Você está na página 1de 73

Analisis Laporan Keuangan

Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1), laporan keuangan meliputi bagian dari

proses laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba

rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam

berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas/laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta

materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Menurut Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan

perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan

jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan

perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan

serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan

sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.

Sedangkan menurut Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan

dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis

laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan laba-rugi atau hasil usaha, laporan

perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan posisi keuangan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan untuk

perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu

waktu tertentu, yang dilaporkan dalam neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan

ekuitas dan laporan arus kas, dimana neraca menunjukkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas

perusahaan. Laporan laba-rugi menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu.
Sedangkan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan

yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.

Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:3), tujuan laporan keuangan adalah

menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

keputusan ekonomi. Sedangkan menurut Fahmi (2011:28), tujuan utama dari laporan keuangan

adalah memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan dari unsur-unsur laporan

keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam menilai kinerja

keuangan terhadap perusahaan di samping pihak manajemen perusahaan. Para pemakai laporan

akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang

timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Informasi mengenai dampak keuangan yang

timbul tadi sangat berguna bagi pemakai untuk meramalkan, membandingkan dan menilai

keuangan. Seandainya nilai uang tidak stabil, maka hal ini akan dijelaskan dalam laporan

keuangan. Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila yang dilaporkan tidak saja aspek-

aspek kuantitatif, tetapi mencakup penjelasan-penjelasan lainnya yang dirasakan perlu. Dan

informasi ini harus faktual dan dapat diukur secara objektif.

Beberapa tujuan laporan keuangan dari berbagai sumber di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Informasi posisi laporan keuangan yang dihasilkan dari kinerja dan aset perusahaan sangat

dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan, sebagai bahan evaluasi dan perbandingan untuk

melihat dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.
2. Informasi keuangan perusahaan diperlukan juga untuk menilai dan meramalkan apakah

perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan datang sehingga akan menghasilkan

keuntungan yang sama atau lebih menguntungkan.

3. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi,

pendanaan dan operasi perusahaan selama periode tertentu. Selain untuk menilai kemampuan

perusahaan, laporan keuangan juga bertujuan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan investasi.

Karakteristik Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:5-8), laporan keuangan yang berguna bagi

pemakai informasi bahwa harus terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat dipahami,

relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai

diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,

akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun

demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat

dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tesebut terlalu sulit untuk dapat

dipahami oleh pemakai tertentu.

2. Relevan

Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan

keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi

pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan,
menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Peran informasi dalam

peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Misalnya informasi

struktur dan besarnya aset yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha

meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi

yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan (confirmatory

role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya tentang bagaimana struktur keuangan perusahaan

diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan. Informasi posisi keuangan

dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan

dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti

pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu

harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk

membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan penampilan informasi tentang transaksi dan peristiwa

masa lalu. Misalnya nilai prediktif laporan laba-rugi dapat ditingkatkan kalau akun-akun

penghasilan atau badan yang tidak biasa, abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah.

3. Keandalan

Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari

pengertian yang menyesatkan, material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian

yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat

disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan

maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya jika tindakan

hukum masih dipersengkatakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk mengakui jumlah
seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah

serta keadaan dari tuntutan tersebut.

a) Penyajian jujur

Informasi harus digambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya

disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi misalnya, neraca harus

menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aset, kewajiban dan

ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan.

b) Substansi mengungguli bentuk

Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang

seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi

dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.

c) Netralitas

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha

untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan

merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.

d) Pertimbangan sehat

Penyusunan laporan keuangan ada kalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan

tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat prabrik serta

peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian semacam itu

diakui dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan

sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan mengandung unsur kehati-hatian pada

saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak

dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak


diperkenankan, misalnya pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan berlebihan dan

sengaja menetapkan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban

yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tak netral, dan karena itu tidak memiliki

kualitas andal.

e) Kelengkapan

Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan beban.

Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau

menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi

relevansinya.

4. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antara periode untuk

mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat

memperbandingkan laporan keuangan antara perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan

secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan, transaksi, dan

peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perushaan bersangkutan, antar

periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.

Keterbatasan Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2010:9), keterbatasan laporan keuangan antara lain:

1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan

yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang

final.

2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat,

tetapi sebenarnya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari

berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut

menurun, dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang

dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin

besar, mungkin kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin

juga diikuti kenaikan harga-harga.

4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi

atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan

suatu uang.

Jenis Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2), laporan keuangan yang lengkap biasanya

meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas

laporan keuangan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan neraca dan laporan laba-rugi.

1.Neraca

Menurut Harahap (2009:107), neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi

keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aset, kewajiban dan ekuitas pada saat

tertentu. Neraca atau balance sheet adalah laporan yang menyajikan sumber-sumber ekonomis

dari suatu perusahaan atau aset kewajiban-kewajibannya atau utang, dan hak para pemilik

perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau ekuitas pemilik suatu saat tertentu.

Neraca harus disusun secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi

keuangan perusahaan. Oleh karena itu neraca tepatnya dinamakan statements of financial position.

Karena neraca merupakan potret atau gambaran keadaan pada suatu saat tertentu maka neraca

merupakan status report bukan merupakan flow report.


Menurut Riyanto (2010:19), aset dapat dibagi atas dua kelompok besar, yaitu aset lancar

adalah aset yang habis dalam satu kali perputaran dalam proses produksi dan proses berputarnya

adalah dalam waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun). Dalam perputarannya yang

satu kali ini, elemen-elemen dari aset lancar tidak sama cepatnya ataupun tingkat perputarannya,

misalnya piutang menjadinya kas adalah lebih cepat daripada inventory (apabila penjualan

dilakukan secara kredit), karena piutang menjadi kas hanya membutuhkan satu langkah saja,

sedangkan inventory melalui piutang dahulu barulah menjadi kas. Dengan kata lain, aset lancar

ialah aset yang dapat diuangkan dalam waktu yang pendek. Sedangkan aset tetap adalah aset yang

tahan lama yang tidak atau secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi. Syarat

lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap selain aset itu dimiliki perusahaan, juga harus

digunakan dalam operasi yang bersifat permanen (aset tersebut mempunyai umum kegunaan

jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan).

Menurut Munawir (2010:18), hutang adalah semua kewajiban-kewajiban perusahaan

kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal

perusahaan yang berasal dari kreditur. Hutang atau kewajiban-kewajiban perusahaan dapat

dibebankan ke dalam kewajiban lancar (kewajiban jangka pendek) dan kewajiban jangka panjang.

Kewajiban jangka pendek atau kewajiban lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang

pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal

neraca) dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki perusahaan, sedangkan kewajiban jangka

panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayaran (jatuh temponya) jangka

panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca).

Menurut Riyanto (2010:240), modal sendiri merupakan ekuitas yang berasal dari pemilik

perusahaan dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Ekuitas
dari sumber ini merupakan dana yang berasal dari pemilik perusahaan atau dapat pula bersumber

dari pendapatan atau laba yang ditahan.

2.Laporan Laba-Rugi

Menurut Munawir (2010:26), laporan laba-rugi merupakan suatu laporan yang sistematis

tentang penghasilan, beban, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode

tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba-rugi bagi tiap-tiap

perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut:

1. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan

(penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang

yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.

2. Bagian kedua menunjukkan beban-beban operasional yang terdiri dari beban penjualan dan beban

umum/administrasi (operating expenses).

3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan, yang

diikuti dengan beban-beban yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan (non operating/financial

income dan expenses).

4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga

akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.

Analisis Laporan Keuangan

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2010;35), analisis laporan keuangan adalah analisis laporan

keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau

kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan

perusahaan yang bersangkutan. Menurut Harahap (2009:190), analisis laporan keuangan berarti
menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat

hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang

lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui

kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang

tepat. Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2001:37), analisis laporan keuangan perusahaan

pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di

masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan

merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah

untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara

mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan

keuangan, sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan juga dalam melakukan analisisnya tidak

akan lepas dari peranan rasio-rasio laporan keuangan, dengan melakukan analisis terhadap rasio-

rasio keuangan akan dapat menentukan suatu keputusan yang akan diambil.

2. Manfaat Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2009:195), kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat

dikemukakan sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan

keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan

keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.


4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu

laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern maupun kaitannya dengan informasi

yang diperoleh dari luar perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori

yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan.

