Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kata Kunci : Alih Fungsi Lahan, Kabupaten Cianjur, Ketahanan Pangan, Produksi
Padi.
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 sampai Juli 2014 adalah alih fungsi lahan
dengan judul “Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap
Ketahanan Pangan di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus : Desa Sukasirna,
Kecamatan Sukaluyu)”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada orang tua penulis tercinta, Bapak
Eko Sulistyarno dan Ibu Susi Riyani G, kedua adik penulis tersayang, Annisa
Dwika Sulistyorini dan Khansa Ativa Sulistyohanan yang selalu memberikan doa
dan dukungannya. Terima kasih juga kepada Bapak Rizal Bahtiar S.Pi, M.Si
selaku dosen pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Ruslan selaku Kepala Kesbangpol Cianjur, Bapak Anwar selaku
Kasi Tata Pemerintahan Kecamatan Sukaluyu, Bapak Asep selaku Ketua
Gapoktan Desa Sukasirna yang telah membantu penulis selama pengumpulan
data.
Terima kasih juga kepada teman sebimbingan Putri E, Suci, Sumayyah,
Putri R, Try, Yaris, Agusnu, Rifal, Adi dan Javid yang banyak memberikan
masukan dan bantuan kepada penulis, sahabat penulis Rida, Egi, Suwindyastuti,
Chadefi, Siska, Ratna, Sari, Lestari atas motivasi, semangat, dan bantuannya
dalam penyusunan skripsi, serta seluruh teman-teman ESL 47 dan Keluarga
Mahasiswa Lampung atas kebersamaannya.
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1. Latar Belakang .................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah..........................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................6
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................6
II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................8
2.1. Lahan Pertanian ................................................................................8
2.2. Alih Fungsi Lahan ............................................................................9
2.3. Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian ................10
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan ..................11
2.5. Kelembagaan Lahan .........................................................................13
2.6. Ketahanan Pangan ............................................................................14
2.7. Penelitian Terdahulu yang Relevan..................................................15
III. KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................................18
IV. METODE PENELITIAN ........................................................................21
4.1. Lokasi dan Waktu.............................................................................21
4.2. Jenis dan Sumber Data .....................................................................21
4.3. Metode Pengambilan Contoh ...........................................................21
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data.............................................22
4.4.1. Analisis Deskriptif................................................................23
4.4.2. Analisis Laju Alih Fungsi Lahan .........................................25
4.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda ........................................25
4.4.4. Analisis Regresi Logistik .....................................................30
4.4.5. Analisis Estimasi Dampak Produksi ....................................32
4.4.6. Analisis Terhadap Dampak Pendapatan Petani ....................33
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ...................................................35
5.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Cianjur ...............................35
5.2. Gambaran Wilayah Kecamatan Sukaluyu........................................36
5.2.1. Gambaran Umum Wilayah Desa Sukasirna .........................38
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Nilai PDRB Indonesia pada Tahun 2012-2013 Menurut Lapangan
Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000. .................. 2
2. Produksi Padi Sawah Menurut Kabupaten dan Kota Tahun
2011-2012 di Jawa Barat ......................................................................... 3
3. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 16
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional .................................... 20
2. Tingkat Usia Responden ................................................................. 39
3. Tingkat Pendidikan ......................................................................... 40
4. Luas Lahan Sawah .......................................................................... 41
5. Jumlah Tanggungan ........................................................................ 42
6. Pengalaman Bertani ........................................................................ 43
7. Luas Lahan Sawah di Kabupaten Cianjur Tahun 2004-2013 ......... 44
I. PENDAHULUAN
menurun 5%-10 persen setiap tahunnya. Besarnya alih fungsi lahan sawah yang
terjadi di Kabupaten Cianjur merupakan dampak dari semakin majunya
perekonomian dan besarnya laju pertumbuhan penduduk, akan menyebabkan
kerugian dan ketimpangan pembangunan wilayah di daerah tersebut, seperti
masalah ketahanan pangan dan kesejahteraan petani pada khususnya (Kristanti,
2012).
hektar. Luas lahan sawah di daerah ini sebagian besar adalah lahan sawah irigasi.
Pada tahun 2013 luas lahan sawah irigasi adalah sebesar 2.529 hektar. Namun
penggunaan lahan sawah ini dari tahun ke tahun mengalami perubahan.
Pembangunan industri dan pemukiman diatas lahan sawah menimbulkan banyak
dampak, terutama terhadap lingkungan dan pendapatan yang dirasakan langsung
oleh masyarakat di sekitar Kecamatan Sukaluyu.
Berdasarkan latar belakang dan penjelasan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pola dan laju alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Cianjur?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di
Kabupaten Cianjur?
3. Bagaimana kelembagaan lahan di Kabupaten Cianjur?
4. Bagaimana dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap pendapatan petani
dan produksi padi serta pengaruhnya terhadap ketahanan pangan di
Kabupaten Cianjur?
5. Bagaimana implikasi kebijakan yang tepat untuk mengatasi masalah
tersebut?
perubahan struktur ekonomi ke arah industri dan jasa yang akan meningkatkan
kebutuhan akan sarana transportasi dan lahan untuk industri.
