Você está na página 1de 7

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.

3 Tahun 2015

KAJIAN MIKROBIOLOGI PADA PRODUK IKAN ASIN KERING


YANG DIPASARKAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SWALAYAN
DALAM UPAYA PENINGKATAN KEAMANAN PANGAN
DI KOTA JAMBI
Ridawati Marpaung1
Abstract
The researchwas conducted in Jambi city to recognize the microbiology
contamination rate of salted fish. There are seven kinds of salted fish that taken from each
different kind of market e.g. tradisional market (Angso duo) and modern market
(Hypermart). Plate Count Agar (TPA) method(SNI 01-2339-1991) was used to analyzed
the number aerobic bacteria.
The results showed that there was one kind among the seven kinds of salted fish
that indicated as the higher contain of bacteria (7.30X10 4). This salted fish called was
“Sepat” salted fish. Mine while the lowest amount of bacteria was contained in
“KepalaBatu” salted fish (1,52X102). The important one should be noted that the bacteria
contain in whole seven salt fishes was still save to be consumed, because the number of
bacteria colony each salted fish in both kind of market was lower than the crisis level
bacteria contamination (1X105).
Keyword : microbiology, salted fish, bacteria colony, food safety
PENDAHULUAN Pengawetan dan pengolahan
Ikan mempunyai kelebihan merupakan salah satu cara untuk
sebagai sumber protein dibandingkan mempertahankan ikan dari proses
sumber protein hewan lainnya. Protein pembusukan, sehingga mampu disimpan
pada ikan sangat baik untuk mendukung lama sampai waktunya untuk dijadikan
kesehatan karena asam amino pada ikan sebagai bahan konsumsi. Penggaraman
mirip dengan asam amino yang terdapat dan pengeringan adalah suatu metode
pada tubuh manusia. Selain itu, ikan untuk mengeluarkan atau
merupakan salah satu sumber protein menghilangkan sebagian air dari suatu
hewani yang banyak dikonsumsi bahan pangan dengan cara menguapkan
masyarakat, mudah didapat, dan air tersebut. Pada umunya kadar air
harganya murah dibandindingkan bahan dikurangi sampai batas tertentu
dengan sumber protein dari hewan supaya pertumbuhan mikroorganisme
lainnya. pembusuk dapat dihentikan (Winarno et.
Selain mempunyai kelebihan, al, 1980). Icho (2001) lebih lanjut
ternyata Ikan merupakan bahan pangan memberi penjelasan untuk mendapatkan
yang sangat cepat mengalami proses mutu ikan asin yang baik memerlukan
pembusukan dibandingkan dengan persyaratan bahan (ikan dan garam)
bahan makanan lain. Bakteri dan yang digunakan, selanjutnya ditentukan
perubahan kimiawi pada ikan sejak mati cara pengolahannya. Ada beberapa
menyebabkan pembusukan. Mutu hasil faktor yang perlu diperhatikan dalam
perikanan tergantung pada mutu bahan bahan ikan seperti kesegaran, kandungan
mentahnya dan cara penaganan pasca dan ketebalan ikan, sedangkan bahan
tangkap hingga cara pemasarannya. garam perlu diperhatikan tingkat
Pengawetan dengan cara penggaraman kehalusan, kemurnian dan kepekatan
dan pengeringan pada produk ikan garam. Keuntungan dari pengeringan
merupakan teknologi pengawetan yang dan penggaraman adalah bahan menjadi
telah lama dilakukan yang bertujuan lebih awet artinya bahan yang
untuk mengurangi kadar air dalam tubuh mempunyai kadar air rendah akan lebih
ikan, sehingga tidak memberikan awet dibandingkan yang berkadar air
kesempatan bagi bakteri untuk tinggi. Hal ini terjadi karena dalam
berkembang biak. proses enzimatis dan kimiawi serta
pertumbuhan bakteri diperlukan
sejumlah air. Turunnya kadar air yang
1 ada dalam suatu bahan akan memberi
Dosen Fakultas Pertanian Universitas
Batanghari kemungkinan berkurangnya kebusukan