6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan

lain yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan

juga antara lain:

a. Dapat menilai prestasi perusahaan

b. Dapat memproyeksi laporan perusahaan

c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu

tertentu:

1) Posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Ekuitas)

2) Hasil Usaha Perusahaan (Hasil atau Beban)

3) Likuiditas

4) Solvabilitas

5) Aktivitas

6) Rentabilitas atau Profitabilitas

7) Indikator Pasar Modal

d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu

e. Menilai komposisi struktur keuangan, arus dana

7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal

dalam dunia bisnis.


3. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2011:68), tujuan dari analisis laporan keuangan adalah:

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik aset, kewajiban,

ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan berkaitan

dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak

karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka

capai.

Menurut Munawir (2010:31), tujuan analisis laporan keuangan merupakan alat yang

sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil

yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi

pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau

lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga akan dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung

keputusan yang akan diambil.

4. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2010:36), ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap

penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis horisontal dan analisis vertikal. Analisis horisontal

adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau

beberapa saat sehingga akan diketahui perkembangannya. Analisis vertikal adalah apabila laporan
keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan

memperbandingkan antara akun yang satu dengan akun yang lain dalam laporan keuangan tersebut

sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.

Menurut Munawir (2010:36-37), teknik analisis laporan keuangan terdiri dari :

1) Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara

memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan:

a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.

b.Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.

c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase.

d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.

e. Persentase dalam total.

Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi

dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut.

2) Trend atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam

persentase (Trend Percentage Analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk

mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik

atau bahkan turun.

3) Laporan dengan persentase per komponen (Common Size Statement), adalah suatu metode analisis

untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aset terhadap total asetnya, juga untuk

mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan

jumlah penjualannya.
4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-

sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja

dalam periode tertentu.

5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis), adalah suatu analisis

untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-

sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.

6) Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari akun-akun tertentu

dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

7) Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui

sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari suatu periode ke periode yang lain atau

perubahan laba kotor dari suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.

8) Analisis Break Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus

dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga

belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat

keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.

Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu merupakan

permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap

metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data lebih dimengerti

sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang

membutuhkan.

5. Kelemahan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2009:203), kelemahan analisis laporan keuangan adalah :


1. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan laporan

keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah.

2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu laporan keuangan

tidak cukup hanya angka-angka laporan keuangan. Kita juga harus melihat aspek-aspek lainnya

seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan

dan budaya masyarakat.

3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bisa berbeda

dengan kondisi masa depan.

Kinerja Perusahaan

Menurut Menteri Kuangan RI berdasarkan Keputusan No. 740/KMK. 00/1989 tanggal

28 Juni 1989, kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan selama periode tertentu yang

mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja mempunyai tujuan

untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen dibandingkan dengan tujuan atas sasaran

perusahaan. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:4), informasi kinerja

perusahaan, terutama profitablitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya

ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi fluktuasi kinerja ini adalah penting

dalam hubungan ini. Informasi kinerja keuangan bermanfaat untuk memprediksi kapasitas

perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Di samping itu, informasi

tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam

memanfaatkan tambahan sumber daya.

Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik

efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran,
standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara

maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi, transfer

dan pemberhentian.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan

kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja

mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan adalah prestasi

yang telah dicapai oleh suatu perusahaan yang menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan

dengan tolak ukur berdasarkan sasaran, standar atau kriteria tertentu pada periode tertentu.

Kinerja Keuangan Perusahaan

Menurut Munawir (2010:30), kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara

dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa

terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari

pengukuran kinerja keuangan perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat

keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Menurut Sawir (2003:144),

dalam menilai kinerja keuangan yang menggunakan analisis rasio keuangan perlu diketahui

standar rasio keuangan tersebut. Menurut Yuwono, Sukarno, dan Ichsan (2003:31), dengan adanya

standar rasio keuangan, perusahaan dapat menentukan apakah kinerja keuangannya baik atau
tidak. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan rasio keuangan yang diperoleh dengan

standar rasio keuangan yang ada. Pada umumnya, kinerja keuangan perusahaan dikategorikan baik

jika besarnya rasio keuangan perusahaan bernilai sama dengan atau di atas standar rasio keuangan.

Menurut Munawir (2010:67), selain membandingkan rasio keuangan dengan standar

rasio, kinerja keuangan juga dapat dinilai dengan membandingkan rasio keuangan tahun yang

dinilai dengan rasio keuangan pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan membandingkan rasio

keuangan pada beberapa tahun penilaian dapat dilihat bagaimana kemajuan ataupun kemunduran

kinerja keuangan sesuai dengan kegunaan masing-masing rasio tersebut.

Menurut Munawir (2010:31), pengukuran kinerja keuangan perusahaan mempunyai

beberapa tujuan diantaranya :

1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

keuangannya yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih.

2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

3. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas dan rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba selama periode tertentu yang dibandingkan dengan penggunaan aset atau

ekuitas secara produktif.

4. Untuk mengetahui tingkat aktivitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan

mempertahankan usahanya agar tetap stabil, yang diukur dari kemampuan perusahaan dalam

membayar pokok utang dan beban bunga tepat waktu, serta pembayaran dividen secara teratur

kepada para pemegang saham tanpa mengalami kesulitan atau krisis keuangan.

Analisis Rasio Keuangan


Menurut Harahap (2009:297), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil

perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan

yang relevan dan signifikan. Menurut Simamora (2002:357), analisis rasio merupakan cara penting

untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna diantara komponen-komponen dari

laporan-laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu

dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio yang akan menjelaskan

atau menggambarkan kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu

perusahaan.

Menurut Margaretha (2004:22), penganalisaan rasio keuangan ada beberapa cara, di

antaranya :

a. Analisis horisontal/trend analysis, yaitu membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari

tahun-tahun yang lalu dengan tujuan agar dapat dilihat trend dari rasio-rasio perusahaan selama

kurun waktu tertentu.

b. Analisis vertikal, yaitu membandingkan data rasio keuangan perusahaan dengan rasio semacam

dari perusahaan lain yang sejenis atau standar industri untuk waktu yang sama.

Sedangkan menurut Riyanto (2010:329), dalam mengadakan analisis rasio keuangan

pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 macam cara pembandingan, yaitu :

a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu

(rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang

dari perusahaan yang sama. Dengan cara pembanding ini akan dapat diketahui perubahan-

perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Kalau diketahui perubahan dari angka rasio

tersebut maka dapatlah diambil kesimpulan mengenai tendensi atau kecenderungan keadaan

keuangan serta hasil operasi perusahaan yang bersangkutan.


b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan

lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio standar) untuk waktu yang sama. Dengan cara

ini akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek keuangan tertentu

berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak dibawah rata-rata industri.

Menurut Fahmi (2011:133), untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio,

maka diperlukan adanya pembanding. Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam

membandingkan rasio keuangan perusahaan, yaitu:

1. Cross sectional approach, merupakan suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan

rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat

bersamaan.

2. Time series analysis, merupakan suatu cara dengan membandingkan rasio-rasio keuangan

perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembanding antara rasio yang dicapai saat ini

dengan rasio-rasio pada masa lalu akan memperhatikan apakah perusahaan mengalami kemajuan

atau kemunduran.

Menurut Riyanto (2010:330), apabila dilihat dari sumber darimana rasio ini dibuat, maka

dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:

1. Rasio neraca (Balance Sheet Ratios), yang digolongkan dalam katagori ini adalah semua data yag

diambil dari atau bersumber dari neraca.

2. Rasio-rasio laporan laba-rugi (Income Statement Ratios), yang tergolong dalam katagori ini adalah

semua data yang diambil dari laba-rugi.

3. Rasio-rasio antar laporan (Interstatement Ratios), yang tergolong dalam katagori ini adalah semua

data yang diambil dari neraca dan laporan laba-rugi.


Menurut Riyanto (2010:331), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe

dasar, yaitu :

1. Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban finansial jangka pendeknya.

2. Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang.

3. Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber

dananya.

4. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan

keputusan-keputusan.

Menurut Prihadi (2008:8), mengemukakan beberapa hal penggunaan rasio keuangan

dengan variasinya:

1. Setiap peneliti berhak menentukan rasio yang digunakan.

2. Tidak ada regulasi tentang penggunaan rasio tertentu.

3. Setiap rasio mempunyai keterbatasan arti di samping kelebihannya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan aspek rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan

profitabilitas.

