Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
AUDITING
Indri Susanti ( )
Penerimaan penugasan merupakan tahap awal dalam suatu audit laporan, laporan keuangan
adalah mengambil keputusan untuk menerima (menolak) suatu kesempatan untuk menjadi
auditor untuk klien yang baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada.
Pada umumnya keputusan untuk menerima (menolak) ini sudah dilakukan sejak enam hingga
sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa.
Dalam profesi akuntan publik, terjadi persaingan yang cukup ketat antar kantor akuntan
publik untuk mendapatkan klien. Bagi suatu kantor akuntan publik, klien bisa merupakan klien
baru atau klien lama (yang sudah ada) yang diharapkan akan melanjutkan memberikan
penugasan audit pada tahun atau tahun-tahun berikutnya. Pergantian auditor bisa terjadi karena
bebagai alasan, yaitu:
1. Klien merupakan hasil merger (penggabungan) antara beberapa perusahaan yang semula
memiliki auditor masing-masing yang berbeda.
2. Ada kebutuhan untuk mendapat perluasan jasa professional.
3. Tidak puas terhadap kantor akuntanpublik yang lama.
4. Ingin mencari auditor dengan honorarium audit yang lebih murah.
5. Penggabungan antara beberapa kantor akuntan publik.
Auditor tidak wajib menerima setiap permintaan untuk melakukan audit laporan keuangan
yang diajukan oleh calon kliennya. Apabila auditor memutuskan untuk menerima suatu
penugasan audit, maka auditor harus memikul tanggungjawab profesional terhadap masyarakat,
klien, dan terhadap anggota profesi akuntan publik yang lain. Auditor harus menjaga
kelangsungan kepercayaan masyarakat terhadap profesi dengan menjaga independensi,
integritas, dan obyektivitas. Terhadap anggota lain seprofesi, auditor bertanggungjawab untuk
turut meningkatkan dan menjaga nama baik profesi, serta meningkatkan kemampuannya dalam
memberi pelayanan kepada masyarakat. Pertimbangan dalam memutuskan untuk menerima
penugasan juga berhubungan langsung dengan kemampuan auditor untuk memenuhi persyaratan
seperti diminta oleh standar auditing serta kode etik akuntan.
Perikatan adalah kesepakatan kedua belah pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian.
Dalam perikatan audit, klien mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Klien
menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup
melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah awal
pekerjaan audit adalah pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit
dari calon klien atau untuk menghentikan atau melanjutkan perikatan audit dari klien berulang.
Di bawah ini adalah langkah-langkah penerimaan penugasan audit, antara lain:
Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas manajemen
adalah:
Hal-hal yang berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk menerima penugasan dalam
tahap ini antara lain:
B. Pengevaluasian Independensi
Standar umum kedua menuntut sikap mental independent auditor dalam
melaksanakan audit. Standar tersebut mengharuskan auditor besikap independent,
artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum.
Surat penugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya. Surat ini berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan :
Tahap 1 : memahami lingkungan bisnis klien dan tahapan kedua dari perencanaan audit
adalah melaksanakan prosedur analitik.
1. Memahami Bisnis dan Industri Klien
A. Pengalaman sebelumnya tentang Entitas dan Indutrinya
Jika auditor menguji klien yang sama, maka auditor dapat dengan mudah memperoleh
informasi –informasi bisnis klien. Auditor dapat meriview kembali kertas kerja audit
yang disimpan dalam arsip permanen. Sehingga, auditor dapat mengingat kembali
kebijaka-kebijakan klien, serta pengendalian internal.
B. Diskusi dengan orang dalam entitas
Auditor dapat melakukan diskusi dengan komite audit, direktur, dan personel operasi.
Komite audit dapat memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan pengendalian
internal, system pengelolaan data elektronik yang baru diimplementasikan, perubahan
manajemen perusahaan dan perubahan struktur organisasi perusahaan klien. Manajemen
dapat dipakai sebagai sumber informasi tentang pengembangan bisnis perusahaan,
peraturan baru yang berlaku dalan industry dan peraturan pemerintah terbaru, bidang
audit yang menjadi kepentingan manajemen.
C. Diskusi dengan personel dari fungsi audit intern dan review terhadap laporan auditor
intern
Diskusi dengan auditor intern merupakan cara efektif untuk memahami kelemahan
dan kekuatan pengendalian intern organisasi.
D. Diskusi dengan Auditor lain dan dengan penasihat hukum atau penasihat lain yang telah
memberikan jasa kepada entitas atau dalam industri.
