecahan masalah, pengarahan diri, dan belajar
dengan teman sebaya. 3) dan bagaimana siswa memandang diri mereka sebagai
pemecah masalah yang aktif? Guru dalam PBM juga memusatkan perhatiannya pada:
1)memfasilitasi proses PBM , mengubah cara berpikir, mengembangkan keterampilan
inquiry, menggunakan pembelajaran kooperatif, 2) melatih siswa tentang strategi
pemecahan masalah, pemberian alasan yang mendalam, metakognisi, berpikir kritis,
dan berpikir secara sistem, dan 3) menjadi perantara proses penguasaan informasi,
meneliti lingkungan informasi, mengakses sumber informasi yang beragam, dan
mengadakan koneksi.
1. Menyiapkan Perangkat Berpikir Siswa
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam PBM
adalah : 1)membantu siswa mengubah cara berpikir, 2)menjelaskan apakah PBM
itu? pola apa yang akan dialami oleh siswa?, 3)memberi siswa ikhtisar siklus
PBM,struktur, dan batasan waktu, 4)mengomunikasikan tujuan, hasil, dan
harapan, 5)menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang menghadang,
dan 6)membantu siswa merasa memiliki masalah.
2. Menekan Belajar Kooperatif
PBM menyediakan cara untuk inquiry yang bersifat kolaboratif dan
belajar.Bray, dkk.(2000) menggambarkan inquiry kolaboratif sebagai proses
dimana orang melakukan refleksi dan kegiatan secara berulang-ulang, mereka
bekerja dalam tim untuk menjawab pertanyaan penting dalam proses PBM, siswa
belajar bahwa bekerja dalam tim dan kolaborasi itu penting untuk mengembang
proses kognitif yang berguan untuk meneliti lingkungan, memahami
permasalahan, mengambil dan menganalisi data penting, dan mengelaborasi
solusi.
4
3. Memfasilitasi Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah
Belajar dalam kelompok kecil lebih mudah dilakukan apabila anggota berkisar
antara 1 sampai 10 siswa atau bahkan lebih sedikit dengan satu orang guru.Guru
dapat menggunakan berbagai teknik belajar kooperatif untuk menggabungkan
kelompok-kelompok tersebut dalam langkah-langkah yang beragam dalam siklus
PBM untuk menyatukan ide, berbagai hasil belajar, dan penyajian ide.
4. Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru mengatur lingkugan belajar untuk mendorong penyatuan dan pelibatan
siswa dalam masalah.Guru juga memainkan peran aktif dalam memfasilitasi
inquiry kolaboratif dan proses belajar siswa.
Ibrahim dan Nur (2002) mengemukakan tujuan PBM secara rinci, yaitu: 1)
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan
masalah, 2) belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata, 3) menjadi para siswa yang otonom.
PBM melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang
memungkinkan mereka menginterprestasikan dan menjelaskan fenomena dunia
nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena itu.
Ibrahim dan Nur (2002: 13) dan Ismail (2002:1) mengemukakan bahwa
langkah-langkah PBM adalah sebagai berikut:
5
pada aktivitas
pemecahamn masalah
6
pembelajaran dilaksanakan dengan mengajak siswa untuk memahami situasi yang diajukan
baik oleh guru maupun siswa, yang dimulai dari apa yang telah diketahui oleh siswa.
Dalam aplikasinya PBM membutuhkan kesiapan guru dan siswa untuk bisa
berkolaborasi dalam memecahkan masalah yang diangkat. Guru harus siap menjadi
pebimbing sekaligus tutor bagi bagi para siswa yang dapat memberikan motivasi, semangat,
dan membantu dalam menguasai keterampilan pemecahan masalah. Siswa harus siap
menjalani setiap tahap PBM untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk bertahan hidup dalam situasi kehidupan yang semakin kompleks.
Student centered merupakan salah satu ciri dari pendekatan problem based learning.
Siswa berperan sebagai stakeholder dalam menemukan masalah, merumuskan masalah,
mengumpulkan fakta-fakta (apa yang diketahui, apa yang ingin diketahui, apa yang akan
dilakukan), membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai alternatif dalam solusi menyelesaikan
masalah.
Peran siswa secara khusus menurut Paris dan Winograd (2001) adalah: (a)
menumbuhkan motivasi dari kebermaknaan tujuan, proses dan keterlibatan dalam belajar, (b)
menemukan masalah yang bermakna secara personal, (c) mengumpulkan fakta-fakta untuk
memperoleh makna serta pengetahuan dalam pengaplikasian pada pemecahan masalah yang
dihadapi secara kreatif, (d) berpikir secara reflektif untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dan menyelesaikan masalah, (e) berpartisipasi dalam pengembangan serta penggunaan
assesment untuk mengevaluasi kemajuan sendiri.
