Você está na página 1de 135

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PATIENT SAFETY CLIMATE PADA PERAWAT DI RUANG


RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ABC

TESIS

HAYATTI RISSA
1306428683

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM MAGISTER KESELAMATAN KESEHATAN KERJA
DEPOK
JANUARI 2016

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PATIENT SAFETY CLIMATE PADA PERAWAT DI


RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ABC

HALAMAN JUDUL TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master


Keselamatandan Kesehatan Kerja

HAYATTI RISSA

1306428683

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JANUARI 2016

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


IIALAMAN PERFTYATAAN ORISINALTTAS

Tods fui s&he ,hril k*.rye s*ya cerdiri, dan scmua runber baikyang
dikut$ hepun dinrfukte}rh *aye nyetrken dengen benar.

Namr l HrydRisa

I{PM r 13CI6[286ff]

Tangd :5Janusr{2016

It
Univorritre lndonoslr

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


IIALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh:

Nama Hayatti Rissa


NPM 1306428683

Program Studi Magister Keselarnatan dan Kesehatan Kerja

Judul Tesis Analisis Patient Safety Cliwqte Pada Perawat Di Ruang


Rawat trnap Di Rumah SakitABC

Telah berhasil dipertahankan di hadapan llewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk rnernperoleh getrar ll{asten Keselarnatan dan Kesehatan
Kerja, pada Program Studi Keselarnatan dan Kcsehatan Kerja, Fahultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.

DEWAII{ PENGUJI

Pembimbing Dadan Erwandi, S. Psi, M. Psi

Penguji I Drs. @si) Ridwan Z.akdt Sjaaf, h{PH


'rry_
Penguji 2 Hendrg SKM, M. KKK )

Penguji 3 dr Hanny Harjulianti, MIS ,+]aet,


Penguji 4 Muslina Handayani, ST, M.KKK ,/h9> )

Ditetapkan di Depok
Tanggal 5 Januari 20tr5

tv
UniYersitas lndonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


SURAT PERNYATAAIV

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama Hayatti Rissa

NPM 1306428683

Mahasiswa Program K3

TahunAkademik 2013

Menyatakan bahwa saya tidak nnelahrkan kegiatan plagiat datram perultrisan tesiis
saya yang berjudul :

OAhIALISISPIru'NT SAFETY CLIMATE PAI'A PERAWAT DI


RUANG RAWAT INAP DI RTJMAH SAKIT ABC'

Apabitra suatu saat nalti terrbukti saya rnelalnrkal'l plagrat rnaka saya akall
menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian suratpernyataan ini saya buat dengan sebenar-beieamya.

5 Januari 20tr6

Hayatti Rissa

tv
Universitas lndonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat, dan
hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Patient Safety Climate
Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Di Rumah Sakit ABC”.
Selama berada pada masa perkuliahan sampai melakukan penelitian dan menyusun
hasilnya, penulis mendapat bimbingan, dukungan, bantuan, baik moril maupun materil dari
semua pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, Papa dan Mama, yang selalu memberikan dukungan serta doa yang tak
hentinya kepada penulis. Terima kasih atas perhatian dan kasih sayang yang telah
diberikan selama ini. Semoga ilmu yang Ananda dapatkan selama masa perkulihan ini
menjadi berkah bagi keluarga dan orang lain. Serta Adik-adik ku tercinta dan keluarga
besar, yang selalu memberikan semangat dan perhatian kalian selama penulisan tesis ini,
2. Dadan Erwandi S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis ini.
3. Hendra, SKM., M.KKK dan Drs. Ridwan Zahdi Sjaff, MPH, selaku penguji dalam yang
telah berkenan hadir untuk menguji dan memberikan masukan yang membangun bagi
penulisan tesis ini.
4. Dr. Hanny Harjulianti, MS dan Muslina Handayani, ST., M.KKK selaku penguji luar
yang telah berkenan meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan yang
membangun bagi penulisan tesis ini.
5. Edwin, Mktg, selaku Ketua Yayasan Rumah Sakit ABC yang telah berkenan memberikan
kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit ABC.
6. Seluruh ajaran manajemen Rumah Sakit ABC, khususnya Divisi HRD, Bu Eli, Bu Des,
Pak Bambang, Kak Rini, Kak Lina, Kak Esi, dan Kak Rika, yang telah membantu penulis
selama pengambilan data penelitian di Rumah Sakit ABC.
7. Teman-teman seperjuang dalam penulisan tesis Annisa Yonelia, Hamka, Nurul Fu, Rico,
dan Ari. Teman-teman sebimbingan Mba Resty, Pak Tarno, Bunda Maya, Mas wisnu.
Semoga tidak ada lagi yang tertinggal.

v
Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


8. Teman-teman Lalita’s angels. Terima kasih sudah menjadi kesayangan-kesayangan yang
nyinyir. Hidup memang keras shay, My best wishes for all of you. Semoga cepat
menyusul ijasah dan ijabsah.
9. The last, my man and the only one, Suami tercinta Raditya Herdanu. Terima kasih atas
energi-energi positif, pemikiran yang terbuka, dan dukungan yang diberikan selama
masa-masa penulisan tesis ini. For the last couple months, everythings we do together is
worth every penny.
10. Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesain tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, 13Januari 2016

Hayatti Rissa

vi
Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


IIALAMAN PERIIYATAAI{ PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR T]NTT}K KEPENTINGAIY AKAI}EMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesi4 saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama Hayatti Rissa

NPM 1306428683

Program Studi Magister Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Jenis karya Tesis

Derni pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas


Indonesia IIak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty free righQ atas karya
ilmiah saya yang berjudul :

'Analisis Patient Safety Climate Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Di


Rumah Sakit ABC'

Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini. Universitas Indonesia bedlak menyimpan,
mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan dala (database), merawat, dan
mempublikasi tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penuliVpencipta
dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 5 Januari 2016
Yang menyatakan

(Hayatti Rissa)

vii
Universitas lndonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


ABSTRAK

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dimensi-


dimensi dari budaya patient safety yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi
patient safety climate di Rumah Sakit ABC. Sehingga identifikasi terhadap faktor-faktor
tersebut dapat meningkatkan patient safety di Rumah Sakit ABC. Penelitian ini
merupakan penelitian survei yang bersifat analitik dengan desain studi potong
lintang/cross sectional. Dalam penelitian Cross sectional, variabel sebab (independent)
dan akibat (dependensi) yang terjadi pada objek peneltian dikumpulkan secara simultan
(dalam waktu yang bersamaan). Hasil temuan dari penelitian ini didapatkan gambaran
persepsi perawat terhadap iklim patient safety di Rumah Sakit ABC, yaitu sebagian
perawat menganggap iklim keselamatan pasien buruk. Dari 12 dimensi patient safety
dengan menggunakan HSOPSC didapatkan 7 diantaranya mempunyai pandangan positif
dari perawat, yaitu : Organization Learning (92,2%), Teamwork within Departement
(53,2%), Feedback and Communication About Error (56,4%), Staffing (54,8%),
communication oponess (64,5%), Teamwork Across Hospital Units (53,2%), dan
Hospital handoffs and transitiions (53,2%). Dimensi dengan nilai tertinggi adalah
Organization Learning (92,2%). Sementara dimensi dengan nilai terendah adalah non
punitive response to error (46,8%) dan hospital management support (46,7%). Hubungan
antara ketiga variable penelitian adalah mempunyai hubungan yang positif, dimana jika
patient safety climatenya positif, maka dukungan manajemen, sistem pelaporan dan
kecukupan sumber dayanya juga positif.

Keyword : patient safety, patient safty climate, patient safety survey.

viii
Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


ABSTRACT

The general objective of this study was to describe the dimensions of the culture
of patient safety factors that affect patient safety climate at the ABC Hospital. So the
identification of these factors can increase patient safety in the hospital ABC. This
research is analytic survey with cross sectional study design / cross sectional. In a cross
sectional study, because the independent variables and dependencies variables that
occurred in the course of a study object was collected simultaneously (at the same time).
The results of this study, the description of the perception of nurses on patient safety
climate at the Hospital of the ABC, which most nurses consider patient safety climate is
bad. Of the 12 dimensions of patient safety by using HSOPSC got 7 of them have a
positive view of nurses : Organization Learning (92.2%), Teamwork within the
Department (53.2%), Feedback and Communication About Error (56.4%), Staffing
(54.8%), communication oponess (64.5%), Teamwork Across Hospital Units (53.2%),
and the Hospital handoffs and transitiions (53.2%). Dimensions with the highest score is
the Learning Organization (92.2%). While the dimension with the lowest score is non-
punitive response to error (46.8%) and hospital management support (46.7%). The
relationship between the three variables of research is to have a positive relationship,
which if positive climatenya patient safety, the support of management, reporting systems
and the adequacy of its resources is also positive.

Keyword : patient safety, patient safty climate, patient safety survey.

ix
Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL TESIS.......................................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .....................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN .........................................................................................................iv

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR...................vii

ABSTRAK............................................................................................................................. viii

ABSTRACT..............................................................................................................................ix

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1

DAF TAR TABLE.....................................................................................................................5

DAFTAR DIAGRAM ...............................................................................................................6

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................7

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................8

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................8

1.2. Rumusan masalah......................................................................................................12

1.3. Pertanyaan Penelitian ................................................................................................12

1.4. Tujuan Penelitian.......................................................................................................13

1.4.1. Tujuan umum .....................................................................................................13

1.4.2. Tujuan khusus ....................................................................................................13

1.5. Manfaat Penelitian.....................................................................................................13

1.5.1. Bagi perusahaan .................................................................................................13

1.5.2. Bagi Peneliti.......................................................................................................13

1.6. Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................................14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................15

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


2

2.1. Patient safety (Patient Safety) ...................................................................................15

2.2. Budaya Keselamatan (Safety Culture) ......................................................................18

2.2.1. Budaya Keselamatan (Safety Culture) Vs Iklim Keselamatan(Safety Climate) 20

2.3. Budaya Patient safety (Patient Safety Culture).........................................................21

2.3.1. Penilaian Budaya Patient safety (Patien Safety Culture) ..................................23

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Patient Safety ..................................................24

2.4.1. Management Support .........................................................................................25

2.4.2. Sistem Pelaporan................................................................................................26

2.4.3. Sumber Daya Yang Memadai............................................................................26

2.5. Meningkatkan Patient SafetyCulture Melalui Leadership .......................................27

6. Gambaran Umum Rumah Sakit ABC...........................................................................32

2.6.1. Sejarah Singkat ..................................................................................................32

2.6.2. Visi Dan Misi.....................................................................................................32

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN


HIPOTESIS..............................................................................................................................34

3.1. `Kerangka Teori ........................................................................................................34

3.2. Kerangka Konsep ......................................................................................................36

3.3. Definisi Operasional..................................................................................................38

3.3.1. Variabel Dependen.............................................................................................38

3.3.2. Variable Independen..............................................................................................40

BAB IV METODE PENELITIAN ..........................................................................................43

4.1. Desain Penelitian.......................................................................................................43

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian.....................................................................................43

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................................43

4.4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................44

4.4.1. Sumber Data.......................................................................................................44

4.4.2. Instrumen Penelitian ..........................................................................................44

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


3

4.5. Metode Pengolahan Data ..........................................................................................45

4.6. Analisis Data .............................................................................................................46

BAB V HASIL.........................................................................................................................49

5.1. Hasil Uji Reliabillitas Dan Validitas.........................................................................49

5.2. Gambaran Karakteristik Responden..........................................................................50

5.3.1. Jenis Kelamin.....................................................................................................50

5.4 Patient safety Climate............................................................................................52

5.5 Dukungan Manajemen...........................................................................................54

5.6 Sistem Pelaporan ...................................................................................................56

5.7 Kecukupan Sumber Daya ......................................................................................56

5.8 Dukungan Manajemen Dengan Patient safety Climate.........................................58

5.9 Sistem Pelaporan Dengan Patient Safety Climate.................................................59

5.10 Kecukupan Sumber Daya Dengan Patient safety Climate ................................60

BAB VI PEMBAHASAN........................................................................................................62

6.1. Keterbatasan Penelitian .............................................................................................62

6.2. Gambaran Karakteristik Perawat Rumah Sakit ABC, Kota Padang.........................62

6.3. Gambaran Persepsi Persepsi Patient Safety Perawat ................................................63

6.4. Analisis Persepsi Patient Safety Perawat Berdasarkan Paradigma Psikometri.........67

6.5. Analisis Persepsi Perawat Terhadap Dukungan Manajemen ....................................68

6.6. Analisis Persepsi Perawat Terhadap Sistem Pelaporan.............................................69

6.7. Analisi Persepsi Perawat Terhadap Kecukupan Sumber Daya .................................71

6.8. Sistem Pelaporan Dengan Patient safety Climate .....................................................73

6.9. Kecukupan Sumber Daya Dengan Patient safety Climate........................................74

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................76

7.1. Kesimpulan................................................................................................................76

7.2. Saran..........................................................................................................................76

7.2.1. Bagi Perusahaan.................................................................................................76

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


4

7.2.2. Bagi Pemerintah.................................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................78

LAMPIRAN 1 : Kuesioner Penelitian

LAMPIRAN 2 : Uji Reliabilitas dan Validitas

LAMPIRAN 3 : Hasil Uji Analisis

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


5

DAFTAR TABLE

Tabel 4.1a Nilai Cut off Point Variable Dependent ..............................................................47


Tabel 4.2b Cut off Point Variable Independent ................................................................... 48
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ........................................................ 50
Tabel 5.2 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Patient Safety Climate ......................... 54
Tabel 5.3 Distribusi Persepsi Patient Safety Climate .......................................................... 53
Tabel 5.4 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Dukungan Manajemen ......................... 54
Tabel 5.5 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Komuniksi ............................................ 54
Tabel 5.6 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Alur Informasi ...................................... 55
Tabel 5.7 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Feedback ............................................. 55
Tabel 5.8 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Sistem Pelaporan .................................. 56
Tabel 5.9 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Kecukupan Sumber Daya..................... 56
Tabel 5.10 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Teknologi Informasi ........................... 57
Tabel 5.11 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Beban Kerja........................................ 57
Tabel 5.12 Hubungan Antara Dukungan Manajemen Dengan Patient safety
Climate ............................................................................................................................... 58
Tabel 5.13 Hubungan Antara Sistem Pelaporan Dengan Patient safety Climate ............... 59
Tabel 5.14 Hubungan Kecukupan Sumber Daya Dengan Patient safety Climate .............. 60
Tabel 5.15 Kemaknaan Variable Penelitian ........................................................................ 60

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


6

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................... 50


Diagram 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ......................................... 51
Diagram 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ........................... 52

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


7

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 safety-beliefs dan espoused values yang mengarah pada attitude dan safety-
behaviours .............................................................................................................................. 20

Gambar 2.2 Hubungan antara dimensi-dimensi yang mempengaruhi Patient safety (Walston,
2012) ....................................................................................................................................... 25

Gambar 2.3 Blueprint For Healthcare Safety Excellence ...................................................... 31

Gambar 3.1 Kerangka Teori ................................................................................................... 35

Gambar 3.2 Kerangka Konsep ............................................................................................... 37

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


8

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam beberapa bulan mendatang, Indonesia akan menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan mulai berlangsung pada akhir 2015
(Nasional.kontan.co.id, 2015a). MEA merujuk pada model perekonomian negara-
negara Uni Eropa dengan membentuk Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE)
(Nasional.kontan.co.id, 2015b). Dengan pembentukan MEA tersebut, diharapkan
negara-negara yang berada dikawasan ASEAN dapat saling mendukung
perekonomian masing-masing negara ASEAN melalui kebijakan perdagangan bebas.

Dengan pemberlakuan MEA, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan


diberbagai sektor pada negara-negara di ASEAN, termasuk sektor kesehatan. Forst &
Survellivan (2014) mengatakan bahwa pertumbuhan pasar kesehatan di Indonesia
masih sangat positif. Dengan populasi berjumlah 247 juta Indonesia merupakan salah
satu pasar yang menarik di kawasan ASEAN. Disektor pelayanan kesehatan,
Indonesia dan Filipina adalah negara dengan angka kekurangan tertinggi untuk tempat
tidur rumah sakit. Pada tahun 2020, setidaknya dibutuhkan 35.000 tempat tidur baru
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Indonesia.

Perkembangan lain disektor kesehatan adalah pariwisata medis. Thailand,


Singapura, dan Malaysia memiliki 2,5 juta wisatawan medis yang datang pada tahun
2012. Pemerintah Malaysia dan Singapura terus menetapkan target pertumbuhan yang
agresif, serta rumah sakit seperti Institusi Jantung Negara, pusat jantung terkemuka di
Malaysia, telah menargetkan untuk menarik pasien Indonesia (Forst & Survellivan,
2014).

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh masyarakat, maka


tuntutan pengelolaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
semakin tinggi karena Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit,
pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


9

sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana
dan prasarana yang ada di Rumah Sakit tidak memenuhi standar (Lampiran Kepmen
1087/MENKES/SK/VIII/2010).
Di dunia internasional, program K3 telah lama diterapkan diberbagai sektor
industri (dimulai dari akhir abad 18), kecuali di sektor kesehatan. Rumah Sakit
sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat mempunyai karakteristiknya
sendiri (Lampiran Kepmen 1087/MENKES/SK/VIII/2010). Rumah Sakit sebagai
Organisasi perawatan kesehatan bukanlah organisasi sama sekali, setidaknya dalam
definisi organisasi industri dan instansi pemerintahan lainnya. Organisasi perawatan
kesehatan lebih seperti konfederasi konstitusi dengan tujuan umum. Bahkan di pusat
medis akademis, afiliasi dan loyalitas terhadap profesi dan disiplin lebih diutamakan
dari pada institusi. Perbedaan ini memiliki implikasi yang besar untuk menciptakan
budaya keselamatan (Krause dan Hidlye, 1944).
Rumah sakit terus menjadi sumber utama risiko bagi orang lain. Alih-alih
menyembuhkan pasien, rumah sakit dan intervensi medis sering membahayakan
mereka (Walston et al, 2008). Studi yang dilakukan di Colorado, Utah, serta New
York mengemukakan bahwa 2,9% - 3,7% dari seluruh pasien rawat inap mengalami
adverse event (cidera akibat intervensi medis yang bukan karena beberapa kondisi
yang didasari dari kondisi pasien). Dengan jumlah rawat inap per tahun di Amerika
Serikat menghasilkan sekitar 44.000 kematian setiap tahun akibat kesalahan medis,
menunjukkan bahwa lebih banyak orang bisa meninggal di Amerika Serikat setiap
tahunnya karena medication errors, jika dibandingkan dengan kecelakaan motor
(43.458), kanker payudara (42.297), atau AIDS (16.516) (Hofmann dan Mark, 2006).
Menurut WHO (2014) peluang terjadinya kecelakaan terhadap pasien di
rumah sakit adalah 1 : 300, sedangkan kecelakaan di penerbangan adalah 1 : 1 juta.
Data tersebut menunjukkan bahwa secara statistic kemungkinan terjadinya kecelakaan
di rumah sakit jauh lebih besar jika dibandingkan dengan terjadinya kecelakaan di
penerbangan. Hal ini membuktikan bahwa patient safety menjadi masalah utama di
seluruh rumah sakit. Sebuah penelitian juga mengestimasikan bahwa lebih dari 1,4
juta orang di seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh dari rumah sakit. Resiko
tertular penyakit infeksi dinegara berkembang adalah 2 sampai 20 kali lebih tinggi
dibandingkan di Negara maju.
Pentingnya masalah patient safety ini menjadikannya suatu isu global. WHO
menyatakan dengan jelas bahwa patient safety merupakan prinsip dasar dari

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


10

pelayanan pasien dan komponen kritis dari manajemen mutu. Perkiraan menunjukkan
bahwa sebanyak 1 dari 10 persen negara maju dirugikan saat menerima layanan
rumah sakit. Dari setiap 100 pasien yang dirawat pada waktu tertentu, 7 pasien di
Negara maju dan 10 pasien di Negara berkembang akan memperoleh infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan (WHO,2014).
WHO Health Assembly ke-55 tahun 2002 menetapkan resolusi yang
mendorong (urge) negara untuk memberikan perhatian kepada problem patient safety
meningkatkan keselamatan dan system monitoring. Pada bulan Oktober 2004, WHO
dan berbagai lembaga mendirikan “World Alliance for Patient Safety” dengan tujuan
mengangkat isu patient safetygoal “First do no harm” dan menurunkan morbiditas,
cedera dan kematian yang diderita pasien. Sembilan tujuan penanganan patient safety
menurut Joint Commision International antara lain : mengidentifikasi pasien dengan
benar, meningkatkan komunikasi secara efektif, meningkatkan keamanan dari high-
alert medications, memastikan benar tempat, benar prosedur, dan benar pembedahan
pasien, mengurangi risiko infeksi dari pekerja kesehatan, mengurangi risiko terjadinya
kesalahan yang lebih buruk pada pasien (Pittet et al, 2006).

Data Statistik mengenai Adverse event / Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) Di


Indonesia masih sangat minim dan sulit diperoleh secara lengkap. Namun kasus KTD
telah beberapa kali terjadi dan menjadi sorotan media masa, kasus yang paling baru
adalah meninggalnya bayi diinkubator Rumah Sakit “CB”, Makasar, akibat kelalaian
perawat mengontrol suhu inkubator (www.tribunnews.com, 2014). Serta Kasus
meninggalnya dua orang Pasien di Rumah Sakit “S” dikarenakan penyuntikan
anestesi Buvanest Spinal yang terkontaminasi (cnnindonesia.com, 2015). Semakin
maraknya kasus KTD yang diberitakan oleh media masa telah mendorong upaya
peningkatan dan pengembangan sistem patient safety diberbagai fasilitas kesehatan.

