Você está na página 1de 12

PEMBAHASAN

AKUNTANSI KOMITMEN DAN KONTINJENSI

1. KOMITMEN
Komitmen dan kontinjensi merupakan transaksi yang banyak dijumpai dalam bank. Transasksi ini
mempengaruhi neraca dan laporan laba-rugi. Komitmen dan kontinjensi akan dicatat dalam rekening
administratif untuk memberikan informasi kepada manajemen akan adanya tagihan atau kewajiban
yang muncul dari komitmen dan kontinjensi. Komitmen adalah suatu ikatan atau kontrak berupa
janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak, dan harus dilaksanakan apabila persyaratan
yang disepakati bersama dipenuhi.
Jenis-Jenis Komitmen
1. Komitmen Tagihan, yaitu komitmen yang akan diterima oleh suatu bank dari pihak
lainnya.
2. Komitmen Kewajiban, yaitu komitmen yang diberikan oleh suatu bank kepada nasabah
atau pihak lain.
Pencatatan Komitmen Dalam Laporan Keuangan
Transaksi komitmen belum mempengaruhi posisi di neraca maupun pendapatan dan biaya, oleh
sebab itu transaksi komitmen harus dicatat oleh bank diluar pos-pos neraca. Tempat pencatatan
transaksi seperti ini adalah rekening administratif. Pos administratif komitmen ini pada tanggal
jatuh waktunya akan berubah menjadi transaksi yang akan merubah neraca dan pos pendapatan
dan biaya.
Standar Keuangan Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) mewajibkan bank untuk mencatat
transaksi komitmen ini secara single entry, tujuan dari pencatatan single entry untuk mengetahui
sisa kewajiban atau tagihan suatu bank kepada nasabahnya. Maka, pada tanggal laporan keuangan
harus terlihat jelas komitmen bersih dari suatu bank.
Jenis Komitmen
Dari kedua jenis yang ada dapat diperinci menurut jenis transaksi komitmen antara lain dijabarkan
berikut ini :
1. Fasilitas Pinjaman Yang Diterima
Merupakan fasilitas pinjaman yang akan diterima oleh bank dari bank lain dan atau pihak
lain dan belum dipergunakan pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Nilai komitmen
yang disajikan adalah sejumlah nilai nominal penarikan atau pelunasan atas fasilitas
tersebut, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian pemberian fasilitas
kredit tersebut.
Apabila realisasi pinjaman secara berkala, tidak sekaligus misal Rp. 300 milyar. Maka, fasilitas
pinjaman yang disajikan sebesar sisa fasilitas yang dapat ditarik pada tanggal laporan keuangan.
Contoh, Apabila Bank Permata menyetujui perjanjian pinjaman yang akan diterima dari
Bank Mandiri sebesar Rp. 300 milyar, oleh Bank Permata transaksi ini harus dicatat pada
sisi rekening administratif dengan jurnal sebagai berikut :
D : RAR – Fasilitas Pinjaman Yang Diterima………...Rp. 300.000.000.000,-
Rekening ini akan tetap outstanding hingga tanggal realisasi pinjaman, dimana akan
berubah menjadi aktiva dan pasiva.
Apabila pada tanggal jatuh tempo diterima pinjaman sebesar Rp. 175 milyar dari Bank
Mandiri, dan dimasukkan ke rekening giro Bank Permata pada Bank Mandiri, maka Bank
Permata akan dibukukan dengan jurnal sebagai berikut :
D : Giro – Bank ABC Rp. 175.000.000.000,-
K : Pinjaman yang diterima Rp. 175.000.000.000,-
Dengan demikian jurnal single entry diperlukan untuk menghapus rekening administratif
seperti dibawah ini :
K : RAR.–Fasilitas Pinjaman Yang Diterima………...Rp. 175.000.000.000,-
Sisa fasilitas pinjaman menjadi Rp. 125 milyar yang tersedia untuk ditarik kembali oleh Bank
Permata. Jadi, setiap penarikan pinjaman yang diterima akan dibukukan pada rekening efektif,
yaitu rekening yang mengubah posisi di neraca maupun rekening administratif.
2. Fasilitas Kredit Yang Diberikan
Merupakan fasilitas kredit yang telah disetujui oleh bank untuk diberikan kepada nasabah dan
masih berlaku untuk digunakan nasabah. Fasilitas kredit yang diberikan disajikan sebesar
komitmen yang belum ditarik. Jenis transaksi ini banyak ditemukan dalam kegiatan operasional
bank sehari-hari.
Penarikan atas fasilitas kredit yang telah diberikan tersebut terkadang dilakukan beberapa hari
atau bulan setelah kredit disetujui sehingga terjadi tenggang waktu antar persetujuan dengan
realisasi atau penarikan kredit. Selama tenggang waktu ini, bank harus mengetahui berapa besar
kewajibannya untuk memenuhi tuntutan nasabah dalam penarikan kredit. Kewajiban ini harus
dicatat dengan nilai yang tepat sebagai dasar untuk pengelolaan dana dan likuiditas yang harus
disediakan kepada nasabah apabila nasabah menarik kredit.
