Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
3 Tahun 2015
145
Kajian Mikrobiologi pada Produk Ikan Asin Kering yang Dipasarkan di Pasar Tradisional dan
Pasar Swalayan dalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015
dari makanan tersebut. (Indriati et.al, cara yaitu: • Penggaraman kering (dry
1991). salting), penggaraman basah (brine
Pengolahan ikan asin dimulai dari salting) dan pelumuran garam (Kench
penyiangan, pencucian, diikuti dengan salting). Keberhasilan pengawetan
penggaraman dan pengeringan. Dalam dengan penggaraman sangat ditentikan
proses tersebut yang dapat dibedakan oleh bahan garam yang digunakan.
adalah dalam proses penyiangan (yaitu Menurut Icho (2001,) kemurnian garam
ikan di belah dan ikan dalam bentuk yang dihasilkan sangat tergantung pada
utuh) dan pada proses penggaraman, kondisi air laut yang digunakan dan cara
jumlah garam yang digunakan, jangka produksi garam yang dilakukan. Pada
waktu penggaraman dan umumnya garam yang dihasilkan
penjemurannya. Hal tersebut disebabkan banyak mengandung kotoran berupa
perbedaan jenis dan ukuran ikan atau lumpur yang mengandung bahan
cara pengolahan selanjutnya serta rasa organik dan garam jenis lain. Batasan
asin yang diinginkan. Menurut toleransi unsur-unsur/kotoran yang
Moeljanto (1982); Djarijah Siregar boleh terdapat dalam garam konsumsi
(2004), Afrianto dan Liviawaty (1989) menurut Standar Industri Indonesia
penggaraman dilakukan dengan berbagai adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Persyaratan Standar Mutu garam Konsumsi
Syarat Mutu Mutu I Mutu II
NaCl (min) 97,1% 94,7%
Air (Max) 3% 5%
Iodium (mg/kg) 30 - 80 30 - 80
Fe2O3 (mg/kg) Max 25 Max 100
Ca dan Mg (max) 1% 1%
Sulfat 1% 1%
Bagian tak larut dalam air (max) 0,1 % 0,1 %
Warna Putih Putih
Rasa Asin Asin
Bau Tidak berbau Tidak berbau
Sumber : Pusat Standarisasi Industri (1994)
Pengeringan adalah suatu metode pembersihan ikan belum dilakukan
untuk mengeluarkan atau secara higienis. Dalam proses
menghilangkan sebagian air dari suatu pengeringan dengan bantuan sinar
bahan pangan dengan cara menguapkan matahari secara langsung (dijemur)
air tersebut. Pada umumnya kadar air sangat rawan terhadap serangan lalat dan
bahan dikurangi sampai batas tertentu kontaminasi kotoran selama penjemuran
supaya pertumbuhan mikroorganisme sehingga hal ini justru dapat
pembusuk dapat dihentikan (Winarno et. mempengaruhi daya simpan ikan. Bila
al, 1980). Proses pengeringan pengeringan dengan dijemur itu tidak
didasarkan pada penguapan air, karena sempurna justru dapat menyebabkan
adanya perbedaan kandungan uap air ikan mudah busuk terutama karena
antara udara dan produk yang serangan jamur, bakteri, belatung dan
dikeringkan. Kandungan uap air udara kutu.
lebih rendah dibandingkan dengan kadar Menurut Djarijah Siregar, 2004,
air dalam tubuh ikan sehingga terjadi bahwa ikan asin yang telah dikeringkan
proses penguapan. Adapun faktor-faktor sebaiknya disusun rapi di dalam
yang mempengaruhi kecepatan kemasan (packing) dengan kotak kayu
pengeringan ikan adalah kecepatan (peti) atau keranjang yang dilapisi kertas
udara (angin), kelembaban udara, suhu dan ditaruh dalam ruangan (gudang)
udara, serta keadaan fisik dan kimia ikan yang sejuk dan kering serta memiliki
(Moeljanto, 1982). ventilasi yang baik. Tumpukan
Proses pengolahan ikan-ikan asin peti/keranjang dalam gudang tersebut
yang dilakukan para nelayan mulai dari diatur sedemikian rupa agar sirkulasi
146
Kajian Mikrobiologi pada Produk Ikan Asin Kering yang Dipasarkan di Pasar Tradisional dan
Pasar Swalayan dalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015
udara didalamnya tidak terhambat. Ikan dibedakan atas empat faktor utama,
asin kering harus disimpan dengan cara yaitu faktor intrinsik, faktor ekstrinsik,
yang benar agar tidak cepat rusak. faktor pengolahan, dan faktor implisit.
Mikrobiologi Hasil Perikanan dan Faktor instrinsik adalah faktor yang
Keamanan Bahan Pangan tidak dapat dikendalikan oleh usaha
Anwar Faisal (2002) menerangkan apapun juga dari manusia, artinya faktor
bahwa pangan yang tidak aman dapat yang berasal dari individu ikan itu
menyebabkan penyakit (foodborne diseases) sendiri misalnya adanya komponen zat
yaitu gejala penyakit yang timbul akibat makanan yang diperlukan oleh mikroba,
mengkonsumsi pangan yang mengandung
pH daging ikan. Sedangkan faktor
bahan/senyawa beracun/ organisme patogen.