Di Indonesia Gerakan Patient safety diawali dengan membentuk Komite


Patient safety Rumah Sakit / KKPRS oleh PERSI pada Juni 2005 sebagai hasil Raker
PERSI Maret 2005 di Surabaya, diikuti dengan pencanangan Gerakan Patient safety
Rumah Sakit oleh Mentri Kesehatan Dr. Siti Fadillah Supari pada 21 Agustus 2005
dalam Seminar Nasional PERSI di Jakarta. KKPRS kemudian menyusun Panduan
Tujuh Langkah Menuju Patient safety Rumah Sakit dan Glosarium KPRS. Sejalan
dengan KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, DepKes) menyusun Standar Patient

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


11

safety Rumah Sakit. Kedua upaya ini kemudian disinergikan dan menghasilkan buku
Panduan Nasional Patient safety Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Rekomendasi utama untuk meminimalkan kecelakaan dan meningkatkan


keselamatan bagi pekerja dan pasien adalah dengan menciptakan safety culture yang
positif didalam organisasi pemberi pelayanan kesehatan (IOM, 1999). Dalam hal
perawatan dan pelayanan kesehatan, safety culture telah menjadi hal yang sangat
penting, sebagai mana keselamatan tidak hanya diterapkan pada area kerja tetapi juga
pada pasien yang mungkin mendapatkan cidera karena tindakan pekerja (healthcare)
(Dhillon, 2012).
Pengetahuan, persepsi, serta perilaku mengenai keselamatan juga diperlukan
bagi perawat tidak hanya untuk patient safety tetapi juga untuk meminimalisir risiko
keselamatan yang dapat terjadi pada tenaga medis. Penerapan terhadap budaya patient
safety atau disebut juga dengan patient safety culture menunjukkan bahwa ada
hubungan antara budaya patient safety yang positif terhadap peningkatan patient
safety (Nie, et al., 20013).
Dalam upaya menciptakan safety culture, maka terlebih dahulu dilakukan
penilaian atau pengukuran kondisi iklim patient safety (patient safety climate).
Penelitian mengenai patient safety masih sangat terbatas, termasuk penelitian tentang
safety culture maupun safety climate meskipun bidang ini merupakan aspek yang
krusial (Naveh et al, 2005). Berbagai penelitian mengenai safety climate hanya
berfokus pada aktifitas pengumpulan data, pelaporan, mengurangi kesalahan,
mendapatkan keterlibatan pimpinan, atau berfokus pada system (Singer et al, 2003).
Oleh sebab itu, peneliti ingin meneliti mengenai budaya patient safety dan melihat
dimensi-dimensi budaya dengan spesifik terhadap perspektif perawatan dan outcomes
yang paling berpengaruh dalam terciptanya iklim patient safety.
Rumah Sakit ABC merupakan rumah sakit swasta dibawah manajemen sebuat
perusahaan BUMN, PT ABC di kota Padang. Berpengalaman melayani kesehatan
karyawan PT ABC dan penduduk sekitar sejak tahun 1970, hingga kemudian
diresmikan sebagai rumah sakit pada tahun 2012. Berpedoman pada ISO 9001 yang
mengedepankan mutu dalam pelayanan, Rumah Sakit ABC sedang mengembangkan
program untuk mencapai patient safety. Alternatif langkah pertama yang mendasar
dalam upaya menciptakan patient safety di rumah sakit, khususnya Rumah Sakit ABC
adalah dengan melakukan pengukuran kondisi patient safety dan mengetahui dimensi-

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


12

dimensi budaya yang paling mempengaruhi dalam menciptakan budaya patient safety.
Sehingga dapat dikembangkan program dan kebijakan untuk menciptakan budaya
patient safety di rumah sakit ABC.

1.2. Rumusan masalah


Pertumbuhan pasar kesehatan di Indonesia yang semakin positif, terbukti
dengan peningkatan pembangunan rumah sakit baru sebanyak 10% setiap tahunnya.
Semakin banyaknya rumah sakit - rumah sakit swasta dengan pelayanan kesehatan
seperti hotel berbintang 5 yang ada di Indonesia tidak menjamin terselenggaranya
pelayanan kesehatan yang dapat memberikan aspek patient safety (patient safety)
kepada pasien. Hal tersebut terbukti dengan beberapa kasus medication errors yang
telah terjadi di Indonesia, salah satunya adalah kematian bayi karena kelalaian
perawat memantau kondisi bayi inkubator. Safety culture yang positif dapat
menciptakan patient safety yang baik di sebuah Rumah Sakit. Oleh sebab itu
diperlukan untuk mengetahui budaya patient safety di Rumah Sakit dengan melihat
patient safety climate pada perawat, sehingga diketahui dimensi-dimensi budaya
dengan spesifik praktek perawatan dan outcomes yang paling berpengaruh dalam
terciptanya budaya patient safety.

1.3. Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang didapat diatas, maka pertanyaan
penelitiannya adalah :

1. Bagaimana gambaran persepsi patient safety climate di Rumah Sakit ABC tahun
2015 ?
2. Apakah ada hubungan antara faktor dukungan manajemen terhadap patient safety
di Rumah Sakit ABC tahun 2015 ?
3. Apakah ada hubungan antara faktor sistem pelaporan terhadap patient safety di
Rumah Sakit ABC tahun 2015 ?
4. Apakah ada hubungan antara faktor sumber daya terhadap patient safety di Rumah
Sakit ABC tahun 2015 ?

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


13

1.4. Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
dimensi-dimensi dari budaya patient safety yang menjadi faktor-faktor yang
mempengaruhi patient safety climate di Rumah Sakit ABC. Sehingga
identifikasi terhadap faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan patient safety
di Rumah Sakit ABC.

1.4.2. Tujuan khusus


1. Mengetahui gambaran persepsi patient safety climate di Rumah Sakit ABC
tahun 2015
2. Mengetahui hubungan antara faktor dukungan manajemen terhadap patient
safety di Rumah Sakit ABC tahun 2015
3. Mengetahui hubungan antara faktor sistem pelaporan terhadap patient
safety di Rumah Sakit ABC tahun 2015
4. Mengetahui hubungan antara faktor sumber daya terhadap patient safety di
Rumah Sakit ABC tahun 2015

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1. Bagi perusahaan
Mendapatkan gambaran mengenai patient safety climateserta faktor-
faktor yang mempengaruhinya, sehingga dapat digunakan sebagai masukan
untuk pengambilan keputusan dan pengembangan program terkait patient
safety untuk mengikatkan pelayanan serta patient safety rawat inap dan tenaga
medis di Rumah Sakit.

1.5.2. Bagi Peneliti


Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai
konsep patient safety climate, yang merupakan pengembangan dari teori-teori
safety culture yang ada. Sehingga dapat memperkaya keilmuan mengenai
konsep patient safety. Diharapkan pada masa yang akan datang akan lebih
banyak lagi penelitian-penelitian yang sama sehingga hasilnya kelak dapat

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


14

dijadikan rujukan kebijakan dan program dalam meningkatkan patient safety


di pusat-pusat pelayanan kesehatan lainnya.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian


Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti tentang dimensi-dimensi dalam
organisasi yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi patient safety climate pada
Rumah Sakit ABC di Padang, tahun 2015. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa kuesioner mengenai
patient safety climate yang harus diisi oleh perawat di Rumah Sakit ABC, serta
wawancara terstruktur dengan manajemen. Data sekunder yang diperlukan berupa
data perusahaan seperti data keluhan pasien, manajemen pasien di perusahaan (input,
proses, output), prosedur keselamatan yang dimiliki perusahaan, data jumlah
healtcare, BOR (Bed Ocupancy Rate), ALOS (Average Lenght of Stay), serta
dokumen perusahaan lainnya yang dapat menunjang penelitian.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Patient safety (Patient Safety)


Patient safety (patient safety) menurut Vincent (2011) adalah :

“The avoidance, prevention and amelioration of adverse


outcomes or injuries stemming from the process of
healthcare”.

Yaitu merupakan penghindaran, pencegahan, dan perbaikan dari kejadian yang tidak
diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan. Sementara
Departemen Kesehatan RI mendefinisikan patient safety (patien safety) rumah sakit
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang
meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengolahan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sedangkan
Komite Patient safety Rumah Sakit (KKPRS), mendefenisikan patient safety sebagai
pasien bebas dari harm/cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm
yang potensial akan terjadi penyakit, cedera fisik/social/psikologis, cacat, kematian,
dan lain-lain, yang terkait dengan pelayanan kesehatan (Departemen Kesehatan RI,
2006).

Error (kesalahan) yang sering terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan menurut


Leape et al (dalam WHO, 1999), adalah:

a. Kesalahan diagnose : kesalahan kelambatan diagnose, kegagalan menjalankan tes


diagnostik yang sesuai, menggunakan cara tes diagnostic yang sudah ketinggalan
jaman, kegagalan dalam memberikan aksi terhadap tes diagnostik.

b. Kesalahan perlakukan : kesalahan dalam menjalankan operasi, prosedur atau tes,


keslahan dalam proses pemberian perlakukan, kesalahan dalam metode atau dosis
yang diberikan, perawatan yang tidak perlu.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


16

c. Kesalahan preventif : kegagalan dalam pemberian profilaksis, monitoring, dan


follow up yang tidak memenuhi syarat.

d. Kesalahan-kesalahan lain : kegagalan secara efektif, kegagalan peralatan, dan


kegagalan system yang lain.

Watcher (2008) mengelompokkan tipe-tipe kesalahan medis yang mungkin


terjadi selama pasien mendapatkan pelayanan kesehatan menjadi 8, yaitu :

1. Kesalahan Pengobatan (Medication Errors)

2. Kesalahan Pembedahan (Surgical Errors)

3. Kesalahan Diagnosis (Diagnostic Errors)

4. Faktor Manusia dan Kesalahan Pada Hubungan Pekerja dan Mesin

5. Kesalahan Transisi dan Handoff

6. Kesalahan Kerjasama Kelompok dan Komunikasi

7. Infeksi Nosocomial

8. Komplikasi Lain Dalam Pelayanan Kesehatan

Patient safety atau selanjutnya akan disebut dengan patient safety telah
menjadi perhatian utama diseluruh dunia, karena mengakibatkan jutaan kematian dan
biaya miliaran dolar setiap tahun untuk perekonomian dunia (Dhillon, 2012).
Berdasarkan report yang dikeluarkan oleh IOM pada tahun 1999, di Amerika,
peristiwa yang berkaitan dengan patient safety menyebabkan 44.000 – 98.000
kematian dan tingkat cidera yang besar mengakibatkan biaya 17 – 29 juta dolar
terhadap perekonomian Amerika setiap tahunnya.

Australia merupakan negara pertama yang fokus dalam penanganan patient


safety melalui pembentukan Australian Patient safety Fondation pada tahun 2002,
yang merupakan sistem pelaporan suka rela pertama di dunia. Sementara itu gerakan
patient safety secara global telah dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
dan Uni Eropa (UE) melalui Patient Safety Alliance (WHO, 2004), dan Deklarasi
Patient safety Luksemburg (Europea Commission, 2005) (Currie, 2007).

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


17

Pada tahun 2001, Joint Commission on Accreditation of Healthcare


Organization (JCAHO) di United States mengembangkan sebuah tujuan patient
safety. Tujuan tersebut mencakup 9 bidang yang berbeda-beda, yaitu : ambulatory
health care, home care, critical access hospital, long-term care, office-based surgery,
hospital, medicare/Medicaid long-term care, laboratory, dan behavioral health care
(Dhillon, 2012). Tujuan yang disusun oleh JCAHO berfokus pada masalah dalam
pelayanan kesehatan keselamatan (healthcare safety) dan bagaimana
menyelesaikannya. Sebuah Grup Penasihat Patient safety, terdiri dari perawat ahli,
dokter, apoteker, manajer risiko, clinical engineers, dan profesional lainnya dengan
berbagai pengalaman dalam menangani isu-isu patient safety di berbagai instansi
kesehatan, membantu JCAHO dalam mengidentifikasi dan memprioritaskan isu-isu
yang muncul terkait patient safety, dan menentukan bagaimana untuk mengatasi
masalah itu. JCAHO menentukan isu-isu patient safety prioritas tertinggi dan solusi
untuk mengatasinya. (Ulrich dan Kear, 2014). Tujuan Patient safety Nasional 2014
ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 2.1 Tujuan Patient safety JCAHO 2014

Goal: Improve the accuracy of patient identification.

• Use at least two patient identifiers when providing care, treatment, and services.

• Eliminate transfusion errors related to patient misidentification.

Goal: Improve the effectiveness of communication among caregivers.

• Report critical results of tests and diagnostic procedures on a timely basis.

Goal: Improve the safety of using medications.

• Label all medications, medication containers, and other solutions on and off the sterile field in
perioperative and other procedural settings. Note: Medication containers

include syringes, medicine cups, and basins.

• Reduce the likelihood of patient harm associated with the use of anticoagulant therapy.

• Maintain and communicate accurate patient medication information.

Goal: Reduce the harm associated with clinical alarm systems.

• Improve the safety of clinical alarm systems.

Goal: Reduce the risk of health care–associated infections.

• Comply with either the current Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

hand hygiene guidelines or the current World Health Organization (WHO) hand

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


18

hygiene guidelines.

• Implement evidence-based practices to prevent health care-associated infections

due to multidrug-resistant organisms in acute care hospitals.

• Implement evidence-based practices to prevent central line-associated bloodstream

infections.

• Implement evidence-based practices for preventing surgical site infections.

• Implement evidence-based practices to prevent indwelling catheter-associated urinary tract infections


(CAUTI).

Goal: Reduce the risk of patient harm resulting from falls.

• Reduce the risk of falls.

Goal: Prevent health care-associated pressure ulcers (decubitus ulcers).

• Assess and periodically reassess each resident’s risk for developing a pressure ulcer and take action

to address any identified risks.

Goal: The organization identifies safety risks inherent in its patient population.

• Identify patients at risk for suicide.

• Identify risks associated with home oxygen therapy, such as home fires.

Goal: Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure

• Conduct a pre-procedure verification process.

• Mark the procedure site.

• A time-out is performed before the procedure.

Sumber : The Joint Commission, 2013 dalam Ulrich dan Kear, 2014

2.2. Budaya Keselamatan (Safety Culture)


Budaya sebagai sebuah konsep telah banyak digunakan olah orang awam
sebagai sebuah kata untuk menunjukkan kecanggihan seperti ketika kita mengatakan
bahwa seseorang sangat “berbudaya”. Budaya juga digunakan oleh antropolog untuk
merujuk pada kebiasaan dan ritual bahwa masyarakat berkembang selama sejarah
mereka. Sementara itu, dalam beberapa dekade terakhir budaya juga digunakan oleh
beberapa peneliti organisasi dan manajer untuk merujuk pada iklim dan praktek-
praktek pada pengembangan organisasi mengenai bagaimana mereka menangani
pekerja, nilai-nilai yang dianut dan dipahami organisasi (Schein, 2004).

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan budaya sebagai pikiran dan


akal budi. Budaya merupakan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


19

sukar diubah. Budaya umumnya didefinisikan sebagai kepercayaan dan nilai-nilai


bersama. Schein (2004) mendefinisikan budaya sebagai suatu pola asumsi dasar, yang
diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh grup yang berbeda-beda sebagai
bentuk dari pembelajaran untuk menghadapi permasalahan dalam proses adaptasi
dengan lingkungan luar, maupun dalam proses integrasi terhadap pemecahan masalah
di dalam kelompok, yang dalam prakteknya telah ditetapkan sebagai metode yang
benar dalam memecahkan masalah tersebut dan kemudian diturunkan/disampaikan
kepada anggota baik sebagai cara yang benar dalam mengartikan, memikirkan, dan
merasakan hal—hal yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Ada banyak teori mengenai safety culture dengan berbagai model yang
muncul, seperti Turner (1998), Rasmussen (1997), Reason (1997) dan Levenson
(2004). Namun, untuk memudahkan dalam pemahaman praktis mengenai fenomena
model budaya dihubungkan dengan teori Schein (Taylor, 2010).

Teori Schien menunjukkan bahwa budaya organisasi muncul dari keyakinan


bersama. Keyakinan ini mengarahkan sebuah perilaku kolektif organisasi tidak selalu
terbuka tapi pada kenyataannya terkubur dibawah lapisan-lapisan mendukung yang
dapat diobservasi dari nilai-nilai, sikap dan artefak. Sehingga disarankan bahwa
keyakinan dan budaya dapat dinilai dan ditafsirkan secara tidak langsung melalui
pengamatan terhadap perilaku manusia (Taylor, 2010).

Lapisan-lapisan generic model elemen budaya Schien dapat diringkas sebagai


: belief (keyakinan), values (nilai), attitudes (sikap), artefacts (artefak), dan
behaviours (perilaku). Gambar 1 menunjukkan ilustrasi skema elemen-elemen budaya
tersebut.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


20

Gambar 2.1 Safety-Beliefs Dan Espoused Values Yang Mengarah Pada Attitude
Dan Safety-Behaviours

BEHAVIOURS

ATTITUDES

ARTEFACTS

ESPOUSED VALUE

BELIEFS

Sumber : Schein, E dalam Taylor, 2010

Kombinasi dari elemen-elemen : belief, values, attitudes, dan artefacts akan


menghasilkan budaya melalui behaviours atau human performance. Meskipun
behaviours mempunyai hubungan yang kuat terhadap elemen-elemen budaya, generic
model mengatakan bahwa suatu keyakinan organisasi dapat membentuk perilaku
pekerja. Selain itu, jika sekumpulan keyakinan dan perilaku terkait menghasilkan
“kesuksesan” organisannya akan berujung pada budaya yang tetap dan berkelanjutan.

Bentuk lain dari teori organizational culture diibaratkan seperti lapisan


bawang. Di lapisan paling dalam terdapat keyakinan. Untuk memahami suatu budaya,
setiap lapisan harus dianalisis secara mendalam untuk menganalisis dasar keyakinan
tersebut (Taylor, 2010).

2.2.1. Budaya Keselamatan (Safety Culture) Vs Iklim Keselamatan(Safety Climate)


Perbedaan penting mengenai konsep budaya dan iklim Schein (2004) bahwa
iklim ditentukan oleh sikap, nilai-nilai pendukung dan keyakinan hanyalah

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


21

manifestasi di permukaan suatu budaya dan budaya itu sendiri lebih kepada tampilan
ke dalam tingkat yang lebih jauh ke dalam asumsi-asumsi dasar organisasi (Flin,
2007).

Safety climate adalah persepsi dan perilaku dari pekerja dalam suatu organiasi
yang dapat dijadikan indikasi tingkat dari safety culture (Flin, 2007; Nelson et al,
2011). Sedangkan safety culture merupakan hasil dari pergerakan semua unsur
organisasi secara bersama-sama yang mencakup semua anggota organisasi, sistem
organisasi dan kegiatan-kegiatan kerjanya kearah tujuan (The Regents of The
University of Michigan, 2002).

Iklim organisasi diperoleh dari pengalaman pekerja dan bagaimana mereka


memandang lingkungan mereka. Iklim mempengaruhi bagaimana anggota organisasi
berperilaku berdasarkan cara mereka berfikir dan rasakan mengenai lingkungan kerja
mereka. Persepsi mengenai lingkungan kerja menyebabkan mereka menafsirkan
peristiwa, kemudian membangun sikap yang pada akhirnya menentukan bagaimana
mereka bersikap (Bowen dan Ostroff, 2004; Walston, 2006).

Selama kurang waktu 1980an, istilah budaya dianggap menggantikan iklim.


Seiring perkembagan penelitian, maka kedua istilah tersebut dianggap sebagai hal
yang bertingkat (Clarke et al, 2002; Hamaideh, 2004). Kedua istilah tersebut sering
kali tumpang tindih dalam penggunaanya. Iklim dapat diartikan sebagai preciding
culture atau culture in making. Iklim merupakan refleksi dari asumsi-asumsi budaya
(Schein, 2004). Iklim lebih pada mengukur sikap dan persepsi positif atau negative
indivisu terhadap aspek-aspek budaya (Cooper et al, 2008).

Dalam penelitian ini beberapa literatur dan jurnal masih tumpang tindih
dalam penggunaan safety culture dan safety climate. Sehingga untuk penyedehanaan
dan kemudahaan dalam penyampaiin makan dalam penelitian ini menggunakan jurnal
mengenai patiet safety climate maupun patient safety culture.

2.3. Budaya Patient safety (Patient Safety Culture)


Budaya Keselamat Pasien atau Patient Safety Culture didefinisikan sebagai
“nilai-nilai bersama antara anggota organisasi tentang apa yang penting, keyakian
mereka tentang bagaimana segala sesuatu berlangsung dalam organisasi, dan interaksi

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


22

antara unit kerja, struktur organisasi dan sistem, yang bersama-sama menghasilkan
norma-norma perilaku dalam organisasi yang mempromosikan patient safety .(Singer
et al, 2009).

Reason dan Hobbs (2003 dalam Ulrich dan Kear, 2014) mengidentifikasikan 3
komponen utama dari safety culture, yaitu learning culture, just culture, dan reporting
culture. Just culture adalah budaya kepercayaan, yaitu dimana apa yang dapat
diterima dan tidak dapat diterima didefinisikan, dan keadilan dan akuntabilitas
merupakan hal yang sangat penting. Reporting culture mendorong dan memfasilitasi
pelaporan kesalahan (errors) dan masalah keselamatan, serta komitmen untuk terus
melakukan perbaikan. Learning culture adalah salah satu komponen budaya yang
didapat dari kesalahan (errors), nearmiss, dan masalah-masalah keselamatan lainnya.
Ketiga komponen tersebut saling terkait dan melengkapi satu sama lain, tanpa just
culture, sebuah organisasi minim dalam pelaporan, tanpa reporting culture, sebuah
organisasi tidak memiliki kesempatan untuk belajar dan melakukan perbaikan dari
kesalahannya.

Meskipun para profesional medis selama bertahun-tahun telah berusaha untuk


meningkatkan kualitas dan standarisasi proses dalam kegiatan pelayanan kesehatan,
namun hal tersebut tidak cukup untuk mengontrol terjadinya kesalahan (error).
Organization climate harus mendorong dalam penyebaran informasi dan mendukung
keselamatan (Hofmann dan mark, 2006; Walston, 2006).

Patient safety culture telah terbukti berhubungan dengan perilaku para


pemberi pelayanan kesehatan, seperti peningkatan pelaporan insiden/kejadian yang
merugikan (Braithwaite et al, 2010), menurunkan adverse event (Kejadian Tidak
Diharapkan/KTD) di Rumah Sakit (Mardon et al., 2010; Singer et al., 2009), dan
mortalitas pasien di unit perawatan intensif (Huang et al., 2010), serta penilaian
positif terhadap perawatan yang diberikan oleh pasien (Sorra et al., 2012; Ulrich dan
Kear, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Singer dan rekan (2009) mengenai hubungan
antara budaya patient safety dan data indikator patient safety dari 91 rumah sakit di 37
negara. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat budaya patient safety
yang tinggi berhubungan dengan tingkat kinerja patient safety yang tinggi, dan rumah
sakit yang pekerjanya lebih sering melaporkan masalah mengenai rasa takut malu dan

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


23

menyalahkan ternyata memiliki risiko yang jauh lebih tinggi tentang keselamatan.
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa budaya patient safety yang lebih baik
berhubungan dengan risiko patient safety yang rendah jika budaya patient safety
tersebut diukur menggunakan pesepsi dari frontlinepersonal, tetapi tidak jika diukur
dengan persepsi budaya keselamatan dari senior management.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Buerhaus dan rekan (2007) meneliti
dampak dari kekurangan perawatan pada pelayanan pasien di rumah sakit dalam
persepsi perawat, Pimpinan perawat (Chief Nursing Officers/CNOs), dan Pimpinan
eksekutif rumah sakit (Chief executife hospital/CEO). Pada pertanyaan seberapa
sering mereka akan mengatakan bahwa kekurangan pelayanan yang ada pada saat itu
akan berdampak buruk pada patient safety, direct care mengatakan 65%, dokter
mengatakan 36%, CNOs mengatakan 26%, dan CEO mengatakan 17%. Perbedaan
persepsi antar level ini dapat menjadi hambatan dalam menciptakan patient safety.
Misalnya, jika CEO merasa bahwa kekurangan perawat mempengaruhi keselamat
pasien, maka kemungkinan mereka akan menghasilkan keputusan untuk
mengalokasikan sumber daya manusia dan fisikal akan sangat kecil (Ulrich dan Kear,
2014).