145
Kajian Mikrobiologi pada Produk Ikan Asin Kering yang Dipasarkan di Pasar Tradisional dan
Pasar Swalayan dalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015

dari makanan tersebut. (Indriati et.al, cara yaitu: • Penggaraman kering (dry
1991). salting), penggaraman basah (brine
Pengolahan ikan asin dimulai dari salting) dan pelumuran garam (Kench
penyiangan, pencucian, diikuti dengan salting). Keberhasilan pengawetan
penggaraman dan pengeringan. Dalam dengan penggaraman sangat ditentikan
proses tersebut yang dapat dibedakan oleh bahan garam yang digunakan.
adalah dalam proses penyiangan (yaitu Menurut Icho (2001,) kemurnian garam
ikan di belah dan ikan dalam bentuk yang dihasilkan sangat tergantung pada
utuh) dan pada proses penggaraman, kondisi air laut yang digunakan dan cara
jumlah garam yang digunakan, jangka produksi garam yang dilakukan. Pada
waktu penggaraman dan umumnya garam yang dihasilkan
penjemurannya. Hal tersebut disebabkan banyak mengandung kotoran berupa
perbedaan jenis dan ukuran ikan atau lumpur yang mengandung bahan
cara pengolahan selanjutnya serta rasa organik dan garam jenis lain. Batasan
asin yang diinginkan. Menurut toleransi unsur-unsur/kotoran yang
Moeljanto (1982); Djarijah Siregar boleh terdapat dalam garam konsumsi
(2004), Afrianto dan Liviawaty (1989) menurut Standar Industri Indonesia
penggaraman dilakukan dengan berbagai adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Persyaratan Standar Mutu garam Konsumsi
Syarat Mutu Mutu I Mutu II
NaCl (min) 97,1% 94,7%
Air (Max) 3% 5%
Iodium (mg/kg) 30 - 80 30 - 80
Fe2O3 (mg/kg) Max 25 Max 100
Ca dan Mg (max) 1% 1%
Sulfat 1% 1%
Bagian tak larut dalam air (max) 0,1 % 0,1 %
Warna Putih Putih
Rasa Asin Asin
Bau Tidak berbau Tidak berbau
Sumber : Pusat Standarisasi Industri (1994)
Pengeringan adalah suatu metode pembersihan ikan belum dilakukan
untuk mengeluarkan atau secara higienis. Dalam proses
menghilangkan sebagian air dari suatu pengeringan dengan bantuan sinar
bahan pangan dengan cara menguapkan matahari secara langsung (dijemur)
air tersebut. Pada umumnya kadar air sangat rawan terhadap serangan lalat dan
bahan dikurangi sampai batas tertentu kontaminasi kotoran selama penjemuran
supaya pertumbuhan mikroorganisme sehingga hal ini justru dapat
pembusuk dapat dihentikan (Winarno et. mempengaruhi daya simpan ikan. Bila
al, 1980). Proses pengeringan pengeringan dengan dijemur itu tidak
didasarkan pada penguapan air, karena sempurna justru dapat menyebabkan
adanya perbedaan kandungan uap air ikan mudah busuk terutama karena
antara udara dan produk yang serangan jamur, bakteri, belatung dan
dikeringkan. Kandungan uap air udara kutu.
lebih rendah dibandingkan dengan kadar Menurut Djarijah Siregar, 2004,
air dalam tubuh ikan sehingga terjadi bahwa ikan asin yang telah dikeringkan
proses penguapan. Adapun faktor-faktor sebaiknya disusun rapi di dalam
yang mempengaruhi kecepatan kemasan (packing) dengan kotak kayu
pengeringan ikan adalah kecepatan (peti) atau keranjang yang dilapisi kertas
udara (angin), kelembaban udara, suhu dan ditaruh dalam ruangan (gudang)
udara, serta keadaan fisik dan kimia ikan yang sejuk dan kering serta memiliki
(Moeljanto, 1982). ventilasi yang baik. Tumpukan
Proses pengolahan ikan-ikan asin peti/keranjang dalam gudang tersebut
yang dilakukan para nelayan mulai dari diatur sedemikian rupa agar sirkulasi