Sifatnya yang masih menunngu, transaksi persetujuan kredit belum mengubah posisi dalam
laporan keuangan. Sehingga transaksi ini harus dicatat dalam rekening administratif tanpa nilai
lawan. Pencatatan nilai fasilitas kredit yang diberikan bank kepada nasabahnya adalah sebesar
jumlah fasilitas yang telah diberikan dikurangi dengan penarikan-penarikan yang dilakukan oleh
nasabah bersangkutan dan dapat ditambah dengan pelunasan atas penggunaan fasilitas sesuai
dengan persetujuan kredit tersebut. Dengan demikian penyajiannya dalam rekening administratif
adalah sebesar komitmen kredit yang belum ditarik pada tanggal laporan.
Contoh, Apabila seorang nasabah telah disetujui untuk menerima fasilitas kredit sebesar Rp.120
juta maka, transaksi akan dicatat sebagai komitmen kewajiban dengan ayat jurnal sebagai berikut
:
K : RAR – Fasilitas Kredit Yang diberikan …… Rp.120.000.000,-
Penarikan yang dilakukan oleh nasabah yang bersangkutan akan mengurangi saldo rekening
administratif tersebut. Misal nasabah tersebut melakukan penarikan cek sebesar Rp. 35 juta dan
disetorkan ke nasabah Bank Mandiri melalui kliring, akan dibukukan sebagai berikut :
D : Debitur ………………………………………Rp.35.000.000,-
K : Bank Indonesia-Giro ……………….......……….Rp.35.000.000,-
Ayat jurnal (komitmen), single entry rekening administrasinya sebagai berikut :
D : Rekening Administratif Rupiah …………...Rp.35.000.000,-
Sisa kredit yang masih dapat ditarik oleh nasabah menjadi sebesar Rp. 85 juta yang terlihat dari
sisa rekening administratif. Setiap penarikan akan mengurangi rekening administratif ini hingga
saldonya kosong yang berarti pagu kredit telah dipergunakan seluruhnya.
3. Kewajiban Pembelian Kembali Aktiva Bank Yang Dijual Dengan Syarat Repo
Adalah kewajiban bank untuk membeli kembali aktiva bank pada waktu tertentu yang sesuai
dengan perjanjian. Transaksi ini merupakan komitmen kewajiban bank kepada nasabah dan harus
disajikan sebesar harga pembelian yang disepakati bank dengan nasabahnya. Kesepakatan harga
ditentukan pada saat penjualan aktiva yang harus disetujui kedua belah pihak, yakni nasabah dan
pihak bank sendiri. Kesepakatan ini akan dicatat dalam rekening administratif sebagai kewajiban
sebesar harga pembelian kembali yang telah disepakati. Contoh transaksi ini bisa dijumpai pada
transaksi valuta asing seperti Swap.
4. Letter of Credit Yang Tidak Dapat Dibatalkan Yang Masih Berjalan
Letter of credit yang tidak dapat dibatalkan dan masih berjalan merupakan suatu jaminan
keuangan yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya dalam rangka lalu lintas perdagangan
baik dalam impor maupun ekspor. Maksud dari komitmen L/C yang tidak dapat dibatalkan yakni
L/C berdokumen yang dibuka dengan syarat tidak dapat dibatalkan. Komitmen ini merupakan
kewajiban bank kepada nasabahnya karena telah menerbitkan L/C yang tidak dapat dibatalkan.
Maka, perlu pencatatan dalam rekening administratif dalam bentuk single entry.
Contoh, Bank Permata menerbitkan L/C irrevocable senilai Rp.300 juta untuk nasabahnya, PT
Cahya yang setoran jaminannya sebesar 30 %, maka jurnalnya adalah :
K : RAR – Irrevocable L/C Dalam Negeri Repo …. Rp.300.000.000,-
5. Akseptasi Wesel Impor Atas Dasar L/C Berjangka
Adalah komitmen bank untuk melakukan pembayaran kepada pihak terkait, yang diberikan dalam
bentuk penandatanganan terhadap wesel-wesel import yang ditarik atas dasar L/C berjangka yang
diterbitkan bank. Semua wesel yang diterbitkan oleh suatu bank koresponden harus mendapatkan
akseptasi terlebih dahulu oleh bank penerbit L/C berjangka. Akseptasi merupakan transaksi
komitmen bagi bank penerbit L/C berjangka yang tertera dalam L/C berjangka.