2.3.1. Penilaian Budaya Patient safety (Patien Safety Culture)


Beberapa alat untuk mengukur budaya patient safety dan berbagai elemen
budaya patient safety telah dikembangkan. European Society for Quality in
Healthcare (ESQH) telah mencatat ada 15 instrumen dalam penilaian budaya patient
safety, namun hanya 3 diantaranya yang memenuhi kriteria, yaitu :

1. Hospital survey on Patient safety Culture dari Agency fo Healthcare Research and
Quality (AHQR) di Amerika Serikat

2. Manchester Patient safety Assessment Framewrk dari University of Manchester di


Inggris

3. Safety Attitudes Questionnaire dari University of Texas/Johns Hopkins University


di Amerika Serikat.

Diantara 3 instrumen tersebut, ESQH kemudian menyarankan penggunaan survei


yang dikembangkan oleh AHRQ berdasarkan pada 8 “set criteria”. Survei AHRQ

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


24

mengukur persepsi pekerja terhadap budaya patient safety di area kerja, dan
keseluruhan rumah sakit. Ada 12 dimensi budaya patient safety, yang mana masing-
masing dimensi diukur dengan tiga atau empat pertanyaan survei.

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Patient Safety


Sebuah patient safety culture yang yang layak dibangun dari komitmen
kepemimpinan organisasi yang tidak menghukum ketika kesalahan/error terjadi
(Battles, 2004; Fleming, 2005; Nieva dan Sorra, 2003; Walston et al, 2008).

Sammer, et al. (2010) telah melakukan tinjuan literatur mengenai budaya


keselamatan dan mengidentifikasikan tujuh subkultur budaya keselamatan psien, yaitu
: kepemimpinan, kerja sama tim, perawatan berdasarkan bukti (evidence-based care),
komunikasi, belajar, just, dan berorientasi pada pasien (Ulrich dan Kear, 2014).

Mcfadden, et al. (2009) meneliti mengenai apa yang mereka sebut dengan
“patient safety chain”. Mereka mengumpulkan data dari 371 rumah sakti di seluruh
Amerika Serikat dan menemukan bukti empiris bahwa meningkatkan patient safety
dimulai pada tingkat tertinggi organisasi dengan gaya kepemimpina transformasional,
yang mengarah pada penciptaan budaya keselamatan, menumbuhan inisiatif pekerja
terhadap penerapan patient safety, sehingga pada akhirnya menghasilkan peningkatan
pada patient safety (Ulrich dan Kear, 2014)..

Singer (2013) telah mengkategorikan dimensi-dimensi organisasi yang dapat


membentuk patient safety climate yang positif, yaitu keterlibatan manajemen
(management engagement), sistem pelaporan dengan kebijakan dan prosedur yang
tepat, dan organizational resources (Naveh et al, 2005; Walston,2008). Walston
(2008) kemudian mengilustrasikan hubungan antara ketiga dimensi tersebut yang
mempengaruhi patient safety, hubungannya dengan organizational climate dan
menghasilkan patient safety. Lihat gambar 2.2.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


25

Gambar 2.2 Hubungan antara dimensi-dimensi yang mempengaruhi

Patient safety (Walston, 2012).

2.4.1. Management Support


Kunci dalam menciptakan patient safety climate yang positif adalah dukungan dan
kemampuan manajerial untuk mengarahkan staff untuk merumuskan rencana-rencana yang
stategis. Patient safety berasal dari gabungan pengarahan (directives), perilaku (behavior),
dan tindakan (action) yang disusun oleh manajer dan diinterpretasikan dan dilaksanakan oleh
dokter, untuk meningkatkan pelayanan dan meminimalkan hambatan yang mungkin
menghambat keberhasilan dan peningkatan (Walston, 2012). Oleh karena itu, patient safety
adalah juga upaya dari manajerial dan dokter (Nieva dan Sorra, 2003; Fleming, 2005).
Manajer menetukan prioritas pekerja dengan tindakan, tujuan dan focus mereka. Hal ini
kemudian memutivasi kinerja pekerja, menetapkan beban kerja, imbalan, hukuman dan
tekanan yang dihasilkan untuk menciptakan keselamatan bagi pasien selama kegiatan
pelayanan. Pimpinan memprioritaskan keselamatan dengan menekankan perilaku
keselamatan tertentu dan terus menerus menekan aspek lainnya. Sehingga pada akhirnya
pekerja mempunyai sudut pandang terhadap keselamatan sebagaimana pimpinan/manajerial
melihat aspek keselamatan tersebut (Flin et al, 2000; Zohar, 2002).

Komunikasi antar pekerja dalam suatu area medis sangat penting untuk keselamatan.
Kominikasi yang baik mendukung perencanaan, pembuatan keputusan, pemecahan masalah
dan penentuan tujuan, serta peningkatan tanggung jawab bersama untuk pelayanan pasien.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


26

Kerja sama dan kolaborasi melalui komunikasi yang tepat menentukan dalam kepuasan
pasien. Iklim mempengaruhi komuni kasi terjait keselamatan pasein. Hal ini penting untuk
dipastikan bahwa seluruh komunikasi digunakan secara tepat untuk menciptakan iklim
patient safety (Walston, 2012).

Selain komunikasi, motivasi yang terus menerus serta kejelasan sangat penting untuk
menciptakan iklim patient safety yang positif. Saling berbagi informasi dan umpan balik yang
dilakukan oleh supervisor dan manajer sangat mempegaruhi dalam menciptakan lingkungan
yang aman (Bisognano et al, 2005). Iklim patient safety membutuhkan umpan balik
berkelanjutan dan akses informasi keselamatan dalam berbagai bentuk, termasuk komunikasi
dan pelatihan. Umpan balik yang jelas dapat mengurangi kesalahan dan menyebabkan
pekerja menyadari apa yang harus dilakukan untuk menjamin keselamatan (Erez,
1977;Walston, 2012). Kesadaran ini meningkatkan kemungkinan bahwa pekerja akan
menggunakan informasi (Reber dan Wallin, 1984;Walston, 2012). Manajer dapat
mengarahkan ketertarikan pekerja pada keselamatan ketika mempublikasikan informasi
keselamatan dan memberikan pelatihan. Hal ini mempermudah penyebaran pengetahuan di
antara anggota organisasi dan memperkuat persepsi yang sama terkait keselamatan untuk
mengembangkan iklim keselamatan yang tepat (Naveh et al., 2005; Walston, 2012).

2.4.2. Sistem Pelaporan


Sistem pelaporan yang tepat merupakan aspek utama iklim patient safety.
Peningkatan patient safety membutuhkan pelaporan kesalahan yang bermanfaat dan
perbaikan sistem untuk mengurangi insiden (Tamuz dan Thomas, 2006; Walston,
2012).Sistem pelaporan semestinya dapat meningkatkan patient safety dengan mempelajari
kesalahan yang pernah terjadi dan menentukan pola risiko yang mungkin tidak dapat
diketahui tanpa sebuah sistem pelaporan (McFadden et al., 2006).

2.4.3. Sumber Daya Yang Memadai


Aspek sumber daya yang memadai terdiri dari teknologi informasi dan beban kerja.
Teknologi informasi dibutuhkan untuk berkomunikasi secara mendalam pada organisasi
pelayanan kesehatan yang kompleks saat ini. Contohnya pemesanan obat otomatis, system
pemasukan dan peningkatan data meningkatkan keakuratan komunikasi dan mengurangi
kesalahan medis secara umum. Teknologi informasi medis mengurangi human error dan

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


27

membantu penyedia jasa medis untuk menawarkan kualitas jasa yang lebih baik (Walston,
2012).

Beban kerja berlebihan cenderung untuk meminimalisasi arus komunikasi dan uman
balik yang berakibatt pada kemarahan dan kesinisan. Beban kerja yang tidak sesuai
menguangi transmisi informasi penting yang berakibat negatif pada iklim keselamatan
organisasi.

2.5. Meningkatkan Patient SafetyCulture Melalui Leadership


Industri kesehatan menuntut keamanan dan efisesiensi. Tidak seperti industri lain,
seperti penerbangan, yang telah menerapkan pendekatan yang lebih kolektif untuk mencapai
out come yang aman dalam lingkungan dengan stres tinggi, industri kesehatan secara historis
melakukan pendekatan dengan memperkuat citra seorang praktisi mencapai keselamatan
melalui pengetahuan yang dapat dicontoh dan skill/keterampilan (Abrahamson, et. al., 2011).

Industri kesehatan telah menunjukkan keengganannya untuk belajar dari industri


lainnya. Banyak pemimpin dan dokter mengatakan kesehatan adalah unik dan harus
menemukan solusinya dari dalam ke luar. Di satu sisi klaim ini berlaku: industry kesehatan
memang unik. Pada kenyataannya, organisasi kesehatan tidak organisasi sama sekali,
setidaknya dalam bentuk seperti organisasi dan lembaga industri pemerintahan. Organisasi
kesehatan lebih seperti konfederasi konstituen dengan tujuan umum. Bahkan di pusat medis
akademis, afiliasi dan loyalitas sering kali diberikan lebih kuat untuk profesi, disiplin, dan
keahlian khusus daripada lembaga. Perbedaan ini memiliki implikasi besar untuk
menciptakan budaya keselamatan yang mana lembaga-lembaga kesehatan tahu bahwa
mereka harus mengembangnya (Krause dan Hidley, 2009).

Krause dan Hidley (2009) dalam bukunya Taking The Lead In Patient Safety : How
Healthcare Leaders Influence Behaviour And Create Culture menjelaskan ada 5 cara berfikir
untuk meningkatkan patient safety dan pekerja, diantaranya : berfikir kepemimpinan
(leadership), berfikir sistem (system), berfikir strategi, berfikir budaya (culture), dan berfikir
perilaku (behavior).

1. Kepemimpinan (Leadership)

Cara yang paling optimal untuk meningkatkan keselamatan di kesehatan


adalah dengan memulai penyelarasan terhadap kepemimpinan dari konstitusi utama,

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


28

seperti : jajaran direksi, pimpinan dokter, dan pimpinan sistem kesehatan, termasuk
CEO dan pimpinan langsung. Semua konstitusi menang ketika patient safety
meningkat. Dengan mengingkatnya patient safety dan keselamatan pekerja
meningkat, kepuasan pekerja meningkat, kualitas perawatan meningkat, biaya
malapraktek menurun, reputasi keseluruhan dan keamanan lembaga meningkat.

2. Sistem (System)

Memperbaiki patient safety membutuhkan strategi. Sudah sangat sering


keselamatan datang setelah efisiensi, setelah ekonomi, dan setelah keuntungan.
Menampilkan keselamatan sebagai salah satu langkah dalam institusional tidak cukup
baik, keselamatan tetap dilihat rendah daripada memerintah posisi sentral yang sah
sebagai nilai strategis bagi pimpinan organisasi di semua level. Sehingga dibutuhkan
strategis yang baik untuk meningkatkan patient safety dan pekerja.

3. Strategi (Strategy)

Memperbaiki patient safety membutuhkan strategi. Sudah sangat sering


keselamatan datang setelah efisiensi, setelah ekonomi, dan setelah keuntungan.
Menampilkan keselamatan sebagai salah satu langkah dalam institusional tidak cukup
baik, keselamatan tetap dilihat rendah daripada memerintah posisi sentral yang sah
sebagai nilai strategis bagi pimpinan organisasi di semua level. Sehingga dibutuhkan
strategi yang baik untuk meningkatkan patient safety dan pekerja.

4. Berfikir Budaya

Kepemimpinan menciptakan budaya pada setiap pikiran, perkataan, dan


perbuatan. Penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kepemimpinan, budaya
dan safety outcomes, dimana kepemimpinan dapat meramalkan budaya, dan budaya
dapat meramalkan safety outcome.

5. Berfikir Perilaku

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


29

Menjadi safety leader berarti menemukan hubungan antara cara bertindak


sebagai leader dan menyatakan patient safety di institusi, baik dalam organisasi
maupun pada lingkup tanggung jawab.

Lebih jauh, Krause dan John kemudian mengembangkan sebuah kerangka penerapan
safety di bidang kesehatan, disebut dengan Blueprint For Healthcare Safety Excellent
(Gambar 1). Blueprint For Healthcare Safety Excellent menyediakan cara yang berguna
untuk memilah hubungan antara Leadership, Organization Culture, Safety Climate,
Healthcare Safety-Enabling Elements, Organizational Sustaining System, dan working
interface dan mengidentifikasikan bagaimana komponen-komponen ini mempengaruhi
pajanan pasien dan pekerja terhadap bahaya dilingkungan kerja. hubungan antara komponen
tersebut diantaranya :

1. Leadership
Aspek leadership melihat hal yang benar yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan dan memotivasi organisasi, apakah itu sebuah tim atau perusahaan, untuk
melakukan hal-hal ini secara efektif. Safety Leadership dilaksanakan oleh
pengambilan keputusan, yang dibentuk oleh keyakinan pemimpin dan ditunjukkan
oleh tingkah lakunya.
2. Organization Culture
Nilai-nilai yang mengarahkan organisasi. Asumsi tak tertulis dan sering tidak
sadar tentang bagaimana hal tersebut dilakukan. Organization culture dibedakan
dari Safety Climate yang merupakan penekanan yang berlaku dan secara sadar
dirasakan untuk diberikan kepada pasien dan keselamatan pekerja dengan
pimpinan organisasi.
3. Healthcare safety – enabling elements
Kumpulan mekanisme yang mengurangi atau menghilangkan paparan bahaya
dalam kegiatan bekerja. Organisasi yang berbeda mengklasifikasikan mekanisme
ini dengan cara yang berbeda, tetapi faktor-faktor tersebut biasanya berupa
pengenalan bahaya dan mitigasi, insiden analisis akar penyebab (robot cause
analysis), pelatihan, peraturan, prosedur, kebijakan, dan program peningkatan
keselamatan.
4. Organization Sustaining Systems

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


30

Kumpulan sistem yang mempertahankan unsur-unsur keselamatan,


memungkinkan kesehatan dan menjamin efektivitas mereka. Sistem meliputi
struktur organisasi, pemilihan dan pengembangan sumber daya manusia,
manajemen kinerja, imbalan keuangan, dan tingkat keterlibatan pekerja
5. Working Interface
Lingkungan di mana paparan bahaya dibuat, dikurangi, atau dihilangkan, dan di
mana dampak buruk terjadi dan dicegah. Lingkungan tersebut bukannya kamar
pasien dan tempat klinis lainnya, tetapi juga setiap tempat staf, pasien, dan tempat
terjadinya interaksi lain seperti laboratorium, unit pencitraan resonansi magnetik,
lorong, angkutan pasien, dll.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


31

Gambar 2.3 Blueprint For Healthcare Safety Excellence

Leadership

Healthcare
Organizational
Safety-Enabling
Sustaining Systems
Elements

Hazard Recognition and Organizational Structure


Mitigation
Organizational
Culture Selection, Development,
Skills, Knowledge, and and Retention
Training
Alignment
Regulations and
Performance Management
Accreditations
Rewards and Recognition
Policies and Procedures
Employee Engagement
Patient Safety
Systems
Improvement Mechanism Facilities and Technology

Working Interface
Service Patients
Provider

Procedures

Sumber : Krause dan Hidley, 2009

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


32

6. Gambaran Umum Rumah Sakit ABC

2.6.1. Sejarah Singkat

Perjalanan Rumah Sakit ABC sudah mulai sejak tahun 1970 . Rumah Sakit
ABC berawal dari sebuah klinik yang dibentuk pada tahun 1970. Klinik tersebut
adalah Klinik kesehatan PT ABC, sebuah perusahaan BUMN di Padang, dan
kemudian berubah menjadi Unit Biro Kesehatan.

Seiring dengan kebutuhan akan layanan kesehatan, maka pada tahun 1997,
Unit Biro Kesehatan berkembang menjadi Rumah Sakit ABC. Peran sebagai Rumah
Sakit mulai dijalankan oleh manajemen ini. Tidak cukup sampai disitu, Manajemen
terus melakukan pengembangan dengan melakukan perubahan Badan Hukum
Yayasan Rumah Sakit ABC menjadi Yayasan ABC pada tahun 2009.

Sebagai bukti kinerja layanan yang berstandar kepada pasien, pada tahun
2012, Rumah Sakit ABC sudah lulus penuh 3 tahun akreditasi nasional dengan lima
bidang pelayanan kepada pasien.

2.6.2. Visi Dan Misi

Visi :

Menjadi Rumah Sakit Umum terbaik dan bertaraf Internasional di Sumatera

Misi :

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi pelanggan dengan tenaga


medis yang kompeten dan didukung oleh peralatan dan teknologi kedokteran yang
handal.
2. Menunjang tanggung jawab social PT ABC (CSR) berupa penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat sehingga tewujudnya pola hidup sehat.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


33

Membantu perekonomian nasional dengan berusaha mengurangi pengeluaran


devisa untuk berobat ke luar negeri.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


34

BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI
OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1. `Kerangka Teori


Berdasarkan pemaparan dalam BAB II Tinjauan Pustaka, maka kerangka teori dalam
penelitian ini dikembangkan dari teori-teori, yaitu :

1. Teori Schien menunjukkan bahwa budaya organisasi muncul dari


keyakinan bersama. Keyakinan ini mengarahkan sebuah perilaku kolektif
organisasi tidak selalu terbuka tapi pada kenyataannya terkubur dibawah
lapisan-lapisan mendukung yang dapat diobservasi dari nilai-nilai, sikap
dan artefak. Sehingga disarankan bahwa keyakinan dan budaya dapat
dinilai dan ditafsirkan secara tidak langsung melalui pengamatan terhadap
perilaku manusia (Taylor, 2010).

2. Iklim merupakan refleksi dari asumsi-asumsi budaya (Schein, 1985;


Rachmawati, 2012; Utami, 2014). Iklim lebih pada mengukur sikap dan
persepsi positif atau negative indivisu terhadap aspek-aspek budaya
(Cooper et al, 2008; Rachmawati, 2012; Utami, 2014).

3. AHQR mengelompokkan dimensi patient safety dalam 12 dimensi.

4. Singer (2009; Walston, 2012) ada 3 dimensi yang paling mempengaruhi


dlam patient safety yaitu : dukungan manajemen, sistem pelaporan, dan
Sumber daya yang memadai

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


35

Safety Culture (Cooper, 2001)

Dimensi-Dimensi (Cooper,Patient
2001) Safety Climate Faktor-Faktor yang
Patient Safety : mempengaruhi :
- Supervisor
expectations and 1. Management
actions promoting supoirt
safety (Cooper, 2001)Safety
Patient a. Komukinasi
- Organisational
learning – b. Alur Informasi
continuousimprovem
ent (Cooper, 2001)
c. Feedback
- Teamwork within 2. Reporting system
hospital units Manifestasi :
- Communication 3. Adequace
1. Kesalahan Pengobatan
openness Resource
- Feedback and (Medication Errors)
communication 2. Kesalahan Pembedahan a. Teknologi
about error (Surgical Errors) b. Beban Kerja
- Non-punitive
response to error 3. Kesalahan Diagnosis (Walston, 2012)
- Staffing (Diagnostic Errors)
- Hospital
management support 4. Faktor Manusia dan
for patientsafety Kesalahan Pada Hubungan
- Teamwork across Pekerja dan Mesin
hospital units
5. Kesalahan Transisi dan
- Hospital handoffs
and transitions
Handoff
- Frequency of event 6. Kesalahan Kerjasama
reporting Kelompok dan Komunikasi
- Overall perceptions
of safety 7. Infeksi Nosocomial
(AHRQ)
8. Komplikasi Lain Dalam
Pelayanan Kesehatan
Watcher (2008)

Gambar 3.1 Kerangka Teori

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


36

3.2. Kerangka Konsep


Singer (2013) telah mengkategorikan dimensi-dimensi organisasi yang dapat
membentuk patient safety climate yang positif, yaitu keterlibatan manajemen
(management engagement), sistem pelaporan dengan kebijakan dan prosedur yang
tepat, dan organizational resources (Naveh et al, 2005; Walston,2008). Walston
(2008) kemudian mengilustrasikan hubungan antara ketiga dimensi tersebut yang
mempengaruhi patient safety, hubungannya dengan organizational climate dan
menghasilkan patient safety.
1. Dukungan Management
Dimensi manajemen meliputi komunikasi, arus informasi dan feedback.
Kominikasi yang baik mendukung perencanaan, pembuatan keputusan,
pemecahan masalah dan penentuan tujuan, serta peningkatan tanggung jawab
bersama untuk pelayanan pasien (Walston, 2012). Saling berbagi informasi dan
umpan balik yang dilakukan oleh supervisor dan manajer sangat mempegaruhi
dalam menciptakan lingkungan yang aman (Bisognano et al, 2005)

2. Sistem Pelaporan
Sistem pelaporan yang tepat merupakan aspek utama iklim patient safety.
Peningkatan patient safety membutuhkan pelaporan kesalahan yang bermanfaat
dan perbaikan sistem untuk mengurangi insiden (Tamuz dan Thomas, 2006;
Walston, 2012).Sistem pelaporan semestinya dapat meningkatkan patient safety
dengan mempelajari kesalahan yang pernah terjadi dan menentukan pola risiko
yang mungkin tidak dapat diketahui tanpa sebuah sistem pelaporan (McFadden et
al., 2006).