146
Kajian Mikrobiologi pada Produk Ikan Asin Kering yang Dipasarkan di Pasar Tradisional dan
Pasar Swalayan dalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015

udara didalamnya tidak terhambat. Ikan dibedakan atas empat faktor utama,
asin kering harus disimpan dengan cara yaitu faktor intrinsik, faktor ekstrinsik,
yang benar agar tidak cepat rusak. faktor pengolahan, dan faktor implisit.
Mikrobiologi Hasil Perikanan dan Faktor instrinsik adalah faktor yang
Keamanan Bahan Pangan tidak dapat dikendalikan oleh usaha
Anwar Faisal (2002) menerangkan apapun juga dari manusia, artinya faktor
bahwa pangan yang tidak aman dapat yang berasal dari individu ikan itu
menyebabkan penyakit (foodborne diseases) sendiri misalnya adanya komponen zat
yaitu gejala penyakit yang timbul akibat makanan yang diperlukan oleh mikroba,
mengkonsumsi pangan yang mengandung
pH daging ikan. Sedangkan faktor
bahan/senyawa beracun/ organisme patogen.
Berdasar sifat penularannya, foodborne
ekstrinsik merupakan faktor yang dapat
diseases dikelompokkan menjadi penyakit dikendalikan oleh manusia di dalam
menular dan penyakit tidak menular yang mempelajari kedua aspek tersebut,
disebut dengan keracunan pangan. Penyakit misalnya cara-cara penangkapan,
yang ditimbulkan oleh pangan dapat pengambilan contoh, media
digolongkan dalam 2 (dua) kelompok yaitu pertumbuhan yang digunakan, suhu
1) infeksi, digunakan apabila setelah inkubasi (Nurrochyani, 1994).
mengkonsumsi pangan atau minuman yang Menurut Icho (2001),
mengandung bakteri patogen timbul gejala- penyimpanan ikan asin setelah beberapa
gejala penyakit dan 2) intoksikasi yaitu
lama sering timbul warna kemerahan
keracunan yang disebabkan karena
mengkonsumsi pangan yang mengandung
pada permukaan ikan atau timbulnya
senyawa beracun yang mungkin terdapat bintik-bintik putih yang disebabkan oleh
secara alami dalam pangan atau diproduksi pertumbuhan bakteri yang tahan
oleh mikroba yang terdapat dalam pangan. terhadap garam. Subroto et.al (1990)
Suatu bahan pangan mentah atau menjelaskan bahwa kandungan TPC
olahan menjadi tidak aman dikonsumsi pada ikan asin berubah selama
apabila telah tercemari, hal ini ditinjau dari penyimpanan dengan berubahnya pola
segi gizi yaitu jika kandungan gizi ketersediaan air dapat mengubah pola
berlebihan (lemak, gula, garam natrium) pertumbuhan mikrobia.
yang dapat menyebabkan berbagai penyakit
Tujuan dan kegunaan penelitian
generatif dan segi kontaminasi yaitu jika
pangan terkontaminasi oleh mikroorganisme
Penelitian ini bertujuan untuk
atau bahan kimia (termasuk logam berat dan mengamati dan menguji tingkat
racun kimia). Terjadinya kontaminasi oleh kontaminasi mikrobiologi pada produk
mikroba patogen, toksin mikroba atau ikan-ikan asin kering yang dijual di
cemaran logam berat dan bahan kimia pasar tadisional dan pasar modern di
mungkin terjadi selama pangan disimpan, Kota Jambi. Kegunaan penelitian ini
diangkut, didistribusikan atau saat disajikan adalah sebagai informasi, referensi dan
kepada konsumen. bahan acuan dalam upaya meningkatkan
Jumlah dan jenis populasi keamanan pangan produk ikan asin
mikroorganisme yang terdapat pada berbagai
kering yang dipasarkan di pasar
produk perikanan sangat spesifik. Hal ini
disebabkan karena pengaruh selektif yang
tradisional dan pasar modern, sehingga
terjadi terhadap jumlah dan jenis dapat meningkatkan kepercayaan
mikroorganisme pada produk perikanan, terhadap konsumen dalam
sehingga satu atau beberapa jenis mengkonsumsi ikan-ikan asin di kota
mikroorganisme menjadi dominan daripada Jambi. Masukan kepada pengolah dan
lainnya dan merupakan mikroorganisme penjual ikan asin di pasar tradisional dan
yang spesifik pada produk perikanan pasar modern agar dapat meningkatkan
tertentu. Mikroorganisme yang terdapat pada sanitasi dan higieni melalui pengawetan
produk perikanan dapat berasal dari berbagai dan pemasaran ikan asin yang baik dan
sumber seperti tanah, air permukaan, debu,
benar.
saluran pencernaan manusia dan hewan,
saluran pernafasan manusia dan hewan, dan METODE PENELITIAN
lingkungan tempat pemeliharaan/ budidaya, Penelitian ini dilaksanakan dengan
persiapan, penyimpanan atau pengolahan. metode deskriptif kualitatif, yaitu untuk
Faktor-faktor yang mempengaruhi mengangkat fakta dan menyajikan data
jumlah pada produk perikanan dapat apa adanya. Untuk dapat menyajikan