Auditor dapat berdiskusi dengan auditor lain yang pernah melakukan audit laporan
keuangan untuk memperoleh pemahaman bisnis entitas. Auditor juga dapat
berkomunikasi dengan penasihat hukum atau konsultan lainnya untuk memperoleh
informasi tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam bisnisnya.
E. Publikasi yang berkaitan dengan industry.
Pengetahuan mengenai industri yang menjadi tempat usaha klien dapat diperoleh
dengan berbagai cara sebagai berikut:
1. Meminta keterangan klien
2. Berlangganan majalah yang diterbitkan klien
3. Aktif berpartisipasi dalam perkumpulan berbagai industri atau program-program
latihan yang diselenggarakan oleh berbagai industri.
F. Kunjungan ke tempat atau fasilitas pabrik entitas
Pengetahuan mengenai fasilitas fisik untuk penerimaan, pemyimpanan, dan
pemakaian sediaan barang gudang akan bermanfaat bagi auditor dalam menilai
persediaan. Dengan inpeksi ke kantor klien, auditor akan mengtahui lokasi barbagai
catatan akuntasi, jumlah karyawan klien yang bekerja di kantor, serta pembagian kegiatan
akuntansi.
G. Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas.
Auditor perlu mempertimbangkan peraturan pemerintah seperti ekspor-impor,
penanaman modal dan lainnya yang dapat berdampak pada bisnis klien.
H. Dokumen yang dihasilkan
Contohnya buku-buku promosi, laporan keuangan dan laporan tahunan tahun
sebelumnya, anggaran dan lain-lain. Hal ini berguna untuk memahami bisnis entitas
Tahapan ke 5 : Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika
audit merupakan audit tahun pertama.
Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten untuk meyakini bahwa:
a. Saldo awal tidak mengandung salah saji yang material.
b. Saldo penutup tahun sebelumnya telah ditransfer dengan benar ke tahun yang berjalan atau
dinyatakan kembali, jika hal itu semestinya dilakukan.
c. Kebijakan akuntansi telah diterapkan secara konsisten.
Sifat dan lingkup audit yang harus diperoleh auditor berkenaan dengan saldo awal tergantung
pada:
a. Kebijakan akuntansi entitas ybs.
b. Apakah laporan keuangan tahun sebelumnya telah diaudit dan apakah opini yang diberikan
selain opini wajar tanpa pengecualian.
c. Sifat akun dan risiko salah saji lap.keu. tahun berjalan.
Tahapan ke 6 dari perencanaan audit yaitu mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi
signifikan.
Strategi audit pendahuluan mempresentasikan pertimbangan pendahuluan auditor mengenai
suatu pendekatan audit dan didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu mengenai pelaksanakan
audit.
Dalam mengembangkan strategi audit pendahuluan untuk asersi-asersi, auditor
menspesifikasikan empat komponen :
1. Tingkat risiko bawaan yang dinilai
2. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai dengan mempertimbangkan
- Luas pemahaman mengenai pengendalian intern yang diperoleh
- Pengujian pengendalian yang dilaksanakan dalam mengukur risiko pengendalian
3. Tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai dengan mempertimbangkan
- Luas pemahaman tentang bisnis dan industry yang diperoleh
- Prosedur analitis yang akan dilaksanakan yang menyediakan bukti mengenai penyajian
wajar dari suatu asersi
- Tingkat pengujian rincian yang direncanakan, apabila dikombinasikan dengan prosedur
lain, mengurangi risiko audit hingga tingkat rendah yang sesuai.
Pedoman audit AICPA memperkenalkan dua strategi audit utama yang ekuivalen dengan:
1. Suatu pendekatan substantive utama yang menekankan pengujian rincian
2. Suatu tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah
Perencanaan audit adalah prosedur-prosedur yang dilakukan setelah proposal disetujui atau
perikatan audit telah ditandatangani dan merupakan jembatan untuk pekerjaan pengujian.
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit
yang diharapkan.
a. Mengidentifikasi tipe salah saji potensial dan kecurangan yang mungkin mempengaruhi
laporan keuangan
b. Mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko salah saji material
c. Mendesain pengujian substantif
Kesimpulan atas efektifitas struktur pengendalian intern harus meliputi hal-hal berikut
ini:
A. Penilaian menyeluruh atas struktur pengendalian intern klien dan sikap tim terhadap
pengendalian, yaitu:
- Pengendalian intern memadai dan tim akan menguji pengendalian tersebut (rely on
control)
- Pengendalian intern memadai tetapi tim tidak akan menguji pengendalian karena
lebih efektif langsung melakukan pengujian substanti
- Pengendalian intern tidak memadai dan tim tidak mengandalkan pada pengendalian
intern
B. Penilaian atas risiko kecurangan (risk of fraud)
Tindak lanjut yang diperlukan apabila ditemukan kemungkinan risiko audit yang tidak
bisa ditanggulangi oleh pengendalian intern klien.