3. Sumber Daya Yang Memadai


Sumber daya menjadi penting karena secara tidak langsung merupakan faktor
yang mendukung untuk terciptanya patin safety. Dimensi lingkungan kerja
diantaranya komunikasi dan kerja sama tim (Waltson (2008), Kho, et. al (2009),
Nie, et. al (2013)). Dimensi sumber daya yang memadai terdiri dari teknologi
informasi dan beban kerja.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


37

Ketiga dimensi tersebut merupakan variabel independen dalam penelitian ini


yang selanjutnya akan dilihat hubungannya dengan variabel dependen yaitu patient
safety. Sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

DukunganManajemen

 Komunikasi
 Alur Informasi
 Feedbak

Patient
Sistem Pelaporan Safety
Climate

Kecukupan Sumber
Daya

 Teknologi Informasi
 Beban Kerja

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


38

3.3. Definisi Operasional


3.3.1. Variabel Dependen

VARIABLE SKALA
NO DEFINISI OPERASIONAL ALAT UKUR CARA UKUR HASIL UKUR
DEPENDEN UKUR
1 Patient safety Persepsi responden mengenai patient Ordinal Kuesioner Wawancara Baik : Nilai
climate safety climate yang diukur dari 12 berada diatas
dimensi patient safety climate rerata (Mean)
berdasarkan AHRQ
Buruk : Nilai
berada dibawah
rerata (Mean)
12 Overall Persepsi responden mengenai Ordinal Kuesioner Wawancara Baik : Nilai
perception of keselamatan secara umum berada diatas
safety rerata (Mean)
13 Frequency of Persepsi responden mengenai pelaporan Ordinal Kuesioner Wawancara Buruk : Nilai
even reporting kecelakaan ditempat kerja berada dibawah
rerata (Mean)
2 Supervision Persepsi responden mengenai Ordinal Kuesioner Wawancara Baik : Nilai
expectations tanggapan dan reaksi supervisor dan berada diatas
and actions manajer mereka dalam mempromosikan rerata (Mean)
promoting keselamatan, serta ekspektasi mereka
safety dalam kegiatan promosi keselamatan
3 Organistion Persepsi responden mengenai reaksi Ordinal Kuesioner Wawancara Buruk : Nilai
Lerning – dan proses pembelajaran organisasi berada dibawah
continous terkait issue-issue keselamatan yang rerata (Mean)
improvement mereka hadapi

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


39

4 Teamwork Persepsi responden mengenai Ordinal Kuesioner Wawancara Baik : Nilai


within kerjasama antar pekerja dalam satuan berada diatas
departemen unit kerja/departemen di Rumah Sakit. rerata (Mean)
5 Communication Persepsi responden mengenai Ordinal Kuesioner Wawancara Buruk : Nilai
oponness keterbukaan dan komunikasi ditempat berada dibawah
kerja rerata (Mean)
6 Feedback and Persepsi responden mengenai Ordinal Kuesioner Wawancara Baik : Nilai
communication tanggapan dan komunikasi yang berada diatas
about error dilakukan oleh manajemen terhadap rerata (Mean)
error/kesalahan yang terjadi
7 Nonpunitive Persepsi responden mengenai perasaan Ordinal Kuesioner Wawancara Buruk : Nilai
response to kekhawatiran dan rasa bersalah berada dibawah
error terhadap kesalahan yang pernah mereka rerata (Mean)
lakukan
8 Staffing Persepsi responden mengenai Ordinal Kuesioner Wawancara Baik : Nilai
kecukupan tenaga kerja/kepegawaian berada diatas
dan beban kerja yang mereka alami rerata (Mean)
9 Hospital Persepsi responden mengenai dukungan Ordinal Kuesioner Wawancara Buruk : Nilai
managemet manajemen terhadap keselamatan berada dibawah
suport for pasien rerata (Mean)
patient safety
10 Teamwork Persepsi responden mengenai Ordinal Kuesioner Wawancara Baik : Nilai
acoss hospital kerjasama antara unit-unit/departmen di berada diatas
departemens rumah sakit rerata (Mean)
11 Hospital Persepsi responden mengenai kegiatan Ordinal Kuesioner Wawancara Buruk : Nilai
handoffs & handoff dan pergantian antar shift berada dibawah
transitions terkait keselamatan pasien rerata (Mean)

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


40

3.3.2. Variable Independen

VARIABLE SKALA
NO DEFINISI OPERASIONAL ALAT UKUR CARA UKUR HASIL UKUR
INDEPENDEN UKUR
1 Dukungan Persepsi responden mengenai dukungan Ordinal Kuesioner Wawancara Mendukung :
Manajemen manajemen yang diukur dari 3 aspek, Nilai berada
diantaranya komunikasi, alur informasi, diatas rerata
dan feedback (Mean)
Tidak
Mendukung :
Nilai berada
dibawah rerata
(Mean)
a. Komunikasi Persepsi responden mengenai kondisi Ordinal Kuesioner Wawancara Mendukung :
ditempat kerja dalam hal kejelasan jalur Nilai berada
komunikasi terkait patient safety, diatas rerata
komunikasi antar unit, komunikasi antar (Mean)
pekerja, dan komunikasi antar pasien
Tidak
Mendukung :
Nilai berada
dibawah rerata
(Mean)
b. Alur Informasi Persepsi responden mengenai informasi Ordinal Kuesioner Wawancara Mendukung :
mengenai patient safety yang ada di Nilai berada
Rumah Sakit, dukungan manajemen dalam diatas rerata
penyediaan infromasi yang sama terhadap (Mean)
seluruh pekerja
Tidak

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


41

Mendukung :
Nilai berada
dibawah rerata
(Mean)
c. Feedback Persepsi responden menilai usaha yang Ordinal Kuesioner Wawancara Mendukung :
dilakukan top manajemen dalam Nilai berada
menghargai upaya pekerja untuk diatas rerata
meningkatkan perilaku selamat (Mean)
Tidak
Mendukung :
Nilai berada
dibawah rerata
(Mean)
2 Sistem Pelaporan Persepsi responden mengenai kondisi Wawancara
ditempat kerja dalam hal kejelasan jalur
pelaporan insiden, serta kesadaran pekerja Ordinal Kuesioner Baik : Nilai
untuk melaporkan insiden berada diatas
rerata (Mean)
Kurang : Nilai
berada dibawah
rerata (Mean)
3 Kecukupan Persepsi respon mengenai kecukupan Ordinal Kuesioner Wawancara Cukup : Nilai
sumber Daya sumber daya ditempat kerja yang dinilai berada diatas
dari aspek teknologi informasi dan beban rerata (Mean)
kerja
Tidak Cukup :
Nilai berada
dibawah rerata
(Mean)

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


42

a. Teknologi Persepsi responden terhadap manajemen Ordinal Kuesioner Wawancara Cukup : Nilai
informasi dalam menyediakan sarana dan prasarana berada diatas
yang dibutuhkan, khususnya teknologi rerata (Mean)
yang baik.
Tidak Cukup :
Nilai berada
dibawah rerata
(Mean)
b. Beban Kerja Persepsi responden terhadap kompetensi Ordinal Kuesioner Wawancara Ringan : Nilai
dirinya (pengetahuan, keterampilan dan berada diatas
kemampuan dalam menghadapi masalah rerata (Mean)
baik internal dan eksternal) yang dapat
mendukung peningkatan upaya Berat : Nilai
keselamatan berada dibawah
rerata (Mean)

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


43

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat analitik
dengan desain studi potong lintang/cross sectional. Dalam penelitian Cross
sectional, variabel sebab (independent) dan akibat (dependensi) yang terjadi
pada objek peneltian dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang
bersamaan).

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2015 – Desember 2015
pada salah satu rumah sakit swasta di Kota Padang, Sumatra Barat.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah perawat di Rumah Sakit ABC.
Berdasarkan data karyawan per April 2015 terdapat 175 perawat di Rumah
Sakit ABC.

4.3.2 Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh perawat yang bekerja di


ruang rawat inap Rumah Sakit ABC. Berdasarkan data karyawa pada bulan
April 2015 terdapat 62 orang perawat yang bekerja di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit ABC.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


44

4.4. Teknik Pengumpulan Data


4.4.1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer yang digunakan berupa hasil observasi,
wawancara tidak restruktur, hasil kuesioner yang diisi oleh perawat Rumah
Sakit ABC. Sedangkan data sekunder didapat dari data perusahaan, buku teks,
dan jurnal.

4.4.2. Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,
pedoman dan wawancara. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan persepsi
perawat terhadap iklim patient safety. Sementara pedoman wawancara
digunakan untuk mendapatkan informasi dari manajerial terkait variable-
variable penelitian.

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang


diteliti. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan
pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka
setiap instrumen hatus mempunyai skala. Untuk berbagai skala sikap dapat
menggunakan skala likert, skala guttman, rating scale, dan sematic
differential. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Fenomena
sosial ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut
sebagai variable penelitian. Dengan skala likert, variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator variabel tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusul item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan dan pertanyaan.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari


kuesioner yag dibuat oleh Waltson (2012) dan kuesioner patient safety survey
yang dikembangkan oleh AHRQ. Kedua kuesioner ini kemudian
dikembangkan dan dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan penelitan.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


45

Kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu bagian informasi umum


responden yang terdiri dari identitas responden, masa kerja dan unit kerja.
Bagian dua merupakan pertanyaan terbuka mengenai dukungan manajemen,
sistem pelaporan dan sumber daya. Pertanyaan terbuka tersebut memiliki 2
alternative jawaban untuk mengukur kesesuaian pernyataan dengan kondisi

Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, kuesioner akan diuji


untuk mengetahui kelayakanya dengan uji validitas dan reliabilitas
menggunakan SPSS. Uji validitas dilakukan dengan melihat nilai korelasi
(pearson correlation) adalah positif dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2.-
tailed)] ≤ taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Sementara uji reliabilitas dilakukan
dengan melihat nilai α cronbach. Instrumen penelitian dikatakan reliabel
apabila nilai α cronbach sebesar 0,8 atau lebih.

4.4.3. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
diberikan kepada responden dan wawancara tidak terstruktur.

4.5. Metode Pengolahan Data


Data-data penelitian berupa hasil kuesioner akan diolah melalui proses
pengolahan data sebagai berikut :

 Mengedit (editing)
Mengumpulkan data dan memeriksa kembali kelengkapan apakah ada
kesalahan dalam pengisian atau data yang diisi kurang lengkap.
 Pengkodean (coding)
Memberikan kode pada jawaban responden sesuai dengan pilihan jawaban
yang telah dipilih oleh responden. Dalam kuesioner terdapat 2 jenis
pertanyaan, pertanyaan positif dan negatif. Pertanyaan positif jawaban
Sangat Sesuai (SS) diberi kode 4, Sesuai (S) diberikode 3, Tidak Sesuai
(TS) diberi kode 2, dan Sangat Tidak Sesuai (TST) diberi kode 1.
Sementara pertanyaan negatif setiap jawaban diberi kode yang berlawanan
dengan pertanda positif, seperti jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


46

kode 4, Tidak Sesuai (TS) diberi kode 3, Sesuai (S) diberi kode 2, Sangat
Sesuai (SS) diberi kode 1.
 Memasukkan data (entry)
Memasukkan data-data yang telah dilakukan pengkodean ke dalam
komputer dengan menggunakan software SPSS versi 13.
 Membersihkan data (cleaning)
Membersihkan data dilakukan penelitian untuk mempertimbangkan
kelayakan data dalam analisis yang dilakukan.

4.6. Analisis Data


Dalam penelitian ini setelah dilakukan pengolahan data terhadap hasil
kuesioner yang dibagikan, kemudian data akan dianalisis secara statistik yang
terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat berfungsi
untuk mendeskripsikan variabel penelitian dengan distribusi dan frekuensinya.
Untuk mendapatkan hasil, masing-masing variable perlu ditentukan nilai cut
off point sebagai nilai batas untuk mengelompokkan hasil kuesioner sehingga
dapat diinterpretasisikan sesuai dengan definisi operasional penelitian. Nilai
cut off point pada penelitian ini didapat dari rata-rata (mean) total responden.
Nilai cut off point masing-masing variable dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Penyajian data hasil analisis univariat menggunakan grafik, tabel, maupun
diagram.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


47

Tabel 4.1a Nilai Cut off Point Variable Dependent

Variable Persepsi Rata-Rata

Baik ≥ 2,52
Patient Safety Climate
Buruk < 2,52

Dimensi 1 : Baik ≥ 2,79


Overall perception of safety Buruk < 2,79
Baik ≥ 2,82
Dimensi 2 :
Frequency of even reporting Buruk < 2,82

Baik ≥ 2,78
Dimensi 3 : Supervision expectations
and actions promoting safety Buruk < 2,78

Baik ≥ 3,05
Dimensi 4 : Organistion Lerning –
continous improvement Buruk < 3,05

Baik ≥ 3,25
Dimensi 5 : Teamwork within
departemen Buruk < 3,25

Baik ≥ 2,94
Dimensi 6 : Communication oponness
Buruk < 2,94

Baik ≥ 2,96
Dimensi 7 : Feedback and
communication about error Buruk < 2,96

Baik ≥ 2,46
Dimensi 8 : Nonpunitive response to
error Buruk < 2,46

Baik ≥ 2,55
Dimensi 9 : Staffing
Buruk < 2,55

Baik ≥ 2,46
Dimensi 10 : Hospital managemet
suport for patient safetys Buruk < 2,46

Baik ≥ 3,23
Dimensi 11 : Teamwork acoss
hospital departemen Buruk < 3,23

Dimensi 12 : Hospital handoffs & Baik ≥ 2,85


transitions Buruk < 2,85

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


48

Tabel 4.2b Nilai Cut off Point Variable Independent

Variable Persepsi Keterangan

Mendukung X ≥ 3,08
Dukungan Manajemen
Tidak Mendukung X < 3,08

Mendukung X ≥ 3,06
Komunikasi
Tidak Mendukung X < 3,06

Mendukung X ≥ 3,18
Alur Informasi
Tidak Mendukung X < 3,18

Mendukung X ≥ 2,96
Feedback
Tidak Mendukung X < 2,96

Baik X ≥ 2,90
Sistem Pelaporan
Buruk X < 2,90

Cukup X ≥ 2,84
Kecukupan Sumber Daya
Tidak Cukup X < 2,84

Cukup X ≥ 3,04
Teknologi Informasi
Tidak Cukup X < 3,04

Ringan X ≥ 3,40
Beban Kerja
Berat X < 3,40

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel


penelitian. Pada penelitian ini menggunakan uji Chi Square untuk melihat
keterkaitan variable dependent dengan independent yang bertipe kategorik,
dengan batas kemaknaan α (p-value) = 0,5, dan estimasi Confidential Interval
(CI) = 95%.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


49

BAB V
HASIL

5.1. Hasil Uji Reliabillitas Dan Validitas


Sebelum melakukan penelitian, dilakukan uji validitas dan relibialitas
dilakukan terhadap instrumen penelitian, yaitu kuesioner. Uji reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan software SPSS ver. 17 untuk melihat nilai cronbach’s alpha
dari masing-masing variable. Suatu variable dikatakan reliable jika nilai cronbach’s
alpha > 0,60. Hasil uji reliabilitas terhadap semua variable menunjukkan hasil yang
reliable, dengan nilai cronbach’s alpha variable Dukungan Manajemen sebesar 0,879,
Sistem pelaporan sebesar 0,886, Kecukupan Sumber Daya sebesar 0,888, dan Patient
safety Climate sebesar 0,864.

Uji validitas dengan menggunakan software SPSS ver. 17 dengan melihat


korelasi antara skor setiap pertanyaan dengan skor variable total. Kriteria instrumen
valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif dan nilai probabilitas
korelasi [sig. (2.-tailed)] ≤ taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Hasil uji validitas
terhadap kuesioner penelitian menunjukkan nilai korelasi (pearson correlation) yang
positif dan nilai probabilitas korelasi yang besar dari 0,05, sehingga berdasarkan hasil
statistik kuesioner ini diangap valid sebagai instrumen penelitian. Lihat Lampiran 2
Hasil Uji Reliabilitas Dan Validitas.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


50

5.2. Gambaran Karakteristik Responden

5.3.1. Jenis Kelamin

12.90%

Laki-laki
87.1%
Perempuan

Diagram 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi responden berdasarkan hasil penyebaran kuesioner menurut jenis


kelamin dilihat dari diagram diatas, diketahui bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin wanita (87,1%), dan sebagain lainnya berjenis kelamin laki-laki
(12,9%). Proporsi wanita sebagai perawat lebih besar dari pada laki-laki dapat
dipahami karena pekerjaan sebagai perawat biasanya adalah perempuan, meskipun
saat ini beberapa rumah sakit mulai mencari laki-laki sebagai perawat namun
proporsinya tidak sebanyak perawat wanita.

5.3.2. Usia

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentasi (%)

21 tahun – 30 tahun 56 90.3

31 tahun – 40 tahun 4 6,5

41 tahun – 50 tahun 1 1.6

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


51

Usia Jumlah Persentasi (%)

51 tahun – 60 tahun 1 1.6

Total 62 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan usia,


hampir seluruh responden berumur dibawah 30 tahun, yaitu 90,3%. Responden
dengan kategori umur 31 tahun – 40 tahun sebanyak 4%, sementara kategori 41 tahun
– 50 tahun dan 51 tahun – 60 tahun masing-masing 1,6%. Hal ini menunjukkan
hampir seluruh responden penelitian berada pada usia produktif, dimana setiap orang
masih dalam kapasitas dan kemampuannya untuk berkarir.

5.3.3. Masa Kerja

27.4%

≤1 tahun
72.6%
>1 tahun

Diagram 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja

Diagram diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai


masa kerja dibawah 1 tahun (72,6%). Masa kerja yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah lama bekerja responden di rumah sakit ABC. Sebagai rumah sakit yang baru
berdiri sejak 2012, Rumah Sakit ABC secara rutin melakukan recruitment terhadap
karyawan baru. Hal ini dapat berdampak pada masa kerja responden yang sebagian
besar masih dibawah 1 tahun.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


52

5.3.4. Pendidikan Terakhir

8.1%

D3/SPK
D4/S1
91.9%

Diagram 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Grafik diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki jenjang


pendidikan terakhir serata D3/SPK (91.9%). Sedangkan 5 orang lainnya atau 8.1%
dari populasi penelitian memiliki jenjang pendidikan terakhir setara D4/S1. Pekerjaan
sebagai perawat merupakan sebuah profesi yang menuntut spesifikasi keahlian
tersendiri. Setiap perawat umumnya mempunyai pendidikan minimal D3/SPK.

5.4 Patient safety Climate


Tabel 5.2 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Patient safety Climate

Persepsi Jumlah Persentase

Buruk 31 50%

Baik 31 50%

Total 62 100%

Hasil patient safety climate dikategorikan berdasarkan cut off point nilai mean
(2,52) yang menunjukkan bahwa 31 (50%) responden mempersepsikan patient safety
climate negatif, atau berdasarkan persepsi responden patient safety climate di Rumah

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


53

Sakit ABC buruk. Sedangkan 31 (50%) responden mempersepsikan patient safety


climate negatif, atau berdasarkan persepsi responden patient safety climate di Rumah
Sakit ABC baik.

Tabel 5.3 Distribusi Persepsi Patient Safety Climate


Persepsi
Dimensi Total
Baik Buruk

Dimensi 1 :
27(43,6%) 35(56,4%) 62(100%)
Overall perception of safety

Dimensi 2 :
27(43,6%) 35(56,4%) 62(100%)
Frequency of even reporting

Dimensi 3 : Supervision
expectations and actions 28(45,2%) 34(54,8%) 62(100%)
promoting safety
Dimensi 4 : Organistion
Lerning – continous 59(95,2%) 3(4,8%) 62(100%)
improvement
Dimensi 5 : Teamwork within
33(53,2%) 29(46,8%) 62(100%)
departemen
Dimensi 6 : Communication
40(64,5%) 20(35,5%) 62(100%)
oponness

Dimensi 7 : Feedback and


35(56,4%) 27(43,6%) 62(100%)
communication about error

Dimensi 8 : Nonpunitive
29(46,8%) 33(53,2%) 62(100%)
response to error

Dimensi 9 : Staffing 34(54,8%) 28(45,2%) 62(100%)

Dimensi 10 : Hospital
managemet suport for patient 29(46,8%) 33(53,2%) 62(100%)
safety

Dimensi 11 : Teamwork acoss


33(53,2%) 29(46,8%) 62(100%)
hospital departements

Dimensi 12 : Hospital handoffs


33(53,2%) 29(46,8%) 62(100%)
& transitions

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


54

Terdapat 12 dimensi dalam menilai patient safety climate. Dari 12 dimensi, 7


diantaranya mempunyai pandangan positif dari perawat, yaitu : Organization
Learning, Teamwork within Departement, Feedback and Communication About Error,
Staffing, communication oponess, Hospital Handsoff and Transitions, dan Teamwork
Across Hospital Units positif. Dimensi dengan nilai tertinggi adalah teamwork within
department, dan teamwork across department. Sementara dimensi dengan nilai
terendah adalah non punitive response to error dan hospital management support.

5.5 Dukungan Manajemen


Tabel 5.4 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Dukungan Manajemen

Persepsi Jumlah Persentase

Tidak Mendukung 33 53,2 %

Mendukung 29 46,8 %

Total 62 100%

Hasil dukungan manajemen dikategorikan berdasarkan cut off point nilai mean
(3,08) yang menunjukkan bahwa 33 (53,2%) responden mempersepsikan dukungan
manajemen negatif, atau manajemen tidak mendukung patient safety. Sedangkan 29
(46,8%) responden mempersepsikan dukungan manajemen positif, atau manajemen
mendukung patient safety.

5.5.1 Komunikasi
Tabel 5.5 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Komuniksi

Persepsi Jumlah Persentase

Tidak Mendukung 36 58,1 %

Mendukung 26 41,9 %

Total 62 100%

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


55

Hasil komunikasi dikategorikan berdasarkan cut off point nilai mean (3,06)
yang menunjukkan bahwa 36 (58,1%) responden mempersepsikan komunikasi
negatif, atau komunikasi tidak mendukung budaya patient safety. Sedangkan 26
(41,9%) responden mempersepsikan komunikasi positif, atau komunikasi mendukung
budaya patient safety.

5.5.2 Alur Informasi


Tabel 5.6 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Alur Informasi

Persepsi Jumlah Persentase

Tidak Mendukung 27 43,5 %

Mendukung 35 56,5 %

Total 62 100%

Hasil alur informasi dikategorikan berdasarkan cut off point nilai mean (3,18)
yang menunjukkan bahwa 27 (43,5%) responden mempersepsikan alur informasi
negatif, atau alur informasi tidak mendukung patient safety. Sedangkan 35 (56,5%)
responden mempersepsikan alur informasi positif, atau alur informasi mendukung
patient safety.

5.5.3 Feedback
Tabel 5.7 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Feedback

Persepsi Jumlah Persentase

Tidak Mendukung 35 56,5 %

Mendukung 27 43,5 %

Total 62 100%

Hasil feedback dikategorikan berdasarkan cut off point nilai mean (2,96) yang
menunjukkan bahwa 35 (56,5%) responden mempersepsikan feedback negatif, atau
usaha yang dilakukan top management tidak mendukung budaya patient safety.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


56

Sedangkan 27 (43,5%) responden mempersepsikan feedback positif, atau usaha yang


dilakukan top manajemen (feedback) mendukung budaya patient safety.