147
Kajian Mikrobiologi pada Produk Ikan Asin Kering yang Dipasarkan di Pasar Tradisional dan
Pasar Swalayan dalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015

data secara deskriptif tentang jumlah pengenceran 10–2. Pengenceran


koloni bakteri dalam bahan ikan-ikan berikutnya dilakukan dengan cara serupa
asin yang diuji, penghitungan jumlah yaitu dengan mengambil 1 mL larutan
total bakteri dilakukan di Laboratorium hasil pengenceran sebelumnya (10-2),
kemudian dimasukkan ke dalam 9 mL
Kesehatan Provinsi Jambi. Bahan yang
larutan BFP dan diperoleh larutan
digunakan dalam penelitian ini adalah pengenceran 10–3 .
ikan asin kering (Ikan asin, ikan pindang, 3) Pemupukan
dan, ikan asap) yang diperoleh dari pasar Dari larutan hasil tiap-tiap
tradisional dan pasar modern. pengenceran diambil 1
Data yang digunakan adalah data
mLdimasukkan ke dalam cawan petri
primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan cara observasi. Menurut
(yang dilakukan secara duplo) dan
Marzuki (2003) observasi adalah pengamatan kemudian ditambahkan sekitar 12 -
dan pencatatan kejadian atau fenomena yang 15 mL media PCA yang sudah
diteliti secara sistematik. Observasi dilakukan didinginkan. Untuk mendapatkan
dengan pengumpulan bahan dari pasar campuran larutan contoh dan media
tradisional dan pasar modern di kota Jambi. agar, maka dilakukan pemutaran petri
Pengujian mikrobiologi dilakukan ke depan dan ke belakang.
dengan uji TPC (Plate Count Agar) 4) Inkubasi
(SNI 01-2339–1991). Uji mikrobiologi pada Setelah media agar menjadi beku,
penelitian ini dilaksanakan dengan
cawan yang telah terisi tadi
menggunakan metode TPC terhadap bakteri
aerob. Pemupukan dilakukan dengan cara
diinkubasi pada posisi terbalik
tuang dengan media PCA (Plate Count dengan suhu inkubator 35 °C selama
Agar). Prosedur analisa penetapan total 48 jam.
mikroba menurut SNI 01-2339-1991 adalah 5) Perhitungan
sebagai berikut : Data jumlah mikroba yang diperoleh
1) Persiapan contoh secara duplo dihitung pada setiap
Contoh ikan ditimbang sebanyak 20 g contoh pengambilan sampel. Jumlah
dan ditambah 180 mL larutan BFP total bakteri hasil analisa dihitung
(Butterfield’s buffered phosphate) dengan menggunakan alat hand tally
kemudian dimasukkan ke dalam alat
counter. Perhitungan koloni diambil
stomacher untuk di
blender/dipotongkecil-kecil sampai
yang mempunyai jumlah koloni 25 –
menjadi larutan yang homogen sehingga 250. Rumus perhitungan :
diperoleh larutan dengan pengenceran Jumlah koloni (per mL) = jumlah
10– 1. koloni per cawan x 1/faktor
2) Pengenceran pengenceran
Dari larutan contoh diambil sebanyak 1 HASIL PENGAMATAN DAN
mL dengan menggunakan biomate PEMBAHASAN
dimasukkan ke dalam tabung berisi 9 mL
larutan BFP untuk mendapatkan
Tabel 3. Hasil penghitungan Jumlah Koloni Bakteri Pada 7 (Tujuh) Sampel Ikan
Asin
No Kode Jenis Ikan Asin Sumber Jumlah
sampel koloni
1 A Ikan Kepala Batu Pasar Angso Duo 1.52 x 102
2 B Ikan Sepat Hypermart/WTC Jambi 7.30 x 104
3 C Ikan Baung Pasar Angso Duo 4.76 x 104
4 D Ikan Bulu Ayam Hypermart/WTC Jambi 1.43 x 104
5 E Ikan Kepala Batu Belah Pasar Angso Duo 1.72 x 104
6 F Ikan Pisang-Pisang Pasar Angso Duo 1.86 x 104
7 G Ikan Peda Hypermart/WTC Jambi 4.40 x 103
Dalam penelitian ini dilakukan dalam kondisi baik. Secara visual
pengamatan dan penghitungan jumlah penampilan fisik masih dalam keadaan
koloni yang terdapat pada produk olahan bersih, tidak ada noda, tekstur keras, dan
ikan asin kering. Peneliti secara sengaja keadaan ikan kering. Sampel ikan asin
memilih ikan-ikan asin yang masih diambil dari pasar Tradisional Angso