Proses alih fungsi lahan secara langsung dan tidak langsung ditentukan
oleh dua faktor, yaitu: (1) sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh
masyarakat dan pemerintah, dan (2) sistem non-kelembagaan yang berkembang
secara alamiah dalam masyarakat. Sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh
masyarakat dan pemerintah antara lain direpresentasikan dalam bentuk terbitnya
beberapa peraturan mengenai konversi lahan (Nasoetion dan Winoto, 1996).
Menurut Supriyadi (2004) menyatakan bahwa setidaknya ada tiga faktor
penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah yaitu:
1. Faktor Eksternal. Merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya
dinamika pertumbuhan perkotaan (fisik maupun spasial), demografi
maupun ekonomi.
2. Faktor Internal. Faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi
sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan.
3. Faktor Kebijakan. Yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan.
Menurut Winoto (2005) faktor-faktor yang mendorong terjadinya alih
fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian antara lain :
1. Faktor kependudukan, yaitu peningkatan dan penyebaran penduduk di
suatu wilayah. Pesatnya peningkatan jumlah penduduk telah meningkatkan
permintaan tanah. Selain itu, peningkatan taraf hidup masyarakat juga
turut berperan menciptakan tambahan permintaan lahan.
2. Faktor ekonomi, yaitu tingginya land rent yang diperoleh aktivitas sektor
non pertanian dibandingkan dengan sektor pertanian. Rendahnya insentif
untuk bertani disebabkan tingginya biaya produksi, sementara harga hasil
pertanian relatif rendah dan berfluktuasi. Selain itu karena faktor
kebutuhan keluarga petani yang semakin mendesak menyebabkan
terjadinya konversi lahan.
3. Faktor sosial budaya, antara lain keberadaan hukum waris yang
menyebabkan terfragmentasinya tanah pertanian, sehingga tidak
memenuhi batas minimun skala ekonomi usaha yang menguntungkan.
1
3
(3) merata; dan (4) terjangkau. Dari definisi pada undang-undang tersebut,
ketahanan pangan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, yaitu
pangan dalam jumlah yang cukup dan dengan kualitas atau gizi yang
memadai dalam setiap rumah tangga di Indonesia. Ketersediaan pangan ini
harus mencukupi jumlah satuan kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan
yang aktif dan sehat
2. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan sebagai bebas
dari cemaran biologis, kimia, atau benda lain yang dapat mengganggu atau
merusak kesehatan manusia. Hal tersebut juga termasuk aman dari kaidah
agama atau kepercayaan masing-masing.
3. Terpenuhinya pangan secara merata, diartikan dengan pangan yang aman
dan berkualitas tadi harus tersebar merata untuk mencukupi kebutuhan
jumlah kalori setiap rumah tangga di Indonesia.
4. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, yaitu pangan yang aman
dan berkualitas tadi harus dapat dibeli dengan harga yang terjangkau oleh
semua kalangan masyarakat Indonesia.
2 Muhamad Dika Analisis Dampak Alih Fungsi Analisis Logistik, Analisis Laju alih fungsi lahan pertanian Dapat mengetahui metode
Yudhistira (2013) Lahan Pertanian Terhadap Regresi, Analisis yang terjadi di Kabupaten apa yang digunakan dalam
Ketahanan Pangan Di Deskriptif, Rata-rata Bekasi tahun 2001-2011 analisis dampak alih fungsi
Kabupaten Bekasi Jawa Barat Selisih Pendapatan, berfluktuasi dengan rata-rata lahan.
(Studi Kasus Desa Sriamur Estimasi Dampak Produksi sebesar -0,43 persen. Laju alih
Kecamatan Tambun Utara) fungsi lahan yang tertinggi
adalah -1,55 persen pada tahun
2010. Faktor-faktor yang
mempengaruhi alih fungsi lahan
pertanian secara makro yaitu
PDRB dan laju pertumbuhan
penduduk, sedangkan faktor
yang mempengaruhi alih fungsi
lahan pertanian secara mikro
adalah jumlah tanggungan petani
dan proporsi pendapatan usaha
tani dari pendapatan total.
Dampak yang terjadi terhadap
16
17
17
produksi adalah hilangnya
produksi gabah pada sepuluh
tahun terakhir sebesar 28.091,25
ton atau bernilai sekitar Rp
73.733.652.728. Rata-rata
pendapatan petani berkurang
setelah alih fungsi lahan sebesar
Rp 3.331.548.
3 GilangPutri (2013) Analisis Dampak Konversi Content Analysis, Potensi hilangnya nilai fungsi Dapat mengetahui metode
Lahan Pertanian ke Non Deskriptif Kuantitatif, tenaga kerja akibat konversi apa yang digunakan dalam
Pertanian terhadap Pendapatan Dampak terhadap Peluang lahan pertanian pada petani analisis dampak alih fungsi
Petani di Kelurahan Kerja Petani, Pendekatan lahan sawah yaitu Rp 51 814 lahan.
Mulyaharja, Kota Bogor Produktivitas dan 366.67/tahun dengan kehilangan
Perubahan Pendapatan upah sebesar Rp 1 656 638
095.24/tahun. Pada petani lahan
kering yaitu Rp 15 703
442.11/tahun dengan kehilangan
upah Rp 550 235 714.29/tahun.