Akseptasi wesel impor atas dasar L/C berjangka dicatat dan disajikan sebesar nilai wesel yang
diaksep tersebut. Akseptasi wesel impor merupakan pemberian perintah kepada bank
koresponden untuk mengaksep wesel atas nama bank sepanjang semua dokumen yang
dipersyaratkan L/C berjangka yang bersangkutan dipenuhi dan bank telah mendapatkan
konfirmasi pelaksanaannya dari bank koresponden yang melaksanakan perintah tersebut.
Contoh, Apabila bank koresponden Bank Mandiri yang merupakan bank pembayar atas L/C DN
yang telah diterbitkan Bank Permata cabang Jakarta menerbitkan wesel berjangka senilai Rp.400
juta dan meminta agar Bank Permata mengaksepnya, maka oleh Bank Permata cabang Jakarta
akan diaksep dengan jurnal sebagai berikut :
K : RAR – Wesel Berjangka Usance L/C DN yang diaksep ………Rp.400.000.000,-
6. Transakasi Valuta Asing Tunai (SPOT) Yang Belum Diselesaikan
Adalah komitmen bank yang bersifat tagihan atau kewajiban yang timbul karena transaksi valas
tunai (SPOT). Transaksi spot yang belum diselesaikan harus dicatat dalam rekening adminstratif
rupiah dengan menerapkan kurs spot yang dipergunakan pada saat menutup transaksi.
Kelaziman dalam perdagangan valuta asing internasional penyelesaiannya membutuhkan waktu
selambat-lambatnya 2 hari kerja setelah tanggal transaksi. Penyelesaian tersebut meliputi kegiatan
administrasi transaksi dan penyerahan valuta yang bersangkutan kepada masing-masing pihak.
Hal ini bisa terjadi tenggang waktu antara tanggal transaksi dengan penyelesaian transaksi spot
tersebut. Transaksi spot ini akan menimbulkan kewajiban atau tagihan bank untuk menerima
sejumlah valuta asing dan rupiah.
Contoh, Bank Permata menjual valuta US$ 20.000 kepada seorang nasabah giro rupiah dengan
kurs Rp.2.050,-. Penjualan valas (bank note) ini akan menciptakan kewajiban dalam valuta asing
yang dijual (US$) dan tagihan dalam valuta rupiah sebesar nilai lawannya, maka jurnal yang
dibuat oleh Bank Permata sebagai berikut :
D : RAR – Transaksi Penjualan Valas Tunai (SPOT) Yang Belum Diselesaikan….
Rp.41.000.000,-
Ketika valuta asing sebesar US$ 20.000 diserahkan kepada nasabah yang bersangkutan, transaksi
tersebut akan menghapus rekening administratif di atas dan akan dibukukan dalam rekening
efektif.
Misal Bank Permata membeli valas sebesar DM 10.000 dari Bank Mandiri dengan kurs Rp.
1.290,- per DM. Pada waktu menutup transaksi tersebut dan belum ada penyerahan valuta, oleh
Bank Permata akan dianggap sebagai komitmen tagihan dalam valuta asing dan komitmen
kewajiban dalam Rupiah, maka jurnal yang dibuat oleh Bank Permata :
K : RAR – Transaksi Penjualan Valas Tunai (SPOT) Yang Belum Diselesaikan ….
Rp.12.900.000,-
Pada saat terjadi penyerahan valuta asing, transkasi tersebut akan menghapus rekening
administratif di atas.
7. Transakasi Berjangka Valuta Asing (Forward/Future) Yang Masih Berjalan
Dalam transaksi suatu bank devisa banyak dijumpai transaksi pembelian dan penjualan berjangka
yang melibatkan beberapa valuta asing. Transaksi pembelian dan penjualan secara berjangka ini
akan dibukukan sebagai kewajiban dan tagihan dalam valuta rupiah yang harus dibukukan dalam
rekening administratif. Tagihan atau kewajiban yang timbul dari transaksi berjangka valas dicatat
dan disajikan sebesar tagihan atau kewajiban bank. Saldo tagihan atau kewajiban berjangka
dalam valas dijabarkan ke dalam Rupiah menggunakan kurs tengah tanggal laporan.

Contoh, Bank Permata menutup kontrak pembelian berjangka dengan Bank Mandiri untuk
membeli valas US$ 20.000 dengan kurs Rp.2.070 per US$ yang akan direalisasikan sebulan
kemudian. Pada saat menutup kontrak ini akan dibukukan sebagai komitmen tagihan dalam
tagihan valas dan kewajiban dalam valuta rupiah, maka ayat jurnal dalam valuta rupiah yang
menyangkut rekening administrative akan dibukukan sebagai berikut :
K: RAR – Transaksi Pembelian Forward Valas Yang Belum Direalisir …. Rp.41.400.000,-
Ayat jurnal ini akan tetap outstanding hingga tanggal kontrak pembelian tersebut jatuh waktu
tempo sebulan kemudian. Dalam hal kontrak akan tercipta komitmen kewajiban dalam valuta
asing untuk menyerahkan sejumlah valuta yang dijualnya dan komitmen tagihan dalam rupiah
sebesar nilai lawannya.
