Você está na página 1de 16

RINGKASAN MATERI

AUDITING

Oleh Kelompok V (E Akuntansi) :


I Wayan Putra Astawa (07)

Indri Susanti ( )

Putu Wahyu Mahendra (36)

Paulus Jevianus Dedi ( )

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


TAHUN AJARAN
2017/2018
MATERI PERTEMUAN X

PENERIMAAN PENUGASAN PERENCANAAN AUDIT


1.1 Penerimaan Penugasan

Penerimaan penugasan merupakan tahap awal dalam suatu audit laporan, laporan keuangan
adalah mengambil keputusan untuk menerima (menolak) suatu kesempatan untuk menjadi
auditor untuk klien yang baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada.
Pada umumnya keputusan untuk menerima (menolak) ini sudah dilakukan sejak enam hingga
sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa.

Dalam profesi akuntan publik, terjadi persaingan yang cukup ketat antar kantor akuntan
publik untuk mendapatkan klien. Bagi suatu kantor akuntan publik, klien bisa merupakan klien
baru atau klien lama (yang sudah ada) yang diharapkan akan melanjutkan memberikan
penugasan audit pada tahun atau tahun-tahun berikutnya. Pergantian auditor bisa terjadi karena
bebagai alasan, yaitu:

1. Klien merupakan hasil merger (penggabungan) antara beberapa perusahaan yang semula
memiliki auditor masing-masing yang berbeda.
2. Ada kebutuhan untuk mendapat perluasan jasa professional.
3. Tidak puas terhadap kantor akuntanpublik yang lama.
4. Ingin mencari auditor dengan honorarium audit yang lebih murah.
5. Penggabungan antara beberapa kantor akuntan publik.

Auditor tidak wajib menerima setiap permintaan untuk melakukan audit laporan keuangan
yang diajukan oleh calon kliennya. Apabila auditor memutuskan untuk menerima suatu
penugasan audit, maka auditor harus memikul tanggungjawab profesional terhadap masyarakat,
klien, dan terhadap anggota profesi akuntan publik yang lain. Auditor harus menjaga
kelangsungan kepercayaan masyarakat terhadap profesi dengan menjaga independensi,
integritas, dan obyektivitas. Terhadap anggota lain seprofesi, auditor bertanggungjawab untuk
turut meningkatkan dan menjaga nama baik profesi, serta meningkatkan kemampuannya dalam
memberi pelayanan kepada masyarakat. Pertimbangan dalam memutuskan untuk menerima
penugasan juga berhubungan langsung dengan kemampuan auditor untuk memenuhi persyaratan
seperti diminta oleh standar auditing serta kode etik akuntan.

Perikatan adalah kesepakatan kedua belah pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian.
Dalam perikatan audit, klien mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Klien
menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup
melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah awal
pekerjaan audit adalah pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit
dari calon klien atau untuk menghentikan atau melanjutkan perikatan audit dari klien berulang.
Di bawah ini adalah langkah-langkah penerimaan penugasan audit, antara lain:

1. Mengevaluasi Integritas Manajemen

Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas manajemen
adalah:

A. Melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu


Bagi klien yang pernah diaudit oleh auditor lain, pengetahuan tentang manajemen
klien yang dimiliki oleh auditor pendahulu merupakan informasi penting bagi auditor
pengganti. Sebelum menerima penugasan, PSA No.16, Komunikasi Antara Auditor
Pendahulu dengan Auditor Pengganti (SA 315.02), mengharuskan auditor pengganti
untuk berkomunikasi dengan auditor pendahulu, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam
berkomunikasi, auditor pengganti harus mengajukan pertanyaan yang spesifik dan wajar
mengenai berbagai hal yang berpengaruh atas pengambilan keputusan menerima atau
penolak penugasan, seperti :
1. Meminta keterangan kepada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah yang
spesifik.
2. Menjelaskan kepada calon klien tentang perlunya auditor pengganti melaksanakan
komunikasi dengan auditor pendahulu dan meminta persetujuan dari klien untuk
melakukan hal itu.
3. Mempertimbangkan keterbatasan jawaban yang di berikan auditor pendahulu. Maka
auditor pengganti harus mempertimbangkan pengaruhnya dalam memutuskan
penerimaan atau penolakan perikatan audit dari calon klien.

B. Meminta keterangan kepada pihak ketiga.


Informasi tentang intregrasi manajemen dapat diperoleh dengan meminta keterangan
kepada penasehat hukum, pejabat bank, pengganti manajemen yang diberitahukan di
surat kabar bisnis, review terhadap laporan audit tahun sebelumnya yang di simpan di
Bapepam, dan pihak lain dalam masyarakan keuangan dan bisnis yang mempunyai
hubungan bisnis dengan calon klien. Kamar Dagang Indonesian (KADIN) dapat juga di
pakai sebagai sumber informasi untuk mengevaluasi intregitas manajemen.