3. Menentukan Tingkat Materialitas Awal dan Salah Saji Yang Bisa Diterima
Materialitas adalah besarnya nilai yang jika dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi yang dapat mengakibatkan perubahan atau berpengaruh terhadap pertimbangan
orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut.
Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan prosentase salah saji terhadap:
- Laba bersih sebelum pajak
- Total aktiva
- Total aktiva lancer
- Total ekuitas pemegang saham
Dalam perencanaan audit, tim harus menetapkan materialitas pada dua tingkat berikut ini:
Penentuan materialitas awal biasanya didasarkan dari sudut pandang pemakai laporan
keuangan. Selain itu, materialitas awal juga dipengaruhi pengalaman tim audit terhadap salah
saji yang ditemukan pada audit tahun-tahun sebelumnya (jika audit berulang).
- Tujuan perikatan
- Kondisi bisnis dan industri klien
- Pengendalian intern
- Area-area kritis dan penting
- Penetapan materialitas
- Risiko audit
- Rencana sample
- Personalia dan jadwal
Rencana Audit merupakan proses akumulatif, artinya apa yang sudah ditetapkan dalam
Rencana Audit bukanlah harga mati yang tidak dapat diubah. Apabila dalam pelaksanaan
pekerjaan lapangan dijumpai adanya ketidaksesuaian antara yang direncanakan dengan
kondisi lapangan, maka in-charge segera menginformasikan adanya penyimpangan ini,
termasuk saran perubahan terhadap rencana audit, kepada manager dalam sebuah
memorandum. Manager kemudian menginformasikan perubahan ini kepada Partner untuk
mendapatkan persetujuan. Perubahan terhadap rencana audit yang telah disetujui oleh Partner
diringkaskan dalam Revisi Rencana Audit.
Menurut SAS No. 56 (AU 329,02) prosedur analitis adalah "evaluasi informasi keuangan
yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang logis antar data keuangan maupun non
keuangan …….meliputi pembandingan jumlah-jumlah yang tercatat atas harapan yang
dikembangkan oleh auditor". Definisi tersebut menitikberatkan pada harapan yang
dikembangkan oleh auditor dengan mengindentifikasi dan menggunakan hubungan yang logis
yang secara pantas diharapkan terjadi berdasarkan pemahaman auditor. Misalnya, auditor
mempelajari hubungan antara biaya komisi dan total penjualan kemudian dibandingkan dengan
tarif komisi penjualan yang berlaku, untuk menguji kewajaran biaya komisi tahun tersebut.
Prosedur analitis ini juga relevan bagi auditor untuk menentukan bahwa penjualan telah
dicatat dengan benar, semua penjualan memperoleh komisi, dan bahwa tarif komisi penjualan
sesuai dengan yang ditetapkan. Namun bila hasil perbandingan tersebut menunjukkan adanya
perbedaan yang luar biasa, hal tersebut memberikan indikasi adanya kesalahan saji atau
penyimpangan yang perlu dilakukan investigasi lebih luas. Prosedur analitis juga berguna untuk
menduga kondisi keuangan klien dan mengurangi luasnya pengujian-pengujian. Jika hasil
pembandingan tidak menunjukkan adanya fluktuasi yang abnormal dapat diartikan bahwa
kemungkinan kesalahan dan ketidakberesan sangat kecil sehingga pengujian tidak perlu
diperluas.
Prosedur analitis digunakan dalam setiap fase auditing dengan tujuan sebagai berikut:
1. Pada fase perencanaan, untuk membantu auditor dalam merencanakan sifat, waktu, lingkup
dan prosedur audit.
2. Pada fase pengujian, untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi yang
berhubungan dengan saldo akun atau jenis-jenis transaksi.
Pada kesimpulan audit atau penilaian tahap akhir tentang kewajaran laporan keuangan yang
diaudit, sebagai review menyeluruh.
Prosedur analitis akan dapat membantu auditor dalam perencanaan dengan (1) meningkatkan
pemahaman usaha klien, dan (2) indentifikasi hubungan yang tidak umum (luar biasa) dan
fluktuasi yang tidak diharapkan yang dapat memberikan indikasi adanya kesalahan saji yang
material.