Apabila Bank Permata menutup transaksi penjualan sebesar US$ 15.000 kepada Bank Mandiri
dengan kurs Rp.2.075,- per US$ yang akan jatuh tempo sebulan kemudian, maka akan dicatat
oleh Bank Permata sebagai berikut :
D : RAR – Transaksi Penjualan Forward Valas Yang Belum Direalisir …. Rp.31.125.000,-
Rekening ini akan menjadi kosong pada saat terjadi penyerahan valuta pada jatuh waktu dan akan
tercipta perubahandalam pos-pos neraca.

Laporan Komitmen
Untuk mencatat berbagai jenis transaksi komitmen maupun kontinjensi, bank diwajibkan untuk
menyusun sebuah laporan. Laporan komitmen wajib ditampilkan pada laporan publikasi setiap
triwulan.
Laporan Komitmen adalah laporan suatu kewajiban bagi bank untuk melaporkan besarnya tagihan
atau kewajiban bersih atas seluruh transaksi komitmen yang telah dilakukan. Tujuannya sebagai alat
kontrol bagi bank yang bersangkutan dalam mengelola aktiva dan kewajibannya termasuk di
dalamnya pengelolaan alat likuid untuk memenuhi kewajiban yang diperkirakan akan terjadi
beberapa hari atau bulan yang akan datang yang akan dikaitkan dengan tagihan yang akan
diterima.
Laporan komitmen dibuat setiap tanggal laporan bersamaan dengan pembuatan neraca dan laporan
laba rugi. Memerinci seluruh kewajiban dan tagihan komitmen yang dimiliki oleh suatu bank.
Melalui laporan ini dapat diketahui apakah bank memiliki suatu kewajiban atau tagihan bersih dari
sejumlah komitmen yang telah ada. Komitmen ini akan mempengaruhi perhitungan aktiva
tertimbang menurut resiko (ATMR) dalam rangka perhitungan rasio kecukupan modal (CAR).
LAPORAN KOMITMEN
Per 31 Januari 20XX
(dalam Jutaan Rupiah)

TAGIHAN KEWAJIBAN
1. Fasilitas Pinjaman Yang Diterima ........Rp. 125.000,- 1.Fasilitas Kredit Yang Diberikan…….Rp. 85,-
2. Penjualan Spot Valas…….................. Rp. 41,- 2.Irrevocable L/C DN Repo …...........Rp. 300,-
3. Penjualan Forward Valas…................Rp. 3.Wesel Berjangka Yang Diaksep ......Rp. 400,-
31,125,-
4. Pembelian Spot Valas…………...…Rp. 12,9,-
5.Pembelian Forward Valas……….....Rp. 41,4,-
Jumlah Tagihan……….............…Rp. 125.072,125 Jumlah Kewajiban…..................……….Rp. 839,3
Jumlah Tagihan Bersih Rp. 124.232,825 Juta

Dengan demikian, Bank Permata masih akan mendapatkan dana sebesar Rp. 124.23 milyar yang berarti
akan ada pertumbuhan dalam jumlah aktiva.

2. KONTINJENSI
Kontinjensi atau lebih dikenal dengan peristiwa atau transaksi yang mengandung syarat merupakan
transaksi yang paling banyak ditemukan dalam kegiatan bank sehari-hari. Kontinjensi yang dimiliki
oleh suatu bank dapat berakibat tagihan atau kewajiban bagi bank yang bersangkutan. Istilah
kewajiban bersyarat digunakan untuk menyatakan kewajiban yang kemungkinan timbulnya tergantung
pada terjadi atau tidaknya satu peristiwa di masa yang akan datang, dan dengan demikian pada tanggal
neraca belum terdapat kepastian mengenai ada tidaknya kewajiban tersebut.
Kontinjensi adalah suatu keadaan yang masih diliputi ketidakpastian mengenai kemungkinan
diperolehnya laba atau rugi oleh suatu perusahaan, yang baru akan terselesaikan dengan terjadi atau
tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang.
Penyajian Dalam Laporan Keuangan
Transaksi kontinjensi belum mepengaruhi posisi dalam neraca dan laba-rugi perusahaan. Kontinjensi
harus disajikan sedemikian rupa sehingga bila dikaitkan dengan pos-pos aktiva dan pasiva dapat
menggambarkan posisi keuangan bank secara wajar. Kontinjensi merupakan transaksi yang belum
mengubah posisi aktiva dan pasiva bank pada tanggal laporan, tetapi hasrus dilaksanakan oleh bank
apabila persyaratan yang disepakati dengan nasabah terpenuhi. Kontinjensi tersebut dapat bersifat
tagihan atau kewajiban baik dalam Rupiah maupun Valas.