Perubahan produktivitas hasil
pertanian pada petani lahan
sawah sebesar Rp 20 325 200/ha
dengan kehilangan pendapatan
Rp 1 623 989.60/ton/ha. Pada
petani lahan kering nilai
turunnya produktivitas yaitu Rp
16 836 480/ha dengan
kehilangan pendapatan Rp 1 312
288.77/ton/ha.
18
dijadikan pacuan kebijakan untuk mengontrol alih fungsi lahan tersebut. Skema
operasional di atas ditampilkan secara sederhana dalam Gambar 1.
20
Peningkatan Peningkatan
Kebutuhan Lahan Kebutuhan Lahan
Industri Pemukiman
Implikasi Kebijakan
Keterangan :
Ruang Lingkup Penelitian
populasi yang akan diteliti tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih
sebagai sample. Responden dalam penelitian ini adalah petani setempat yang
lahan usaha taninya pernah mengalami alih fungsi lahan dan tidak mengalami alih
fungsi lahan. Pengambilan data primer dilakukan melalui teknik wawancara
dengan bantuan kuesioner kepada responden. Penelitian yang dilaksanakan
mengambil responden mengambil responden sebanyak 41 orang, dimana populasi
dianggap menyebar normal.
5. Analisis dokumenter
Studi ini sering juga disebut analisis isi yang juga dapat digunakan untuk
menyelidiki variabel sosiologis dan psikologis.
6. Analisis kecenderungan
Analisis yang digunakan untuk meramalkan keadaan di masa yang akan
datang dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan yang
terjadi.
7. Studi korelasi
Jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menetapkan besarnya hubungan
antar variabel yang diteliti.
Penelitian deskriptif mempunyai langkah-langkah penting sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan
melalui metode deskriptif.
b. Membatasi dan merumuskan permasalahn secara jelas.
c. Menetukan tujuan dan manfaat penelitian.
d. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan.
e. Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau
hipotesis penelitian.
f. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal
ini menetukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen
pengumpul data, dan menganalisis data.
g. Mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan
menggunakan teknik statistika yang relevan.
h. Membuat laporan penelitian.
Berdasarkan teori diatas, penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif studi kasus. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan
gambaran mengenai karakteristik alih fungsi lahan pertanian, kerugian akibat alih
fungsi lahan serta dampaknya terhadap ketahanan pangan.
25
dimana:
𝑣 = laju alih fungsi lahan (%)
Laju alih fungsi lahan (%) dapat ditentukan melalui selisih antara luas
lahan tahun ke-t dengan luas lahan tahun sebelumnya (t-1). Kemudian dibagi
dengan luas lahan tahun sebelumnya dan dikalikan dengan 100 persen. Hal ini
dilakukan juga pada tahun-tahun berikutnya sehingga diperoleh laju alih fungsi
lahan setiap tahun.
R2 = ESS...............................................................................................(4.3) TSS
dimana:
ESS = Explained of Sum Square
TSS = Total of Sum Square
2. Uji Koefisien Regresi Menyeluruh (F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat. Adapun prosedur yang digunakan:
H0 : β1 = β2 = β3 = ... = βi = 0
H1 : minimal ada satu βi ≠ 0
𝑣𝑣𝑣 / (𝑣−1)
𝑣ℎ𝑣= .................................................................... (4.4)
𝑣𝑣𝑣 /
𝑣 (𝑣−𝑣)
dimana:
JKR = Jumlah Kuadrat Regresi
JKG = Jumlah Kuadrat Galat/Residual
28
sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Penerapan pada uji
Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 5% berarti data
yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku,
artinya data tersebut tidak normal. Lebih lanjut, jika signifikansi di atas 5% berarti
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data
normal baku, artinya data tersebut normal.
2. Uji Multikolinier (Multicolinearity)
Model yang melibatkan banyak variabel bebas sering terjadi masalah
multicolinearity, yaitu terjadi korelasi kuat antar variabel-variabel bebasnya.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multicolinearity dalam sebuah model dapat
dilakukan dengan membandingkan besarnya koefisien determinasi (R²) dengan
koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas (r²). Masalah
multicolinearity dapat dilihat langsung melalui output komputer dimana apabila
nilai VIF (Varian Inflation Factor) < 10 maka tidak ada masalah multicolinearity.
3. Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah
homoskesdastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran
atas asumsi homoskesdastisitas atau heteroskesdastisitas. Untuk mendeteksi
masalah heteroskesdastisitas dapat dilakukan uji glesjer. Uji glesjer dilakukan
dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya
(Gujarati, 2002). Residual adalah selisih antara nilai observasi dengan nilai
prediksi. Sedangkan absolut adalah nilai mutlaknya. Dikatakan tidak terdapat
heteroskesdastisitas apabila nilai signifikan dari hasil uji glesjer lebih besar dari α
(5%), dan sebaliknya jika lebih kecil dari α (5%) maka dikatakan terdapat
heteroskesdastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan
diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Jika kita mengabaikan
adanyaautokorelasi, maka akan berdampak terhadap pengujian hipotesis dan
proses peramalan. Uji paling sering digunakan dalam mendeteksi adanya
autokolerasi dalam suatu model adalah uji DW (Durbin Watson Test), dan jika
hasilnya mendekati 2 maka tidak ada autokolerasi.