1. Rasio Likuiditas

Menurut Harahap (2009:301), rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi

kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk

membayar yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada

kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban lancar. Mengenai


rasio-rasio likuiditas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 332), dapat dilihat

pada uraian sebagai berikut :

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut:

Aset Lancar
Current Ratio = ------------------------
Kewajiban Lancar

Rasio ini merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi

kewajiban-kewajibannya, dengan pedoman 2:1 atau 200% ini adalah rasio minimum yang akan

dipertahankan oleh suatu perusahaan. Menurut Fahmi (2011:61), kondisi perusahaan yang

memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun

jika current ratio terlalu tinggi juga dianggap tidak baik karena dapat mengindikasikan adanya

masalah seperti jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan

sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam

persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang tak tertagih.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban

lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Aset
Lancar - Persediaan
Quick Ratio = --------------------------------------------
Kewajiban Lancar

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya

dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang retaif lama

untuk direalisir menjadi uang kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaannya lebih likuid

dari pada piutang. Menurut Fahmi (2011:62), apabila menggunakan rasio ini maka dapat dikatakan

bahwa jika suatu perusahaan mempunyai nilai quick ratio sebesar kurang dari 100% atau 1:1, hal

ini dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.

2. Rasio Leverage

Menurut Harahap (2009:306), rasio leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa

jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang

digambarkan oleh ekuitas. Setiap penggunaan utang oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap

rasio dan pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa resiko keuangan

perusahaan. Mengenai rasio-rasio leverage sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010:

333), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:

a. Rasio Hutang (Debt Ratio)

Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total aset. Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut :

Total
Kewajiban
Debt Ratio = -------------------------
Total Aset

Rasio ini menunjukkan sejauh mana kewajiban dapat ditutupi oleh aset. Menurut Fahmi (2011:63),

semakin rendah rasio ini semakin baik karena aman bagi kreditor saat likuidasi.
b. Time Interest Earned

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak atau laba operasi (EBIT)

dengan beban bunga. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

E
BIT
Time Interest Earned = ------------------------
Beban Bunga

Rasio ini menunjukkan sejauh mana besarnya jaminan keuntungan sebelum bunga dan pajak atau

laba operasi (EBIT) untuk membayar beban bunganya. Menurut Fahmi (2011:63), semakin tinggi

rasio semakin baik karena perusahaan dianggap mampu untuk membayar beban bunga periode

tertentu dengan jaminan laba operasi yang diperolehnya pada periode tertentu.

3. Rasio Aktivitas

Menurut Harahap (2009:308), rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan

perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan

kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen

aset. Elemen aset sebagai pengguna dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan

secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana

tersebut, karena rasio aktivitas umunya diukur dari perputaran masing-masing elemen aset.

Mengenai rasio-rasio aktivitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 334), dapat

dilihat pada uraian sebagai berikut:

a. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)


Rasio ini merupakan perbandingan

antara harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Harga Pokok Penjualan


Inventory Turnover = --------------------------------
Rata-rata persediaan

Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus persediaan normal.

Menurut Harahap (2009:308), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa

kegiatan penjualan berjalan cepat.

b. Rata-Rata Periode Pengumpulan Piutang (Day’s Sales Outstanding)

Rasio ini merupakan perbandingan antara piutang dengan penjualan dibagi jumlah hari dalam

setahun. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Piutang
Day’s Sales Outstanding = ----------------------------------
Penjualan / 360 hari

Rasio ini mengukur waktu rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dari penjualan.

Menurut Munawir (2010:76), kalau rata-rata periode pengumpulan piutang lebih dari 60 hari

menunjukkan perusahaan tersebut kurang baik, terutama bagian penagihan, sehingga tidak mampu

menagih piutang pada saatnya, atau perusahaan tersebut telah memberikan syarat-syarat kredit

yang terlalu lunak pada langganannya. Di samping itu semakin besar rasio ini bagi suatu

perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang.


c. Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)

Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aset. Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut:

Penjualan
Total Asset Turnover = ------------------------
Total Aset

Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan

berdasarkan aset yang dimiliki perusahaan. Menurut Harahap (2009:309), semakin besar rasio ini

semakin baik karena perusahaan tersebut dianggap efektif dalam mengelola asetnya.

4. Rasio Profitabilitas

Menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan

perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti

kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Mengenai

rasio-rasio profitabilitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 335), dapat dilihat

pada uraian sebagai berikut:

a. Margin Keuntungan (Profit Margin)

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih

dengan penjualan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :


Laba Bersih
Profit Margin = ------------------
Penjualan

Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap

penjualan. Menurut Harahap (2009:304), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap

kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.

b. Tingkat Pengembalian Aset (Return On Assets)

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut:

Laba Bersih
Return On Assets = ----------------------
Total Aset

Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai

asetnya. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena perusahaan

dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan

laba.

c. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas. Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut:

Laba Bersih

Return On Equity = --------------------


Ekuitas
Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut

Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena dianggap kemampuan

perusahaan yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba.

5. Analisis Du Pont

Menurut Syamsudin (2000:64), analisis Du Pont adalah ROA yang dihasilkan melalui

pekalian antara keuntungan dari komponen-komponen sales serta efisiensi penggunaan total aset

di dalam menghasilkan keuntungan tersebut. Sedangkan pendapat Sutrisno (2001:256), analisis

Du Pont adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas

dan net profit margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROA.

Menurut Syafarudin (2003:128), analisis Du Pont penting bagi manajer untuk

mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara profit margin dan total asset

turnover terhadap ROA. Disamping itu dengan menggunakan analisis ini, pengendalian beban

dapat diukur dan efisiensi perputaran aset sebagai akibat turun naiknya penjualan dapat diukur.

Menurut Soediyono (2001:137), yang dapat diuraikan dengan menggunakan analisis Du Pont

adalah ROA (Return On Assets) yang merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang

diperoleh perusahaan dengan besarnya total aset perusahaan.

Persamaan Du Pont (Du

Pont equation) menurut Gitman (2003, hal 147):


ROA = Profit Margin x Total Assets Turnover

Laba Bersih Penjualan


ROA = ------------------- x ------------------
Penjualan Total Aset

Laba Bersih
ROA = -------------------
Total Aset

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont merupakan

analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam aktivitas rasio dan marjin laba, serta

sejauh mana pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian (rate of return). Sistematika kerja

analisis Du Pont ini adalah dengan menguraikan ROA yang merupakan angka banding atau rasio,

antara laba yang diperoleh perusahaan (Marjin laba bersih) dengan besarnya total aset perusahaan.

Melalui persamaan Du Pont dapat dilihat bahwa ROA diperoleh dengan mengalikan marjin laba

bersih dan perputaran total aset. Perputaran total aset diperoleh dari hasil bagi antara hasil

penjualan dengan jumlah aset, sedangkan marjin laba bersih merupakan hasil bagi antara laba

bersih dengan hasil penjualan. Laba bersih merupakan hasil dari penjualan dikurangi beban-beban.

Menurut Munawir (2010:91-92), adapun keunggulan analisis Du Pont antara lain:

1. Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa

mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aset.

2. Dapat membandingkan efisiensi penggunaan ekuitas pada perusahaannya dengan perusahaan lain

yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama, atau di atas

rata-ratanya.
3. Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian,

yaitu dengan mengalokasikan semua beban dan ekuitas ke dalam bagian yang bersangkutan.

4. Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh

perusahaan.

5. Dapat digunakan untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan.

Menurut Munawir (2010:92-93), adapun kelemahan dari analisis Du Pont adalah :

1. ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROA perusahaan lain yang sejenis, karena

adanya perbedaan praktek akutansi yang digunakan.

2. Kelemahan lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang (daya

belinya).

3. Dengan menggunakan ROA saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan

antara dua permasalahan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.

6. Analisis Perbandingan

Menurut Harahap (2009:227), analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan

keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan

membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi keuangan atau data

lainnya baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan ini juga dapat menunjukkan

kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau unit dan juga dalam persentase atau perbandingan

dalam bentuk angka perbandingan atau rasio. Tujuan analisis perbandingan ini adalah untuk

mengetahui perubahan-perubahan berupa kenaikan atau penurunan akun-akun laporan keuangan

atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan.

Menurut Kasmir (2011:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan

angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka
lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen yang ada di antara

laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu

periode maupun beberapa periode.

Menurut Harahap (2009:227-228), dalam melakukan analisis laporan keuangan teknik

perbandingan ini, kita dapat membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan tahun

lalu, angka laporan keuangan perusahaan sejenis, rasio rata-rata industri, dan rasio normatif

sebagai standar perbandingan (yardstick). Perbandingan antarpos laporan keuangan dapat

dilakukan melalui:

1. Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horisontal) misalnya laporan keuangan tahun 1993,

dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 1994. Perbandingan antara tahun 1996, 1995, 1994,

dan seterusnya.

2. Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik.

3. Perbandingan dengan angka-angka standar industri yang berlaku (industrial norm). Di Indonesia

standar ini belum ada tetapi di USA beberapa perusahaan mengkhususkan diri mensupply

informasi rasio ini misalnya Moody’s, Standar & Poor dan lain-lain.

4. Perbandingan dengan budget (anggaran).

5. Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu perusahaan.

Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio

Menurut Harahap (2009:298), analisis rasio mempunyai keunggulan dibandingkan

teknik analisa lainnya, yaitu :

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang

sangat rinci dan rumit.


3. Mengetahui posisi perubahan ditengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model

prediksi.

5. Menstandarisir ukuran perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan

perusahaan secara periodik atau time series.

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

Menurut Harahap (2009:298), keterbatasan analisis rasio itu adalah:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakai.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik

seperti ini.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak singkron.

Dua perusahaan yang dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak
sama. Oleh
karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

Analisis Laporan Keuangan

Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1), laporan keuangan meliputi bagian dari

proses laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba

rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam

berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas/laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta

materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.


Menurut Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan

perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan

jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan

perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan

serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan

sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.

Sedangkan menurut Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan

dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis

laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan laba-rugi atau hasil usaha, laporan

perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan posisi keuangan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan untuk

perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu

waktu tertentu, yang dilaporkan dalam neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan

ekuitas dan laporan arus kas, dimana neraca menunjukkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas

perusahaan. Laporan laba-rugi menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu.

Sedangkan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan

yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.

Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:3), tujuan laporan keuangan adalah

menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

keputusan ekonomi. Sedangkan menurut Fahmi (2011:28), tujuan utama dari laporan keuangan

adalah memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan dari unsur-unsur laporan
keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam menilai kinerja

keuangan terhadap perusahaan di samping pihak manajemen perusahaan. Para pemakai laporan

akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang

timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Informasi mengenai dampak keuangan yang

timbul tadi sangat berguna bagi pemakai untuk meramalkan, membandingkan dan menilai

keuangan. Seandainya nilai uang tidak stabil, maka hal ini akan dijelaskan dalam laporan

keuangan. Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila yang dilaporkan tidak saja aspek-

aspek kuantitatif, tetapi mencakup penjelasan-penjelasan lainnya yang dirasakan perlu. Dan

informasi ini harus faktual dan dapat diukur secara objektif.

Beberapa tujuan laporan keuangan dari berbagai sumber di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Informasi posisi laporan keuangan yang dihasilkan dari kinerja dan aset perusahaan sangat

dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan, sebagai bahan evaluasi dan perbandingan untuk

melihat dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.

2. Informasi keuangan perusahaan diperlukan juga untuk menilai dan meramalkan apakah

perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan datang sehingga akan menghasilkan

keuntungan yang sama atau lebih menguntungkan.

3. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi,

pendanaan dan operasi perusahaan selama periode tertentu. Selain untuk menilai kemampuan

perusahaan, laporan keuangan juga bertujuan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan investasi.

Karakteristik Laporan Keuangan


Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:5-8), laporan keuangan yang berguna bagi

pemakai informasi bahwa harus terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat dipahami,

relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai

diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,

akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun

demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat

dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tesebut terlalu sulit untuk dapat

dipahami oleh pemakai tertentu.

2. Relevan

Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan

keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi

pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan,

menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Peran informasi dalam

peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Misalnya informasi

struktur dan besarnya aset yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha

meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi

yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan (confirmatory

role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya tentang bagaimana struktur keuangan perusahaan

diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan. Informasi posisi keuangan

dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan
dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti

pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu

harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk

membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan penampilan informasi tentang transaksi dan peristiwa

masa lalu. Misalnya nilai prediktif laporan laba-rugi dapat ditingkatkan kalau akun-akun

penghasilan atau badan yang tidak biasa, abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah.

3. Keandalan

Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari

pengertian yang menyesatkan, material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian

yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat

disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan

maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya jika tindakan

hukum masih dipersengkatakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk mengakui jumlah

seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah

serta keadaan dari tuntutan tersebut.

a) Penyajian jujur

Informasi harus digambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya

disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi misalnya, neraca harus

menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aset, kewajiban dan

ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan.

b) Substansi mengungguli bentuk


Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang

seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi

dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.

c) Netralitas

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha

untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan

merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.

d) Pertimbangan sehat

Penyusunan laporan keuangan ada kalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan

tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat prabrik serta

peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian semacam itu

diakui dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan

sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan mengandung unsur kehati-hatian pada

saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak

dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak

diperkenankan, misalnya pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan berlebihan dan

sengaja menetapkan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban

yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tak netral, dan karena itu tidak memiliki

kualitas andal.

e) Kelengkapan

Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan beban.

Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau
menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi

relevansinya.

4. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antara periode untuk

mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat

memperbandingkan laporan keuangan antara perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan

secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan, transaksi, dan

peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perushaan bersangkutan, antar

periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.

Keterbatasan Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2010:9), keterbatasan laporan keuangan antara lain:

1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan

yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang

final.

2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat,

tetapi sebenarnya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah.

3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari

berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut

menurun, dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang

dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin

besar, mungkin kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin

juga diikuti kenaikan harga-harga.


4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi

atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan

suatu uang.

Jenis Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2), laporan keuangan yang lengkap biasanya

meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas

laporan keuangan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan neraca dan laporan laba-rugi.

1.Neraca

Menurut Harahap (2009:107), neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi

keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aset, kewajiban dan ekuitas pada saat

tertentu. Neraca atau balance sheet adalah laporan yang menyajikan sumber-sumber ekonomis

dari suatu perusahaan atau aset kewajiban-kewajibannya atau utang, dan hak para pemilik

perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau ekuitas pemilik suatu saat tertentu.

Neraca harus disusun secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi

keuangan perusahaan. Oleh karena itu neraca tepatnya dinamakan statements of financial position.

Karena neraca merupakan potret atau gambaran keadaan pada suatu saat tertentu maka neraca

merupakan status report bukan merupakan flow report.

Menurut Riyanto (2010:19), aset dapat dibagi atas dua kelompok besar, yaitu aset lancar

adalah aset yang habis dalam satu kali perputaran dalam proses produksi dan proses berputarnya

adalah dalam waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun). Dalam perputarannya yang

satu kali ini, elemen-elemen dari aset lancar tidak sama cepatnya ataupun tingkat perputarannya,

misalnya piutang menjadinya kas adalah lebih cepat daripada inventory (apabila penjualan

dilakukan secara kredit), karena piutang menjadi kas hanya membutuhkan satu langkah saja,
sedangkan inventory melalui piutang dahulu barulah menjadi kas. Dengan kata lain, aset lancar

ialah aset yang dapat diuangkan dalam waktu yang pendek. Sedangkan aset tetap adalah aset yang

tahan lama yang tidak atau secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi. Syarat

lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap selain aset itu dimiliki perusahaan, juga harus

digunakan dalam operasi yang bersifat permanen (aset tersebut mempunyai umum kegunaan

jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan).

Menurut Munawir (2010:18), hutang adalah semua kewajiban-kewajiban perusahaan

kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal

perusahaan yang berasal dari kreditur. Hutang atau kewajiban-kewajiban perusahaan dapat

dibebankan ke dalam kewajiban lancar (kewajiban jangka pendek) dan kewajiban jangka panjang.

Kewajiban jangka pendek atau kewajiban lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang

pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal

neraca) dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki perusahaan, sedangkan kewajiban jangka

panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayaran (jatuh temponya) jangka

panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca).

Menurut Riyanto (2010:240), modal sendiri merupakan ekuitas yang berasal dari pemilik

perusahaan dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Ekuitas

dari sumber ini merupakan dana yang berasal dari pemilik perusahaan atau dapat pula bersumber

dari pendapatan atau laba yang ditahan.

2.Laporan Laba-Rugi

Menurut Munawir (2010:26), laporan laba-rugi merupakan suatu laporan yang sistematis

tentang penghasilan, beban, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode
tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba-rugi bagi tiap-tiap

perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut:

1. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan

(penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang

yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.

2. Bagian kedua menunjukkan beban-beban operasional yang terdiri dari beban penjualan dan beban

umum/administrasi (operating expenses).

3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan, yang

diikuti dengan beban-beban yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan (non operating/financial

income dan expenses).

4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga

akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.