Sistematika penyajian laporan komitmen dan kontinjensi disusun berdasarkan urutan tingkat
kemungkinan pengaruhnya terhadap posisi keuangan dan hasil usaha bank. Selanjutnya, komitmen dan
kontinjensi, baik yang bersifat sebagai tagihan maupun kewajiban, masing-masing disajikan secara
tersendiri tanpa pos lawan, sehingga pengungkapan dalam laporan dilakukan single entry melalui
rekening administratif yang merupakan pos di luar neraca (off balance-sheet).
Azas Konservatif Dalam Kontinjensi
Pengungkapan data transaksi konitnjensi dalam laporan keuangan dikatikan dengan penerapan konsep
atau azas konservatif atau berhati-hati dalam prinsip akuntansi. Penyisihan suatu rugi kontijensi dapat
dilakukan pada perhitungan rugi-laba bila kedua kondisi berikut dipenuhi :
1. Terdapat petunjuk kuat bahwa telah terjadi penurunan nilai suatu aktiva atau telah timbul
kewajiban pada tanggal neraca
2. Jumlah kerugian yang dapat ditaksir secara wajar.
Sedangkan terhadap laba kontinjensi tidak dicantumkan dalam perhitungan laba-rugi tetapi, perlu
diungkapkan dalam laporan keuangan.
Jenis Transaksi Kontinjensi
Dalam transaksi bank dapat ditemukan jenis transaksi kontinjensi seperti garansi bank, letter of credit
yang dapat dibatalkan (revocable) yang masih berjalan, transaksi opsi valuta asing, dan pendapatan
bunga dalam penyelesaian. Transaksi tersebut wajib dilaporkan dalam laporan keuangan melalui
rekening administratif, yang dapat berupa tagihan maupun kewajiban.
1. Garansi Bank
Adalah semua bentuk garansi atau jaminan yang diterima atau diberikan oleh bank yang
mengakibatkan pembayaran kepada pihak yang menerima jaminan apabila pihak yang dijamin
bank wanprestasi atau cedera janji. Diterbitkan dengan maksud memberikan bantuan fasilitas
kepada nasabah yang bersangkutan agar dapat memperlancar transaksi ayng sedang
dijalankannya.
Jenis Garansi bank dapat berupa, penerimaan atau penerbitan jaminan dalam bentuk bank garansi
baik dalam rangka pemberian kredit, risk sharing, standby L/C maupun dalam rangka pelakasaan
proyek seperti bid bonds, performance bonds dan advanced payment bonds, bisa juga berupa
akseptasi atau endosemen surat berharga yaitu pemberian jaminan atau garansi dalam bentuk
penandatangan kedua dan seterusnya atas wesel dan promes atau aksep.
Garansi bank yang diterima maupun diterbitkan sendiri dicatat sebesar jumlah garansi yang
diberikan oleh bank kepada nasabah. Garansi bank yang masih berlaku pada tanggal laporan baik
yang diterima atau yang diterbitkan oleh bank, disajikan sebesar jumlah nominal jaminan garansi
bank yang bersangkutan. Untuk garansi bank yang diterbitkan secara sindikasi disajikan sebesar
pangsa jaminan yang diberikan bank bersangkutan.
Kegunaan Garansi Bank
Ditinjau dari segi kegunaannya, garansi bank dapat dipergunakan untuk transaksi-transaksi
sebagai berikut :
1. Tender Dalam Negeri. Garansi bank diberikan untuk kontraktor atau leveransier di dalam
negeri.
2. Perdagangan. Garansi bank diberikan kepada pihak pabrikan (produsen) untuk kepentingan
agen atau penyalur produk-produk hasil dari pabrik tersebut.
3. Tender Luar Negeri. Garansi bank diberikan untuk memberikan jaminan untuk dapat turut
serta tender di luar negeri.
4. Uang Muka Kerja. Garansi bank diberikan untuk ikut ambil bagian dalam suatu kontrak
yang diberikan oleh pemilik bangunan.
5. Penanggungan Bea Masuk. Garansi bank diterbitkan untuk memberikan jaminan kepada
bea cukai atas pembayaran bea masuk suatu barang.
6. Cukai Rokok. Garansi bank diterbitkan sebagai jaminan untuk penangguhan pembayaran
cukai dalam peredaran.
7. Pelaksanaan Pembelian Aktiva Tetap. Garansi bank diterbitkan untuk memberikan jaminan
angsuran pembelian suatu aktiva tetap.
Dasar Hukum Garansi Bank
Garansi bank yang diterbitkan mempunyai tanggal jatuh waktu dimana kepada nasabah yang
diberikan fasilitas garansi bank berkewajiban memenuhi suluruh kewajibannya dan pihak bank
diwajibkan untuk memenuhi kewajibannya untuk membayar kepada nasabah yang diberikan
jaminan. Batas waktu berlakunya hanya untuk satu kali saja sesuai dengan klausal yang tercantum
dalam surat garansi bank. Dalam hal ini bukan berarti garansi bank tidak dapat diperpanjang.