Berdasar sifat penularannya, foodborne
ekstrinsik merupakan faktor yang dapat
diseases dikelompokkan menjadi penyakit dikendalikan oleh manusia di dalam
menular dan penyakit tidak menular yang mempelajari kedua aspek tersebut,
disebut dengan keracunan pangan. Penyakit misalnya cara-cara penangkapan,
yang ditimbulkan oleh pangan dapat pengambilan contoh, media
digolongkan dalam 2 (dua) kelompok yaitu pertumbuhan yang digunakan, suhu
1) infeksi, digunakan apabila setelah inkubasi (Nurrochyani, 1994).
mengkonsumsi pangan atau minuman yang Menurut Icho (2001),
mengandung bakteri patogen timbul gejala- penyimpanan ikan asin setelah beberapa
gejala penyakit dan 2) intoksikasi yaitu
lama sering timbul warna kemerahan
keracunan yang disebabkan karena
mengkonsumsi pangan yang mengandung
pada permukaan ikan atau timbulnya
senyawa beracun yang mungkin terdapat bintik-bintik putih yang disebabkan oleh
secara alami dalam pangan atau diproduksi pertumbuhan bakteri yang tahan
oleh mikroba yang terdapat dalam pangan. terhadap garam. Subroto et.al (1990)
Suatu bahan pangan mentah atau menjelaskan bahwa kandungan TPC
olahan menjadi tidak aman dikonsumsi pada ikan asin berubah selama
apabila telah tercemari, hal ini ditinjau dari penyimpanan dengan berubahnya pola
segi gizi yaitu jika kandungan gizi ketersediaan air dapat mengubah pola
berlebihan (lemak, gula, garam natrium) pertumbuhan mikrobia.
yang dapat menyebabkan berbagai penyakit
Tujuan dan kegunaan penelitian
generatif dan segi kontaminasi yaitu jika
pangan terkontaminasi oleh mikroorganisme
Penelitian ini bertujuan untuk
atau bahan kimia (termasuk logam berat dan mengamati dan menguji tingkat
racun kimia). Terjadinya kontaminasi oleh kontaminasi mikrobiologi pada produk
mikroba patogen, toksin mikroba atau ikan-ikan asin kering yang dijual di
cemaran logam berat dan bahan kimia pasar tadisional dan pasar modern di
mungkin terjadi selama pangan disimpan, Kota Jambi. Kegunaan penelitian ini
diangkut, didistribusikan atau saat disajikan adalah sebagai informasi, referensi dan
kepada konsumen. bahan acuan dalam upaya meningkatkan
Jumlah dan jenis populasi keamanan pangan produk ikan asin
mikroorganisme yang terdapat pada berbagai
kering yang dipasarkan di pasar
produk perikanan sangat spesifik. Hal ini
disebabkan karena pengaruh selektif yang
tradisional dan pasar modern, sehingga
terjadi terhadap jumlah dan jenis dapat meningkatkan kepercayaan
mikroorganisme pada produk perikanan, terhadap konsumen dalam
sehingga satu atau beberapa jenis mengkonsumsi ikan-ikan asin di kota
mikroorganisme menjadi dominan daripada Jambi. Masukan kepada pengolah dan
lainnya dan merupakan mikroorganisme penjual ikan asin di pasar tradisional dan
yang spesifik pada produk perikanan pasar modern agar dapat meningkatkan
tertentu. Mikroorganisme yang terdapat pada sanitasi dan higieni melalui pengawetan
produk perikanan dapat berasal dari berbagai dan pemasaran ikan asin yang baik dan
sumber seperti tanah, air permukaan, debu,
benar.
saluran pencernaan manusia dan hewan,
saluran pernafasan manusia dan hewan, dan METODE PENELITIAN
lingkungan tempat pemeliharaan/ budidaya, Penelitian ini dilaksanakan dengan
persiapan, penyimpanan atau pengolahan. metode deskriptif kualitatif, yaitu untuk
Faktor-faktor yang mempengaruhi mengangkat fakta dan menyajikan data
jumlah pada produk perikanan dapat apa adanya. Untuk dapat menyajikan
147
Kajian Mikrobiologi pada Produk Ikan Asin Kering yang Dipasarkan di Pasar Tradisional dan
Pasar Swalayan dalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015
148
Kajian Mikrobiologi pada Produk Ikan Asin Kering yang Dipasarkan di Pasar Tradisional dan
Pasar Swalayan dalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015
Duo dan Pasar Modern Hypermart/WTC persyaratan bahan yang digunakan baik
Jambi. ikan dan garamnya, serta cara
Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa pengolahannya. Dari bahan ikan yang
jumlah koloni bakteri pada 7 (tujuh) digunakan, keberhasilan untuk
sampel ikan asin yang paling tinggi mendapatkan mutu yang baik ditentukan
terdapat pada ikan asin sepat dengan oleh tingkat kesegaran, kandungan dan
jumlah koloni 7.30 x 104 dan jumlah ketebalan ikan. Sedangkan bahan garam
koloni paling rendah terdapat pada ikan ditentukan oleh kehalusan, kemurnian
kepala batu dengan jumlah koloni 1.52 x dan kepekatan garam.