Analisis Laporan Keuangan

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2010;35), analisis laporan keuangan adalah analisis laporan

keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau

kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan

perusahaan yang bersangkutan. Menurut Harahap (2009:190), analisis laporan keuangan berarti

menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat

hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang

lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui

kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang

tepat. Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2001:37), analisis laporan keuangan perusahaan
pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di

masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan

merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah

untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara

mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan

keuangan, sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan juga dalam melakukan analisisnya tidak

akan lepas dari peranan rasio-rasio laporan keuangan, dengan melakukan analisis terhadap rasio-

rasio keuangan akan dapat menentukan suatu keputusan yang akan diambil.

2. Manfaat Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2009:195), kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat

dikemukakan sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan

keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan

keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu

laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern maupun kaitannya dengan informasi

yang diperoleh dari luar perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori

yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan.


6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan

lain yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan

juga antara lain:

a. Dapat menilai prestasi perusahaan

b. Dapat memproyeksi laporan perusahaan

c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu

tertentu:

1) Posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Ekuitas)

2) Hasil Usaha Perusahaan (Hasil atau Beban)

3) Likuiditas

4) Solvabilitas

5) Aktivitas

6) Rentabilitas atau Profitabilitas

7) Indikator Pasar Modal

d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu

e. Menilai komposisi struktur keuangan, arus dana

7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal

dalam dunia bisnis.

3. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2011:68), tujuan dari analisis laporan keuangan adalah:

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik aset, kewajiban,

ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.


3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan berkaitan

dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak

karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka

capai.

Menurut Munawir (2010:31), tujuan analisis laporan keuangan merupakan alat yang

sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil

yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi

pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau

lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga akan dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung

keputusan yang akan diambil.

4. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2010:36), ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap

penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis horisontal dan analisis vertikal. Analisis horisontal

adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau

beberapa saat sehingga akan diketahui perkembangannya. Analisis vertikal adalah apabila laporan

keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan

memperbandingkan antara akun yang satu dengan akun yang lain dalam laporan keuangan tersebut

sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.

Menurut Munawir (2010:36-37), teknik analisis laporan keuangan terdiri dari :


1) Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara

memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan:

a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.

b.Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.

c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase.

d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.

e. Persentase dalam total.

Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi

dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut.

2) Trend atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam

persentase (Trend Percentage Analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk

mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik

atau bahkan turun.

3) Laporan dengan persentase per komponen (Common Size Statement), adalah suatu metode analisis

untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aset terhadap total asetnya, juga untuk

mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan

jumlah penjualannya.

4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-

sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja

dalam periode tertentu.

5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis), adalah suatu analisis

untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-

sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.


6) Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari akun-akun tertentu

dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

7) Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui

sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari suatu periode ke periode yang lain atau

perubahan laba kotor dari suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.

8) Analisis Break Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus

dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga

belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat

keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.

Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu merupakan

permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap

metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data lebih dimengerti

sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang

membutuhkan.

5. Kelemahan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2009:203), kelemahan analisis laporan keuangan adalah :

1. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan laporan

keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah.

2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu laporan keuangan

tidak cukup hanya angka-angka laporan keuangan. Kita juga harus melihat aspek-aspek lainnya

seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan

dan budaya masyarakat.


3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bisa berbeda

dengan kondisi masa depan.

Kinerja Perusahaan

Menurut Menteri Kuangan RI berdasarkan Keputusan No. 740/KMK. 00/1989 tanggal

28 Juni 1989, kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan selama periode tertentu yang

mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja mempunyai tujuan

untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen dibandingkan dengan tujuan atas sasaran

perusahaan. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:4), informasi kinerja

perusahaan, terutama profitablitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya

ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi fluktuasi kinerja ini adalah penting

dalam hubungan ini. Informasi kinerja keuangan bermanfaat untuk memprediksi kapasitas

perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Di samping itu, informasi

tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam

memanfaatkan tambahan sumber daya.

Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik

efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran,

standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara

maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi, transfer

dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan

kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja

mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan adalah prestasi

yang telah dicapai oleh suatu perusahaan yang menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan

dengan tolak ukur berdasarkan sasaran, standar atau kriteria tertentu pada periode tertentu.

Kinerja Keuangan Perusahaan

Menurut Munawir (2010:30), kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara

dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa

terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari

pengukuran kinerja keuangan perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat

keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Menurut Sawir (2003:144),

dalam menilai kinerja keuangan yang menggunakan analisis rasio keuangan perlu diketahui

standar rasio keuangan tersebut. Menurut Yuwono, Sukarno, dan Ichsan (2003:31), dengan adanya

standar rasio keuangan, perusahaan dapat menentukan apakah kinerja keuangannya baik atau

tidak. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan rasio keuangan yang diperoleh dengan

standar rasio keuangan yang ada. Pada umumnya, kinerja keuangan perusahaan dikategorikan baik

jika besarnya rasio keuangan perusahaan bernilai sama dengan atau di atas standar rasio keuangan.

Menurut Munawir (2010:67), selain membandingkan rasio keuangan dengan standar

rasio, kinerja keuangan juga dapat dinilai dengan membandingkan rasio keuangan tahun yang

dinilai dengan rasio keuangan pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan membandingkan rasio
keuangan pada beberapa tahun penilaian dapat dilihat bagaimana kemajuan ataupun kemunduran

kinerja keuangan sesuai dengan kegunaan masing-masing rasio tersebut.

Menurut Munawir (2010:31), pengukuran kinerja keuangan perusahaan mempunyai

beberapa tujuan diantaranya :

1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

keuangannya yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih.

2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

3. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas dan rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba selama periode tertentu yang dibandingkan dengan penggunaan aset atau

ekuitas secara produktif.

4. Untuk mengetahui tingkat aktivitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan

mempertahankan usahanya agar tetap stabil, yang diukur dari kemampuan perusahaan dalam

membayar pokok utang dan beban bunga tepat waktu, serta pembayaran dividen secara teratur

kepada para pemegang saham tanpa mengalami kesulitan atau krisis keuangan.

Analisis Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2009:297), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil

perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan

yang relevan dan signifikan. Menurut Simamora (2002:357), analisis rasio merupakan cara penting

untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna diantara komponen-komponen dari

laporan-laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu

dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio yang akan menjelaskan
atau menggambarkan kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu

perusahaan.

Menurut Margaretha (2004:22), penganalisaan rasio keuangan ada beberapa cara, di

antaranya :

a. Analisis horisontal/trend analysis, yaitu membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari

tahun-tahun yang lalu dengan tujuan agar dapat dilihat trend dari rasio-rasio perusahaan selama

kurun waktu tertentu.

b. Analisis vertikal, yaitu membandingkan data rasio keuangan perusahaan dengan rasio semacam

dari perusahaan lain yang sejenis atau standar industri untuk waktu yang sama.

Sedangkan menurut Riyanto (2010:329), dalam mengadakan analisis rasio keuangan

pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 macam cara pembandingan, yaitu :

a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu

(rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang

dari perusahaan yang sama. Dengan cara pembanding ini akan dapat diketahui perubahan-

perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Kalau diketahui perubahan dari angka rasio

tersebut maka dapatlah diambil kesimpulan mengenai tendensi atau kecenderungan keadaan

keuangan serta hasil operasi perusahaan yang bersangkutan.

b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan

lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio standar) untuk waktu yang sama. Dengan cara

ini akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek keuangan tertentu

berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak dibawah rata-rata industri.
Menurut Fahmi (2011:133), untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio,

maka diperlukan adanya pembanding. Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam

membandingkan rasio keuangan perusahaan, yaitu:

1. Cross sectional approach, merupakan suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan

rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat

bersamaan.

2. Time series analysis, merupakan suatu cara dengan membandingkan rasio-rasio keuangan

perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembanding antara rasio yang dicapai saat ini

dengan rasio-rasio pada masa lalu akan memperhatikan apakah perusahaan mengalami kemajuan

atau kemunduran.

Menurut Riyanto (2010:330), apabila dilihat dari sumber darimana rasio ini dibuat, maka

dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:

1. Rasio neraca (Balance Sheet Ratios), yang digolongkan dalam katagori ini adalah semua data yag

diambil dari atau bersumber dari neraca.

2. Rasio-rasio laporan laba-rugi (Income Statement Ratios), yang tergolong dalam katagori ini adalah

semua data yang diambil dari laba-rugi.

3. Rasio-rasio antar laporan (Interstatement Ratios), yang tergolong dalam katagori ini adalah semua

data yang diambil dari neraca dan laporan laba-rugi.