Garansi bank dapat diperpanjang bila ada persetujuan tertulis dari si pemegang garansi bank.
Menurut undang-undang Pokok Perbankan Nomor 14 tahun 1967 dalam pasal 23, menyatakan
bahwa Bank Umum memberikan jaminan bank (garansi bank) dengan tanggungan yang cukup.
Bila dikaitkan dengan KUH Perdata pasal 1820 “Penanggungan adalah suatu perjanjian dengan
mana pihak ketiga, guna kepentingan berpiutang mengingatkan diri untuk memenuhinya.”
Selanjutnya, dalam pasal 1821 KUH Perdata menyatakan bahwa “Tiada penanggungan jika tidak
ada suatu perikatan pokok yang sah dan seterusnya ..”
Dengan demikian garansi bank merupakan perjanjian accessoir(ikutan) yaitu adanya garansi bank
tergantung pada adanya suatu perjanjian pokok, sehingga garansi bank akan berakhir karena
berakhirnya perjanjian pokok, atau berakhirnya garansi bank sebagaimana ditetapkan dalam
garansi bank yang bersangkutan. Sebagai suatu perjanjian accessoir, maka bank tidak dapat
mengikat diri untuk lebih atau dengan syarat-syarat yang lebih daripada perikatan pokoknya.
Pengajuan klaim dalam garansi bank biasanya sekitar dua minggu semenjak tanggal berakhirnya
atau tanggal jatuh tempo garansi bank (untuk garansi bank tertentu lebih dari dua minggu). Dalam
batas waktu ini bank berkewajiban memenuhi seluruh kewajibannya yang melekat pada garansi
bank. Apabila sudah lewat waktu yang telah ditentukan baru ada pengajuan klaim, maka pihak
bank dapat menolak untuk memenuhi kewajibannya.
Akuntasi Untuk Garansi Bank
Akuntansi untuk bank garansi meliputi saat penerbitan dan jatuh waktu. Dalam jatuh waktu bank
dihadapkan pada dua situasi yakni apabila nasabah mampu melunasi sisa kewajibannya dan
apabila nasabah wanprestasi.
Contoh nasabah mampu melunasi sisa kewajibannya, apabila Bank Permata cabang Jakarta
menerbitkan Garansi Bank atas permintaan PT. Sedayu yang ditujukan kepada PT. Cahya di
Surabaya senilai Rp. 500 juta. Setoran jaminan dibayarkan oleh PT. Sedayu sebesar 60% atas
beban rekening gironya, maka ayat jurnalnya :
D : Giro – PT. Sedayu ……....… Rp. 300.000.000,-
K : Setoran Jaminan Garansi Bank … Rp. 300.000.000,-
Ayat jurnal untuk mencatat kontinjensi Garansi Bank adalah sebesar kewajiban penuh atau 100 %
sebagai berikut :
K : RAR – Garansi Bank Yang Belum Jatuh Waktu ...................... Rp. 500.000.000,-
Rekening administratif rupiah di atas akan tetap outstanding dalam laporan keuangan hingga
tanggal jatuh waktu.
Pada saat jatuh waktu, nasabah pembuka garansi bank harus menyetor kekurangan setoran
jaminannya. apabila PT. Sedayu melunasi seluruh sisa kewajibannya atas beban rekening giro,
pada saat itu pula bank Permata cabang Jakarta akan mengkredit rekening antar kantor cabang
Surabaya dengan memerintahkan untuk membayar kepada PT. Cahya, maka ayat jurnalnya
adalah sebagai berikut :
D : Giro – PT. Sedayu …………………………………… Rp. 200.000.000,-
D : Setoran Jaminan Garansi Bank …………………….......... Rp. 300.000.000,-
K : RAK-Cabang Surabaya …………………………...…. Rp. 500.000.000,

Oleh cabang Surabaya akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut :
D : RAK – cabang Jakarta …………………………...………Rp. 500.000.000,-
K : Giro – PT. Cahya ..……....…………………………. Rp. 500.000.000,-
Untuk menghapus pos kontinjensi garansi bank dan mencatat penerimaan kekurangan setoran
jaminan adalah sebagai berikut :
D : RAR – Garansi Bank Yang Belum Jatuh Waktu …...............Rp. 500.000.000,-
Dengan dibukukannya ayat jurnal ini, seluruh transaksi kontinjensi sudah selesai dan Bank
Permata cabang Jakarta hanya berhutang pada cabang Surabaya sebesar nilai bank garansi yang
telah diterbitkan tersebut.
Adakalanya nasabah yang telah diberikan fasilitas garansi bank tidak dapat memenuhi sisa
kewajibannya pada saat garansi bank jatuh waktu. Dalam hal ini terjadi wanprestasi dari pihak
nasabah. Wanprestasi akan mengakibatkan bank penerbit garansi bank harus mengkonversi
menjadi debitur umum dengan membebankan nasabah sejumlah biaya tertentu.