C. Mereview pengalaman auditor di masa lalu dengan klien


Sebelum mengambil keputusan untuk melanjutkan penugasan dengan klien audit,
auditor harus mempertimbangkan secara cermat pengalaman hubungan kerja dengan
manajemen klien di masa lalu. Misalnya, auditor perlu mempertimbangkan adanya
kekeliruan atau kecurangan dan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien yang
ditemukan dalam audit atas laporan keuangan tahun yang lalu. Dalam audit tahun lalu,
auditor mengajukan berbagai pertanyaan kepada manajemen tentang adanya hal-hal
bersyarat, kelengkapan notulen rapat dewan komisaris, kepatuhan klien terhadap
peraturan pemerintah.
2. Mengidentifikasi Keadaan Khusus dan Risiko Biasa

Hal-hal yang berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk menerima penugasan dalam
tahap ini antara lain:

A. Mengidentifikasi pemakaian laporan audit


B. Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien di masa depan
C. Mengevaluasi auditabilitas perusahaan klien

3. Menilai Kemampuan Untuk Memenuhi Standar Umum Auditing

Penilaian kemampuan memenuhi standar umum terdiri dari 3 tahap:

A. Penentuan kompetensi untuk melaksanakan audit


Standar umum pertama menuntut kompetensi teknis auditor dalam melaksanakan
penugasan audit. Standar tersebut menegaskan bahwa betapapun kemampuan seseorang
dalam bidang-bidang lain termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat
memenuhi persyaratan yang dimaksud dalam standar tersebut. Ada dua langkah yang
dilakukan untuk menentukan kompetensi dalam melaksanakan audit:
- mengindentifikasi tim audit yang diperlukan
- mempertimbangkan perlunya konsultasi dan tenaga spesialis

B. Pengevaluasian Independensi
Standar umum kedua menuntut sikap mental independent auditor dalam
melaksanakan audit. Standar tersebut mengharuskan auditor besikap independent,
artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum.

C. Penentuan kemampuan melaksanakan audit secara cermat dan seksama.


Standar umum ketiga menyatakan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.

4. Menyiapkan Surat Penugasan Audit

Surat penugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya. Surat ini berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan :

A. Tujuan audit atas laporan keuangan


B. Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan
C. Lingkup audit, termasuk penyebutan undang – undang, peraturan, penyertaan dari badan
professional yang harus dianut oleh auditor untuk menyampaikan hasil perikatan.
D. Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk
menyampaikan hasil perikatan
E. Pengaturan reproduksi laporan keuangan auditan
F. kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan signifikan dalam
struktur pengendalian intern yang ditemukan oleh auditordalam auditnya
G. akses ke berbagai catatan dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam
kaitannya dengan audit.
H. kesepakatan mengenai dasar penentuan fee audit.