102. Menurut BBPHP, Jakarta, Cara pengawetan ikan dengan
1993/1994, bahwa jumlah koloni bakteri mengkombinasikan penggaraman dan
pada tujuh sampel ikan asin yang dipilih pengeringan memberi keuntungan ganda
masih memenuhi persyaratan mutu ikan dimana bahan pangan ikan asin menjadi
asin kering, karena jumlah koloni lebih awet karena dengan penggaraman
bakteri pada masing-masing sampel ikan dan pengeringan mempunyai tujuan
asin masih dibawah 1 x 105. Dengan yang sama untuk menurunkan kadar air
demikian dapat dipastikan bahwa bahan pangan ikan. Kadar air bahan
sampel ikan asin yang diamati dalam pangan mempunyai kaitan erat dengan
penelitian ini aman untuk dikonsumsi keawetan bahan pangan. Bahan pangan
oleh konsumen/masyarakat ditinjau dari yang berkadar air rendah akan lebih
pencemaran bakterinya. Namun perlu awet dibandingkan yang berkadar air
diwaspadai, bahwa jumlah koloni tinggi . Hal ini terjadi karena dalam
bakteri pada 7 (tujuh) sampel ikan asin proses enzimatis dan kimiawi serta
ini sudah mendekati batas tidak aman pertumbuhan bakteri diperlukan
terhadap pencemaran bakterinya. Karena sejumlah air. Turunnya kadar air yang
menurut BBPHP, jumlah koloni bakteri ada dalam suatu bahan akan mencegah
maksimum pada ikan asin adalah 1 x pertumbuhan bakteri dan kebusukan
105. Kualitas mikrobiologis pada ikan bahan pangan tersebut.
asin dapat dijaga dengan cara Suatu bahan pangan mentah atau
pengawetan dan menjaga sanitasi selama olahan menjadi tidak aman dikonsumsi
pengolahan, penanganan, pemasaran dan apabila telah tercemari oleh
penyimpanan. mikroorganisme. Mikroorganisme yang
Adapun cara pengawetan yang terdapat pada produk perikanan dapat
telah diterapkan pada ikan asin adalah berasal dari berbagai sumber seperti
melalui proses penggaraman dan tanah, air permukaan, debu, saluran
pengeringan. Tujuan penggaraman pada pencernaan manusia dan hewan, saluran
bahan pangan seperti ikan adalah untuk pernafasan manusia dan hewan, dan
mengurangi kadar air, agar mikroba lingkungan tempat pemeliharaan/
terutama jenis bakteri tidak dapat budidaya, persiapan, pengolahan,
berkembang. Penggaraman juga dapat pengeringan, pemasaran, atau
menghambat proses perombakan yang penyimpanan.
dilakukan oleh enzim sehingga ikan Untuk menjaga kualitas
lebih awet dan tahan lama bila disimpan mikrobiologi pada ikan asin yang telah
(Djarijah Siregar, 2004). Sedangkan dikeringkan, harus mendapat
pengeringan juga bertujuan penanganan yang baik. Hal yang sangat
mengeluarkan atau menghilangkan perlu diperhatikan dalam pemasaran
sebagian air dari suatu bahan pangan ikan asin adalah, dalam pemaaran ikan
dengan cara menguapkan air tersebut. asin di pasar sebaiknya jangan dipajang
Pada umumnya kadar air bahan dalam keadaan terbuka. Karena hal ini
dikurangi sampai batas tertentu supaya akan mengundang serangga seperti lalat,
pertumbuhan mikroorganisme lalu hinggap pada ikan tersebut. Lalat
pembusuk dapat dihentikan (Winarno et. akan bertelur pada ikan asin dan
al, 1980). Icho (2001) lebih lanjut akhirnya ikan asin mengandung
memberi penjelasan, untuk mendapatkan ulat/belatung. Selain itu, pencemaran
mutu ikan asin yang baik memerlukan mikrobiologi melalui udara dan tempat
149
Kajian Mikrobiologi pada Produk Ikan Asin Kering yang Dipasarkan di Pasar Tradisional dan
Pasar Swalayan dalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015
150
Kajian Mikrobiologi pada Produk Ikan Asin Kering yang Dipasarkan di Pasar Tradisional dan
Pasar Swalayan dalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015
151
Kajian Mikrobiologi pada Produk Ikan Asin Kering yang Dipasarkan di Pasar Tradisional dan
Pasar Swalayan dalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan di Kota Jambi