Menurut Riyanto (2010:331), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe

dasar, yaitu :

1. Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban finansial jangka pendeknya.

2. Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang.
3. Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber

dananya.

4. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan

keputusan-keputusan.

Menurut Prihadi (2008:8), mengemukakan beberapa hal penggunaan rasio keuangan

dengan variasinya:

1. Setiap peneliti berhak menentukan rasio yang digunakan.

2. Tidak ada regulasi tentang penggunaan rasio tertentu.

3. Setiap rasio mempunyai keterbatasan arti di samping kelebihannya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan aspek rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan

profitabilitas.

1. Rasio Likuiditas

Menurut Harahap (2009:301), rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi

kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk

membayar yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada

kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban lancar. Mengenai

rasio-rasio likuiditas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 332), dapat dilihat

pada uraian sebagai berikut :

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut:


Aset Lancar
Current Ratio = ------------------------
Kewajiban Lancar

Rasio ini merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi

kewajiban-kewajibannya, dengan pedoman 2:1 atau 200% ini adalah rasio minimum yang akan

dipertahankan oleh suatu perusahaan. Menurut Fahmi (2011:61), kondisi perusahaan yang

memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun

jika current ratio terlalu tinggi juga dianggap tidak baik karena dapat mengindikasikan adanya

masalah seperti jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan

sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam

persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang tak tertagih.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban

lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Aset
Lancar - Persediaan
Quick Ratio = --------------------------------------------
Kewajiban Lancar

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya

dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang retaif lama

untuk direalisir menjadi uang kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaannya lebih likuid

dari pada piutang. Menurut Fahmi (2011:62), apabila menggunakan rasio ini maka dapat dikatakan
bahwa jika suatu perusahaan mempunyai nilai quick ratio sebesar kurang dari 100% atau 1:1, hal

ini dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.

2. Rasio Leverage

Menurut Harahap (2009:306), rasio leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa

jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang

digambarkan oleh ekuitas. Setiap penggunaan utang oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap

rasio dan pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa resiko keuangan

perusahaan. Mengenai rasio-rasio leverage sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010:

333), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:

a. Rasio Hutang (Debt Ratio)

Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total aset. Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut :

Total
Kewajiban
Debt Ratio = -------------------------
Total Aset

Rasio ini menunjukkan sejauh mana kewajiban dapat ditutupi oleh aset. Menurut Fahmi (2011:63),

semakin rendah rasio ini semakin baik karena aman bagi kreditor saat likuidasi.

b. Time Interest Earned

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak atau laba operasi (EBIT)

dengan beban bunga. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:


E
BIT
Time Interest Earned = ------------------------
Beban Bunga

Rasio ini menunjukkan sejauh mana besarnya jaminan keuntungan sebelum bunga dan pajak atau

laba operasi (EBIT) untuk membayar beban bunganya. Menurut Fahmi (2011:63), semakin tinggi

rasio semakin baik karena perusahaan dianggap mampu untuk membayar beban bunga periode

tertentu dengan jaminan laba operasi yang diperolehnya pada periode tertentu.

3. Rasio Aktivitas

Menurut Harahap (2009:308), rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan

perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan

kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen

aset. Elemen aset sebagai pengguna dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan

secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana

tersebut, karena rasio aktivitas umunya diukur dari perputaran masing-masing elemen aset.

Mengenai rasio-rasio aktivitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 334), dapat

dilihat pada uraian sebagai berikut:

a. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Rasio ini merupakan perbandingan

antara harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Harga Pokok Penjualan


Inventory Turnover = --------------------------------
Rata-rata persediaan

Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus persediaan normal.

Menurut Harahap (2009:308), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa

kegiatan penjualan berjalan cepat.

b. Rata-Rata Periode Pengumpulan Piutang (Day’s Sales Outstanding)

Rasio ini merupakan perbandingan antara piutang dengan penjualan dibagi jumlah hari dalam

setahun. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Piutang
Day’s Sales Outstanding = ----------------------------------
Penjualan / 360 hari

Rasio ini mengukur waktu rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dari penjualan.

Menurut Munawir (2010:76), kalau rata-rata periode pengumpulan piutang lebih dari 60 hari

menunjukkan perusahaan tersebut kurang baik, terutama bagian penagihan, sehingga tidak mampu

menagih piutang pada saatnya, atau perusahaan tersebut telah memberikan syarat-syarat kredit

yang terlalu lunak pada langganannya. Di samping itu semakin besar rasio ini bagi suatu

perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang.

c. Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)

Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aset. Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut:


Penjualan
Total Asset Turnover = ------------------------
Total Aset

Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan

berdasarkan aset yang dimiliki perusahaan. Menurut Harahap (2009:309), semakin besar rasio ini

semakin baik karena perusahaan tersebut dianggap efektif dalam mengelola asetnya.

4. Rasio Profitabilitas

Menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan

perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti

kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Mengenai

rasio-rasio profitabilitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 335), dapat dilihat

pada uraian sebagai berikut:

a. Margin Keuntungan (Profit Margin)

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih

dengan penjualan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Laba Bersih
Profit Margin = ------------------
Penjualan

Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap

penjualan. Menurut Harahap (2009:304), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap

kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.


b. Tingkat Pengembalian Aset (Return On Assets)

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut:

Laba Bersih
Return On Assets = ----------------------
Total Aset

Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai

asetnya. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena perusahaan

dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan

laba.

c. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas. Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut:

Laba Bersih

Return On Equity = --------------------


Ekuitas

Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut

Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena dianggap kemampuan

perusahaan yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba.

5. Analisis Du Pont

Menurut Syamsudin (2000:64), analisis Du Pont adalah ROA yang dihasilkan melalui

pekalian antara keuntungan dari komponen-komponen sales serta efisiensi penggunaan total aset
di dalam menghasilkan keuntungan tersebut. Sedangkan pendapat Sutrisno (2001:256), analisis

Du Pont adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas

dan net profit margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROA.

Menurut Syafarudin (2003:128), analisis Du Pont penting bagi manajer untuk

mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara profit margin dan total asset

turnover terhadap ROA. Disamping itu dengan menggunakan analisis ini, pengendalian beban

dapat diukur dan efisiensi perputaran aset sebagai akibat turun naiknya penjualan dapat diukur.

Menurut Soediyono (2001:137), yang dapat diuraikan dengan menggunakan analisis Du Pont

adalah ROA (Return On Assets) yang merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang

diperoleh perusahaan dengan besarnya total aset perusahaan.

Persamaan Du Pont (Du

Pont equation) menurut Gitman (2003, hal 147):

ROA = Profit Margin x Total Assets Turnover

Laba Bersih Penjualan


ROA = ------------------- x ------------------
Penjualan Total Aset

Laba Bersih
ROA = -------------------
Total Aset
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont merupakan

analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam aktivitas rasio dan marjin laba, serta

sejauh mana pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian (rate of return). Sistematika kerja

analisis Du Pont ini adalah dengan menguraikan ROA yang merupakan angka banding atau rasio,

antara laba yang diperoleh perusahaan (Marjin laba bersih) dengan besarnya total aset perusahaan.

Melalui persamaan Du Pont dapat dilihat bahwa ROA diperoleh dengan mengalikan marjin laba

bersih dan perputaran total aset. Perputaran total aset diperoleh dari hasil bagi antara hasil

penjualan dengan jumlah aset, sedangkan marjin laba bersih merupakan hasil bagi antara laba

bersih dengan hasil penjualan. Laba bersih merupakan hasil dari penjualan dikurangi beban-beban.

Menurut Munawir (2010:91-92), adapun keunggulan analisis Du Pont antara lain:

1. Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa

mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aset.

2. Dapat membandingkan efisiensi penggunaan ekuitas pada perusahaannya dengan perusahaan lain

yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama, atau di atas

rata-ratanya.

3. Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian,

yaitu dengan mengalokasikan semua beban dan ekuitas ke dalam bagian yang bersangkutan.

4. Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh

perusahaan.

5. Dapat digunakan untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan.

Menurut Munawir (2010:92-93), adapun kelemahan dari analisis Du Pont adalah :


1. ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROA perusahaan lain yang sejenis, karena

adanya perbedaan praktek akutansi yang digunakan.

2. Kelemahan lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang (daya

belinya).

3. Dengan menggunakan ROA saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan

antara dua permasalahan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.