30
1 1
Pi = F(Zi) = F (a + bXi) = = ......................................(4.6)
1+𝑣−𝑣 1+𝑣−(𝑣+𝑣𝑣𝑣)
𝑣
𝑣𝑣
eZi = 1−𝑣𝑣
..........................................................................................................(4.7)
Zi = ln 𝑣𝑣 dimana Zi = a +bXi........................................................(4.8)
1−𝑣𝑣
𝑣𝑣
Ln = Zi = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 +
1−𝑣𝑣
𝑣..............................(4.9)
dimana :
Z = Peluang terjadi alih fungsi lahan (1) dan tidak alih fungsi lahan (0)
α = Intersep
βi = Koefisien Regresi
31
X1 = Jumlah tanggungan
X2 = Pengalaman bertani
X3 = Luas lahan
X4 = Biaya produksi
X5 = Proporsi pendapatan dari usaha tani
𝑣 = Error
Faktor-faktor mikro yang berpengaruh terhadap alih fungsi lahan di tingkat
petani adalah :
1. Jumlah tanggungan (X1)
Jumlah tanggungan merupakan jumlah orang yang kehidupannya masih
ditanggung oleh petani. Jumlah orang yang ditanggung masih dianggap
mempengaruhi keputusan untuk menjual lahan. Karena semakin banyak
jumlah tanggungan maka makin banyak kebutuhan, sehingga petani
memerlukan uang untuk mencukupi keperluan masing-masing jumlah
tanggungan.
2. Pengalaman bertani (X2)
Pengalaman bertani yaitu periode atau lamanya seseorang telah melakukan
kegiatan bertani semasa hidupnya. Semakin lama seseorang bertani maka
keahlian untuk bertani akan semakin tinggi. Hal ini tentunya akan
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan petani untuk menjual atau
tidak lahan yang digarap olehnya.
3. Luas lahan (X3)
Luas lahan merupakan besarnya area sawah atau pertanian yang dimiliki
oleh petani. Luas lahan akan mempengaruhi jumlah produksi yang
dihasilkan oleh petani. Sehingga akan mempengaruhi keuntungan dan
berpengaruh terhadap keputusan untuk menjual atau mengkonversi lahan.
4. Biaya produksi (X4)
Biaya produksi merupakan biaya pengeluaran petani dalam memproduksi
padi hingga panen tiba, seperti bibit, pupuk, air. Variabel ini dapat
mempengaruhi keputusan petani, karena jika biaya semakin tinggi maka
petani cenderung menjual lahan.
5. Proporsi pendapatan dari usaha tani (X5)
32
G = -2 ln 𝑣0............................................................................(4.11)
𝑣1
dimana :
𝑣0 = Nilai likelihood tanpa variabel penjelas
𝑣1 = Nilai likelihood dengan model penuh
R
Apabila G > chi-square maka H0 ditolak yang berarti bahwa minimal ada
satu Bi ≠ 0. Artinya model regresi logistik tersebut secara keseluruhan
dapat menjelaskan pilihan individu pengamatan.
33
Χ = Π−Π′..........................................................................................(4.15)
n
dimana :
Х = Rata-rata perubahan pendapatan (Rp)
П = Pendapatan sebelum alih fungsi lahan (Rp)
П' = Pendapatan sesudah alih fungsi lahan (Rp)
n = Jumlah contoh atau sample
35
SD Diplo
72% ma,S1
SMA 0%
19%
Diploma
,S1 SD
8% SMA 62%
8%
SMP SMP
12% 19%
dipenuhi oleh petani. Jumlah tanggungan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
gambar berikut.
5-6
5-6 1-2
0rang
1-2 orang orang
0%
3-4 orang 19% 0%
orang 40%
3-4
60% orang
81%
21-30 41-50
tahun tahun
56% 0%
62000
61000
60000
59000
58000
57000 Luas Sawah
56000
Tahun
Sumber : Dinas PertanianTanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur 2014 (diolah)
sebesar 4,17 persen. Peningkatan jumlah luasan sawah yang besar karena adanya
pencetakan lahan sawah baru di Kabupaten Cianjur bertambah sebesar 1.977
hektar pada tahun 2008. Lahan tersebut meningkat 3,35 persen dari tahun
sebelumnya dimana sebelumnya memiliki luas 58.996 hektar menjadi 60.973
hektar. Pada tahun 2013 juga terjadi penambahan luas lahan sawah yang cukup
tinggi sebesar 1.292 hektar dari luas lahan sebesar 58.116 menjadi 59.408 hektar.