Tahap 1 : memahami lingkungan bisnis klien dan tahapan kedua dari perencanaan audit
adalah melaksanakan prosedur analitik.
1. Memahami Bisnis dan Industri Klien
A. Pengalaman sebelumnya tentang Entitas dan Indutrinya
Jika auditor menguji klien yang sama, maka auditor dapat dengan mudah memperoleh
informasi –informasi bisnis klien. Auditor dapat meriview kembali kertas kerja audit
yang disimpan dalam arsip permanen. Sehingga, auditor dapat mengingat kembali
kebijaka-kebijakan klien, serta pengendalian internal.
B. Diskusi dengan orang dalam entitas
Auditor dapat melakukan diskusi dengan komite audit, direktur, dan personel operasi.
Komite audit dapat memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan pengendalian
internal, system pengelolaan data elektronik yang baru diimplementasikan, perubahan
manajemen perusahaan dan perubahan struktur organisasi perusahaan klien. Manajemen
dapat dipakai sebagai sumber informasi tentang pengembangan bisnis perusahaan,
peraturan baru yang berlaku dalan industry dan peraturan pemerintah terbaru, bidang
audit yang menjadi kepentingan manajemen.
C. Diskusi dengan personel dari fungsi audit intern dan review terhadap laporan auditor
intern
Diskusi dengan auditor intern merupakan cara efektif untuk memahami kelemahan
dan kekuatan pengendalian intern organisasi.
D. Diskusi dengan Auditor lain dan dengan penasihat hukum atau penasihat lain yang telah
memberikan jasa kepada entitas atau dalam industri.
Auditor dapat berdiskusi dengan auditor lain yang pernah melakukan audit laporan
keuangan untuk memperoleh pemahaman bisnis entitas. Auditor juga dapat
berkomunikasi dengan penasihat hukum atau konsultan lainnya untuk memperoleh
informasi tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam bisnisnya.
E. Publikasi yang berkaitan dengan industry.
Pengetahuan mengenai industri yang menjadi tempat usaha klien dapat diperoleh
dengan berbagai cara sebagai berikut:
1. Meminta keterangan klien
2. Berlangganan majalah yang diterbitkan klien
3. Aktif berpartisipasi dalam perkumpulan berbagai industri atau program-program
latihan yang diselenggarakan oleh berbagai industri.
F. Kunjungan ke tempat atau fasilitas pabrik entitas
Pengetahuan mengenai fasilitas fisik untuk penerimaan, pemyimpanan, dan
pemakaian sediaan barang gudang akan bermanfaat bagi auditor dalam menilai
persediaan. Dengan inpeksi ke kantor klien, auditor akan mengtahui lokasi barbagai
catatan akuntasi, jumlah karyawan klien yang bekerja di kantor, serta pembagian kegiatan
akuntansi.
G. Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas.
Auditor perlu mempertimbangkan peraturan pemerintah seperti ekspor-impor,
penanaman modal dan lainnya yang dapat berdampak pada bisnis klien.
H. Dokumen yang dihasilkan
Contohnya buku-buku promosi, laporan keuangan dan laporan tahunan tahun
sebelumnya, anggaran dan lain-lain. Hal ini berguna untuk memahami bisnis entitas

Tahap 2 : Melaksanakan Prosedur Analitik :


Konsep Prosedur Analitik adalah perbandingan dimana auditor membadingkan rasio-rasio yang
telah dihitung dengan apa yang telah dikembangkan oleh auditor itu sendiri selain konsep tujuan
dari pelaksanaan prosedur analitik adalah untuk Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha
klien dan transaksi atau peristiwa yang terjadisejak tanggal audit terakhir, dan Mengidentifikasi
bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang bersangkutan tentang audit.
Ini adalah beberapa tahapan pelaksanaan prosedur analitik :
1. Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat.
2. Mengembangkan harapan.
3. Melaksanakan perhitungan/perbandingan.
4. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan.
5. Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan tersebut.
6. Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit.

Tahap 3 : Mempertimbangkan Tingkat Materialitas Awal


Materialitas awal pada tingkat laporan perlu ditetapkan oleh auditor karena pendapat auditor
atas kewajaran laporan keuangan diterapkan pada laporan keuangan sebagai keseluruhan.
Materialitas awal pada tingkat saldo akun ditentukan oleh auditor pada tahap perencanaan audit
karena untuk mencapai simpulan tentang kewajaran laporan keuangan sebagai keseluruhan,
auditor perlu melakukan verifikasi saldo akun.

Tahap 4 : Mempertimbangkan Risiko Bawaan


Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu
salah saji yang material dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian intern yang terkait.
Auditor merumuskan pendapatnya atas laporan keuangan secara keseluruhan berdasarkan
bukti audit yang diperoleh melalui verifikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara
individual atau golongan transaksi

Tahapan ke 5 : Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika
audit merupakan audit tahun pertama.
Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten untuk meyakini bahwa:
a. Saldo awal tidak mengandung salah saji yang material.
b. Saldo penutup tahun sebelumnya telah ditransfer dengan benar ke tahun yang berjalan atau
dinyatakan kembali, jika hal itu semestinya dilakukan.
c. Kebijakan akuntansi telah diterapkan secara konsisten.

Sifat dan lingkup audit yang harus diperoleh auditor berkenaan dengan saldo awal tergantung
pada:
a. Kebijakan akuntansi entitas ybs.
b. Apakah laporan keuangan tahun sebelumnya telah diaudit dan apakah opini yang diberikan
selain opini wajar tanpa pengecualian.
c. Sifat akun dan risiko salah saji lap.keu. tahun berjalan.