Penggunaan prosedur audit dalam fase perencanaan yang efektif meliputi penyelesaian
langkah-langkah sebagai berikut :
- Perbandingan data absolut; adalah pembandingan antara satu jumlah tertentu tahun berjalan,
misalnya saldo akun, dengan data anggaran atau prakiraan.
- Persentase per Komponen atau Analisa Vertikal; yaitu dengan menghitung persentasi
masing-masing akun terhadap totalnya, misalnya kas terhadap total aktiva, utang usaha
terhadap total pasiva. Hasil perhitungan tersebut apabila diperbandingkan dengan data
industri dapat memberikan indikasi adanya penyimpangan.
- Analisa Rasio; yaitu perbandingan antara suatu informasi keuangan dengan informasi
keuangan yang lain. Hasil perhitungan ini dapat dianalisa secara individu maupun kelompok,
misalnya rasio likuiditas, efisiensi, profitabilitas, solvabilitas. Dengan memperbandingkan
hasil perhitungan tersebut dengan data rata-rata tahun sebelumnya akan dapat diketahui
fluktuasi atau perubahan yang abnormal yang memerlukan investigasi lebih lanjut.
- Analisa kecenderungan atau Trend Analysis; yaitu perbandingan suatu data tertentu untuk
beberapa periode akuntansi, baik dalam bentuk absolut, persentase, atau rasio.
Harapan dan Pembanding. Dasar pemikiran atau alasan penggunaan prosedur analitis dalam
auditing adalah bahwa hubungan antardata diharapkan dapat memberikan indikasi tentang
kondisi yang tidak diketahui. Dasar pemikiran ini digunakan dalam menentukan hasil yang
diharapkan dari berbagai sumber, baik data dari internal maupun eksternal yang bersifat historis
maupun prakiraan. Berikut adalah contoh sumber informasi yang digunakan sebagai pembanding
dalam mengembangkan harapan :
Dalam semua hal, dapat dipercayainya dan kecocokan atau keserasian data yang digunakan
untuk mengembangkan harapan harus dipertimbangkan. Misalnya data tahun lalu yang sudah
diaudit lebih dapat dipercaya dari pada data yang tidak diaudit. Dapat tidaknya data anggaran
sebagai pembanding tergantung pada anggapan atau asumsi yang digunakan dalam penyusunan
anggaran. Manfaat data industri tergantung pada tingkat kesesuaian antara operasi perusahaan
dan metode akuntansi dari industri tersebut. Jadi penggunaan data industri sebagai pembanding
mempunyai keterbatasannya, misalnya adanya perbedaan metode depresiasi atau metode
penilaian persediaan yang digunakan oleh klien berbeda dengan yang digunakan oleh industri
pada umumnya.
Analisa Data dan Menentukan Perbedaan Penting. Dalam menganalisa perhitungan dan
pembandingan, diperlukan pemahaman terhadap usaha klien. Misalnya dalam pembadingan data
perusahaan tahun berjalan dengan tahun sebelumnya akan dapat membantu auditor dalam
memahami pengaruh kejadian dan keputusan penting terhadap laporan keuangan klien, dari pada
dengan data industri karena adanya karakteristik tertentu pada perusahaan klien. Sebagai
pedoman dalam analisa data adalah mengindentifikasi fluktuasi yang tidak diharapkan atau tidak
adanya fluktuasi yang diharapkan yang merupakan indikasi atau tanda-tanda semakin besarnya
risiko salah saji. Hal yang paling sulit dalam tahap analisa adalah menentukan besarnya
perbedaan atau fluktuasi yang memerlukan tindakan investigasi lebih lanjut. Dalam penentuan
besarnya perbedaan atau fluktuasi ada yang menggunakan model statistik, namun ada pula yang
menggunakan rumus-rumus sederhana misalnya perbedaan yang melebihi : (1) jumlah rupiah
tertentu yang telah ditetapkan; (2) suatu persentase tertentu; (3) kombinasi antara keduanya
(jumlah rupiah dan persentase).
Investigasi Perbedaan yang Tidak Diharapkan. Adanya perbedaan atau fluktuasi yang tidak
diharapkan atau yang luar biasa diinvestigasi dengan mempertimbangkan kembali metode dan
faktor yang digunakan dalam mengembangkan harapan, dan wawancara dengan manajemen.
Kadang-kadang informasi baru akan mendukung perlunya revisi terhadap harapan yang telah
dibuat. Jika penjelasan mengenai perbedaan tersebut tidak diperoleh, auditor harus menentukan
pengaruhnya terhadap perencanaan auditnya.