6. Analisis Perbandingan

Menurut Harahap (2009:227), analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan

keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan

membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi keuangan atau data

lainnya baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan ini juga dapat menunjukkan

kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau unit dan juga dalam persentase atau perbandingan

dalam bentuk angka perbandingan atau rasio. Tujuan analisis perbandingan ini adalah untuk

mengetahui perubahan-perubahan berupa kenaikan atau penurunan akun-akun laporan keuangan

atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan.

Menurut Kasmir (2011:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan

angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka

lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen yang ada di antara

laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu

periode maupun beberapa periode.

Menurut Harahap (2009:227-228), dalam melakukan analisis laporan keuangan teknik

perbandingan ini, kita dapat membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan tahun

lalu, angka laporan keuangan perusahaan sejenis, rasio rata-rata industri, dan rasio normatif
sebagai standar perbandingan (yardstick). Perbandingan antarpos laporan keuangan dapat

dilakukan melalui:

1. Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horisontal) misalnya laporan keuangan tahun 1993,

dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 1994. Perbandingan antara tahun 1996, 1995, 1994,

dan seterusnya.

2. Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik.

3. Perbandingan dengan angka-angka standar industri yang berlaku (industrial norm). Di Indonesia

standar ini belum ada tetapi di USA beberapa perusahaan mengkhususkan diri mensupply

informasi rasio ini misalnya Moody’s, Standar & Poor dan lain-lain.

4. Perbandingan dengan budget (anggaran).

5. Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu perusahaan.

Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio

Menurut Harahap (2009:298), analisis rasio mempunyai keunggulan dibandingkan

teknik analisa lainnya, yaitu :

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang

sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perubahan ditengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model

prediksi.

5. Menstandarisir ukuran perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan

perusahaan secara periodik atau time series.


7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

Menurut Harahap (2009:298), keterbatasan analisis rasio itu adalah:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakai.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik

seperti ini.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak singkron.

Dua perusahaan yang dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak
sama. Oleh
karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan
keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan
sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal.
Menurut Soemarsono (2004: 34) “Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para
pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan”. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “ Laporan Keuangan adalah
suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”.

Tujuan Laporan Keuangan

Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan
keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009),
“dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk
keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya
sebagai pemilik dan arus kas”.

Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan,
membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal
waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

Pengguna Laporan Keuangan


Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dalam Standar
Akuntansi Keuangan ( SAK) paragraf ke 9 ( Revisi 2009), dinyatakan bahwa pengguna laporan
keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman,
pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga lainnya dan
masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan
informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi :

 Investor

Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta
hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk
membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut.
Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

 Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai
stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa,
manfaat pensiun, dan kesempatan kerja,

 Pemberi Pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

 Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka
untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.

 Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan


terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan

 Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasannya berkepentingan dengan
alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga
membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak
sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

 Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan
(trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

Pengertian Analisa Laporan Keuangan

Analisa laporan keuangan adalah kegiatan menganalisa laporan keuangan. Yang lahir dari suatu
konsep dan sistem akutansi keuangan. Dengan memahami sifat dan konsep akutansi keuangan
maka akan lebih mengenal sifat dan konsep laporan keuangan sehingga dapat menjaga
kemungkinan salah tafsir terhadap informasi yang diberikan melalui laporan keuangan
sehinggakesimpulan yang disapat akan lebih akurat.

Menurut Myer (2004:5) definisi analisa laporan keuangan adalah “Analisa laporan keuangan
adalah analisa mengenai dua daftar yang disusunoleh akuntan pada akhir periode untuk suatu
perusahaan”.

Menurut Dwi Prastowo (2008:56) definisi analisis laporan keuangankeuangan adalah: “Analisa
laporan keuangan adalah penguraian suatu pokok atas berbagaibagiannya dan penelaahan bagian
itu sendiri serta hubungan antar bagianuntuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman
arti keseluruhan”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa analisa laporan keuangan (financial statement
analysis) adalah proses penganalisaan atau penyidikan terhadap laporan keuangan yang terdiri
dari neraca dan laporan laba rugi beserta lampiran-lampirannya untuk mengetahui posisi
keuangan dan tingkat “kesehatan” perusahaan yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan teknik-teknik tertentu.

Tujuan Analisa Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk memperoleh informasi sehubungan
dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan. Laporan keuangan
merupakan salah satu sumber informasiyang cukup penting untuk mengambil keputusan yang
bersifat ekonomi. Analisa laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan teknik
analisa pada laporan keuangan dan data keuangan dalam rangka untukmemperoleh ukuran-
ukuran dan hubungan yang berarti dan berguna dalam proses pengambilan keputusan. Analisa
laporan keuangan dilakukan untuk mencapai tujuan:

1. Untuk mengetahui perubahan posisi keuangan perusahaan pada satu periodetertentu baik
aktiva, kewajiban, dan harta maupun hasil usaha yang telahdicapai untukbeberapa p
2. Untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan apa saja yang dimiliki oleh perusahaan.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukankedepan
yang berkaitan dengan posisi keuangan saat ini.
4. Untuk melakukan penilaian atau evaluasi kinerja manajemen kedepan,apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau

Teknik Analisa Laporan Keuangan.


1. Metode Komparatif.

Metode ini digunakan dengan memanfaatkan angka-angka laporan keuangan


danmembandingkan dengan angka-angka laporan keuangan lainnya. Misalnyaperbandingan
dalam beberapa tahun contohnya, laporan keuangan tahun 2001dibandingkan dengan laporan
keuangan tahun 2002, atau perbandingan dengan budget (anggaran perusahaan).

2. Metode Analisis.

Analisis ini harus menggunakan teknik perbandingan laporan keuangan beberapa tahundan dari
sini digambarkan trendnya. Trend analysis ini biasanya dibuat melalui grafik.Dan untuk itu
perlu dibantu oleh pengetahuan statistik misalnya menggunakan linear programming , rumuschi
square, rumus y = a + bx.

3. Common Size Financial Statement (Laporan bentuk awam).

Metode ini merupakan metode analisis yang menjadikan laporan keuangan dalambentuk
presentasi. Presentasi itu biasanya dikaitkan dengan suatu jumlah yang dinilaipenting, misalnya
asset untuk neraca, penjualan untuk laba rugi.

4. Metode Index Time Series.

Metode ini dihitung dengan indeks dan digunakan untuk mengkonversikan angka-angkalaporan
keuangan. Biasanya ditetapkan tahun dasar yang diberi indeks 100. Untuk menghitung indeks
maka digunakan rumus sebagai berikut :

Indeks 2001 = Angka Laporan Keuangan 2001 X 100%

Angka Dasar

Rasio Laporan Keuangan

Rasio laporan keuangan adalah perbandingan antara pos-pos tertentu dengan pos lain yang
memiliki hubungan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan hubungan
antara pos tertentu dengan pos lainnya. Adapun rasio keuangan yang popular adalah :

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam


menyelesaikan semua kebutuhan jangka pendek. Adapun yang termasuk dalam rasiolikuiditas
adalah :

1. Rasio Lancar adalah kemampuan untuk membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi
denganaktiva lancar. Apabila rasio lancar ini 1 : 1 atau 100 %, berarti aktiva lancar dapat
menutupi semua hutang lancar.
2. Rasio Cepat (Quick ratio), Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva lancar yang paling
likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini maka semakin baik, rasio
ini disebut juga dengan acid test ratio. Angka rasio ini tidak harus 100 % atau 1 : 1.
3. Rasio Kas atas Aktiva Lancar, Rasio ini menunjukan porsi jumlah kas dibandingkan
dengan total aktiva lancar.
4. Rasio Kas atas Hutang Lancar, Rasio ini menunjukan porsi jumlah kas yang dapat
menutupi hutang lancar.
5. Rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva, Rasio ini menunjukan porsi aktiva lancar atas
total aktiva.
6. Aktiva Lancar dan Total Hutang, Rasio ini menunjukan porsi aktiva lancar atas total
kewajiban perusahaan.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka


panjang atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio solvabilitas antara
lain :

1. Rasio Hutang atas Modal.

Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang
kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik.

2. Debt Service Ratio.

Rasio ini menggambarkan sejauh mana laba setelah dikurangi bunga dan penyusutan serta biaya
nonkas dapat menutupi kewajiban bunga dan pinjaman. Semakin besar rasio ini semakin besar
perusahaan dapat menutupi semua hutang-hutangnya.

3. Rasio Hutang atas Aktiva.

Rasio ini menunjukan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva, lebih besar rasionya maka
lebih aman, supaya aman porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil.