Tahapan ke 6 dari perencanaan audit yaitu mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi
signifikan.
Strategi audit pendahuluan mempresentasikan pertimbangan pendahuluan auditor mengenai
suatu pendekatan audit dan didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu mengenai pelaksanakan
audit.
Dalam mengembangkan strategi audit pendahuluan untuk asersi-asersi, auditor
menspesifikasikan empat komponen :
1. Tingkat risiko bawaan yang dinilai
2. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai dengan mempertimbangkan
- Luas pemahaman mengenai pengendalian intern yang diperoleh
- Pengujian pengendalian yang dilaksanakan dalam mengukur risiko pengendalian
3. Tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai dengan mempertimbangkan
- Luas pemahaman tentang bisnis dan industry yang diperoleh
- Prosedur analitis yang akan dilaksanakan yang menyediakan bukti mengenai penyajian
wajar dari suatu asersi
- Tingkat pengujian rincian yang direncanakan, apabila dikombinasikan dengan prosedur
lain, mengurangi risiko audit hingga tingkat rendah yang sesuai.
Pedoman audit AICPA memperkenalkan dua strategi audit utama yang ekuivalen dengan:
1. Suatu pendekatan substantive utama yang menekankan pengujian rincian
2. Suatu tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah

Dua strategi audit tambahan yaitu :


1. Pendekatan substantive utama yang menekankan pada prosedur analitis
2. Penekanan pada risiko bawaan dan prosedur analitis

Tahapan ke 7 dari perencanaan audit adalah memahami pengendalian Intern Klien.


Langkah-langkah yang harus dilakukan auditor dalam rangka memahami pengendalian
Intern Klien adalah :
1. Mempelajari unsur-unsur pengendalian intern yang berlaku.
2. Melakukan penilaian terhadap efektivitas pengendalian intern dengan menentukan kekuatan
dan kelemahan pengendalian intern tersebut.
Pengujian pengendalian terutama mendapatkan informasi mengenai frekuensi pelaksanaan
aktivitas pengendalian yang ditetapkan, mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut, dan
karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.
Dalam pelaksanaan prosedur audit selain ada pengujian pengendalian juga ada pengujian
substantif.

1.2 Merencanakan Audit, Memperoleh Pemahaman Bisnis dan Industri Klien

Perencanaan audit adalah prosedur-prosedur yang dilakukan setelah proposal disetujui atau
perikatan audit telah ditandatangani dan merupakan jembatan untuk pekerjaan pengujian.
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit
yang diharapkan.

Langkah-langkah dalam kegiatan perencanaan audit meliputi:

1. Memahami Bisnis dan Industri Klien


Informasi yang harus diperoleh dalam rangka pengetahuan tentang bisnis yang
diharapkan meliputi:
- Kondisi ekonomi secara umum
- Industri dimana klien berusaha
- Rasio-rasio keuangan rata-rata industry
- Entitas klien

Karakteristik penting kepemilikan dan manajemen: struktur korporasi, pemilik, struktur


permodalan, dewan komisaris, manajemen dan fungsi audit intern
- Bisnis entitas: produk, pasar, pemasok, sumber pembiayaan, dan operasi
- Kinerja keuangan (prosedur analitik)
- Lingkungan pelaporan
- Peraturan perundangan yang terkait
- Kebijakan dan prosedur akuntansi
- Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan nama auditornya
- Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan manajemen
- Kasus hukum yang sedang dihadapi

2. Memahami dan Menilai Struktur Pengendalian Intern


Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
- Keandalan pelaporan keuangan
- Efektivitas dan efisiensi operasi
- Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Tujuan pemahaman terhadap pengendalian intern adalah untuk merencanakan audit.


Pemahaman atas pengendalian intern meliputi pemahaman atas desain pengendalian yang
relevan dengan audit atas laporan keuangan dan pemahaman atas operasi pengendalian
intern. Pengetahuan tersebut harus digunakan untuk:

a. Mengidentifikasi tipe salah saji potensial dan kecurangan yang mungkin mempengaruhi
laporan keuangan
b. Mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko salah saji material
c. Mendesain pengujian substantif

Kesimpulan atas efektifitas struktur pengendalian intern harus meliputi hal-hal berikut
ini:

A. Penilaian menyeluruh atas struktur pengendalian intern klien dan sikap tim terhadap
pengendalian, yaitu:
- Pengendalian intern memadai dan tim akan menguji pengendalian tersebut (rely on
control)
- Pengendalian intern memadai tetapi tim tidak akan menguji pengendalian karena
lebih efektif langsung melakukan pengujian substanti
- Pengendalian intern tidak memadai dan tim tidak mengandalkan pada pengendalian
intern
B. Penilaian atas risiko kecurangan (risk of fraud)
Tindak lanjut yang diperlukan apabila ditemukan kemungkinan risiko audit yang tidak
bisa ditanggulangi oleh pengendalian intern klien.
3. Menentukan Tingkat Materialitas Awal dan Salah Saji Yang Bisa Diterima
Materialitas adalah besarnya nilai yang jika dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi yang dapat mengakibatkan perubahan atau berpengaruh terhadap pertimbangan
orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut.
Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan prosentase salah saji terhadap:
- Laba bersih sebelum pajak
- Total aktiva
- Total aktiva lancer
- Total ekuitas pemegang saham

Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji, misalnya:


- Kemungkinan terjadinya pelanggaran hukum.
- Kemungkinan terjadinya ketidakberesan
- Intensitas kesalahan yang tinggi

Dalam perencanaan audit, tim harus menetapkan materialitas pada dua tingkat berikut ini:

- Tingkat laporan keuangan (materialitas awal)


- Tingkat saldo akun (salah saji yang bisa diterima/tolerable error)

Penentuan materialitas awal biasanya didasarkan dari sudut pandang pemakai laporan
keuangan. Selain itu, materialitas awal juga dipengaruhi pengalaman tim audit terhadap salah
saji yang ditemukan pada audit tahun-tahun sebelumnya (jika audit berulang).

4. Menentukan Tingkat Risiko Audit Awal


Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Jenis-jenis risiko:
- Risiko audit yang dapat diterima adalah suatu ukuran seberapa besar auditor menerima
salah saji material dalam laporan keuangan setelah audit diselesaikan dan opini wajar
tanpa pengecualian telah dikeluarkan
- Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern yang terkait
- Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang
tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern
entitas.
- Risiko deteksi adalah risiko yang timbul sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi
salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
5. Melakukan Komunikasi Dengan Auditor Lain
Komunikasi dengan auditor lain tergantung dari posisi KAP, sebagai auditor utama atau
sebagai auditor lain. Apabila bertindak sebagai auditor lain dan menerima instruksi dari
auditor utama, KAP wajib menjawab setiap pertanyaan auditor lain.
Hal-hal yang harus dikomunikasikan meliputi:
- Petunjuk audit
- Jadwal penyerahan laporan-laporan yang diinginkan dari auditor lain
- Pernyataan independen dari auditor lain
- Rencana audit yang disusun oleh auditor lain
- Audit clearence oleh auditor lain
- Kuesioner audit yang harus diisi oleh auditor lain
- Catatan penyelesaian audit
- Rincian saldo dan transaksi antar afiliasi
- Check list pengungkapan
- Review kejadian setelah tanggal neraca

6. Menyusun Rencana Audit


Rencana audit adalah ringkasan perikatan, ikhtisar sifat dan karakteristik operasi bisnis
klien dan strategi audit secara keseluruhan. Tujuan penyusunan Rencana Audit adalah:
- Menyediakan bukti dokumentasi bahwa kantor telah memenuhi standar lapangan pertama
- Menyediakan alat bagi in-charge untuk mengkoordinasikan, menjadwalkan dan
mensupervisi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota tim yang terlibat dalam
perikatan

Cakupan Rencana Audit meliputi:

- Tujuan perikatan
- Kondisi bisnis dan industri klien
- Pengendalian intern
- Area-area kritis dan penting
- Penetapan materialitas
- Risiko audit
- Rencana sample
- Personalia dan jadwal

Rencana Audit merupakan proses akumulatif, artinya apa yang sudah ditetapkan dalam
Rencana Audit bukanlah harga mati yang tidak dapat diubah. Apabila dalam pelaksanaan
pekerjaan lapangan dijumpai adanya ketidaksesuaian antara yang direncanakan dengan
kondisi lapangan, maka in-charge segera menginformasikan adanya penyimpangan ini,
termasuk saran perubahan terhadap rencana audit, kepada manager dalam sebuah
memorandum. Manager kemudian menginformasikan perubahan ini kepada Partner untuk
mendapatkan persetujuan. Perubahan terhadap rencana audit yang telah disetujui oleh Partner
diringkaskan dalam Revisi Rencana Audit.

7. Menyusun Audit Program


Audit program adalah daftar terinci dari prosedur-prosedur audit yang akan dilakukan
dalam sebuah proses audit. Audit program tentatif dibuat sebagai bagian dari perencanaan
audit. Karena sifatnya tentatif, audit program seringkali memerlukan modifikasi sesuai
perkembangan audit.
Audit program dirancang untuk memenuhi tujuan audit atas transaksi dan akun-akun
utama dalam laporan keuangan. Tujuan audit adalah untuk menguji asersi manajemen dalam
laporan keuangan yang meliputi :
- Eksistensi atau keberadaan
- Kelengkapan
- Hak dan kewajiban
- Penilaian atau alokasi
- Penyajian dan pengungkapan

1.3 Melaksanakan Prosedur Analitis

Menurut SAS No. 56 (AU 329,02) prosedur analitis adalah "evaluasi informasi keuangan
yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang logis antar data keuangan maupun non
keuangan …….meliputi pembandingan jumlah-jumlah yang tercatat atas harapan yang
dikembangkan oleh auditor". Definisi tersebut menitikberatkan pada harapan yang
dikembangkan oleh auditor dengan mengindentifikasi dan menggunakan hubungan yang logis
yang secara pantas diharapkan terjadi berdasarkan pemahaman auditor. Misalnya, auditor
mempelajari hubungan antara biaya komisi dan total penjualan kemudian dibandingkan dengan
tarif komisi penjualan yang berlaku, untuk menguji kewajaran biaya komisi tahun tersebut.