148
Kajian Mikrobiologi pada Produk Ikan Asin Kering yang Dipasarkan di Pasar Tradisional dan
Pasar Swalayan dalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015

Duo dan Pasar Modern Hypermart/WTC persyaratan bahan yang digunakan baik
Jambi. ikan dan garamnya, serta cara
Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa pengolahannya. Dari bahan ikan yang
jumlah koloni bakteri pada 7 (tujuh) digunakan, keberhasilan untuk
sampel ikan asin yang paling tinggi mendapatkan mutu yang baik ditentukan
terdapat pada ikan asin sepat dengan oleh tingkat kesegaran, kandungan dan
jumlah koloni 7.30 x 104 dan jumlah ketebalan ikan. Sedangkan bahan garam
koloni paling rendah terdapat pada ikan ditentukan oleh kehalusan, kemurnian
kepala batu dengan jumlah koloni 1.52 x dan kepekatan garam.
102. Menurut BBPHP, Jakarta, Cara pengawetan ikan dengan
1993/1994, bahwa jumlah koloni bakteri mengkombinasikan penggaraman dan
pada tujuh sampel ikan asin yang dipilih pengeringan memberi keuntungan ganda
masih memenuhi persyaratan mutu ikan dimana bahan pangan ikan asin menjadi
asin kering, karena jumlah koloni lebih awet karena dengan penggaraman
bakteri pada masing-masing sampel ikan dan pengeringan mempunyai tujuan
asin masih dibawah 1 x 105. Dengan yang sama untuk menurunkan kadar air
demikian dapat dipastikan bahwa bahan pangan ikan. Kadar air bahan
sampel ikan asin yang diamati dalam pangan mempunyai kaitan erat dengan
penelitian ini aman untuk dikonsumsi keawetan bahan pangan. Bahan pangan
oleh konsumen/masyarakat ditinjau dari yang berkadar air rendah akan lebih
pencemaran bakterinya. Namun perlu awet dibandingkan yang berkadar air
diwaspadai, bahwa jumlah koloni tinggi . Hal ini terjadi karena dalam
bakteri pada 7 (tujuh) sampel ikan asin proses enzimatis dan kimiawi serta
ini sudah mendekati batas tidak aman pertumbuhan bakteri diperlukan
terhadap pencemaran bakterinya. Karena sejumlah air. Turunnya kadar air yang
menurut BBPHP, jumlah koloni bakteri ada dalam suatu bahan akan mencegah
maksimum pada ikan asin adalah 1 x pertumbuhan bakteri dan kebusukan
105. Kualitas mikrobiologis pada ikan bahan pangan tersebut.
asin dapat dijaga dengan cara Suatu bahan pangan mentah atau
pengawetan dan menjaga sanitasi selama olahan menjadi tidak aman dikonsumsi
pengolahan, penanganan, pemasaran dan apabila telah tercemari oleh
penyimpanan. mikroorganisme. Mikroorganisme yang
Adapun cara pengawetan yang terdapat pada produk perikanan dapat
telah diterapkan pada ikan asin adalah berasal dari berbagai sumber seperti
melalui proses penggaraman dan tanah, air permukaan, debu, saluran
pengeringan. Tujuan penggaraman pada pencernaan manusia dan hewan, saluran
bahan pangan seperti ikan adalah untuk pernafasan manusia dan hewan, dan
mengurangi kadar air, agar mikroba lingkungan tempat pemeliharaan/
terutama jenis bakteri tidak dapat budidaya, persiapan, pengolahan,
berkembang. Penggaraman juga dapat pengeringan, pemasaran, atau
menghambat proses perombakan yang penyimpanan.
dilakukan oleh enzim sehingga ikan Untuk menjaga kualitas
lebih awet dan tahan lama bila disimpan mikrobiologi pada ikan asin yang telah
(Djarijah Siregar, 2004). Sedangkan dikeringkan, harus mendapat
pengeringan juga bertujuan penanganan yang baik. Hal yang sangat
mengeluarkan atau menghilangkan perlu diperhatikan dalam pemasaran
sebagian air dari suatu bahan pangan ikan asin adalah, dalam pemaaran ikan
dengan cara menguapkan air tersebut. asin di pasar sebaiknya jangan dipajang
Pada umumnya kadar air bahan dalam keadaan terbuka. Karena hal ini
dikurangi sampai batas tertentu supaya akan mengundang serangga seperti lalat,
pertumbuhan mikroorganisme lalu hinggap pada ikan tersebut. Lalat
pembusuk dapat dihentikan (Winarno et. akan bertelur pada ikan asin dan
al, 1980). Icho (2001) lebih lanjut akhirnya ikan asin mengandung
memberi penjelasan, untuk mendapatkan ulat/belatung. Selain itu, pencemaran
mutu ikan asin yang baik memerlukan mikrobiologi melalui udara dan tempat

149
Kajian Mikrobiologi pada Produk Ikan Asin Kering yang Dipasarkan di Pasar Tradisional dan
Pasar Swalayan dalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015