3. Rasio Profitabilitas.

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui semua
kemampuan dan sumber yang ada, seperti kegiatan penjualan, kas,
modal, jumlah karyawan dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba disebut juga operating ratio. Rasio profitabilitas antaralain :

1. Profit Margin.
Angka ini menunjukan berapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
2. Return On Total Assets. Rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih diperoleh
perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.
3. Return On Investment. Rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila
diukur dari modalpemilik. Semakin besar maka akan semakin baik.
4. Operating Ratio. Menunjukan biaya operasi per rupiah penjualan, semakin besar rasio ini
berarti semakin buruk.

4. Rasio Aktivitas.

Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya
baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Rasio ini menunjukan
bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara
membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi
perusahaan dalam industri. Yang termasuk dalam rasio ini adalah :

1. Receivable Turn Over

Rasio ini menunjukan berapa cepat penagihan piutang. Semakin besar semakin baikkarena
penagihan piutang dilakukan dengan cepat.

2. Inventory Turn Over.

Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksinormal.
Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.

3. Fixed Asset Turn Over.

Rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar jika diukur dari nilai penjualan. Semakin
tinggi rasio ini semakin baik artinya kemamapuan aktiva tetap menciptakan penjualan tinggi.

4. Total Asset Turn Over.

Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengandengan kata
lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini
semakin baik.

5. Periode Penagihan Piutang.

Angka ini menunjukkan berapa lama perusahaan melakukan penagihan piutang. Semakin pendek
periodenya semakin baik. Rasio ini sejalan dengan informasi yang digambarkan receivable turn
over.

Dasar Pembanding atau Unsur Pembanding.

Dalam analisa perbandingan laporan keuangan, diperlukan adanya dasar pembanding,


dasar pembanding dapat diambil berdasarkan kebutuhan penganalisa.
Adapun dasar pembanding yang biasanya dipakai adalah:

1. Periode atau tahun awal.

Misalnya tahun 2002, 2003, 2004 dan 2005, karena tahun 2002 koperasi dianggap mulai
menjalankan operasi usaha dengan lancar dan stabil makatahun 2002 digunakan sebagai tahun
dasar (starting point) untuk dasar analisa tahun-tahun selanjutnya.

2. Periode atau tahun sebelumnya.

Dengan membandingkan tahun sebelumnya, penganalisa ingin melihat perkembangan dua tahun
terakhir. Misalnya tahun 2002, 2003, 2004, dan 2005 maka analisa perbandingan akan
membandingkan antara tahun 2002 dengan 2003 atau 2003 dengan 2004 dan 2004 dengan 2005.

3. Tahun yang dianggap normal.

Dari tahun-tahun yang telah berjalan, akan diambil tahun yang dianggap koperasi berjalan
dengan sangat stabil, dan paling berprestasi sehingga tahun-tahun yang lain akan diukur atau
dibandingkan dengan tahun tersebut.

Analisa Laporan Keuangan

Pada penulisan ini akan dijelaskan tentang cara analisis laporan keuangan menggunakan rasio
likuiditas, Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas guna mengukur kinerja keuangan
perusahaan.

Berikut adalah data dari PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk berupa Laporan Posisi Keuangan
(Neraca) dan Laporan Laba Rugi 31 Desember 2012 dan 2013.

1. Laporan Posisi Keuangan PT Hanjaya Mandala Sampoerna:


2. Laporan Laba Rugi PT Hanjaya Mandala Sampoerna:
1. Current Ratio(CR)

Current Ratio merupakan rasio likuiditas. Current Ratio yaitu kemampuan untuk membayar
hutang yang harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Rasio ini paling sering digunakan untuk
mengukur kemampuan membayar hutang jangka pendek total, karena mununjukkan seberapa
besar tuntutan kreditur jangka pendek yang dapat dipenuhi oleh aktiva yang diharapkan dapat
menjadi kas dalam periode yang hampir sama dengan masa jatuh tempo tuntutan tersebut (Murti,
2011).

Aktiva lancar yang dimaksud terdiri dari kas, surat berharga, piutang dagang, dan persediaan
sedangkan kewajiban lancar terdiri dari utang dagang, wesel bayar jangka pendek ; utang jangka
panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pajak penghasilan yang terutang, dan
beban-beban lain yang terutang (terutama gaji dan upah).

Semakin tinggi current ratio berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendek (Sartono, 2001). CR merupakan perbandingan antara aktiva
lancar dengan hutang lancar. CR dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : (Prastowo,
2011)

CR = Aktiva Lancar

Utang Lancar

Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas
dan sebaliknya jika perusahaan yang current ratio-nya terlalu tinggi juga kurang bagus, karena
menunjukkan banyaknya dana yang menganggur pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan
laba perusahaan (Murti, 2011). Current ratio yang tinggi bisa disebabkan oleh kondisi
perdagangan yang kurang baik atau manajemen yang yang bobrok. Dalam masa resesi pihak
manajemen mungkin enggan mengganti barangnya. Dengan demikian, persediaan barang dan
utang dagang ditekan sampai tingkat yang paling rendah, atau saldo piutang yang terlalu besar
karena adanya kebijakan kredit dan penagihan yang kurang efektif.

Pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk diketahui sebagai berikut :

Tahun 2012 : Tahun 2013:

CR = 21.128.313.000.000 CR = 21.247.830 000.000

11.897.977.000.000 12.123.790.000.000

= 1,78 : 1 atau 178% = 1,75 : 1 atau 175%

Berarti Kemampuan untuk membayar utang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancer.
Setiap utang lancar Rp. 1,00 dijamin oleh aktiva lancar Rp 1,78 pada tahun 2012 dan Rp 1,75
pada tahun 2013.

2. Definisi Return on Assets (ROA)

Return on assets merupakan rasio profitabilitas. Return on assets juga sering disebut sebagai
Return on Investment (ROI). Return on Assets mengukur kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat kembalian
investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang
dimilikinya dan dapat dibandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku (Prastowo, 2011).

Return on Assets (ROA) atau sering disebut Return on Investment (ROI). ROI merupakan salah
satu bentuk rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam
aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan (Sunardi, 2010). Dengan demikian, rasio
ini membandingkan keuntungan yang diperoleh dari sebuah kegiatan operasi perusahaan (net
operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva (net operating assets) yang digunakan
untuk menghasilkan keuntungan tersebut.

ROA dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :

ROA= Keuntungan Neto sesudah pajak

Jumlah Aktiva
ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak dan
total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan
bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih
setelah pajak (Stella, 2009). Hal ini akan menarik investor untuk memiliki saham perusahaan
tersebut.

Pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk diketahui sebagai berikut :

Tahun 2013: Tahun 2012:

ROA = 10.807.957.000.000 ROA = 9.805.421.000.000

27.404.594.000.000 26.247.527.000.000

= 0,39 atau 39% = 0,37 atau 37%

Artinya, perusahaan berada pada zona aman. Karena, menurut surat ketetapan BI
No.23/67/KEP/DIR nilai batas minimal ROA adalah 1%. Jika nilai ROA berada dibawah 1%
maka perusahaan berada di zona tidak aman.

3. Definisi Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equiy Ratio merupakan rasio solvabilitas atau financial leverage ratio yang
menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya
(Prastowo, 2011). Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko yang dihadapi dan
investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi dan rasio yang tinggi juga
menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva.

DER merupakan perbandingan antara total hutang yang dimiliki perusahaan dengan total
ekuitasnya. DER dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :

DER = Total Utang

Total Modal Sendiri

DER yang terlalu tinggi menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan


terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat (Stella,2009). DER akan
mempengaruhi kinerja perusahaan dan menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham, DER
yang terlalu tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat hutang
yang semakin tinggi berarti beban bunga perusahaan akan semakin besar dan akan mengurangi
keuntungan (Hernendiastoro, 2005).
Pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk diketahui sebagai berikut :

Pada Tahun 2012: Pada Tahun 2013

DER = 12.939.107.000.000 DER = 13.249.559.000.000

13.308.420.000.000 14.155.035.000.000

= 0,97 : 1 atau 97% = 0,94 : 1 atau 94%

Artinya, Bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan
utang. Pada tahun 2012 Rp 97,00 dari setiap rupiah modal sendiri menjadi jaminan utang dan
pada tahun 2013 Rp 94,00 dari setiap rupiah modal sendiri menjadi jaminan utang.

Pada buku The Investing Policy (TIP), penulis mengatakan bahwa batas kewajaran utang suatu
perusahaan adalah maksimal tiga kali dari modalnya, atau DER-nya 300% dan dengan catatan
utang-utang tersebut bukan merupakan utang ‘berbahaya’.

Você também pode gostar