Lahan tersebut meningkat sebesar 2,22 persen dari tahun sebelumnya. Secara
keseluruhan dari tahun 2004-2013 terjadi penyusutan luas lahan sawah di
Kabupaten Cianjur dengan rata-rata sebesar -0,33 persen atau sebesar 604,6 hektar
per tahun.
lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen. Hal tersebut
memiliki arti bahwa dari hasil estimasi regresi minimal ada satu variabel
independen yang mempengaruhi variabel dependennya. Hasil estimasi faktor-
faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian dapat
dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Hasil Estimasi Faktor - Faktor Makro yang Mempengaruhi
Perubahan Luas Lahan Sawah Kabupaten Cianjur
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. VIF
Jumlah Industri -0,136 0.065 -2,076 0,083*) 2,506
Panjang Aspal 0,022 0.035 0,644 0,543 3,162
PDRB non
-0,167 0.076 -2,213 0,069*) 1,565
pertanian
Produktivitas
0,074 0.092 0,801 0,454 1,096
Padi Sawah
Intersep 13,863 1.038 13,360 0,000
R Square 0,703 F-statistic 3,545
Adjusted R 0,504 Prob(F- 0,082
Square statistic)
Log likelihood 21,57 Durbin- 1,863
Watson
Sumber : Badan Pusat Statistika (diolah)
Keterangan : *) nyata pada taraf 10 %
atau 61,02 persen. Dapat disimpulkan bahwa pada model ini residual menyebar
secara normal atau tidak terjadi permasalahan normalitas. Pemeriksaan asumsi
autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey. Berdasarkan
hasil uji tersebut diperoleh nilai Prob. chi-square sebesar 0,8048 atau sebesar
80,48 persen. Nilai tersebut lebih besar dari taraf α = 10 persen, sehingga model
ini tidak memiliki permasalahan autokorelasi. Pada model ini juga tidak terdapat
permasalahan heterokedastisitas, karena dari hasil uji Glejser diperoleh nilai Prob.
chi-square sebesar 0.4578 atau 45,78 persen. Nilai tersebut juga lebih besar dari
taraf α = 10 persen. Berikut adalah model hasil estimasi regresi faktor-faktor yang
mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian tingkat wilayah :
LnY = 13,863 – 0,136LnX1 + 0,022LnX2 – 0,167LnX3 + 0,074LnX4+
Ɛ..........(5.1)
lahannya kepada investor atau pengembang, maka kepemilikan atas lahan berganti
dan lahan tersebut beralih fungsi menjadi industri atau pemukiman. Faktor ini
dianalisis untuk mengetahui apa penyebab petani menjual lahan kepada investor.
Studi kasus mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan
di tingkat petani di Kabupaten Cianjur ini dilakukan di Kecamatan Sukaluyu.
Sebanyak 41 responden dalam penelitian ini merupakan petani pemilik penggarap
yang terdiri dari 25 responden merupakan petani yang menjual lahannya,
sedangkan 16 responden merupakan petani yang tidak menjual lahannya.
Keputusan petani dalam melakukan alih fungsi lahan dipengaruhi oleh jumlah
tanggungan, pengalaman bertani, luas sawah, biaya produksi, dan proporsi
pendapatan dari usaha tani.
Dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani
untuk melakukan alih fungsi lahan digunakan metode analisis regresi logistik
dengan memasukkan variabel independen ke dalam variabel dependen. Adapun
variabel independen yang mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan yaitu
jumlah tanggungan, pengalaman bertani, luas sawah, biaya produksi, dan proporsi
pendapatan dari usaha tani, sedangkan variabel dependen yang digunakan terdapat
dua kemungkinan. Bagi responden yang melakukan alih fungsi lahan diberi nilai 1
(Y=1) dan bagi responden yang tidak melakukan alih fungsi lahan diberi nilai 0
(Y=0). Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode enter disajikan pada
Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Hasil Estimasi Faktor - Faktor Mikro yang Mempengaruhi Petani
dalam Mengalihfungsikan Lahan Sawah
Variable Coefficient Sig. Exp (β) Keterangan
Jumlah Tanggungan (X1) -1,991 0,028*) 0,137 Berpengaruh Nyata
Pengalaman Bertani (X2) Tidak Berpengaruh
0,033 0,623 1,033 Nyata
Luas Sawah (X3) Tidak Berpengaruh
-0,031 0,826 0,969 Nyata
Biaya Produksi (X4) 1,514 0,052**) 4,544 Berpengaruh Nyata
Proporsi Pendapatan (X5) -0,073 0,026*) 0,929 Berpengaruh Nyata
Constant 8,319 0,053 4.100
Sumber : Data Primer (diolah)
Keterangan : *) nyata pada taraf 5 %
**) nyata pada taraf 10%
lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen (0,000 < 0,100),
artinya variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap
keputusan petani untuk menjual lahan. Dari hasil analisis juga didapat nilai Cox &
Snell R Square sebesar 0,528 dan Nagelkerke R Square sebesar 0,716. Nilai
Nagelkerke R Square yang lebih besar dari Cox & Snell R Square menunjukan
kemampuan kelima variabel dependen dalam menjelaskan varian alih fungsi lahan
sebesar 71,6 persen dan terdapat 28,4 persen faktor lain di luar model yang
menjelaskan variabel dependen. Nilai Sig pada Hosmer and Lemeshow Test yang
diperoleh adalah sebesar 0,866. Nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata yang
digunakan yaitu 10 persen (0,866 > 0,10), artinya model yang dibuat dapat
diterima dan pengujian hipotesis dapat dilakukan. Selanjutnya nilai overall
percentage pada classification table yang diperoleh sebesar 82,9 persen. Nilai
tersebut menunjukan bahwa dari 41 data yang ada terdapat 34 data yang tepat
pengklasifikasiannya. Hal ini menunjukan bahwa model yang dihasilkan baik.