Prosedur analitis ini juga relevan bagi auditor untuk menentukan bahwa penjualan telah
dicatat dengan benar, semua penjualan memperoleh komisi, dan bahwa tarif komisi penjualan
sesuai dengan yang ditetapkan. Namun bila hasil perbandingan tersebut menunjukkan adanya
perbedaan yang luar biasa, hal tersebut memberikan indikasi adanya kesalahan saji atau
penyimpangan yang perlu dilakukan investigasi lebih luas. Prosedur analitis juga berguna untuk
menduga kondisi keuangan klien dan mengurangi luasnya pengujian-pengujian. Jika hasil
pembandingan tidak menunjukkan adanya fluktuasi yang abnormal dapat diartikan bahwa
kemungkinan kesalahan dan ketidakberesan sangat kecil sehingga pengujian tidak perlu
diperluas.

Prosedur analitis digunakan dalam setiap fase auditing dengan tujuan sebagai berikut:
1. Pada fase perencanaan, untuk membantu auditor dalam merencanakan sifat, waktu, lingkup
dan prosedur audit.
2. Pada fase pengujian, untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi yang
berhubungan dengan saldo akun atau jenis-jenis transaksi.

Pada kesimpulan audit atau penilaian tahap akhir tentang kewajaran laporan keuangan yang
diaudit, sebagai review menyeluruh.

Prosedur analitis akan dapat membantu auditor dalam perencanaan dengan (1) meningkatkan
pemahaman usaha klien, dan (2) indentifikasi hubungan yang tidak umum (luar biasa) dan
fluktuasi yang tidak diharapkan yang dapat memberikan indikasi adanya kesalahan saji yang
material.

Penggunaan prosedur audit dalam fase perencanaan yang efektif meliputi penyelesaian
langkah-langkah sebagai berikut :

- Identifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat.


- Menentukan hasil yang akan diharapkan dengan menentukan pembanding.
- Melakukan perhitungan/perbandingan.
- Analisis data dan mengidentifikasi perbedaan yang penting.
- Investigasi perbedaan yang tidak diharapkan (perbedaan yang luar biasa).
- Menentukan pengaruhnya terhadap rencana audit.

Identifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat ; adalah menentukan ratio-ratio atau


perbandingan yang memenuhi harapan auditor atau sesuai dengan tujuannya. Misalnya auditor
ingin mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan dalam pemberian komisi penjualan, maka
dapat dibuat ratio antar biaya komisi dengan total penjualan yang hasilnya dibandingkan dengan
tarif komisi penjualan yang sudah ditetapkan. Kecermatan dan luasnya prosedur analitis yang
digunakan dalam perencanaan akan berbeda-beda tergantung atas ukuran dan kerumitan usaha
klien, tersedianya data, dan pertimbangan auditor. Jenis perhitungan dan perbandingan yang pada
umumnya digunakan antara lain adalah :

- Perbandingan data absolut; adalah pembandingan antara satu jumlah tertentu tahun berjalan,
misalnya saldo akun, dengan data anggaran atau prakiraan.
- Persentase per Komponen atau Analisa Vertikal; yaitu dengan menghitung persentasi
masing-masing akun terhadap totalnya, misalnya kas terhadap total aktiva, utang usaha
terhadap total pasiva. Hasil perhitungan tersebut apabila diperbandingkan dengan data
industri dapat memberikan indikasi adanya penyimpangan.
- Analisa Rasio; yaitu perbandingan antara suatu informasi keuangan dengan informasi
keuangan yang lain. Hasil perhitungan ini dapat dianalisa secara individu maupun kelompok,
misalnya rasio likuiditas, efisiensi, profitabilitas, solvabilitas. Dengan memperbandingkan
hasil perhitungan tersebut dengan data rata-rata tahun sebelumnya akan dapat diketahui
fluktuasi atau perubahan yang abnormal yang memerlukan investigasi lebih lanjut.
- Analisa kecenderungan atau Trend Analysis; yaitu perbandingan suatu data tertentu untuk
beberapa periode akuntansi, baik dalam bentuk absolut, persentase, atau rasio.