Contoh nasabah wanprestasi, apabila PT. Dull membuka garansi bank pada Bank Permata cabang
Jakarta senilai Rp. 350 juta dengan setoran jaminan sebesar 60 % yang dibayar atas beban
rekening gironya. Garansi bank ditujukan kepada nasabah cabang Bandung PT. Dull, maka
jurnalnya :
D : Giro – PT. Dull …………………………………….Rp. 210.000.000,-
K : Setoran Jaminan Garansi Bank ..……………………..……..Rp. 210.000.000,-
Ayat jurnal administratif atas penerbitan garansi bank adalah sebagai berikut :
K : RAR – Garansi Bank Yang Belum Jatuh Waktu .......... Rp. 350.000.000,-
Pada saat jatuh waktu nasabah PT. Dull belum datang untuk melunasi sisa kewajibannya, bank
Permata cabang Jakarta terlebih dahulu membukukan rekening administratif atas garansi bank
yang belum jatuh tempo dan menggantinya dengan garansi bank yang telah jatuh tempo, dengan
ayat jurnalnya :
D : RAR – Garansi Bank Yang Belum Jatuh Waktu …… Rp. 350.000.000,-
K : RAR – Garansi Bank Yang Sudah Jatuh Waktu …… Rp. 350.000.000,-
Rekening administratif atas garansi bank yang sudah jatuh tempo ini akan tetap outstanding
hingga nasabah datang melunasi sisa kewajibannya. Apabila paling lambat dalam waktu 2
minggu nasabah tidak sanggup melunasi sisa kewajibannya, maka Bank Permata cabang Jakarta
harus segera mengonversi garansi bank tersebut ke dalam debitur. Hal ini dilakukan untuk segera
meperhtungkan opportunity cost atas dana yang telah dibayarkan kepada nasabah PT. Dull di
Bandung. Bila nasabah PT. Dull akan dibebankan kepada nasabah tesebut biaya provisi kredit
sebesar Rp. 350.000,- dengan ayat jurnalnya :
D : Debitur …………………………………… Rp. 140.350.000,-
D : Setoran Jaminan Garansi Bank…………………………. Rp. 210.000.000,-
K : RAK – cabang Bandung.………………………………… Rp. 350.000.000,-
K : Pendapatan Provisi Kredit ………………………………. Rp. 350.000,-
Pada saat rekening administratif atas garansi bank yang sudah jatuh waktu akan dihapus dengan
ayat jurnalnya sebagai berikut :
D : RAR – Garansi Bank Yang Sudah Jatuh Waktu ………… Rp. 350.000.000,-
2. Letter Of Credit Yang Dapat Dibatalkan (Revocable) Yang Masih Berjalan
Adalah jaminan dalam bentuk L/C yang dapat dibatalkan dalam rangka impor dan ekspor atau
lalu lintas perdagangan dan disajikan sebesar sisa jumlah L/C yang belum direalisasi. Akuntansi
untuk transaksi ini meliputi saat penerbitan dan saat jatuh waktu L/C yang bersangkutan.
Contoh, apabila Bank Permata cabang Jakarta menerbitkan L/C Dalam Negeri revocable atas
permintaan PT.Dull sebesar Rp.300 juta dan ditujukan kepada seorang nasabah di cabang
Surabaya. Setoran jaminan dilakukan sebesar 40 % dan dibayarkan oleh PT.Dull atas beban
rekening gironya, maka jurnal pada saat penerbitan :
D : Giro – PT.Dull ………………………………………Rp. 120.000.000,-
K : Setoran Jaminan L/C Dalam Negeri Revocable …………. Rp. 120.000.000,-
Ayat jurnal administratif untuk mencatat transaksi kontinjensi ini adalah sebagai berikut :
K : RAR - L/C Dalam Negeri Revocable Yang Diterbitkan …........Rp. 300.000.000,-
Apabila terjadi pembatalan L/C DN Revocable atas permintaan nasabah PT.Dull, maka Bank
Permata akan mencatat jurnal :
D : Setoran Jaminan L/C Dalam Negeri Revocable ……....…. Rp. 120.000.000,-
K : Giro – PT.Dull …………..…………………….......………Rp. 120.000.000,-
Dengan jurnal rekening administratifnya :
K : RAR - L/C Dalam Negeri Revocable Yang Diterbitkan …Rp. 300.000.000,-
Dengan demikian seluruh kewajiban Bank Permata dan nasabah selesai. Keuntungan dari
pembatalan ini adalah pengendapan dana setoran jaminan dalam bank.