Model yang diperoleh dari hasil analisis regresi logistik adalah sebagai berikut :
Y = 8,319 – 1,991X1 + 0,033X2- 0,031X3 + 1,514X4 – 0,073X5 +
Ɛ...............(5.2)
pola tanam yang diterapkan sebanyak dua kali dalam satu tahun untuk seluruh
luasan sawah, dan jenis sawah diasumsikan sama termasuk jenis padi yang
ditanam maupun jenis irigasi yang digunakan. Perhitungan mengenai produksi
dan nilai produksi yang hilang dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Dampak Terhadap Produksi Padi dan Nilai Produksi Padi Akibat
Alih Fungsi Lahan Sawah di Kabupaten Cianjur Tahun 2004-2013
Tahun Produktivitas Luas Lahan Produksi Padi Nilai Produksi Padi
Padi Sawah Terkonversi yang Hilang yang Hilang (Rp)
(ton/ha) (ha) (ton)
2004 5,24 - - 0
2005 5,30 2.814 14.907,49 64.102.205.677
2006 5,31 188 998,40 4.293.132.569
2007 5,31 0 0.00 0
2008 5,41 0 0.00 0
2009 5,63 2.540 14.303,33 61.504.302.462
2010 5,63 192 1.081,20 4.649.144.123
2011 6,03 312 1.881,73 8.091.447.600
2012 6,01 0 0.00 0
2013 6,17 0 0.00 0
Total 6.046 33.172,15 142.640.232.430
Sumber : Badan Pusat Statistika, berbagai terbitan (diolah)
Berdasarkan asumsi-asumsi yang telah disebutkan sebelumnya, total
produksi padi yang hilang selama sepuluh tahun terakhir adalah sebesar 33.172,15
ton. Nilai produksi padi diestimasi menggunakan harga gabah kering giling
(GKG) dikalikan dengan jumlah produksi padi yang hilang. Jika rata-rata harga
GKG Rp 4.300 per kg atau Rp. 4.300.000 per ton, maka kehilangan nilai produksi
tersebut menjadi 33.172,15 ton x Rp. 4.300.000 per ton = Rp. 142.640.232.430.
Jadi, nilai produksi yang hilang adalah sebesar Rp 142.640.232.430 atau sekitar
142,64 milyar rupiah.
Adanya pembukaan lahan sawah baru dari lahan kering yang ada membuat
luas lahan di Kabupaten Cianjur pada mengalami peningkatan. Pembukaan lahan
ini dilakukan untuk menanggulangi masalah alih fungsi lahan yang terjadi. Hal ini
menyebabkan pada tahun-tahun tersebut terjadi surplus produksi padi. Total
surplus produksi padi akibat pembukaan lahan sawah baru sebesar 21.986,99 ton
atau dengan nilai sekitar 94,5 milyar. Surplus ini tidak menutupi produksi padi
yang hilang pada tahun-tahun sebelumnya, karena total pembukaan lahan hanya
sebesar 3.867 hektar sedangkan total alih fungsi lahan sebesar 6.046 hektar.
Produksi padi pada sepuluh tahun terakhir masih hilang sekitar 11.185,15 ton atau
58
dikonversi dengan asumsi bahwa jumlah beras merupakan 62,74 persen dari
jumlah gabah. Jumlah kebutuhan beras masyarakat didapat dari jumlah penduduk
dikalikan jumlah konsumsi beras per kapita. Jumlah penduduk diasumsikan
berubah pertahunnya dengan laju sebesar 0,81 persen dan konsumsi beras
diasumsikan tetap yaitu 139 kg per jiwa. Berdasarkan asumsi tersebut maka
perkiraan luas sawah dan dampak terhadap ketahanan pangan dapat dilihat pada
Tabel 14.
Tabel 14. Perkiraan Perubahan Luas Lahan dan Dampak Terhadap
Ketahanan Pangan di Kabupaten Cianjur dengan Konsumsi
Beras Perkapita Tetap
Luas Jumlah Produksi Kebutuhan Selisih
Tahun Sawah (Ha) Penduduk Beras (Ton) Beras (Ton) Beras (Ton)
(Jiwa)
2013 59.408 2.231.107 460.299 310.124 150.175
2014 59.212 2.249.179 451.119 312.636 138.483
2015 59.017 2.267.397 442.121 315.168 126.953
2016 58.822 2.285.763 433.303 317.721 115.582
2017 58.628 2.304.278 424.661 320.295 104.366
2018 58.434 2.322.943 416.191 322.889 93.302
2019 58.241 2.341.758 407.890 325.504 82.386
2020 58.049 2.360.727 399.755 328.141 71.614
2021 57.858 2.379.849 391.782 330.799 60.983
2022 57.667 2.399.125 383.968 333.478 50.489
2023 57.476 2.418.558 376.309 336.180 40.130
2024 57.287 2.438.149 368.804 338.903 29.901
2025 57.098 2.457.898 361.448 341.648 19.801
2026 56.909 2.477.807 354.239 344.415 9.824
2027 56.721 2.497.877 347.174 347.205 -31
Sumber : Badan Pusat Statistika, berbagai terbitan (diolah)
Dari hasil yang diperoleh pada Tabel 16 diketahui bahwa pada tahun 2027
produksi beras tidak dapat memenuhi kebutuhan beras di Kabupaten Cianjur.