5.6 Sistem Pelaporan


Tabel 5.8 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Sistem Pelaporan

Persepsi Jumlah Persentase

Negatif 33 53,2 %

Positif 29 46,8 %

Total 62 100%

Hasil sistem pelaporan dikategorikan berdasarkan cut off point nilai mean
(2,90) yang menunjukkan bahwa 33 (56,5%) responden mempersepsikan sistem
pelaporan buruk, atau sistem pelaporan tidak berjalan dengan baik sesuai prosedur
untuk melaporkan dan memproses setiap kejadian yang berhubungan dengan patient
safety. Sedangkan 29 (46,8%) responden mempersepsikan sistem pelaporan baik, atau
sistem pelaporan berjalan sesuai dengan prosedur untuk melaporkan dan memproses
setiap kejadian yang berhubungan dengan patient safety.

5.7 Kecukupan Sumber Daya


Tabel 5.9 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Kecukupan Sumber Daya

Persepsi Jumlah Persentase

Tidak cukup 32 51,6 %

Cukup 30 48,4 %

Total 62 100%

Hasil kecukupan sumber daya dikategorikan berdasarkan cut off point nilai
mean (2,84) yang menunjukkan bahwa 32 (51,6%) responden mempersepsikan
kecukupan sumber daya buruk, atau sumber daya yang ada tidak cukup untuk

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


57

menciptakan budaya patient safety. Sedangkan 30 (48,4%) responden


mempersepsikan kecukupan sumber daya baik, atau sumber daya yang ada cukup
untuk mendukung budaya patient safety.

5.7.1 Teknologi Informasi


Tabel 5.10 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Teknologi Informasi

Persepsi Jumlah Persentase

Tidak Cukup 34 54,8%

Cukup 28 45,2%

Total 62 100%

Hasil teknologi informasi dikategorikan berdasarkan cut off point nilai mean
(3,04) yang menunjukkan bahwa 34 (54,8%) responden mempersepsikan teknologi
informasi buruk, atau teknologi informasi yang ada tidak cukup untuk mendukung
budaya patient safety. Sedangkan 28 (45,2%) responden mempersepsikan teknologi
informasi baik, atau teknologi informasi yang ada cukup untuk mendukung budaya
patient safety.

5.7.2 Beban Kerja


Tabel 5.11 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Beban Kerja

Persepsi Jumlah Persen

Berat 34 54,8%

Ringan 28 45,2%

Total 62 100%

Hasil beban kerja dikategorikan berdasarkan cut off point nilai mean (2,71)
yang menunjukkan bahwa 34 (54,8%) responden mempersepsikan beban kerja berat,

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


58

atau beban kerja saat ini tidak mendukung budaya patient safety. Sedangkan 28
(45,2%) responden mempersepsikan beban kerja ringan, atau beban kerja saat ini
mendukung budaya patient safety.

Secara keseluruhan, variabel penelitian yang mempunyai nilai mean terendah


adalah variable kecukupan sumber daya (2,84) dan sistem pelaporan (2,90). Sup
variable kecukupan sumber daya, beban kerja (2,71) memiliki nilai mean yang paling
rendah jika dibandingkan dengan subvariable penelitian lainnya

5.8 Dukungan Manajemen Dengan Patient safety Climate


Tabel 5.12 Hubungan Antara Dukungan Manajemen Dengan Patient safety Climate

Dukungan Patient safety Climate


Total P Value
Manajemen Buruk Baik

Tidak Mendukung 21 (63,6%) 12 (36,4%) 33 (100%) 0,042

Mendukung 10 (34,5%) 19 (65,5 %) 29 (100%)

Total 31 (50%) 31 (50%) 62 (100%)

Hasil analisa hubungan antara dukungan manajemen dengan patient safety


climate di Rumah Sakit ABC diperoleh bahwa ada sebanyak 21 (63,6%) responden
yang mempunyai persepsi bahwa manajemen tidak mendukung juga mempersepsikan
patient safety climate yang buruk. Sedangkan 12 (36,4%) responden lainnya yang
mempersepsikan dukungan manajemen tidak mendukung mempersepsikan patient
safety climate yang baik.

Sebaliknya 10 (34,5%) responden yang mempersepsikan manajemen


mendukung (baik) , mempersepsikan patient safety climate yang buruk. Sedangkan 19
orang (65,5 %) yang mempersepsikan manajemen mendukung (baik) juga
mempersepsikan patient safety climate baik.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


59

Hasil uji statistik dipeoleh p value = 0,042 artinya secara statistik terdapat
hubungan yang cukup bermakna antara persepsi responden terhadap dukungan
manajemen dan patient safety climate di Rumah Sakit ABC.

5.9 Sistem Pelaporan Dengan Patient Safety Climate


Tabel 5.13 Hubungan Antara Sistem Pelaporan Dengan Patient Safety Climate

Patient safety Climate


Sistem Pelaporan Total P Value
Buruk Baik

Buruk 24 (72,7%) 9 (27,3%) 33 (100%) 0,0001

Baik 7 (24,1%) 22 (75,9%) 29 (100%)

Total 31 (50%) 31 (50%) 62 (100%)

Hasil analisis hubungan antara sistem pelaporan dengan patient safety climate
di Rumah Sakit ABC diperoleh bahwa ada sebanyak 24 (72,7%) yang
mempersepsikan sistem pelaporan buruk juga mempersepsikan patient safety climate
buruk. Sedangkan 9 (27,3%) responden yang mempersepsikan sistem pelaporan
buruk, mempersepsikan patient safety climate yang baik.

Sebaliknya 7 (24,1%) responden lainnya yang mempersepsikan antara sistem


pelaporan baik, mempersepsikan patient safety climate yang buruk. Sedangkan 22
(75,9%) responden yang mempunyai persepsi bahwa sistem pelaporan yang baik juga
mempersepsikan patient safety climate yang baik.

Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,0001 artinya secara statistik terdapat
hubungan yang bermakna antara persepsi responden terhadap sistem pelaporan dan
patient safety climate di Rumah Sakit ABC.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


60

5.10 Kecukupan Sumber Daya Dengan Patient safety Climate


Tabel 5.14 Hubungan Kecukupan Sumber Daya Dengan Patient Safety Climate

Kecukupan Patient safety Climate


Total P Value
Sumber Daya Buruk Baik

Tidak Cukup 22 (68,8%) 10 (3,3%) 32 (100%) 0,005

Cukup 9 (30%) 31 (70%) 30 (100%)

Total 31 (50%) 31 (50%) 62 (100%)

Hasil analisis hubungan antara kecukupan sumber daya dengan patient safety
climate di Rumah Sakit ABC diperoleh bahwa ada sebanyak 22 (68,8%) yang
mempersepsikan kecukupan sumber daya buruk (tidak cukup) juga mempersepsikan
patient safety climate buruk. Sedangkan 10 (3,3%) responden yang mempersepsikan
kecukupan sumber daya buruk (tidak cukup), mempersepsikan patient safety climate
yang baik.

Sebaliknya sebanyak 9 (30%) responden lainnya yang mempersepsikan


kecukupan sumber daya baik (cukup), mempersepsikan patient safety climate yang
buruk. Sedangkan 31 (70%) responden yang mempunyai persepsi bahwa kecukupan
sumber daya baik (cukup) juga mempersepsikan patient safety climate yang baik.

Hasil uji statistic dipeoleh p value = 0,005 artinya secara statistik terdapat
hubungan yang bermakna antara persepsi responden terhadap kecukupan sumber daya
dan patient safety climate di Rumah Sakit ABC.

Tabel 5.15 Kemaknaan Variable Penelitian

Variable P Value Hubungan

Dukungan Manajemen 0,042 Ada hubungan

Sistem Pelaporan 0,0001 Ada hubungan

Kecukupan Sumber Daya 0,005 Ada hubungan

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


61

Dari hasil analisis terhadap variable penelitian, terbukti secara statistik


memiliki hubungan yang bermakna dengan patient safety.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


62

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian


Dalam melakukan penelitian ini, keterbatasan yang terdapat dalam penelitian adalah
sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan mengalami keterbatasan saat pengambilan data yaitu


ketika mengumpulkan responden karena tingginya mobilitas perawat. Oleh sebab
itu penelitian dilakukan secara cross sectional (pengambilan data dalam sekali
waktu).
2. Kontrol pada kejujuran responden. Dalam penelitian ini, peneliti tidak dapat
melakukan control terhadap kejujuran responden. Hasil penelitian ini adalah
persepsi dari perawat yang dapat dipengaruhi oleh aspek lain diluar dari variable
penelitian.
3. Penelitian ini dilakukan terhadap perawat di ruang rawat inap di Rumah Sakit
ABC
4. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi dalam patient safety climate, namun
tidak semua dapat diukur dalam penelitian ini.

6.2. Gambaran Karakteristik Perawat Rumah Sakit ABC, Kota Padang


Berdasarkan analisa terhadap karakteristik perawat di Rumah Sakit ABC, Kota
Padang, pengalaman kerja rata-rata 2,96 tahun. Dengan masa kerja terendah adalah 3 bulan
dan masa kerja tertinggi adalah 29 tahun. menurut penelitian yang dilakukan Abrahamson et
al. (2011), adanya hubungan antara pengalaman kerja perawat dengan iklim patient safety
pada unit tersebut. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa perawat dengan rata-rata
pengalaman kerja yang lebih tinggi memiliki iklim kerja yang lebih baik.

Latar belakang pendidikan menunjukkan bahwa seluruh perawat berpendidikan


tinggi, dengan 91.9% memiliki pendidikan terakhir D3/SPK. Sedangkan 8,1% lainnya
memiliki pendidikan terakhir D4/S1. Berdasarkan Kemendikbud (2009), pendidikan dasar
adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang berbentuk sekolah dasar (SD)
dan sekolah menengah pertama (SMP). Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


63

jalur pendidik informal berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah
Kejurusan (SMK). Berdasarkan, Abrahamson et al. (2011), menunjukkan bahwa perawat
dengan pendidikan yang lebih tinggi memiliki iklim patient safety yang lebih baik jika
dibandingkan dengan perawat dengan pendidikan yang lebih rendah.

Usia rata-rata yang diteliti adalah 26,63 tahun. Usia termuda berusia 22 tahun dan
responden tertua adalah 58 tahun. Seluruh pekerja berada dalam batas usia kerja. Berdasarkan
Kemenakertans (2003), Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64
tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetap sementara tidak bekerja, maupun yang sedang
aktif mencari pekerjaan.

6.3. Gambaran Persepsi Persepsi Patient Safety Perawat


Agency of Healthcare Research and Quality (AHRQ) mengembangkan instrumen
untuk menilai budaya patient safety di rumah sakit yang dikenal dengan Hospital Survey on
Patient safety Culture (HSOPSC). AHRQ menilai 7 dimensi dalam budaya patient safety,
ditambah dengan 3 dimensi Manajemen Rumah Sakit dalam budaya keselamatan, serta
tambahan informasi berupa 2 variable outcome. 7 dimensi dalam budaya patient safety
tersebut diantaranya :

1. Supervisor/Manager Expectations & Actions Promoting Safety


Dimensi ini mengambarkan mengenai respon supervisor dan manajer dalam
mempromosikan keselamatan, serta ekspektasi mereka dalam kegiatan promosi
keselamatan. Perawat berpendapat bahwa supervisor dan manajer mereka sering
menuntut untuk bekerja lebih cepat dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien. Hal ini berhubungan dengan visi Rumah Sakit untuk menjaga
jaminan mutu, khususnya pelayanan yang cepat dan nyaman. Sementara itu,
perawat mempunyai persepsi yang baik (positif) terhadap respon
supervisor/manajer dalam mempertimbangkan saran dan masukan, serta
memberikan ucapan/kalimat yang baik ketika melihat pekerjaan yang dilakukan
sesuai dengan prosedur patient safety.

2. Organization Learning

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


64

Dimensi ini mengambarkan mengenai bagaimana pembelajaran organisasi terkait


issue-issue keselamatan yang mereka hadapi. Perawat beranggapan bahwa
kesalahan-kesalahan yang terjadi di Rumah Sakit selalu ditangapi dengan positif
dan menghasilkan sebuah perubahan yang positif. Setiap kesalahan mengarahkan
mereka dalam pembelajaran untuk menciptakan upaya patient safety yang lebih
baik. Perawat juga setuju bahwa manajemen terus melakukan upaya-upaya
perbaikan dalam patient safety.

3. Teamwork within Departement


Dimensi ini mengambarkan mengenai kerjasama antar individu dalam suatu unit
kerja/departemen di Rumah Sakit. Perawat menganggap kerjasama antar individu
di unit kerja/departemen sudah baik di Rumah Sakit ini. Tolong-menolong dalam
menyelesaikan pekerjaan merupakan hal yang baik dan lumrah dilakukan. Setiap
perawat bersedia membantu rekannya jika menjadi sangat sibuk. Sikap yang
saling menghormati antar perawat juga diperlukan dalam bekerja di Rumah Sakit
ini.

4. Communication Oponness
Dimensi ini menggambarkan mengenai keterbukaan komunikasi. Perawat
beranggapan bahwa mereka dapat dengan bebas berbicara mengenai hal-hal
negative yang terjadi di area kerja mereka. Kebebasan berpendapat merupakan
sesuatu yang biasa diunit ini, mereka tidak takut untuk mempertanyakan
keputusan manajemen yang dinilai cukup merugikan dan berakibat buruk bagi
patient safety.

5. Feedback and Communication About Error


Dimensi ini menggambarkan tanggapan dan komunikasi yang dilakukan terhadap
error/kesalahan yang terjadi. Sebagain besar perawat beranggapan bahwa setiap
kesalahan yang terjadi selalu dikomunikasikan. Ketika terdapat error atau
kesalahan, tanggapan/masukan yang diberikan berdasarkan kesalahan yang
terjadi. Selain itu, perawat juga mempunyai anggapa bahwa di unit mereka selalu
membahas cara-cara untuk mencegah kesalahan yang sama terjadi kembali.

6. Non-punitive Response to Error

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


65

Dimensi ini menggambarkan respon perawat terhadap error atau kesalahan yang
mereka lakukan. Sebagian besar perawat mempunyai anggapan bahwa setiap
kesalahan yang mereka lakukan adalah sepenuhnya disebabkan oleh kelalaian
mereka. Perawat juga tidak merasa nyaman jika melaporkan kesalahan rekan kerja
lainnya. Menurut mereka melaporkan kesalahan, atau dilaporkan oleh rekan kerja
lainnya bukan lah hal yang baik. Para perawat juga merasa takut apa bila pelapran
kesalahan mereka tersebut disampaikan ke bagian HRD dan menjadi catatan
permanen pada file kepegawaian mereka, sehingga dapat berakibat pada karir
mereka.

7. Staffing
Dimensi ini menggambarkan kepegawaian, apakah jumlahnya sudah mencukupi
dan beban kerja yang dialami oleh perawat. Sebagian besar perawat mempunyai
anggapan bahwa rumah sakit ini kekurang tenaga perawat. Kekurangan tenaga
perawat ini mengakibatkan mereka harus bekerja lebih lama untuk memberikan
perawatan kepada pasien.

3 dimensi rumaha sakit yang dapat menggambarkan budaya keselamatan diantaranya :


8. Hospital Management Support for Patient safety
Dimensi ini menggambarkan dukungan manajemen terhadap patient safety.
Sebagaian besar perawat berpendapat bahwa manajemen kurang mendukung
dalam aspek patient safety. Manajemen tidak menunjukkan upaya maupun
tindakan yang positif untuk meningkatkan patient safety. Menurut persepsi
perawat, manajemen rumah sakit tidak dapat menciptakan iklim lingkungan kerja
yang dapat meningkatan patient safety.

9. Teamwork Across Hospital Units


Dimensi ini mengambarkan kerjasama antara unit-unit di rumah sakit. Sebagain
besar perawat berpendapat bahwa kerja sama sangat dibutuhkan dibutuhkan di
Rumah Sakit ini. Setiap departemen-departemen di Rumah sakit ini dituntut untuk
saling bekerja sama dalam memberikan pelayanan kepada pasien, dimulai dari
bagian administrasi hingga pasien selesai mendapatkan pelayanan kesehatannya.
Setiap perawat menyadari bahwa kekompakan dan kerja sama sangat dibutuhkan

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


66

untuk menciptakan pelayanan yang prima, termasuk dalam hal keselamatan


pasien.

10. Hospital Handsoff and Transitions


Dimensi ini menggambarkan kegiatan handoff dan pergantian antar shift terkait
patient safety. Sebagain besar perawat berpendapat bahwa kegiatan pergantian
antar shift selalu berjalan dengan baik di rumah sakit ini. Tidak pernah terdapat
adanya misscomunication antar tim yang akan melakukan pergantian shift. Setiap
perawat yang akan mengakhiri shiftnya akan menyampaikan informasi-informasi
terkait pasien yang telah ditanganinya hari ini, seperti pemberian obat, psien baru
masuk, pasien dengan perhatian khusus, dan lainnya. Perawat pengganti kemudian
akan mencatat dengan seksama setiap informasi yang mereka terima.

Variable outcome yang dapat menggambarkan budaya patient safety diantaranya :


11. Overall perception
Sebagian besar perawat menilai bahwa patient safety buruk dirumah sakit ini.
Perawat sebagai ‘agen’ yang secara langsung berhubungan dengan pasien selama
proses pelayanan kesehatan dianggap memiliki persepsi yang lebih problematic
jika dibandingkan dengan manajemen atau staff non-klinis lainnya. Singer (2003),
penelitian mengenai budaya patient safety mengungkapkan bahwa terdapat
perbedaan yang pasti antara sikap dan pengalaman manajer (terutama non-dokter)
dan orang-orang dari non manajer. Senior manajer non-klinis memberikan
jawaban yang lebih konstan jika dibandingkan dengan pegawai yang langung
menangani pasien, seperti dokter dan perawat, memiliki tanggapan yang lebih
problematik.

12. Frequency of event reporting


Sebagian besar perawat berangapan bahwa pelaporan kejadian terkait patient
safety masih kurang dirumah sakit ini. Kesalahan yang telah terjadi, namun tidak
memiliki efek negatif kepada pasien jarang dilaporkan. Begitu juga dengan
kesalahan yang hampir terjadi (nearmiss), atau diketahui sehingga dapat dikoreksi
sebelumnya juga jarang dilaporkan. Berdasarkan hasil interview dengan pihak
manajer keperawatan, baru-baru ini telah terjadi kesalahan dalam pemberian puyer
kepada pasien dengan nama yang sama. Puyer yag diberikan oleh perawat

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


67

diketahui tidak memiliki efek samping negatif terhadap pasien, sehingga tidak
dilakukan tindakan lebih lanjut terhadap pasien.

6.4. Analisis Persepsi Patient Safety Perawat Berdasarkan AHRQ


Penilaian persepsi dan sikap tentang budaya keselamatan di pekerja dalam sebuah
organisasi dapat menjadi indikasi penting dari level budaya keselamatan itu sendiri, dan jauh
lebih mudah untuk mengumpulkan data penelitiannya. Penilaian iklim keselamatan dan
mengerti variasi-variasi iklim keselamatan tersebut dapat membantu dalam menargetkan
upaya-upaya untuk meningkatkan patient safety (Singer, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian perawat memiliki persepsi bahwa patient
safety di rumah sakit ini sudah baik. Sebagian lagi memiliki persepsi patient safety tidak baik.
Dengan menggunakan Hospital Survey on Patient Safety (HSOPS) yang dikembangkan oleh
Agency of Helathcare research and Quality (AHRQ) terdapat 12 dimensi dalam menilai
iklim patient safety. Dari 12 dimensi, 7 diantaranya mempunyai pandangan positif dari
perawat, yaitu : Organization Learning, Teamwork within Departement, Feedback and
Communication About Error, Staffing, Communication Oponess, Hospital Handsoff and
Transitions, dan Teamwork Across Hospital Units positif. Dimensi dengan nilai tertinggi
adalah Teamwork Within Department, dan Teamwork Across Department. Sementara dimensi
dengan nilai terendah adalah Non Punitive Response To Error dan Hospital Management
Support.

Penelitian yang dilakukan oleh Singer dan rekan (2009) mengenai hubungan antara
budaya patient safety dan data indikator patient safety dari 91 rumah sakit di 37 negara.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat budaya patient safety yang tinggi
berhubungan dengan tingkat kinerja patient safety yang tinggi, dan rumah sakit yang
pekerjanya lebih sering melaporkan masalah mengenai rasa takut malu dan menyalahkan
ternyata memiliki risiko yang jauh lebih tinggi tentang keselamatan. Penelitian tersebut juga
menunjukkan bahwa budaya patient safety yang lebih baik berhubungan dengan risiko
patient safety yang rendah jika budaya patient safety tersebut diukur menggunakan pesepsi
dari frontlinepersonal, tetapi tidak jika diukur dengan persepsi budaya keselamatan dari
senior management.

Manajemen support diperlukan dalam menciptakan budaya keselamatan yang baik.


Rendahnya dukungan manajemen dapat disebabkan karena prioritas manajemen masih

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


68

berupa ‘produksi’. Feedback, komunikasi dan alur informasi yang jelas diperlukan sebagai
bentuk dari dukungan manajemen terhadap patient safety. Kunci dalam menciptakan patient
safety climate yang positif adalah dukungan dan kemampuan manajerial untuk mengarahkan
staff untuk merumuskan rencana-rencana yang stategis. Patient safety berasal dari gabungan
pengarahan (directives), perilaku (behavior), dan tindakan (action) yang disusun oleh
manajer dan diinterpretasikan dan dilaksanakan oleh dokter, untuk meningkatkan pelayanan
dan meminimalkan hambatan yang mungkin menghambat keberhasilan dan peningkatan
(Walston, 2012).
Penelitian yang sama juga dilakukan pada rumah sakit-rumah sakit di Cina. Yanli
Nie (2013) melakukan penelitian terhadap 32 rumah sakit di 15 kota dengan responden 1160
orang. Hasil penelitian tersebut dimensi yang mempunyai pandangan positifnya adalah
organization learning, teamwork within departemen, teamwork across departemen,
communication oponen, serta ditambah dengan non punitive response to error. Berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan Yanli, hasil penelitian ini mendapatkan dimensi non
punitive response to error yang negative.

6.5. Analisis Persepsi Perawat Terhadap Dukungan Manajemen


Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki persepsi
dukungan manajemen yang kurang terhadap patient safety. Manajemen Rumah Sakit
khususnya dalam hal komunikasi dan feedback terhadap pekerja diangap kurang oleh
perawat. Sementara aspek alur informasi dipersepsikan mendukung terciptanya iklim patient
safety oleh perawat.

Komunikasi antar pekerja dalam suatu area medis sangat penting untuk keselamatan.
Komunikasi yang baik mendukung perencanaan, pembuatan keputusan, pemecahan masalah
dan penentuan tujuan, serta peningkatan tanggung jawab bersama untuk pelayanan pasien.
Kerja sama dan kolaborasi melalui komunikasi yang tepat menentukan dalam kepuasan
pasien. Iklim mempengaruhi komunikasi terkait keselamatan pasein. Hal ini penting untuk
dipastikan bahwa seluruh komunikasi digunakan secara tepat untuk menciptakan iklim
patient safety (Walston, 2012).