3. Transaksi Opsi Valuta Asing
Transaksi Opsi Valuta Asing adalah transaksi yang melibatkan pembelian (call option) dan
penjualan (put option) atas opsi yang telah diterbitkan oleh bank. Opsi (option) adalah perjanjian
memberikan hak opsi (pilihan) kepada pembeli opsi untuk merealisasikan kontrak jual beli valas,
yang tidak diikuti pergerakan dana dan dilakukan pada atau sebelum waktu yang ditentukan
dalam kontrak, dengan kurs opsi yang dijanjikan. Pembeli opsi tidak berkewajiban untuk
melaksanakan haknya apabila yang bersangkutan merasa pengunaan hak tersebut tidak
bermanfaat.
4. Pendapatan Bunga Dalam Penyelesaian
Adalah perhitungan bunga dari aktiva produktif non-performing (kurang lancar) yang belum
dapat diakui sebagai pendapatan bunga dalam periode berjalan. Yang dimaksud dengan aktiva
produktif non-performing loan adalah aktiva yang digolongkan kurang lancar, diragukan dan
macet menurut kriteria Bank Indonesia. Pendapatan bunga yang dihitung dari saldo aktiva
produktif ini digolongkan sebagai bunga dalam penyelesaian. Bunga ini dicatat sebesar jumlah
perhitungan bunga sejak saat bank menetapkan kredit atau aktiva tersebut menjadi non-
performing dan dilakukan perubahan metode pengakuan bunga sampai dengan saat tanggal
laporan. Jumlah pendapatan bunga dalam penyelesaian ini akan dikelompokkan sebagai
tunggakan bunga sejak perhitungan bunga atas kredit atau aktiva produktif non-performing
dilakukan sampai dengan tanggal laporan.
Dengan demikian, karena sifatnya yang masih menunggu kepastian dari nasabah, dan bunga ini
merupakan hak atau pendapatan bank yang harus diterima, maka akan disajikan dalam laporan
keuangan sebagai rekening administratif. Bunga ini tidak dapat disajikan dalam rekening neraca
karena belum diterima. Apabila disajikan sebagai salah satu pos aktiva hanya akan memperbesar
jumlah aktiva yang sebenarnya merupakan praktek dari window dressing.
Contoh, apabila semenjak tanggal 1 Juli 20XX nasabah debitur Bank Permata cabang Jakarta, PT.
Cahya, yang bersaldo Rp. 400 juta dan suku bunga 18%, tidak sanggup membayar bunga
semenjak bulan Mei 20XX, dan oleh Bank Permata digolongkan sebagai debitur yang kurang
lancar. Pada pembuatan laporan keuangan tanggal 31 Juli 20XX diadakan perhitungan tunggakan
bunga sebagai berikut :
Tunggakan bunga = 3 bulan (Mei-Juli)
Besarnya Bunga = 3/12 * 18% * Rp.400.000.000,- = Rp. 18.000.000,-
Oleh Bank Permata cabang Jakarta peristiwa ini akan dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut :
D : RAR – Tunggakan Bunga ………………Rp 18.000.000,-
Peristiwa kontinjen ini merupakan kontinjen tagihan, karena hak dari Bank Permata untuk
membukukan sebagai pendapatan tertunda oleh kondisi nasabah.
Laporan Kontinjensi
Dibuat setiap tanggal laporan yang akan mejabarkan posisi kontinjen bank, apakah terjadi short atau
long position. Dimana posisi short ketika kewajiban lebih besar daripada tagihan sedangkan posisi
long tagihan lebih besar dibanding kewajiban. Dengan mengambil contoh transaksi di atas dan
mengasumsikan bahwa terhadap seluruh transaksi kontinjen belum diselesaikan oleh nasabah, maka
laporan kontinjen Bank Permata sebagai berikut :
BANK PERMATA
LAPORAN KONTINJENSI
Per 31 Desember 20XX
(dalam Jutaan Rupiah)

TAGIHAN KEWAJIBAN
1. Tunggakan Bunga ...............................Rp. 18,- 1.Bank Garansi Yang Belum Jatuh Waktu …..Rp. 500,-
2. Bank Garansi Yang Sudah Jatuh Waktu ....Rp. 350,-
3. L/C DN Revocable .....................................Rp. 300,-

Jumlah Tagihan………......................…Rp. 18,- Jumlah Kewajiban…..................……….Rp. 1.150


Saldo kewajiban Bersih Kontijensi Rp. 1.132 Juta

REFERENSI
Lapoliwa, N. dan D.S, Kuswandi. 2000. Akuntansi Perbankan : Akuntansi Transaksi Bank Valuta
Rupiah. Jilid 1. Institut Bankir Indonesia : Jakarta
Scrib.com. 2016. Akuntansi Komitmen dan Kontinjensi. https://id.scribd.com/doc/.../Akuntansi-
Komitmen-Dan-Kontijens
Widi. 2016. Akuntansi Komitmen dan Kontinjensi.
widi.staff.gunadarma.ac.id/.../AKUNTANSI++KOMITMEN-KONTINJENSI

Você também pode gostar