yang kotor juga sangat mudah terjadi, DAFTAR PUSTAKA


sehingga banyak ikan-ikan asin yang Adawyah, R., 2006. Pengolahan dan
dipasarkan terjadi perubahan warna Pengawetan Ikan. Bumi Aksara,
kecoklatan dan terbentuknya noda-noda Jakarta.
kuning atau merah. Kejadian ini Afrianto, E. dan E. Liviawaty, 1989,
kenyataannya sering ditemui baik di Pengawetan dan Pengolahan
pasar tradisional seperti Angso Dua Ikan, Penerbit
maupun di pasar modern Hypermart Kanisius, Yogyakarta.
WTC Jambi. Untuk menghindari Anwar F., 2002, Keamanan Pangan,
pencemaran mikrobiologi pada ikan- Bab 11 Buku Pengantar Pangan
ikan asin yang dipasarkan sebenarnya dan Gizi.
dapat diatasi dengan cara mengemas Cetakan 1 Th 2004, Penerbit Swadaya
ikan-ikan asin tersebut dengan plastik Jakarta.
dan ditempatkan pada suhu dingin. Badan Standardisasi Nasional, 1992,
Apabila ikan asin masih harus Standar Produk Perikanan,
mengalami penyimpanan, bahan tersebut Standar Ikan Asin
harus disusun rapi di dalam packing Kering, SNI 01-2721-1992, BBPMHP
dengan kotak kayu (peti) atau keranjang Jakarta 1993/1994
yang dilapisi kertas dan ditaruh dalam ________________________, 1994,
ruangan (gudang) yang sejuk dan kering Metode Pengujian Mikrobiologi.
serta memiliki ventilasi yang baik. Penentuan
Tumpukan peti/keranjang dalam gudang Angka Lempeng Total SNI 01-2339-
tersebut diatur sedemikian rupa agar 1991.
sirkulasi udara didalamnya tidak ________________________, Metode
terhambat. Ikan asin kering harus Pengujian Mikrobiologi. Metode
disimpan dengan cara yang benar agar Pengujian
tidak cepat rusak. Coliform dan Escherichia coli SNI 01-
KESIMPULAN DAN SARAN 2332-1991 Produk Perikanan,
Dari hasil pengamatan dan BSN
pengujian tingkat kontaminasi Jakarta.
mikrobiologi pada 7 (tujuh) sampel ikan Djarijah Siregar, 2004, Ikan Asin,
asin yang diperoleh dari pasar Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Tradisional Angso Duo dan Pasar Fardiaz, 1989, Analisis Mikrobiologi
Modern Hypermart (WTC Jambi) Pangan, Departemen P dan K
diperoleh bahwa jumlah koloni bakteri Dirjen