Komunikasi yang berjenjang dianggap menghambat dalam komunikasi dan feedback


perawat terhadap manajemen, begitu juga sebaliknya. Misalnya jika terdapat issue terkait
patient safety, seorang perawat pelaksana harus menyampaikan terlebih dahulu kepada

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


69

perawat senior, untuk kemudian disampaikan kepada kepala perawat unit tersebut dan
didiskusikan hasilnya. Adanya jenjang ini, kemudian membuat perawat tidak leluasa dalam
menyampaikan pendapat maupun mempertanyakan keputusan-keputusan manajemen,
khususnya terkait patient safety.

Komunikasi berjenjang ini masih banyak diterapkan oleh organisasi-organisasi.


Tujuannya untuk efisiensi dalam penyelesaian masalah. Jika masalah selesai dalam level
supervisor, maka masalah tersebut tidak perlu disampaikan kepada level yang lebih atas lagi.
Sehingga top management mendapatkan laporan terkait patient safety jika terdapat masalah
yang belum diselesaikan, sementara permasalahan-permasalahan yang telah diselesaikan
cenderung tidak disampaikan. Sistem komunikasi yang seperti ini kemudian juga
menghambat dalam hal feedback dan respon manajemen terhadap issue-issue patient safety.

Menurut hasil observasi, sistem komunikasi di RS X sudah baik. Hasil wawancara


dengan perwakilan manajemen (manajer keperawatan), mengungkapkan bahwa forum
komunikasi manajemen dengan pekerja lainnya rutin dilakukan setiap hari pada saat morning
report. Peserta morning report adalah perwakilan dari kepala-kepala unit dan manajemen.
Morning report dilaksanakan setiap pagi selama satu jam untuk membahas/mereview
kembali permasalahan-permaslah yang sedang terjadi, maupun yang sudah ditangani selama
24 jam terakhir. Jika terdapat suatu issue yang memerlukan tindakan yang cepat atau
koordinasi antar unit, maka pihak manajemen akan menghadirkan unit-unit terkait untuk
membahas solusi dari issue tersebut.

“Tidak ada forum formal yang khusus membahas patient safety, tetapi setiap pagi
diadakan morning report yang dihadiri oleh supervisor, manajer dan jajaran
direksi. Semua permasalahan yang timbul dalam 24 jam terakhir akan dibahas.
Morning report dilakukan setip pagi, hari senin-jumat. Pada hari sabtu-minggu
ada manager on duty yang bertangung jawab selama kedinasannya, apapun
permasalahan di hari sabtu-minggu diselesaikan oleh MOD. Sementara untuk
senin-jumat didiskusikan dalam morning report.”

6.6. Analisis Persepsi Perawat Terhadap Sistem Pelaporan


Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar perawat memiliki
persepsi system pelaporan yang kurang baik terhadap patient safety. Sistem pelaporan yang

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


70

tepat merupakan aspek utama iklim patient safety. Peningkatan patient safety membutuhkan
pelaporan kesalahan yang bermanfaat dan perbaikan sistem untuk mengurangi insiden
(Tamuz dan Thomas, 2006; Walston, 2012).Sistem pelaporan semestinya dapat
meningkatkan patient safety dengan mempelajari kesalahan yang pernah terjadi dan
menentukan pola risiko yang mungkin tidak dapat diketahui tanpa sebuah sistem pelaporan
(McFadden et al., 2006).

Belakangan ini banyak sekali media menyorot tentang kasus malpraktek, terlepas dari
apakah kasus tersebut memang malpraktek, namun issue-issue tersebut sangat sensitif karena
dapat merusak bisnis rumah sakit. Sehingga pelaporan kesalahan menjadi sangat sulit
dijalankan.

Menurut penuturan Manajer Keperawatan, baru-baru ini terjadi kasus terkait pasien
dalam pemberian puyer kepada pasien. Pasien dengan nama yang sama telah tertukar dalam
pemberian obat oleh perawat. Meskipun puyer yang diberikan tidak berdampak serius, namun
kesalahan pemberian obat sangat fatal bagi keselamatan pasien. Kejadian ini kemudian
dilaporkan ke Katim dan diselesaikan dengan melakukan evaluasi terhadap penamaan pasien
serta komunikasi saat hand over perawat.

Sistem pelaporan yang sudah berjalan saat ini berupa laporan tertulis ke masing-
masing Katim (supervisor) ke Manager. Setiap tindak kesalahan akan diikuti dengan sanksi
sesuai dengan tingkatan kesalahannya.

“setiap laporan kesalahan akan diselesai oleh Manager, akan ada berupa
teguran. Punishment nya dapat berupa pemotongan gaji. Kalau masih manager
hanya berupa teguran lisan, jika sudah sampai direksi dapat berupa teguran
tertulis dan punishment nya ada.”

Sebagian besar perawat setuju bahwa pelaporan kesalahan berguna untuk perbaikan
dalam perawatan pasien. Namun mereka masih khawatir bahwa setiap kesalahan yang terjadi
dicatat dalam file kepegawaian (HRD). Menangapi hal tersebut, manajer keperawatan
menuturkan bahwa pelaporan setiap kesalahan adalah wajib dan apabila diketahui perawat
yang menyembunyikan kesalahan-kesalahan kecil maka akan berakibat fatal.

“kita tetap melaporkan setiap kesalahan yang terjadi. Karena jika mereka
sembunyikan dan akhirnya ketahuan itu resikonya akan lebih besar lagi. Jadi
selama ini, misalkan ada kesalahan tentang.. yang tadi kesalahan pemberian

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


71

puyer, itu kan risiko kecil tapi namanya kesalahan obat tetap berisiko ke
pasiennya. Pasti mereka laporkan, tidak disembunyikan, karena prinsipnya
kalau kalian sembunyikan, maka tiga-tiganya akan kena. Satu timnya akan
kena.”

Penelitian yang dilakukan oleh Walston (2008) pada rumah sakit-rumah sakit di Arab
Saudi didapatkan perbedaan antara sistem pelaporan di rumah sakit swasta (privat) dan rumah
sakit Umum (pemerinah). Rumah sakit umum (pemerintah) di Arab Saudi mempunyai sistem
pelaporan dan kualitas servis dan keselamatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan
rumah sakit swasta (privat). Perbedaan ini disebabkan oleh kontrol dan pengawasan secara
langsung yang dilakukan oleh kementrian kesehatan Arab Saudi terhadap rumah sakit-rumah
sakit pemerintahan mereka. Kementrian kesehatan Arab Saudi telah menginvestasikan
pembelanjaan kesehatan kepada rumah sakit-rumah sakit pemerintah mereka untuk
memberikan pelatihan dan pengembangan program sehingga terdapat peningkatan kualitas
servis dan keselamatan yang diberikan kepada pasien dan pengunjung.

6.7. Analisi Persepsi Perawat Terhadap Kecukupan Sumber Daya


Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar perawat memiliki persepsi patient
safety kecukupan sumber daya yang kurang terhadap patient safety. Persepsi yang sama juga
didapatkan untuk subvariable teknologi dan beban kerja. Aspek sumber daya yang memadai
terdiri dari teknologi informasi dan beban kerja. Teknologi informasi dibutuhkan untuk
berkomunikasi secara mendalam pada organisasi pelayanan kesehatan yang kompleks saat
ini. Contohnya pemesanan obat otomatis, sistem pemasukan dan peningkatan data
meningkatkan keakuratan komunikasi dan mengurangi kesalahan medis secara umum.
Teknologi informasi medis mengurangi human error dan membantu penyedia jasa medis
untuk menawarkan kualitas jasa yang lebih baik (Walston, 2012). Teknologi kesehatan yang
digunakan pada rumah sakit ini sudah cukup baik, walaupun belum semua memenuhi
kebutuhan per unit.

Sebagian besar perawat berpendapat bahwa teknologi kesehatan di Rumah Sakit ini
adalah salah satu yang paling maju untuk wilayah kota Padang. Komitmen perusahaan
terhadap perkembangan teknologi kesehatan juga diwujudkan dalam rencana-rencana jangka
panjang pembelian alat-alat kesehatan.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


72

Teknologi kesehatan yang digunakan pada rumah sakit ini sudah cukup baik,
walaupun belum semua memenuhi kebutuhan per unit. Sementara itu penggunaan teknologi
digital untuk kegiatan administrasi rumah sakit masih minim dan belum dioptimalkan dengan
baik.

Sebagian besar perawat berpendapat bahwa rumah sakit ini perlu menambah staff
perawat. Berdasarkan hasil observasi unit rawat inap adalah unit yang paling sibuk diantara
unit lainnya, khususnya area pasien BPJS dan pasien kelas 3. Beban kerja yang tinggi ini
tidak diimbangi dengan jumlah perawat yang sesuai. Setiap area memiliki 3-4 perawat yang
harus melayani untuk 10 kamar.

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagain perawat mempunyai


persepsi patient safety yang rendah. Perawat yang mempunyai persepsi keselamatan pasien
yang rendah, sebagaian besarnya mempunyai persepsi terhadap dukungan manajemen yang
rendah. Sementara perawat yang mempunyai persepsi patient safety baik, sebagaian besarnya
mempersepsikan dukungan manajemen baik.

Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kecukupan sumber daya dengan
patient safety talk di rumah sakit berdasarkan persepsi perawat. Dengan adanya sumber daya
yang cukup yang mendukung lingkungan kerja dan pekerjaan mereka, budaya patient safety
juga dapat diciptakan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Stone
(2007) pada perawat dengan melihat kondisi serta lingkungan kerja dan patient safety
outcomes di rumah sakit.

Manajer memiliki keseluruhan tanggung jawab untuk mengarur pelayanan medis


rumah sakit dan menjamin patient safety. Patient safety berasal dari gabungan arahan,
perilaku dan tindakan yang dirumuskan oleh manajer dan sering ditafsirkan dan dilakukan
oleh dokter, untuk meningkatkan layanan dan menghilangkan hambatan yang mungkin
menghambat keberhasilan dan peningkatan (Fleming, 2005).

Manajer menentukan prioritas karyawan dengan tindakan, tujuan, dan fokus mereka.
Hal ini kemudian memotivasi kecepatan kerja karyawan, menentukan beban kerja, imbalan,
serta hukuman dan tekanan yang mereka hadapi dalam memberikan pelayanan medis
dirumah sakit. Sehingga dapat dikatakan, tindakan dan sikap manajer dan dokter, sebagai
pemimpin dalam pelayanan medis rumah sakit mempengaruhi iklim patient safety (walston,
2012)..

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


73

Pemimpin memprioritaskan patient safety dengan menekankan perilaku aman (safe


act) tertentu kepada karyawan. Sikap ini kemudian membentuk opini pada karyawan terhadap
keselamatan itu sendiri. Karyawan yang bekerja pada organisasi dengan pengawasan
terhadap keselamatan mencerminkan komitmen manajemen dan menghasilkan opini bahwa
keselamatan itu adalah penting. Namun, jika manajer membiarkan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan keselamatan pasien dianggap sebagai suatu tindakan yang berlebihan atau
sekedar retorika/kepura-puraan, maka akan menghasilkan iklim patient safety yang buruk
(Naveh, 2005).

Motivasi yang terus-menerus dan feedback sangat penting untuk mencapai iklim
keselamatan yang positif. Iklim keselamatan pasien memerlukan feedback yang terus
menerus dan akses terhadap informasi keselamatan (Walston, 2012). Untuk secara efektif
memberikan motivasi kepada karyawan feedback yang diberikan haruslah terus menerus,
jelas dan tidak ambigu. Setiap organisasi mempunyai cara dan metode tersendiri dalam
memberikan feedback. Jumlah informasi yang diberikan, flekuensi serta rutinitas disesuaikan
dengan keperluan setiap organisasi. Penyebaran informasi keselamatan atau alur komunikasi
yang diberikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk pelatihan. Pelatian-pelatihan
yang diberikan kepada karyawan dapat meningkatan pengetahuan dan skill yang diperlukan,
khususnya perawat, dalam membentuk perilaku yang selamat.

Alur informasi keselamatan sering kali menunjukkan kepada karyawan usaha-usaha


yang telah direncanakan untuk meningkatkan kinerja keselamatan di rumah sakit dengan cara
menambah pengetahuan mereka. Feedback yang diberikan terhadap setiap tindakan karyawan
bertujuan untuk mengurangi kesalahan dan memberikan pemahaman kepada mereka tindakan
apa yang diperlukan untuk menjamin patient safety. Manajer dapat mengarahkan perhatian
karyawan terhadap keselamatan ketika memberkan pelatihan atau kegiatan penyebaran
informasi lainnya. Kedua hal ini kemudian dapat membangun dan memperkuat persepsi
karyawan terhadap patient safety dan menciptakan iklim keselamatan yang positif.

6.8. Sistem Pelaporan Dengan Patient safety Climate


Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagain perawat mempunyai
persepsi sistem pelaporan rendah. Perawat yang mempunyai persepsi patient safety yang
rendah, sebagaian besarnya mempunyai persepsi terhadap sistem pelaporan yang rendah.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


74

Sementara perawat yang mempunyai persepsi patient safety baik, sebagian besarnya
mempersepsikan sistem pelaporan baik.

Sistem pelaporan yang tepat adalah aspek kunci dalam patient safety. Meningkatkan
patient safety memerlukan upaya untuk mendorong pelaporan kesalahan dan meningktkan
sistem untuk mengurangi insiden (Tamuz dan Thomas, 2006). Sistem pelaporan
meningkatkan patient safety dengan cara mendorong organisasi untuk belajar dari kesalahan
masa lalu dan menentukan pola risiko yang mungkin tidak dapat diketahui tanpa adanya
sistem pelaporan.

Iklim patient safety yang baik didukung oleh aturan yang jelas dan langsung,
kebijakan dan prosedur-prosedur kerja untuk semua kegiatan. Organisasi sering
memfokuskan dalam pemenuhan aturan dan prosedur-prosedur kerja. Sistem pelapotan yang
baik dapat membantu manajemen dalam mengawasi pelaksanaan aturan, kebijakan dan
prosedur-prsedur tersebut.

Lingkungan kerja yang tidak mempunyai aturan kerja yang jelas dapat menyebabkan
lingkungan yang tidak aman. Kebijakan formal patient safety tertulis aturan organisasi dan
rutinitas yang menentukan bagaimana persyaratan organisasi untuk keselamatan akan
dipenuhi. Kebijakan tersebut dibuat untuk menjamin keselamatan dengan cara mengurangi
risiko, mengelola ketidakpastian dan risiko yang ada dalam pelayanan kesehatan.

Sebagain besar rumah sakit di Negara-negara industry telah mengadopsi system


tertulis untuk patient safety dan membakukan standar-standar dalam praktek perawata pasien.
Hal ini penting untuk menetapkan dan mematuhi kebijakan dan prosedur termasuk tanggung
jawab, ruang lingkup layaan, dan definisi hak pasien dan staf medis. Prosedur keselamatan
menciptakan standar dan ekspektasi untuk meningkatkan kualitas layanan (Naveh, 2005).

6.9. Kecukupan Sumber Daya Dengan Patient safety Climate


Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian perawat mempunyai
persepsi patient safety yang rendah. Perawat yang mempunyai persepsi keselamatan psien
yang rendah, sebagaian besarnya mempunyai persepsi terhadap kecukup sumber daya yang
rendah. Sementara perawat yang mempunyai persepsi patient safety baik, sebagaian besarnya
mempersepsikan kecukup sumber daya baik.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


75

Iklim patient safety juga diciptakan oleh sumber daya yang tepat, termasuk tegnologi
informasi yang relevan serta karyawan. Teknologi informasi yang memadai dibutuhkan untuk
berkomunikasi dalam organisasi kesehatan. Komunikasi yang ditunjang dengan teknologi
informasi yang baik dapat meminimalisir terjadinya miss atau kehilangan informasi yang
dapat membahayakan patient safety dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Teknologi yang baik seringnya diikuti dengan biaya yang tinggi. Sehingga dalam
pandangan manajemen, untuk mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu dan dengan alasan
bisnis agar rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau. Namun
disisi lain, komitmen manajemen yang tinggi untuk pemenuhan teknologi informasi yang
mumpuni tidak di barengi dengan kapasitas karyawa dalam memamfaatkan teknologi
tersebut.

Teknologi yang maju juga harus diikuti dengan sumberdaya yang mengikuti
perkembangan teknologi. Manajemen perlu melakukan sosialisasi dan training kepada
karyawan mengenai penggunaan teknologi tersebut. Sering ditemu pada rumah sakit-rumah
sakit swasta dengan teknologi informasi yang maju masih terkendala dalam komunikasinya.
Dan hal yang menyebabkan salah satunya adalah sumber daya yang tidak mampu
pengoperasikan, merawat maupun menjalankan teknologi tersebut. Sehingga teknologi yang
ada sering rusak dan tidak digunakan dengan maksimal.

Beban kerja juga dapat mempengaruhi iklim organisasi yang berhubungan dengan
patient safety. Karyawan yang bekerja telalu keras cenderung untuk meminimalkan
komunikasi dan feedback antar perawat dengan pasien, sehingga dapat menghasilkan
hubungan antar perawat dengan pasien yang negative. Kurangnya komunikasi dan feedback
mengakibatkan tidak adanya respond dan rasa hormat, sehingga dapat menghasilkan
kekesalan dan sinisme dari perspektif pasien. Suasana yang seperti ini secara tidak langsung
dapat mempengaruhi persepsi terhadap patient safety.

Beban kerja yang tidak pantas atau berlebihan juga mengurangi komunikasi antara
karyawan. Sehinga menghasilkan miss atau kehilangan dalam informasi yang berkaitan
dengan pelayanan kesehatan pasien. Beban kerja yang tinggi memaksa karyawan untuk
bekerja secepat dan sekeras mungkin yang mereka bias, sehingga mereka akan melakukan
efisinsi pekerjaan yang dapat mempermudah pekerjaan mereka, salah satunya adalah dalam
cara berkomunikasi.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


76

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan terhadap perawat di Rumah Sakit ABC, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran persepsi perawat terhadap iklim patient safety di Rumah Sakit ABC,
yaitu sebagian perawat menganggap iklim keselamatan pasien buruk.
2. Gambaran dimensi patient safety dengan menggunakan HSOPSC didapatkan dari
12 dimensi, 7 diantaranya mempunyai pandangan positif dari perawat, yaitu :
Organization Learning (92,2%), Teamwork within Departement (53,2%),
Feedback and Communication About Error (56,4%), Staffing (54,8%),
communication oponess (64,5%), Teamwork Across Hospital Units (53,2%), dan
Hospital handoffs and transitiions (53,2%). Dimensi dengan nilai tertinggi adalah
Organization Learning (92,2%). Sementara dimensi dengan nilai terendah adalah
non punitive response to error (46,8%) dan hospital management support
(46,7%).
3. Ada hubungan yang positif antara faktor dukungan manajemen dengan iklim
patient safety di Rumah Sakit ABC
4. Ada hubungan yang positif antar faktor sistem pelaporan dengan iklim patient
safety di Rumah Sakit ABC
5. Ada hubungan yang positif antara faktor kecukupan sumber daya denga iklim
patient safety di Rumah Sakit ABC.

7.2. Saran
7.2.1. Bagi Perusahaan
1. Menunjukkan dukungan manajemen terhadap keselamatan dengan memperbaik
komunikasi terhadap patient safety, seperti
a. Membentuk panitia penyelenggara patient safety

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


77

b. Menyediakan waktu pada rapat manajemen untuk membahas mengenai issue-


issue patient safety, baik yang sudah diselesaikan maupun yang masih dalam
status out standing
c. Memberikan training dan informasi terkait keselamaan pasien kepada
karyawan, khususnya perawat.
2. Memperbaiki sistem pelaporan terhadap insiden terkait patient safety dengan cara :
a. Meningkatkan awarness karyawan terhadap perlunya pembelajaran dari setiap
kesalahan yang terjadi
b. Mendukung kebijakan dan cara kepemimpinan manajer dan dokter yang
mendukung patient safety, sehingga dapat menjadi contoh bagi karyawan,
khususnya perawat
c. Mendukung kebijakan yang dapat menurunkan rasa bersalah bagi perawat
yang melaporkan/dilaporkan terkait insiden-insiden patient safety, dengan cara
merahasiakan identitas pelapor dan terlapor dan menerapkan kebijakan no
blame culture.
3. Meningkatkan kecukupan sumber daya melalui teknologi informasi dan beban kerja,
dngan cara :
a. Memberikan pelatikan kepada perawat dan karyawan lain mengenai sistem
administrasi yang berbasiskan teknologi informasi
b. Mendukung kebijakan manajemen untuk menerapkan teknolog informasi
dalam sistem administrasi rumah sakit
c. Mengevaluasi kecukupan staff perawat perunit dan menyesuaikannya dengan
beban kerja perawat.

7.2.2. Bagi Pemerintah


1. Mengkatkan pewangawasan terhadap akreditasi rumah sakit, khususnya aspek patient
safety
2. Menjalankan fungsi monitoring terhadap pelaporan insiden patient safety yang terjadi
di rumah sakit

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


78

DAFTAR PUSTAKA

Makroekonomi. (2015b, February 23). Diambil kembali dari Kontan.co.id:


http://nasional.kontan.co.id/news/mendag-khawatir-kesiapan-indonesia-hadapi-mea

(2014, Juny 26). Diambil kembali dari Frost & Sullivan:


http://www.frost.com/prod/servlet/press-release.pag?docid=291244156

Abrahamson, K., Ramanujam, R., & Anderson, J. G. (2013). Co-worker Characteristics And
Nurses’ Safety-Climate Perceptions. International Journal of Health Care Vol. 26 No. 5 ,
447-454.

Agustina, D. (2014, 07 27). News. Diambil kembali dari www.tribunnews.com:


http://www.tribunnews.com/regional/2014/10/28/kulitnya-melepuh-dalam-inkubator-bayi-
berusia-5-hari-akhirnya-meninggal

Berita Peristiwa. (2015, February). Dipetik February 28, 2015, dari CNN Indonesia:
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150217141204-20-32774/rs-siloam-akui-dua-
pasien-meninggal-diduga-salah-injeksi-obat/

Berita, Nasional, Makroekonomi. (2015b, February 23). Diambil kembali dari Kontan.co.id:
http://nasional.kontan.co.id/news/mendag-khawatir-kesiapan-indonesia-hadapi-mea

Cooper, D. (2001). Improving Safety Culture : A Practical Guide. London, UK: John Wiley
& Son, Ltd.

Currie, L. (2007). Understanding Patient Safety. London: MA Healthcare.

Dhillon, B. S. (2012). Patient Safety : An Engineering Approach. Boca Raton, Florida:


Taylor & Francis Group .