Menentukan Pengaruhnya Terhadap Rencana Audit. Adanya perbedaan yang penting yang
tidak dapat dijelaskan merupakan indikasi meningkatnya risiko salah saji dalam satu atau
beberapa akun yang masuk dalam perhitungan atau perbandingan. Dalam beberapa hal, auditor
biasanya merencanakan untuk melakukan pengujian lebih rinci terhadap akun-akun tersebut.
Dengan perhatian auditor langsung pada daerah yang risikonya lebih besar, berarti prosedur
analitis dapat pelaksanaan audit yang lebih efektif dan efisien.
Penelitian Biggs et al memberikan fakta bahwa manajer kantor akuntan publik dan akuntan
senior mampu mengidentifikasi problem pemeriksaan yang krusial, tetapi manajer kantor
akuntan publik memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari akuntan senior dalam
mengidentifikasi kekeliruan dan hubungan yang kompleks di antara bukti penelaahan analitis
dan perubahan programan pemeriksaan.
Cohen dan Kida lebih lanjut menguraikan hasil penelitiannya terhadap sample 96 akuntan
The Big Eight, bahwa penelaahan analitis memberikan efek sangat besar atas pertimbangan
manajer dibandingkan terhadap pertimbangan akuntan senior. Juga kebanyakan akuntan enggan
mengurangi pengujian walaupun hasil penelaahan analitis mengisyaratkan tidak ada problem
pemeriksaan yang memerlukan perhatian khusus. Mereka juga menemukan fakta bahwa
prosedur penelaahan analitis merupakan variabel yang paling signifikan bagi manajer dan
manajer lebih berpengalaman menggunakan prosedur penelaahan analitis dibandingkan dengan
akuntan senior. Akuntan senior lebih sering mengadakan evaluasi pengawasan (pengendalian)
intern, karena realibilitas pengawasan intern merupakan variabel yang paling signifikan baginya.
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Heiman terhadap akuntan dari dua kantor
akuntan publik The Big Eigth, menyatakan bahwa secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat
dijadikan petunjuk untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemeriksaan melalui penerapan
prosedur analitis. Prosedur analitis dianggap sebagai suatu proses diagnostik, meliputi evaluasi
atas hipotesis yang dibuat atas terjadinya perubahan-perubahan yang tidak biasa pada laporan
keuangan klien, informasi ini sangat diperlukan akuntan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan
oleh Wilson dan Colbert mengungkapkan bahwa prosedur analitis meliputi perbandingan jumlah
yang tercatat di dalam laporan keuangan dengan jumlah yang diharapkan oleh akuntan.
Perbandingan ini membantu akuntan dalam mengambil keputusan yang cukup beralasan atas
jumlah-jumlah yang ditunjukkan dalam laporan keuangan. Hasil penelitian ini menganjurkan
penggunaan model keputusan yang lebih tepat untuk memungkinkan penyajian jumlah yang
diharapkan lebih teliti dan keputusan akuntan lebih efisien.
Anjuran ini sejalan dengan kesimpulan penelitian Wild dan Biggs, bahwa metode prosedur
analitis menghasilkan penaksiran jumlah yang lebih akurat dan lebih dapat dipercaya, serta risiko
pemeriksaanpun dapat dikurangi. Walaupun masih terdapat kontroversi yang berpusat kepada
penerapan prosedur analitis, karena masih ada data atau informasi keuangan setelah tanggal
neraca. Tetapi terdapat beberapa argumentasi mengapa digunakan data nilai buku sebagai dasar
pembuatan prosedur analitis, antara lain disebabkan bertambahnya risiko pemeriksaan dan
pelanggaran independensi pemeriksaan akuntan. Selain itu juga, temuan utama dari Knechel
menyatakan bahwa (1) penggunaan informasi saldo bulanan perkiraan laporan keuangan dalam
penelaahan kritis lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan saldo tahunan saja selama
keandalan sistem akuntansi klien masih dalam taraf minimal, dan (2) penelaahan analitis non
statistik digabungkan dengan sampling unit moneter ($) relatif dapat menambah efektivitas
pemeriksaan dibandingkan dengan strategi pemeriksaan yang tidak menggunakan penelaahan
kritis. Kemudian penelitian Coglitore dan Berryman memaparkan hasil, bahwa prosedur analitis
lebih efektif dalam mendeteksi informasi keuangan material yang menyesatkan (misleading).
Aplikasi prosedur analitis dalam penyusunan rencana pemeriksaan akan membantu untuk
mendeteksi penghasilan yang terlalu tinggi (overstatement), piutang dagang dan penjulan fiktif,
penyisihan piutang ragu-ragu, utang dagang yang tidak tercatat, dan utang biaya komisi yang
terlalu rendah/kurang saji (understatement).