Ketersediaan produksi beras lebih kecil dari kebutuhan beras pada tahun tersebut,
yaitu diperkirakan sebesar 347.174 ton dengan kebutuhan beras yang diperkirakan
sebesar 347.205 ton. Sehingga pada tahun tersebut akan terjadi kekurangan beras
yaitu sebesar 31 ton.
Kebutuhan beras per kapita Indonesia masih sangat besar dibandingkan
dengan kebutuhan beras di negara lain yaitu dua kali lipat rata-rata kebutuhan
beras dunia pertahunnya yang hanya berkisar antara 60 kg per jiwa. Badan
Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian Indonesia menargetkan dapat
menekan konsumsi beras sebesar 1,5 persen per tahun. Penekanan konsumsi beras
60
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Perubahan laju luasan lahan sawah di Kabupaten Cianjur bersifat fluktuatif
dari tahun ke tahun. Pada periode tahun 2004 – 2013 laju luasan sawah
relatif menurun dengan rata-rata laju alih fungsi lahan sawah sebesar 0,33
persen atau sekitar 604,6 hektar. Alih fungsi terbesar terjadi pada tahun
2005, yaitu sebesar 2.814 hektar. Sebagian besar alih fungsi dilakukan
karena meningkatnya pembangunan industri dan pemukiman penduduk.
2. Faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten
Cianjur pada skala makro, yaitu jumlah industri dan PDRB non pertanian.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi pada skala mikro, yaitu jumlah
tanggungan petani, biaya produksi usaha tani dan proporsi pendapatan dari
hasil tani terhadap pendapatan total.
3. Pengembangan Kabupaten Cianjur merupakan perwujudan dari Rencana
Struktur Ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 17 tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur Tahun 2011-
2031 yang diperuntukkan sebagai kawasan perkotaan, pusat perdagangan
dan jasa, industri dan pemukiman.
4. Akibat adanya alih fungsi lahan menyebabkan perubahan rata-rata
pendapatan total petani sebelum dan sesudah alih fungsi lahan mengalami
penurunan sebesar Rp. 1.041.720. Selain pendapatan, akibat adanya alih
fungsi lahan juga menyebabkan penurunan produksi padi. Produksi padi
yang hilang sebesar 33.172,15 ton atau sekitar Rp 142.640.232.430. Hasil
simulasi ketahanan pangan adalah produksi beras di Kabupaten Cianjur
tidak dapat memenuhi kebutuhan berasnya pada tahun 2027 dengan
kekurangan beras sebesar 31 ton, sedangkan jika terjadi penurunan
konsumsi beras sebesar 1,5 persen per tahun maka Kabupaten Cianjur
tidak dapat memenuhi kebutuhan beras pada tahun 2045 dengan
kekurangan beras sebesar 3.043 ton.
67
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, beberapa saran
direkomendasikan sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :
1. Jumlah pertumbuhan penduduk di Kabupaten Cianjur perlu ditekan dengan
program Keluarga Berencana (KB), karena tingginya laju pertumbuhan
penduduk merupakan salah satu hal yang berpengaruh dalam alih fungsi
lahan pertanian.
2. Perlu adanya penyuluhan mengenai program keanekaragaman pangan
lokal untuk alternatif pangan.
3. Perlu adanya tinjauan ulang dari pemerintah daerah dalam
mengimplementasikan kebijakan perizinan pembangunan yang dilakukan
dilahan pertanian terutama untuk keperluan industri dan pemukiman yang
berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur.
66
69
DAFTAR PUSTAKA
Fadjarajani, S. 2001. Pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap kondisi sosial
ekonomi pertanian di kecamatan Lembang, kabupaten Bandung
implikasinya terhadap perencanaan pengembangan wilayah. Tesis.
Instititut Teknologi Bandung. Bandung.
Fauzi A. 2010. Peran Ekonomi Kelembagaan dalam Pengelolaan Lahan
Berkelanjutan. Artikel. http://icnie.org/2010/11/peran-ekonomi-
kelembagaan-dalam-pengelolaan-lahan-berkelanjutan. diakses pada
tanggal 29 Juni 2014.
Food and Agriculture Organization of The United Nation. 1996. Trade Reforms
and Food Security: Conceptualizing The Linkages. http://www.fao.org
diakses pada 17 Juni 2014.
Kristanti YE, Permadi. 2012. Ironi Cianjur, Sawah Lenyap di Lumbung Beras.
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/315411-ironi-cianjur--sawah-
lenyap-di-lumbung-beras. diakses pada 3 Mei 2014.
Nasoetion L, J Winoto. 1996. Masalah Alih Fungsi Lahan Pertanian dan
Dampaknya terhadap Keberlangsungan Swasembada Pangan. Prosiding
Seminar Persaingan dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Air.