Grober, E. D., & Bohnen, J. M. (2005). Defining Medical Error. Canadian Journal of
Surgery , 39 - 44.

Hadian, A. I. (2015a, Maret 02). Berita, Ekonomi, Makroekonomi. Diambil kembali dari
Kontan.co.id: http://nasional.kontan.co.id/news/mata-uang-bersama-asean-belum-akan-
terwujud

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


79

Hofmann, D. D., & Mark, B. (2006). An Investigation of The Relationship Between Safety
Climate And Medication Errors As Well As Other Nurse and Patient Outcomes. Personnel
Psychology, ProQuest , 847-849.

Hutapea, R. Y. (2014, 12 12). International. Diambil kembali dari www.news.detik.com:


http://news.detik.com/read/2014/12/12/133724/2775637/1148/terjangkit-ebola-di-sierra-
leone-perawat-as-dipulangkan-untuk-dirawat

Kho, M. E., Perri, D., McDonald, E., Waugh, L., Orlicki, C., Monaghan, E., et al. (2009). The
Climate Of Patient Safety In A Canadian Intensive. Journal Of Critical Care , 469.e7–
469.e13.

Krause, T. R., & Hidley, J. H. (2009). Taking The Lead In Patient Safety : How Healthcare
Leaders Influence Behavior And Creat Culture. The United States of America: Jhon Wiley &
Sons, Inc.

Lampiran Kepmen1087/MENKES/SK/VIII/2010.

Medicine, I. o. (1999). To err is human. Washington DC: National Academy Press.

Naveh, E., Katz-Navon, T., & Stern, Z. (2005). Treatment Errors in Healthcare : A Safety
Climate Approach. Management Sciene , Vo. 51, No 6, Pp 948-960.

Nie, Y. e. (2013). Hospital Survey On Patient Safety Culture In China. BCM Health Services
Research , 228.

Nie, Y., Mao, X., Cui, H., He, S., Li, J., & Zhang, M. (2013). Hospital Survey On Patient
Safety Culture In China. BCM Health Services Research , 228.

Patient Safety Primer, System Aproach. (2015, March). Dipetik Agust 2015, dari Patient
Safety Network, AHRQ: https://psnet.ahrq.gov/primers/primer/21

Patient Safety, System Aproach. (2015, March). Dipetik Juli 2015, dari Patient Safet
Network, AHQR: https://psnet.ahrq.gov/primers/primer/21

Pittet, D., Allegranzi, B., Storr, J., & Donaldson, L. (2006). Clean Care is Safer Care : the
Global Patient Safety Challenge 2005-2006. International Journal of Infectious Diseases ,
419.

RI, D. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Jakarta:
Depkes RI.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


80

Schein, E. H. (2004). Organizational Culture And Leadership THIRD EDITION. United


States of America: Jossey-Bass.

Singer, J. M., Gaba, D. M., Geppert, J. J., Sinalko, A. D., Howard, S. K., & Park, K. C.
(2003). The Culture Safety : Results of An Organization-Wide Survey in 15 California
Hospital. Qual Saf Health Care , 112–118.

Singer, S. J., Gaba, D. M., Falwell, A., Lin, S., Hayes, J., & Baker, L. (2009). Patient Safety
Climate in 92 US Hospital Diferences by Work Area And Discipline. Medical Care , Vol. 47
(1), pp 23-31.

Taylor, B. J. (2010). Safety Cuture: Assessing and Changing The Behaviour of Organisations
. England: Gower Applied Business.

Ulrich, B., & Kear, T. (2014). Patient Safety and Patienty Culture: Fondation of Excellent
Health Care Delivery. Nephrology Nursing Journal , Vol. 41 (4), Pp. 447-456.

Vincent, C. (2011). Patient Safety 2nd Edition; The Essentials of Patient Safety. London, UK:
Imperial College of Science, Technology & Medicine.

Walston, S. L., Al-Omar, B. A., & Al-Mutari, F. A. (2010). Factors Affecting The Climate of
Hospital Patient Safety. A study of Hospitals in Arab Saudiia. International Journal of
Health Care Vol. 23 No. 1 , 35-50.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


KUESIONER PENELITIAN
Analisis Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Patient Safety Climate Di Rumah Sakit X Pada Tahun 2015

Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i
Di Tempat,

Saya, Hayatti Rissa, Mahasiswa Pasca Sarjana Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, sedang melakukan penelitian
mengenai “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Patient Safety Climate Di Rumah Sakit pada
tahun 2015´. Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyususan tesis yang merupakan salah
satu syarat dalam menyelesaikan studi saya. Harapan saya, penelitian ini dapat memberikan
kontribusi positif untuk pengembangan sistem manajemen terkait patient safety di Rumah Sakit
X. Untuk itu saya memohon partisipasi Anda dalam mengisi kuesioner ini.
Kuesioner ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama, berisi tentang identitas diri.
Bagian kedua, berisi pernyataan berhubungan dengan kondisi pekerjaan yang dilakukan.
Saya memohon agar Anda bersedia mengisi kuesioner ini dengan jujur, terbuka,
dan tidak mendiskusikan jawaban dengan orang lain karena tidak ada jawaban yang
salah. Jawaban yang baik adalah jawaban yang menggabarkan diri Anda yang sebenarnya.
Indentitas dan jawaban Anda akan dijaga kerahasiaanya dan hanya dipergunakan untuk
kepentingan akademis. Hasil pengisian dari kuesioner ini merupakan sumber data yang penting
dan berharga untuk kelanjutan penelitian ini. Atas kesediaan dan pastisipasinya dalam
pengisian kuesioner penelitian, saya mengucapkan terima kasih.
Hormat Saya,

Hayatti Rissa

Saya bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tertera dalam kuesioner ini dengan
jujur, terbuka, dan tidak mendiskusikan jawaban dengan orang lain.

(...........................................)

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


Petunjuk Pengisian :
Bapak/Ibu/Saudara.i diminta untuk mengisi (...) atau memberi tanda (X) pada kuesioner
sesuai dengan Identitas Anda saat ini :

Identitas Responden
No. Responden (Diisi oleh peneliti) : ............................
Inisial Nama : ............................
Usia : ................... Tahun
Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Masa Kerja : ............. Tahun ......... Bulan
Jabatan : ............................................
Unit/Bagian Kerja : ……………………………..
Pendidikan Terakhir : ............................................

A. BAGIAN I

Berilah tanda checklist (  ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan

STS = Sangat Tidak Setuju


TS = Tidak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju

No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya bebas berbicara jika melihat sesuatu yang
negatif dapat mempengaruhi perawatan pasien
2. Saya merasa bebas untuk mempertanyakan
keputusan atau tindakan pimpinan
3. Terdapat forum diskusi antar unit/dengan pimpinan
yang membahas patient safety
4. Menurut Saya, Rumah Sakit telah rutin melakukan
training atau refresh training mengenai patient safety
5. Saya merasa komunikasi antar pekerja lain berjalan
dengan baik
6. Saya takut untuk bertanya ketika sesuatu tampaknya
tidak benar.

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


No Pernyataan STS TS S SS
7. Menurut Saya, Supervisor/Manajer selalu meminta
saran kepada pekerja bagaimana meningkatkan
keselamatan pasien
8. Saya bebas mendiskusikan bagaimana
meningkatakan keselamatan pasien dengan rekan
kerja
Menurut Saya, patient safety adalah kewajiban
9.
seluruh pekerja
10. Menurut Saya, Rumah Sakit sudah menyediakan
informasi dalam berbagai bentuk media (leaflet,
poster, dll) tentang resiko keselamatan pasien
11. Saya selalu memberikan informasi yang jelas kepada
pasien tentang pelayanan yang diberikan
12. Menurut saya, masalah sering terjadi ketika
pertukaran informasi antar departemen di Rumah
Sakit
13. Menurut Saya, pasien di Rumah Sakit ini mudah
mendapatkan informasi mengenai perawatan mereka
14. Saya sudah mengetahui tentang pasien safety

15. Saya diberikan training mengenai keselamatan pasien


16. Menurut saya, pasien dan keluarga dapat
menanyakan informasi mengenai pelayanan yang
diberikan
17. Menurut saya, informasi perawatan pasien sering
hilang/tertukar ketika terjadi pergantian shift

18. Saya selalu meng update pengetahuan mengenai


keselamatan pasien
19. Menurut Saya, Rumah Sakit ini terus melakukan
perbaikan terhadap patient safety
20. Menurut Saya, kesalahan yang terjadi disini selalu
mengarah pada perubahan yang positif
21. Pimpinan Saya selalu memberikan tanggapan
mengenai masukan/keluhan yang disampaikan oleh
pekerja

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


No Pernyataan STS TS S SS
22. Didepartemen ini, Kami membahas cara-cara untuk
mencegah kesalahan/hal-hal yang tidak diinginkan
terjadi lagi
23. Supervisor/manager Saya mempertimbangkan saran
pekerja untuk meningkatkan patient safety
24. Supervisor/manajer Saya memberikan apresiasi
ketika pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
prosedur
25. Saya merasa kurang mendapat dukungan dari
atasan, khususnya dalam hal keselamatan pasien

B. BAGIAN II.A

Berilah tanda checklist (  ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan

STS = Sangat Tidak Setuju


TS = Tidak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju

No Pernyataan STS TS S SS
1. Setiap kesalahan yang terjadi selalu dicatat dan
didokumentasikan
2. Saya segera melapor jika melakukan kesalahan
tindakan terhadap pasien
3. Rumah Sakit ini memiliki SOP untuk
pelaporan kesalahan dalam perawatan pasien,
termasuk kepuasan pasien selama perawatan
4. Saya merahasiakan kesalahan yang saya
lakukan
5. Jika terjadi kesalahan di departemen Saya,
Departemen lain akan dibertahukan. Begitu
juga sebaliknya
6. Saya menyalahkan diri sendiri ketika
perawatan/tindakan yang saya lakukan salah
7. Saya khawatir jika terjadi kesalahan, maka
akan dicatat dalam file kepegawaian Saya
(dilaporkan ke HRD)
8. Pimpinan Saya mendukung pelaporan
kesalahan yang terjadi di Rumah Sakit ini

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


No Pernyataan STS TS S SS
9. Saya merasa bebas untuk melaporkan jika
terjadi kesalahan dalam perawatan pasien
10. Menurut Saya, kesalahan yang terjadi dalam
perawatan pasien bukanlah hal yang harus
dilaporkan
11. Supervisor/majaer Saya memaksa Kami untuk
tidak melaporkan kesalahan yang terjadi dalam
perawatan pasien
12. Menurut Saya, pelaporan kesalahan berguna
untuk perbaikan dalam perawatan pasien
13. Di Rumah Sakit ini, setiap pelaporan kesalahan
tidak diberikan sanksi
14. Jika rekan Saya melakukan kesalahan, Saya
takut/tidak mau untuk melaporkannya
15. Jika terjadi kesalahan, Saya tahu prosedur
pelaporannya
16. Melaporkan kesalahan yang dilakukan
sendiri/rekan kerja adalah hal yang biasa disini
17. Saya tidak keberatan jika rekan kerja
melaporkan kesalahan yang saya lakukan
18. Kami mempunyai sistem untuk mengetahui
kepuasan pasien
19. Setiap pasien merasa puas dengan pelayanan di
Rumah Sakit ini
20. Pelaporan kesalahan hanya menrugikan bagi si
terlapor
21. Infomasi mengenai kesalahan yang dilaporkan
digunakan untuk perbaikan yang berkelanjutan

C. BAGIAN II.B

Berilah tanda checklist (  ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan

1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Sering
4. Selalu

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


No Pernyataan 1 2 3 4
1. Saya melihat rekan kerja melakukan kesalahan
dan segera diperbaiki sehingga tidak merugikan
pasien, tapi tidak dilaporkan ke
Supervisor/Manajer
2. Saya melihat rekan kerja melakukan kesalahan
yang berpotensi merugikan pasien, dan tidak
dilaporkan ke Supervisor/Manajer
3. Saya melihat rekan kerja melakukan kesalahan
yang berpotensi merugikan pasien terjadi, tapi
kemudian tidak terjadi apa-apa dan tidak
dilaporkan ke Supervisor/Manajer
4 Saya melihat rekan kerja melakukan kesalahan
dalam perawatan pasien, namun tidak
melaporkannya ke Supervisor/Manajer

D. BAGIAN III

Berilah tanda checklist (  ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan

STS = Sangat Tidak Setuju


TS = Tidak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju

No Pernyataan STS TS S SS
1. Peralatan medis yang saya gunakan merupakan
peralatan digital (misalnya termometer digital)
2. Menurt saya, di Rumah sakit ini teknologi yang
digunakan jauh lebih baik dibandingkan Rumah
sakit lain
3. Saya mengetahui dengan baik cara
menggunakan alat/teknologi yang diperlukan
dalam pekerjaan.
4. Menurut Saya, manajemen selalu melakukan
pengembangan dalam teknologi informasi
untuk memudahkan pekerjaan Kami

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


No Pernyataan STS TS S SS
5. Menurut Saya, Rumah Sakit ini mempunyai
tenaga medis yang cukup untuk menangani
overload pekerjaan
6. Menurut Saya, tenaga medis di unit ini bekerja
lebih lama daripada yang seharusnya untuk
perawatan pasien
7. Saya terbiasa melakukan banyak pekerjaan
sekaligus ketika memberikan perawatan kepada
pasien
8. Saya tidak bisa mengobrol ketika bekerja
9. Rumah Sakit sering kekurangan tenaga medis
dalam melakukan perawatan kepada pasien
10. Saya diberikan pelatihan mengenai teknologi
atau peralatan terbaru dalam perawatan pasien
11. Rumah Sakit mempunyai anggaran untuk
pengembangan teknologi dan peralatan dalam
perawatan pasien
12. Kami menggunakan peralatan berbasis
komputerisasi dalam mendiagnosis pasien
13. Kami memanfaatkan peralatan elektronik
dalam berbagi informasi dalam pelayanan
administrasi pasien (mulai dari pendafataran
hingga peresepan obat)
14. Saya sering melakukan pekerjaan yang bukan
tanggung jawab saya
15. Menurut Saya, supervisor/manajer sudah adil
dalam pembagian tugas
16. Pekerjaan saya mewajibkan saya untuk lembur
17. Pasien menunggu lama untuk pelayanan karena
terbatasnya tenaga kesehatan
18. Beban pekerjaan saya terlalu berat
19. Di unit ini, jumlah perawat magang lebih
banyak dari pada perawat permanen
20. Perawat harus bekerja secepat dan efisien
mungkin sesuai target quality/mutu manajemen
21. Orang-orang saling bekerja sama satu dengan
lainnya di unit ini
22. Jika unit ini menjadi sangat sibuk, perawat unit
lain akan membantu

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


No Pernyataan STS TS S SS
23. Di unit ini, orang-orang bekerja dengan rasa
hormat dan saling menghargai
24. Kami menggunakan sistem pelaporan berbasis
elektronik (menggunakan komputer/internet)
25. Menurut saya Rumah sakit ini perlu menambah
beberapa perawat lagi
26. Perawat-perawat di unit ini memiliki sifat
individualisme yang tinggi

E. BAGIAN IV.A

Berilah tanda checklist (  ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan

STS = Sangat Tidak Setuju


TS = Tidak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju

No Pernyataan STS TS S SS
I Overall perception of safety
1. Keselamatan pasien (patient safety) tidak
pernah dikorbankan untuk bisa melakukan
pekerjaan lebih banyak (lebih cepat)
2. Kami mempunyai prosedur dan sistem yang
baik untuk mencegah terjadinya kesalahan
3. Kesalahan-kesalahan yang lebih serius tidak
pernah terjadi disini merupakan sebuah
kebetulan
4. Kami memiliki masalah patien safety di
departemen ini
2 Frekuensi dilaporkannya Kesalahan
1. Bila terjadi kesalahan, tetapi
tertangkap/diketahui dan dikoreksi
sebelum mempengaruhi pasien, seberapa
sering hal ini dilaporkan?
2. Bila terjadi kesalahan tetapi tidak memiliki
potensi untuk membahayakan pasien,
seberapa sering hal ini dilaporkan?

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


No Pernyataan STS TS S SS
3. Bila terjadi kesalahan yang dapat
membahayakan pasien, tetapi ternyata tidak
terjadi apa-apa, seberapa sering hal ini
dilaporkan?
3 Ekspektasi dan tindakan
supervisor/manager mempromosikan patient
safety
1. Supervisor (pengawas)/manajer saya
mengatakan ucapan/kalimat yang baik
ketika ia melihat pekerjaan yang dilakukan
sesuai dengan prosedur keselamatan pasien
ditetapkan
2. Supervisor/manager saya
mempertimbangkan saran staff dengan
serius untuk meningkatkan patient safety
3. Setiap kali tekanan menumpuk,
atasan/manajer saya mengininkan kami
untuk bekerja lebih ceoat bahkan jika harus
mengambil jalan pintas
4. Supervisor/manajer saya sering menghadapi
masalah patient safety yang terjadi
berulangkali.
4 Organization learning – continuous
improvement
1. Kami secara aktif terus melakukan
perbaikan terhadap patient safety
2. Kesalahan yang terjadi disini selalu
mengarah pada perubahan yang positif
3. Setelah kami membuat perubahan untuk
meningkatkan patinet safety, kami selalu
melakukan evaluasi keefektifannya
5 Teamwork within departments
1. Orang-orang saling bekerja sama satu
dengan lainnya di departemen ini
2. Ketika terdapat banyak pekerjaan yang
harus dilaksanakan dalam satu waktu, kami
bekerja bersama sebagai tim untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tersebut
3. Dalam departemen ini, orang-orang saling
memperlakukan dengan rasa hormat
4. Ketika salah satu area di departemen ini

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


menjadi sangat sibuk, yang lainnya akan
membantu
6 Communication oponness
1. Staf akan bebas berbicara jika mereka
melihat sesuatu yang negatif dapat
mempengaruhi perawatan pasien.
2. Staf merasa bebas untuk mempertanyakan
keputusan atau tindakan mereka dengan
kewenangan yang lebih.
3. Staf takut untuk bertanya ketika sesuatu
tampaknya tidak benar.
7 Feedback and communication about error
1. kami diberi feedback/masukan tentang
perubahan dimasukkan kedalam tempat
berdasarkan laporan kejadian (event reports)
2. Kami diberitahu tentang kesalahan yan
terjadi didepartemen ini
3. Didepartemen ini, kami membahas cara-
cara untuk mencegah kesalahan terjadi lagi
8 Nonpunitive response to error
1. Staf merasa kesalahan yang mereka lakukan
sepenuhnya dimiliki oleh mereka
2. Ketika terjadi suatu peristiwa/kesalahan dan
dilaporkan, rasanya seperti sedang menulis,
dan bukanlah masalah besar.
3. Staf khawatir bahwa kesalahan yang mereka
buat disimpan dalam file personil mereka
(dilaporkan HRD)
9 Staffing
1. Kami mempunyai staf yang cukup untuk
menangani overload pekerjaan
2. Staff di departemen ini bekerja lebih lama
daripada yang seharusnya untuk perawatan
pasien
3. Kami menggunakan staf kontrak/magang
daripada staf permanen dengan skill yang
lebih baik untuk perawatan pasien
4. Kami bekerja dalam ‘mode krisis’, dimana
kami mencoba untuk melakukan semua
lebih banyak dan secepat mungkin
10 Hospotal management suport for patinet
safety
1. Manajemen Rumah Sakit menciptakan

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


sebuah iklim lingkungan kerja yang dapat
meningkatkan keselamatan pasien (patient
safety)
2. Manajemen menunjukkan tindakan yang
menyatakan bahwa keselamatan pasien
adalah prioritas utama
3. Manajemen rumah sakit terlihat
mengutamakan keselamatan pasien hanya
setelah terjadi sebuah peristiwa buruk
(kecelakaan terhadap pasien/pekerja lain)
11 Teamwork across hospitak departements
1. Ada kerja sama yang baik antara
departemen-departemen Rumah Sakit yang
harus bekerja sama
2. Departemen-departemen di Rumah sakit
mempunyai kerja sama yang baik dalam
memberikan perawatan kepada pasien
3. Departemen-departemen di Rumah sakit
tidak berkoordinasi dengan baik
4. Selalu menyenagkan untuk bekerja bersama
dengan staff dari rumah sakit lain
12 Hospotal handoffs & transitions
1. Pada saat handoff dan transmisi selalu
berjalan tidak lancar
2. Informasi perawatan pasien penting
sering hilang ketika terjadinya
pergantian shift
3. Masalah sering terjadi ketika pertukaran
informasi antar departemen di rumah
sakit
4. Perubahan shift merupakan masalah
untuk pasien di rumah sakit ini

F. SARAN

Terima kasih telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Silahkan tinggalkan saran yang

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


membangun mengenai penelitian ini.

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


Petunjuk Pengisian :
Bapak/Ibu/Saudara.i diminta untuk mengisi (...) atau memberi tanda (X) pada kuesioner
sesuai dengan Identitas Anda saat ini :

Identitas Responden
No. Responden (Diisi oleh peneliti) : ............................
Inisial Nama : ............................
Usia : ................... Tahun
Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Masa Kerja : ............. Tahun ......... Bulan
Jabatan : ............................................
Unit/Bagian Kerja : ……………………………..
Pendidikan Terakhir : ............................................

A. BAGIAN I

Berilah tanda checklist (  ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan

STS = Sangat Tidak Setuju


TS = Tidak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju

No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya bebas berbicara jika melihat sesuatu yang
negatif dapat mempengaruhi perawatan pasien
2. Saya merasa bebas untuk mempertanyakan
keputusan atau tindakan pimpinan
3. Terdapat forum diskusi antar unit/dengan pimpinan
yang membahas patient safety
4. Menurut Saya, Rumah Sakit telah rutin melakukan
training atau refresh training mengenai patient safety
5. Saya merasa komunikasi antar pekerja lain berjalan
dengan baik
6. Saya takut untuk bertanya ketika sesuatu tampaknya
tidak benar.