masih memenuhi syarat mutu ikan asin. Pendidikan Tinggi Pusat Antar
Jumlah koloni bakteri paling tinggi Universitas Pangan dan Gizi. ITB,
berada pada kisaran 7.30 x 104. Jumlah Bogor.
koloni bakteri pada ikan asin ini masih Icho, 2001, Re : (balita – anda) FW :
aman dikonsumsi. Ikan Asin, http
Dari hasil penelitian ini ://www.balitaanda/wed,28 Nov
disarankan kepada konsumen agar 2001 03:55:56 – 0800
dalam memilih ikan asin yang masih Indriati,S., Tazwir dan Endang Sri
dalam keadaan baik dilihat dari Heruwati, 1991, Penyebab
penampilan masih bersih, tidak ada Kerusakan Pada Ikan
noda, kering, dan berbau asing. Bagi Asin Pasar pengecer dan Grosir di
para produsen dan penjual ikan asin di Jakarta, Jurnal Penelitian Pasca
pasar tradisional dan pasar modern agar Panen Perikanan No. 71 Th. 1991
dapat meningkatkan sanitasi dan hal 49 - 55.
higienitas melalui pengawetan dan Junianto, 2003, Teknik Penanganan
pemasaran ikan asin yang baik dan Ikan, Seri Agriwawasan. Penebar
benar. Swadaya.139
Moeljanto, 1982, Penggaraman Dan
Pengeringan Ikan, PT. Penebar
Swadaya.

150
Kajian Mikrobiologi pada Produk Ikan Asin Kering yang Dipasarkan di Pasar Tradisional dan
Pasar Swalayan dalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015

Pusat Standarisasi Industri, 1994,


Garam Konsumsi, Departemen
Perindustrian Jakarta.
Subroto,W., Z. Sandy dan A. Choliq,
1990, Pengaruh Pengepakan
Terhadap Mutu
Teri Kering Selama Penyimpanan,
Journal Penelitian Pasca panen
No. 64 Th.
1990 Hal 19 – 27.
Sutrisno, 2004, Teknologi Penyediaan
Air Bersih, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.141
Winarno , F.G. dan B.S.L. Jennie, 1982,
Kerusakan Bahan Pangan dan
Cara
Pencegahannya, Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Winarno, F.G., 1989, Kimia Pangan dan
Gizi, P.T. Gramedia, Jakarta.

151

Kajian Mikrobiologi pada Produk Ikan Asin Kering yang Dipasarkan di Pasar Tradisional dan
Pasar Swalayan dalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan di Kota Jambi

Você também pode gostar