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Pambudi A. 2008. Analisis Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) Pada Lahan
Pertanian Dan Permukiman di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pemerintah Republik Indonesia. 1996. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan. Jakarta.
Putri Gilang. 2013. Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian ke Non Pertanian
Terhadap Pendapatan Petani di Kelurahan Mulyaharja Bogor. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Utomo. 1992. Alih Fungsi Lahan: Tinjauan Analisis dalam Makalah Seminar
Pembangunan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Universitas
Lampung. Lampung.
Widjanarko et al. 2006. Aspek Pertanahan dalam Pengendaliaan Alih Fungsi
Lahan Pertanian (Sawah). Prosiding Seminar Nasional Multifungsi
Lahan Sawah. Badan Pertanahan Nasional. Jakarta.
Winoto J. 2005. Kebijakan Pengendalian Alih Funsi Tanah Pertanian dan
Implementasinya. Prosiding Seminar Penanganan Konversi Lahan dan
Pencapaian Pertanian Abadi. LPPM IPB. Bogor.
Yudhistira M Dika. 2013. Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian terhadap
Ketahanan Pangan di Kabupaten Bekasi Jawa Barat. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
73
LAMPIRAN
74
75
KUESIONER PENELITIAN
Nomor Responden :
Nama :
Alamat :
Tanggal Wawancara :
Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “Analisis Dampak Alih
Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Cianjur”.
Oleh karena itu, kami mohon partisipasi Bapak/Ibu untukmengisi kuisioner ini
dengan teliti dan lengkap sehingga dapat memberikan datayang sesuai. Informasi
yang saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya, tidakuntuk dipublikasikan,
dan tidak digunakan untuk kepentingan politis. Atasperhatian dan partisipasinya,
kami ucapkan terima kasih.
A. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin:
1. Laki-laki b. Perempuan
2. Usia: tahun
3. Status:
1. Menikah b.Belum Menikah
4. Pendidikan formal terakhir:
a. Tidak sekolah
b. SD / sederajat Kelas: 1 2 3 4 5 6
c. SMP / sederajat Kelas: 1 2 3
d. SMA / sederajat Kelas: 1 2 3
e. Perguruan tinggi Diploma atau Sarjana
5. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sehari-hari:
a. Bekerja, sebagai:
1) Petani
2) Pegawai Negeri Sipil
3) Karyawan Swasta
4) Pedagang/Wiraswasta
5) Lainnya _
b. Tidak bekerja
6. Jumlah tanggungan: orang
7. Rata-rata pendapatan perbulan (dalam rupiah) Saudara ?
a. < 500.000 Tepatnya : Rp.
76
B. Kondisi Pertanian
1. Pengalaman bertani : tahun
2. Keikutsertaan pada kelompok tani
Ya, Nama poktan : Lamanya : tahun
Tidak
3. Status kepemilikan lahan
Milik sendiri
Gabungan/kerjasama
Sewa
Lainnya
4. Luas total lahan pertanian yang dimiliki ha
5. Luas lahan sawah yang dimiliki ha
6. Luas lahan bangunan (di dalam lahan pertanian) yang dimiliki
m2
7. Jarak lahan pertanian dengan rumah km
8. Jarak lahan pertanian dengan jalan raya km
9. Jumlah panen padi per tahun kali
10. Produktivitas lahan sawah satu kali panen /ha
11. Jumlah hasil panen yang dikonsumsi sendiri adalah
12. Harga jual padi Rp /
13. Pengairan yang digunakan: a. Tadah Hujan b. Irigasi
14. Biaya pertanian untuk satu kali panen
a. Sewa lahan : e. Air :
b. Bibit : f. Pajak :
c. Pupuk : g.Transportasi :
d. Upah : h. Lainnya :
77
4
Series: Residuals
Sample 2003 2013
Observations 11
3
Mean 0.000000
Median -0.010012
Maximum 0.054229
2 Minimum -0.044588
Std. Dev. 0.035704
Skewness 0.171809
Kurtosis 1.572813
1
Jarque-Bera 0.987679
Probability 0.610279
0
-0.050 -0.025 0.000 0.025 0.050 0.075
82
Model Summary
-2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R
Step likelihood Square Square
1 24.025a .528 0.716
a. Estimation terminated at iteration number 7 because
parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Predicted
Y Percentage
Observed 0 1 Correct
Step 1 Y 0 12 4 75.0
1 3 22 88.0
Overall Percentage 82.9
a. The cut value is .500
83
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 22 Desember 1992 dari ayah Eko
Sulistyarno dan ibu Susi Riyani G. Penulis adalah anak pertama dari tiga
bersaudara. Penulis menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 1
Kedaton Bandar Lampung. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 29 Bandar Lampung. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan
di Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Bandar Lampung. Pada tahun 2010, penulis
lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai sebagai staff divisi
Campus Social Responsibility di Himpunan Profesi REESA (Resources and
Environmental Economics Student Assosiation) IPB tahun 2012-2013, dan Staff
Divisi Rekreasi Variatif Keluarga Mahasiswa Lampung tahun 2011. Selain itu,
penulis pun aktif dalam berbagai kepanitiaan baik di lingkup fakultas maupun
dalam lingkup universitas.