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


No Pernyataan STS TS S SS
7. Menurut Saya, Supervisor/Manajer selalu meminta
saran kepada pekerja bagaimana meningkatkan
keselamatan pasien
8. Saya bebas mendiskusikan bagaimana
meningkatakan keselamatan pasien dengan rekan
kerja
Menurut Saya, patient safety adalah kewajiban
9.
seluruh pekerja
10. Menurut Saya, Rumah Sakit sudah menyediakan
informasi dalam berbagai bentuk media (leaflet,
poster, dll) tentang resiko keselamatan pasien
11. Saya selalu memberikan informasi yang jelas kepada
pasien tentang pelayanan yang diberikan
12. Menurut saya, masalah sering terjadi ketika
pertukaran informasi antar departemen di Rumah
Sakit
13. Menurut Saya, pasien di Rumah Sakit ini mudah
mendapatkan informasi mengenai perawatan mereka
14. Saya sudah mengetahui tentang pasien safety

15. Saya diberikan training mengenai keselamatan pasien


16. Menurut saya, pasien dan keluarga dapat
menanyakan informasi mengenai pelayanan yang
diberikan
17. Menurut saya, informasi perawatan pasien sering
hilang/tertukar ketika terjadi pergantian shift

18. Saya selalu meng update pengetahuan mengenai


keselamatan pasien
19. Menurut Saya, Rumah Sakit ini terus melakukan
perbaikan terhadap patient safety
20. Menurut Saya, kesalahan yang terjadi disini selalu
mengarah pada perubahan yang positif
21. Pimpinan Saya selalu memberikan tanggapan
mengenai masukan/keluhan yang disampaikan oleh
pekerja

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


No Pernyataan STS TS S SS
22. Didepartemen ini, Kami membahas cara-cara untuk
mencegah kesalahan/hal-hal yang tidak diinginkan
terjadi lagi
23. Supervisor/manager Saya mempertimbangkan saran
pekerja untuk meningkatkan patient safety
24. Supervisor/manajer Saya memberikan apresiasi
ketika pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
prosedur
25. Saya merasa kurang mendapat dukungan dari
atasan, khususnya dalam hal keselamatan pasien

B. BAGIAN II.A

Berilah tanda checklist (  ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan

STS = Sangat Tidak Setuju


TS = Tidak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju

No Pernyataan STS TS S SS
1. Setiap kesalahan yang terjadi selalu dicatat dan
didokumentasikan
2. Saya segera melapor jika melakukan kesalahan
tindakan terhadap pasien
3. Rumah Sakit ini memiliki SOP untuk
pelaporan kesalahan dalam perawatan pasien,
termasuk kepuasan pasien selama perawatan
4. Saya merahasiakan kesalahan yang saya
lakukan
5. Jika terjadi kesalahan di departemen Saya,
Departemen lain akan dibertahukan. Begitu
juga sebaliknya
6. Saya menyalahkan diri sendiri ketika
perawatan/tindakan yang saya lakukan salah
7. Saya khawatir jika terjadi kesalahan, maka
akan dicatat dalam file kepegawaian Saya
(dilaporkan ke HRD)
8. Pimpinan Saya mendukung pelaporan
kesalahan yang terjadi di Rumah Sakit ini

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


No Pernyataan STS TS S SS
9. Saya merasa bebas untuk melaporkan jika
terjadi kesalahan dalam perawatan pasien
10. Menurut Saya, kesalahan yang terjadi dalam
perawatan pasien bukanlah hal yang harus
dilaporkan
11. Supervisor/majaer Saya memaksa Kami untuk
tidak melaporkan kesalahan yang terjadi dalam
perawatan pasien
12. Menurut Saya, pelaporan kesalahan berguna
untuk perbaikan dalam perawatan pasien
13. Di Rumah Sakit ini, setiap pelaporan kesalahan
tidak diberikan sanksi
14. Jika rekan Saya melakukan kesalahan, Saya
takut/tidak mau untuk melaporkannya
15. Jika terjadi kesalahan, Saya tahu prosedur
pelaporannya
16. Melaporkan kesalahan yang dilakukan
sendiri/rekan kerja adalah hal yang biasa disini
17. Saya tidak keberatan jika rekan kerja
melaporkan kesalahan yang saya lakukan
18. Kami mempunyai sistem untuk mengetahui
kepuasan pasien
19. Setiap pasien merasa puas dengan pelayanan di
Rumah Sakit ini
20. Pelaporan kesalahan hanya menrugikan bagi si
terlapor
21. Infomasi mengenai kesalahan yang dilaporkan
digunakan untuk perbaikan yang berkelanjutan

C. BAGIAN II.B

Berilah tanda checklist (  ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan

1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Sering
4. Selalu

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


No Pernyataan 1 2 3 4
1. Saya melihat rekan kerja melakukan kesalahan
dan segera diperbaiki sehingga tidak merugikan
pasien, tapi tidak dilaporkan ke
Supervisor/Manajer
2. Saya melihat rekan kerja melakukan kesalahan
yang berpotensi merugikan pasien, dan tidak
dilaporkan ke Supervisor/Manajer
3. Saya melihat rekan kerja melakukan kesalahan
yang berpotensi merugikan pasien terjadi, tapi
kemudian tidak terjadi apa-apa dan tidak
dilaporkan ke Supervisor/Manajer
4 Saya melihat rekan kerja melakukan kesalahan
dalam perawatan pasien, namun tidak
melaporkannya ke Supervisor/Manajer

D. BAGIAN III

Berilah tanda checklist (  ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan

STS = Sangat Tidak Setuju


TS = Tidak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju

No Pernyataan STS TS S SS
1. Peralatan medis yang saya gunakan merupakan
peralatan digital (misalnya termometer digital)
2. Menurt saya, di Rumah sakit ini teknologi yang
digunakan jauh lebih baik dibandingkan Rumah
sakit lain
3. Saya mengetahui dengan baik cara
menggunakan alat/teknologi yang diperlukan
dalam pekerjaan.
4. Menurut Saya, manajemen selalu melakukan
pengembangan dalam teknologi informasi
untuk memudahkan pekerjaan Kami

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


No Pernyataan STS TS S SS
5. Menurut Saya, Rumah Sakit ini mempunyai
tenaga medis yang cukup untuk menangani
overload pekerjaan
6. Menurut Saya, tenaga medis di unit ini bekerja
lebih lama daripada yang seharusnya untuk
perawatan pasien
7. Saya terbiasa melakukan banyak pekerjaan
sekaligus ketika memberikan perawatan kepada
pasien
8. Saya tidak bisa mengobrol ketika bekerja
9. Rumah Sakit sering kekurangan tenaga medis
dalam melakukan perawatan kepada pasien
10. Saya diberikan pelatihan mengenai teknologi
atau peralatan terbaru dalam perawatan pasien
11. Rumah Sakit mempunyai anggaran untuk
pengembangan teknologi dan peralatan dalam
perawatan pasien
12. Kami menggunakan peralatan berbasis
komputerisasi dalam mendiagnosis pasien
13. Kami memanfaatkan peralatan elektronik
dalam berbagi informasi dalam pelayanan
administrasi pasien (mulai dari pendafataran
hingga peresepan obat)
14. Saya sering melakukan pekerjaan yang bukan
tanggung jawab saya
15. Menurut Saya, supervisor/manajer sudah adil
dalam pembagian tugas
16. Pekerjaan saya mewajibkan saya untuk lembur
17. Pasien menunggu lama untuk pelayanan karena
terbatasnya tenaga kesehatan
18. Beban pekerjaan saya terlalu berat
19. Di unit ini, jumlah perawat magang lebih
banyak dari pada perawat permanen
20. Perawat harus bekerja secepat dan efisien
mungkin sesuai target quality/mutu manajemen
21. Orang-orang saling bekerja sama satu dengan
lainnya di unit ini
22. Jika unit ini menjadi sangat sibuk, perawat unit
lain akan membantu

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


No Pernyataan STS TS S SS
23. Di unit ini, orang-orang bekerja dengan rasa
hormat dan saling menghargai
24. Kami menggunakan sistem pelaporan berbasis
elektronik (menggunakan komputer/internet)
25. Menurut saya Rumah sakit ini perlu menambah
beberapa perawat lagi
26. Perawat-perawat di unit ini memiliki sifat
individualisme yang tinggi

E. BAGIAN IV.A

Berilah tanda checklist (  ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan

STS = Sangat Tidak Setuju


TS = Tidak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju

No Pernyataan STS TS S SS
I Overall perception of safety
1. Keselamatan pasien (patient safety) tidak
pernah dikorbankan untuk bisa melakukan
pekerjaan lebih banyak (lebih cepat)
2. Kami mempunyai prosedur dan sistem yang
baik untuk mencegah terjadinya kesalahan
3. Kesalahan-kesalahan yang lebih serius tidak
pernah terjadi disini merupakan sebuah
kebetulan
4. Kami memiliki masalah patien safety di
departemen ini
2 Frekuensi dilaporkannya Kesalahan
1. Bila terjadi kesalahan, tetapi
tertangkap/diketahui dan dikoreksi
sebelum mempengaruhi pasien, seberapa
sering hal ini dilaporkan?
2. Bila terjadi kesalahan tetapi tidak memiliki
potensi untuk membahayakan pasien,
seberapa sering hal ini dilaporkan?

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


No Pernyataan STS TS S SS
3. Bila terjadi kesalahan yang dapat
membahayakan pasien, tetapi ternyata tidak
terjadi apa-apa, seberapa sering hal ini
dilaporkan?
3 Ekspektasi dan tindakan
supervisor/manager mempromosikan patient
safety
1. Supervisor (pengawas)/manajer saya
mengatakan ucapan/kalimat yang baik
ketika ia melihat pekerjaan yang dilakukan
sesuai dengan prosedur keselamatan pasien
ditetapkan
2. Supervisor/manager saya
mempertimbangkan saran staff dengan
serius untuk meningkatkan patient safety
3. Setiap kali tekanan menumpuk,
atasan/manajer saya mengininkan kami
untuk bekerja lebih ceoat bahkan jika harus
mengambil jalan pintas
4. Supervisor/manajer saya sering menghadapi
masalah patient safety yang terjadi
berulangkali.
4 Organization learning – continuous
improvement
1. Kami secara aktif terus melakukan
perbaikan terhadap patient safety
2. Kesalahan yang terjadi disini selalu
mengarah pada perubahan yang positif
3. Setelah kami membuat perubahan untuk
meningkatkan patinet safety, kami selalu
melakukan evaluasi keefektifannya
5 Teamwork within departments
1. Orang-orang saling bekerja sama satu
dengan lainnya di departemen ini
2. Ketika terdapat banyak pekerjaan yang
harus dilaksanakan dalam satu waktu, kami
bekerja bersama sebagai tim untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tersebut
3. Dalam departemen ini, orang-orang saling
memperlakukan dengan rasa hormat
4. Ketika salah satu area di departemen ini

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


menjadi sangat sibuk, yang lainnya akan
membantu
6 Communication oponness
1. Staf akan bebas berbicara jika mereka
melihat sesuatu yang negatif dapat
mempengaruhi perawatan pasien.
2. Staf merasa bebas untuk mempertanyakan
keputusan atau tindakan mereka dengan
kewenangan yang lebih.
3. Staf takut untuk bertanya ketika sesuatu
tampaknya tidak benar.
7 Feedback and communication about error
1. kami diberi feedback/masukan tentang
perubahan dimasukkan kedalam tempat
berdasarkan laporan kejadian (event reports)
2. Kami diberitahu tentang kesalahan yan
terjadi didepartemen ini
3. Didepartemen ini, kami membahas cara-
cara untuk mencegah kesalahan terjadi lagi
8 Nonpunitive response to error
1. Staf merasa kesalahan yang mereka lakukan
sepenuhnya dimiliki oleh mereka
2. Ketika terjadi suatu peristiwa/kesalahan dan
dilaporkan, rasanya seperti sedang menulis,
dan bukanlah masalah besar.
3. Staf khawatir bahwa kesalahan yang mereka
buat disimpan dalam file personil mereka
(dilaporkan HRD)
9 Staffing
1. Kami mempunyai staf yang cukup untuk
menangani overload pekerjaan
2. Staff di departemen ini bekerja lebih lama
daripada yang seharusnya untuk perawatan
pasien
3. Kami menggunakan staf kontrak/magang
daripada staf permanen dengan skill yang
lebih baik untuk perawatan pasien
4. Kami bekerja dalam ‘mode krisis’, dimana
kami mencoba untuk melakukan semua
lebih banyak dan secepat mungkin
10 Hospotal management suport for patinet
safety
1. Manajemen Rumah Sakit menciptakan

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


sebuah iklim lingkungan kerja yang dapat
meningkatkan keselamatan pasien (patient
safety)
2. Manajemen menunjukkan tindakan yang
menyatakan bahwa keselamatan pasien
adalah prioritas utama
3. Manajemen rumah sakit terlihat
mengutamakan keselamatan pasien hanya
setelah terjadi sebuah peristiwa buruk
(kecelakaan terhadap pasien/pekerja lain)
11 Teamwork across hospitak departements
1. Ada kerja sama yang baik antara
departemen-departemen Rumah Sakit yang
harus bekerja sama
2. Departemen-departemen di Rumah sakit
mempunyai kerja sama yang baik dalam
memberikan perawatan kepada pasien
3. Departemen-departemen di Rumah sakit
tidak berkoordinasi dengan baik
4. Selalu menyenagkan untuk bekerja bersama
dengan staff dari rumah sakit lain
12 Hospotal handoffs & transitions
1. Pada saat handoff dan transmisi selalu
berjalan tidak lancar
2. Informasi perawatan pasien penting
sering hilang ketika terjadinya
pergantian shift
3. Masalah sering terjadi ketika pertukaran
informasi antar departemen di rumah
sakit
4. Perubahan shift merupakan masalah
untuk pasien di rumah sakit ini

F. SARAN

Terima kasih telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Silahkan tinggalkan saran yang

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


membangun mengenai penelitian ini.

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


Lampiran 2 : Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Kuesioner Peneitian

1. Dukungan Manajemen

Reliability

Scale: Dukungan Manajemen

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,879 25

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016
2. Sistem Pelaporan

Reliability

Scale: Reporting System

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,741 26

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016
3. Kecukupan Sumber Daya

Reliability

Scale: Kecukupan Sumber Daya

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,888 26

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016
4. Iklim Keselamatan Pasien

Scale: Safety Climate

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,864 42

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016
Lampiran 3 : Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Dukungan Sistem Kecukupa Pasient Safety


Manaejemen Pelaporan Sumber Daya Climate

N 62 62 62 62

Normal Parametersa,,b Mean 77.13 72.66 73.55 77.37

Std. Deviation 7.164 4.662 4.507 5.183

Most Extreme Differences Absolute .137 .089 .118 .128

Positive .137 .089 .118 .128

Negative -.085 -.064 -.092 -.064

Kolmogorov-Smirnov Z 1.076 .698 .931 1.007

Asymp. Sig. (2-tailed) .198 .714 .351 .262

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


Lampiran 4 : Hasil Uji Analisis Univariat Dan Bivariat

1. Deskriptif nilai Mean, Min, Max variable penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Dukungan Manaejemen 62 65 95 77.13 7.164

Sistem Pelaporan 62 62 85 72.66 4.662

Kecukupa Sumber Daya 62 65 84 73.55 4.507

Pasient Safety Climate 62 68 91 77.37 5.183

Valid N (listwise) 62

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kelompok Dimensi 1 62 2.00 3.67 2.7869 .38984

Kelompok Dimensi 2 62 2.00 4.00 2.8251 .55647

Kelompok Dimensi 3 62 2.00 3.67 2.7814 .42113

Kelompok Dimensi 4 62 2.00 4.00 3.0492 .25339

Kelompok Dimensi 5 62 2.75 4.00 3.2295 .31720

Kelompok Dimensi 6 62 2.33 3.67 2.9399 .27560

Kelompok Dimensi 7 62 2.33 4.00 2.9563 .34143

Kelompok Dimensi 8 62 1.33 3.33 2.4590 .45201

Kelompok Dimensi 9 62 1.00 3.67 2.5464 .58065

Kelompok Dimensi 10 62 1.33 3.33 2.4590 .45201

Kelompok Dimensi 11 62 2.75 4.00 3.2295 .31720

Kelompok Dimensi 12 62 1.67 4.00 2.8470 .47365

Valid N (listwise) 62

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


2. Hasil Uji Univariat

- Distribusi frekuensi jenis kelamin responden

Statistics

Jenis Kelamin

N Valid 62

Missing 0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-Laki 8 12.9 12.9 12.9

Perempuan 54 87.1 87.1 100.0

Total 62 100.0 100.0

- Distribusi frekuensi usia responden

Statistics

usia per 10 tahun

N Valid 62

Missing 0

usia per 10 tahun

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 21 tahun - 30 tahun 56 90.3 90.3 90.3

31 tahun - 40 tahun 4 6.5 6.5 96.8

41 tahun - 50 tahun 1 1.6 1.6 98.4

>= 51 tahun 1 1.6 1.6 100.0

Total 62 100.0 100.0

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


- Distribusi frekuensi masa kerja responden

Statistics

masa kerja per tahun

N Valid 62

Missing 0

masa kerja per tahun

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid masa kerja <= 1 tahun 17 27.4 27.4 27.4

masa kerja > 1 tahun 45 72.6 72.6 100.0

Total 62 100.0 100.0

- Distribusi frekuensi pendidikan terakhir

Statistics

Pendidikan Terakhir

N Valid 62

Missing 0

Pendidikan Terakhir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid D3/SPK 57 91.9 91.9 91.9

D4/S1 5 8.1 8.1 100.0

Total 62 100.0 100.0

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


- Distribusi frekuensi variable penelitian (Dukungan Manajemen, Sistem Pelaporan,
Kecukupan Sumber Daya, dan Keselamatan Pasien)

Dukungan Manajemen

Statistics

Kelompok DM Kelompok K Kelompok A mean F

N Valid 62 62 62 62

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Kelompok DM

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid negatif 33 53.2 53.2 53.2

positif 29 46.8 46.8 100.0

Total 62 100.0 100.0

Kelompok K

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid negatif 36 58.1 58.1 58.1

positif 26 41.9 41.9 100.0

Total 62 100.0 100.0

Kelompok A

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


Valid negatif 27 43.5 43.5 43.5

positif 35 56.5 56.5 100.0

Total 62 100.0 100.0

mean F

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid .00 35 56.5 56.5 56.5

1.00 27 43.5 43.5 100.0

Total 62 100.0 100.0

Sistem Pelaporan

Statistics

Kelompok R

N Valid 62

Missing 0

Kelompok R

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid negatif 33 53.2 53.2 53.2

positif 29 46.8 46.8 100.0

Total 62 100.0 100.0

Kecukupan Sumber Daya

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


Statistics

Kelompok KSD Kelompok T Kelompok W

N Valid 62 62 62

Missing 0 0 0

Frequency Table

Kelompok KSD

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid negatif 32 51.6 51.6 51.6

positif 30 48.4 48.4 100.0

Total 62 100.0 100.0

Kelompok T

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid negatif 34 54.8 54.8 54.8

positif 28 45.2 45.2 100.0

Total 62 100.0 100.0

Kelompok W

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid negatif 34 54.8 54.8 54.8

positif 28 45.2 45.2 100.0

Total 62 100.0 100.0

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


Iklim Keselamatan Pasien

Statistics

kelompok S

N Valid 62

Missing 0

kelompok S

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid negatif 31 50.0 50.0 50.0

positif 31 50.0 50.0 100.0

Total 62 100.0 100.0

Dimensi Iklim Keselamatan Pasien

Statistics

Mean Mean Mean Mean Mean mean mean mean mean mean mean mean
Dim 1 Dim 2 Dim 3 Dim 4 Dim 5 dim 6 dim 7 dim 8 dim 9 dim 10 dim 11 dim 12

N Valid 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Mean Dimensi 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Negatif 35 56.4 56.4 56.4

Positif 27 43.6 43.6 100.0

Total 62 100.0 100.0

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


Mean Dim 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Negatif 35 56.4 56.4 56.4

Positif 27 43.6 43.6 100.0

Total 62 100.0 100.0

Mean Dim 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Negatif 34 54.8 54.8 54.8

Positif 28 45.2 45.2 100.0

Total 62 100.0 100.0

Mean Dim 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Negatif 3 4.8 4.8 4.8

Positif 59 95.2 95.2 100.0

Total 62 100.0 100.0

Mean Dim 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Negatif 29 46.8 46.8 46.8

Positif 33 53.2 53.2 100.0

Total 62 100.0 100.0

mean dim 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


Valid Negatif 22 35.5 35.5 35.5

Positif 40 64.5 64.5 100.0

Total 62 100.0 100.0

mean dim 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Negatif 27 43.6 43.6 43.6

Positif 35 56.4 56.4 100.0

Total 61 100.0 100.0

mean dim 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Negatif 33 53.2 53.2 53.2

Positif 29 46.8 46.8 100.0

Total 62 100.0 100.0

mean dim 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Negatif 28 45.2 45.2 45.2

Positif 34 54.8 54.8 100.0

Total 62 100.0 100.0

mean dim 10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Negatif 33 53.2 53.2 53.2

Positif 29 46.8 46.8 100.0

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


mean dim 10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Negatif 33 53.2 53.2 53.2

Positif 29 46.8 46.8 100.0

Total 62 100.0 100.0

mean dim 11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Negatif 29 46.8 46.8 46.8

Positif 33 53.2 53.2 100.0

Total 62 100.0 100.0

mean dim 12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Negatif 29 46.8 46.8 46.8

Positif 33 53.2 53.2 100.0

Total 62 100.0 100.0

3. Hasil Uji Bivariat

- Dukungan Manajemen*Patient Safety

Kelompok DM * kelompok S Crosstabulation

kelompok S

negatif positif Total

Kelompok DM negatif Count 21 12 33

% within Kelompok DM 63.6% 36.4% 100.0%

positif Count 10 19 29

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


% within Kelompok DM 34.5% 65.5% 100.0%

Total Count 31 31 62

% within Kelompok DM 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.248a 1 .022

Continuity Correctionb 4.146 1 .042

Likelihood Ratio 5.326 1 .021

Fisher's Exact Test .041 .020

Linear-by-Linear Association 5.163 1 .023

N of Valid Cases 62

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,50.

b. Computed only for a 2x2 table

- Sistem Pelaporan*Patient Safety

Kelompok R * kelompok S Crosstabulation

kelompok S

negatif positif Total

Kelompok R negatif Count 24 9 33

% within Kelompok R 72.7% 27.3% 100.0%

positif Count 7 22 29

% within Kelompok R 24.1% 75.9% 100.0%

Total Count 31 31 62

% within Kelompok R 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 14.577a 1 .000

Continuity Correctionb 12.698 1 .000

Likelihood Ratio 15.223 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 14.342 1 .000

N of Valid Cases 62

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,50.

b. Computed only for a 2x2 table

- Kecukupan Sumber Daya*Patient Safety

Kelompok KSD * kelompok S Crosstabulation

kelompok S

negatif positif Total

Kelompok KSD negatif Count 22 10 32

% within Kelompok KSD 68.8% 31.3% 100.0%

positif Count 9 21 30

% within Kelompok KSD 30.0% 70.0% 100.0%

Total Count 31 31 62

% within Kelompok KSD 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9.300a 1 .002

Continuity Correctionb 7.815 1 .005

Likelihood Ratio 9.549 1 .002

Fisher's Exact Test .005 .002

Linear-by-Linear Association 9.150 1 .002

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016


N of Valid Cases 62

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Indonesia

Patient safety..., Hayatti Rissa, FKM UI, 2016

Você também pode gostar