7
adalah Bruner, yang merupakan pelopor pembelajaran penemuan. Pembelajaran penemuan
adalah suatu model pengajaran yang menemukan pentingnya membantu siswa memahami
struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif terlibat dalam proses
pembelajaran, dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya akan terjadi
melalui penemuan pribadi. Tokoh lain yang menemukan adalah Richard Suchman yang
mengebangkan suatu pendekatan yang disebut latihan inkuiri. Dengan model pembelajaran
ini guru dapat mengejarkan kepada siswa suatu teka-teki atau kejadian-kejadian yang
menimbulkan konflik kognitif dan rasa keingintahuan siswa sehingga dapat merangsang
meraka untuk melakukan penelitihan.
Tahapan belajar tidak jauh berbeda dari langkah-langkah kerja ilmiah yang ditempuh oleh
para ilmuwan untuk menemukan sesuatu. Tabel berikut ini adalah tahapan dan tingkah laku
guru dalam model belajar melalui penemuan.
8
pengumpulan data membantu mengumpulkan dan
mengorganisasi data.
Tahap 7 Guru membantu siswa menganalisis data
Analisis data supaya menemukan suatu konsep.
Analisis 8 Guru membimbing siswa mengambil
Penarikan kesimpulan atau kesimpulan berdasarkan data dan menemukan
penemuan sendiri konsep yang ingin ditanamkan.
Sumber : Suryati, 2008
Model pembelajaran ini dapat diterapkan dengan baik, dengan diperlukannya sistem
pendukung seperti lingkungan sekolah yang memenuhi standar pendidikan, sumber daya
manusia yang kreatif yang mampu menggunakan tahapan-tahapan yang ada dan mampu
mengadaptasinya menjadi model-model yang lebih kontekstual. Sarana juga diperlukan untuk
sistem mendukung, salah satunya yaitu media radio untuk aspek mendengarkan.
Dalam pembelajaran ini, guru berperan sebagai model, fasilitator, pemberi balikan,
motivator, dan menjadi pengembang agar menjadi optimal kegiatan belajar mengajarnya.
Sebagai model guru berperan menunjukan contoh ideal keterampilan berbahasa yang
maksimal. Sebagai fasilitator, guru menyediakan semua kebutuhan murid seperti alat, bahan,
tempat, dan lain sebagainya. Guru sebagai pemberi balikan, guru memberikan penguatan
kepada murid atas “hasil belajar sementara” siswa. Jika ada keselahan murid, guru secara
bijaksana menunjukan kesalahan siswa tersebut, agar siswa mengetahui kekurangannya, dan
ingin berusaha memperbaiakinya.
Teori Tony Buzan menyatakan bahwa hukuman yang diberikan secara salah akan
mematihkan sel-sel saraf pembelajaran pada siswa. Memberi hadiah kepada siswa yang benar
dapat mendorong motivasi siswa untuk berusaha lebih baik lagi. Guru sebagai motivator dan
pengembang belajar yang optimal. Guru harus memilih materi dan sumber yang tepat. Materi
9
harus memperhatikan sekuensinya, memilih sember yang bersifat enaktifdari pada yang
abstrak. Sumber yang enaktif akan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi siswa.
10
BAB III
KESIMPULAN
Pendekatan PBM berkaitan dengan penggunaan kecerdasan dari dalam diri individu yang
berada dalam sebuah kelompok/lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna,
relavan, dan konstektual.
Penerapan PBM dalam pembelajaran menuntut kesiapan baik dari pihak guru yang
harus berperan sebagai seorang fasilitator sekaligus sebagai pembimbing. Guru dituntut dapat
memahami secara utuh dari setiap bagian dan konsep PBM dan menjadi penengah yang
mampu merangsang kemampuan berpikir siswa.
Siswa juga harus siap untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.Siswa
menyiapkan diri untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir melalui inquiry kolaboratif dan
kooperatif dalam setiap tahapan proses PBM.
Masalah yang dibahas harus relavan dengan tuntutan kehidupan pada masa sekarang
dan masa yang akan datang, PBM dapat memanfaatkan fasilitas e-learning secara kolaboratif
dalam proses pemecahan masalah.
Bagi para guru, pemahaman terhadap berbagai pendekatan yang berpusat pada siswa,
salah satunya pembelajaran berbasis masalah, perlu ditingkatkan karena tantangan kehidupan
masa sekarang dan masa yang akan datang akan semakin kompleks dan menuntut setiap
11
orang secara individual mampu menghadapinya dengan berbagai pengetahuan dan
keterampilan yang relavan. Penugasan pengetahuan dan keterampilan lebih efektif apabila
individu, khususnya siswa dapat mengalaminya sendiri, bukan hanya menunggu materi dan
informasi dari guru, tetapi berdasarkan pada usaha sendiri untuk menemukan pengetahuan
dan keterampilan yang baru dan kemudian mengintegrasikannya dengan pengetahuan dan
keterampilan yang sudah dimilikinya
12
DAFTAR PUSTAKA
13