Harapan dan Pembanding. Dasar pemikiran atau alasan penggunaan prosedur analitis dalam
auditing adalah bahwa hubungan antardata diharapkan dapat memberikan indikasi tentang
kondisi yang tidak diketahui. Dasar pemikiran ini digunakan dalam menentukan hasil yang
diharapkan dari berbagai sumber, baik data dari internal maupun eksternal yang bersifat historis
maupun prakiraan. Berikut adalah contoh sumber informasi yang digunakan sebagai pembanding
dalam mengembangkan harapan :

a. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan memperhatikan


perubahan yang diketahui.
b. Hasil yang diantisipasi; misalnya anggaran atau prakiraan, termasuk ekstrapolasi dari data
interim atau tahunan.
c. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam suatu periode.
d. Informasi industri tempat klien berusaha, misalnya informasi tentang laba bruto.
e. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan.

Dalam semua hal, dapat dipercayainya dan kecocokan atau keserasian data yang digunakan
untuk mengembangkan harapan harus dipertimbangkan. Misalnya data tahun lalu yang sudah
diaudit lebih dapat dipercaya dari pada data yang tidak diaudit. Dapat tidaknya data anggaran
sebagai pembanding tergantung pada anggapan atau asumsi yang digunakan dalam penyusunan
anggaran. Manfaat data industri tergantung pada tingkat kesesuaian antara operasi perusahaan
dan metode akuntansi dari industri tersebut. Jadi penggunaan data industri sebagai pembanding
mempunyai keterbatasannya, misalnya adanya perbedaan metode depresiasi atau metode
penilaian persediaan yang digunakan oleh klien berbeda dengan yang digunakan oleh industri
pada umumnya.

Pelaksanaan Perhitungan/Pembandingan. Dalam langkah perhitungan termasuk pengumpulan


data yang diperlukan dalam perhitungan perbedaan jumlah absolut dan persentase per komponen,
data rasio, termasuk juga perolehan data industri yang akan digunakan sebagai pembanding.
Dalam melakukan perhitungan dan pembandingan biasanya digunakan alat pembantu, misalnya
kalkulator atau komputer.

Analisa Data dan Menentukan Perbedaan Penting. Dalam menganalisa perhitungan dan
pembandingan, diperlukan pemahaman terhadap usaha klien. Misalnya dalam pembadingan data
perusahaan tahun berjalan dengan tahun sebelumnya akan dapat membantu auditor dalam
memahami pengaruh kejadian dan keputusan penting terhadap laporan keuangan klien, dari pada
dengan data industri karena adanya karakteristik tertentu pada perusahaan klien. Sebagai
pedoman dalam analisa data adalah mengindentifikasi fluktuasi yang tidak diharapkan atau tidak
adanya fluktuasi yang diharapkan yang merupakan indikasi atau tanda-tanda semakin besarnya
risiko salah saji. Hal yang paling sulit dalam tahap analisa adalah menentukan besarnya
perbedaan atau fluktuasi yang memerlukan tindakan investigasi lebih lanjut. Dalam penentuan
besarnya perbedaan atau fluktuasi ada yang menggunakan model statistik, namun ada pula yang
menggunakan rumus-rumus sederhana misalnya perbedaan yang melebihi : (1) jumlah rupiah
tertentu yang telah ditetapkan; (2) suatu persentase tertentu; (3) kombinasi antara keduanya
(jumlah rupiah dan persentase).

Investigasi Perbedaan yang Tidak Diharapkan. Adanya perbedaan atau fluktuasi yang tidak
diharapkan atau yang luar biasa diinvestigasi dengan mempertimbangkan kembali metode dan
faktor yang digunakan dalam mengembangkan harapan, dan wawancara dengan manajemen.
Kadang-kadang informasi baru akan mendukung perlunya revisi terhadap harapan yang telah
dibuat. Jika penjelasan mengenai perbedaan tersebut tidak diperoleh, auditor harus menentukan
pengaruhnya terhadap perencanaan auditnya.

Menentukan Pengaruhnya Terhadap Rencana Audit. Adanya perbedaan yang penting yang
tidak dapat dijelaskan merupakan indikasi meningkatnya risiko salah saji dalam satu atau
beberapa akun yang masuk dalam perhitungan atau perbandingan. Dalam beberapa hal, auditor
biasanya merencanakan untuk melakukan pengujian lebih rinci terhadap akun-akun tersebut.
Dengan perhatian auditor langsung pada daerah yang risikonya lebih besar, berarti prosedur
analitis dapat pelaksanaan audit yang lebih efektif dan efisien.

 Manfaat Prosedur Analitis dan Permasalahannya

Libby menemukan bahwa berdasarkan pengalaman akuntan mengidentifikasi dari


kemungkinan besar terjadinya kesalahan ditemukan melalui fluktuasi data laporan keuangan
dalam proses penelaahan analitis.

Penelitian Biggs et al memberikan fakta bahwa manajer kantor akuntan publik dan akuntan
senior mampu mengidentifikasi problem pemeriksaan yang krusial, tetapi manajer kantor
akuntan publik memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari akuntan senior dalam
mengidentifikasi kekeliruan dan hubungan yang kompleks di antara bukti penelaahan analitis
dan perubahan programan pemeriksaan.

Cohen dan Kida lebih lanjut menguraikan hasil penelitiannya terhadap sample 96 akuntan
The Big Eight, bahwa penelaahan analitis memberikan efek sangat besar atas pertimbangan
manajer dibandingkan terhadap pertimbangan akuntan senior. Juga kebanyakan akuntan enggan
mengurangi pengujian walaupun hasil penelaahan analitis mengisyaratkan tidak ada problem
pemeriksaan yang memerlukan perhatian khusus. Mereka juga menemukan fakta bahwa
prosedur penelaahan analitis merupakan variabel yang paling signifikan bagi manajer dan
manajer lebih berpengalaman menggunakan prosedur penelaahan analitis dibandingkan dengan
akuntan senior. Akuntan senior lebih sering mengadakan evaluasi pengawasan (pengendalian)
intern, karena realibilitas pengawasan intern merupakan variabel yang paling signifikan baginya.
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Heiman terhadap akuntan dari dua kantor
akuntan publik The Big Eigth, menyatakan bahwa secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat
dijadikan petunjuk untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemeriksaan melalui penerapan
prosedur analitis. Prosedur analitis dianggap sebagai suatu proses diagnostik, meliputi evaluasi
atas hipotesis yang dibuat atas terjadinya perubahan-perubahan yang tidak biasa pada laporan
keuangan klien, informasi ini sangat diperlukan akuntan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan
oleh Wilson dan Colbert mengungkapkan bahwa prosedur analitis meliputi perbandingan jumlah
yang tercatat di dalam laporan keuangan dengan jumlah yang diharapkan oleh akuntan.
Perbandingan ini membantu akuntan dalam mengambil keputusan yang cukup beralasan atas
jumlah-jumlah yang ditunjukkan dalam laporan keuangan. Hasil penelitian ini menganjurkan
penggunaan model keputusan yang lebih tepat untuk memungkinkan penyajian jumlah yang
diharapkan lebih teliti dan keputusan akuntan lebih efisien.

Anjuran ini sejalan dengan kesimpulan penelitian Wild dan Biggs, bahwa metode prosedur
analitis menghasilkan penaksiran jumlah yang lebih akurat dan lebih dapat dipercaya, serta risiko
pemeriksaanpun dapat dikurangi. Walaupun masih terdapat kontroversi yang berpusat kepada
penerapan prosedur analitis, karena masih ada data atau informasi keuangan setelah tanggal
neraca. Tetapi terdapat beberapa argumentasi mengapa digunakan data nilai buku sebagai dasar
pembuatan prosedur analitis, antara lain disebabkan bertambahnya risiko pemeriksaan dan
pelanggaran independensi pemeriksaan akuntan. Selain itu juga, temuan utama dari Knechel
menyatakan bahwa (1) penggunaan informasi saldo bulanan perkiraan laporan keuangan dalam
penelaahan kritis lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan saldo tahunan saja selama
keandalan sistem akuntansi klien masih dalam taraf minimal, dan (2) penelaahan analitis non
statistik digabungkan dengan sampling unit moneter ($) relatif dapat menambah efektivitas
pemeriksaan dibandingkan dengan strategi pemeriksaan yang tidak menggunakan penelaahan
kritis. Kemudian penelitian Coglitore dan Berryman memaparkan hasil, bahwa prosedur analitis
lebih efektif dalam mendeteksi informasi keuangan material yang menyesatkan (misleading).
Aplikasi prosedur analitis dalam penyusunan rencana pemeriksaan akan membantu untuk
mendeteksi penghasilan yang terlalu tinggi (overstatement), piutang dagang dan penjulan fiktif,
penyisihan piutang ragu-ragu, utang dagang yang tidak tercatat, dan utang biaya komisi yang
terlalu rendah/kurang saji (understatement).

Você também pode gostar