Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TESIS
HAYATTI RISSA
1306428683
HAYATTI RISSA
1306428683
Tods fui s&he ,hril k*.rye s*ya cerdiri, dan scmua runber baikyang
dikut$ hepun dinrfukte}rh *aye nyetrken dengen benar.
Namr l HrydRisa
I{PM r 13CI6[286ff]
Tangd :5Janusr{2016
It
Univorritre lndonoslr
Telah berhasil dipertahankan di hadapan llewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk rnernperoleh getrar ll{asten Keselarnatan dan Kesehatan
Kerja, pada Program Studi Keselarnatan dan Kcsehatan Kerja, Fahultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.
DEWAII{ PENGUJI
Ditetapkan di Depok
Tanggal 5 Januari 20tr5
tv
UniYersitas lndonesia
NPM 1306428683
Mahasiswa Program K3
TahunAkademik 2013
Menyatakan bahwa saya tidak nnelahrkan kegiatan plagiat datram perultrisan tesiis
saya yang berjudul :
Apabitra suatu saat nalti terrbukti saya rnelalnrkal'l plagrat rnaka saya akall
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
5 Januari 20tr6
Hayatti Rissa
tv
Universitas lndonesia
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat, dan
hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Patient Safety Climate
Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Di Rumah Sakit ABC”.
Selama berada pada masa perkuliahan sampai melakukan penelitian dan menyusun
hasilnya, penulis mendapat bimbingan, dukungan, bantuan, baik moril maupun materil dari
semua pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, Papa dan Mama, yang selalu memberikan dukungan serta doa yang tak
hentinya kepada penulis. Terima kasih atas perhatian dan kasih sayang yang telah
diberikan selama ini. Semoga ilmu yang Ananda dapatkan selama masa perkulihan ini
menjadi berkah bagi keluarga dan orang lain. Serta Adik-adik ku tercinta dan keluarga
besar, yang selalu memberikan semangat dan perhatian kalian selama penulisan tesis ini,
2. Dadan Erwandi S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis ini.
3. Hendra, SKM., M.KKK dan Drs. Ridwan Zahdi Sjaff, MPH, selaku penguji dalam yang
telah berkenan hadir untuk menguji dan memberikan masukan yang membangun bagi
penulisan tesis ini.
4. Dr. Hanny Harjulianti, MS dan Muslina Handayani, ST., M.KKK selaku penguji luar
yang telah berkenan meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan yang
membangun bagi penulisan tesis ini.
5. Edwin, Mktg, selaku Ketua Yayasan Rumah Sakit ABC yang telah berkenan memberikan
kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit ABC.
6. Seluruh ajaran manajemen Rumah Sakit ABC, khususnya Divisi HRD, Bu Eli, Bu Des,
Pak Bambang, Kak Rini, Kak Lina, Kak Esi, dan Kak Rika, yang telah membantu penulis
selama pengambilan data penelitian di Rumah Sakit ABC.
7. Teman-teman seperjuang dalam penulisan tesis Annisa Yonelia, Hamka, Nurul Fu, Rico,
dan Ari. Teman-teman sebimbingan Mba Resty, Pak Tarno, Bunda Maya, Mas wisnu.
Semoga tidak ada lagi yang tertinggal.
v
Universitas Indonesia
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesain tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Hayatti Rissa
vi
Universitas Indonesia
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesi4 saya yang bertandatangan di bawah ini:
NPM 1306428683
Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini. Universitas Indonesia bedlak menyimpan,
mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan dala (database), merawat, dan
mempublikasi tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penuliVpencipta
dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 5 Januari 2016
Yang menyatakan
(Hayatti Rissa)
vii
Universitas lndonesia
viii
Universitas Indonesia
The general objective of this study was to describe the dimensions of the culture
of patient safety factors that affect patient safety climate at the ABC Hospital. So the
identification of these factors can increase patient safety in the hospital ABC. This
research is analytic survey with cross sectional study design / cross sectional. In a cross
sectional study, because the independent variables and dependencies variables that
occurred in the course of a study object was collected simultaneously (at the same time).
The results of this study, the description of the perception of nurses on patient safety
climate at the Hospital of the ABC, which most nurses consider patient safety climate is
bad. Of the 12 dimensions of patient safety by using HSOPSC got 7 of them have a
positive view of nurses : Organization Learning (92.2%), Teamwork within the
Department (53.2%), Feedback and Communication About Error (56.4%), Staffing
(54.8%), communication oponess (64.5%), Teamwork Across Hospital Units (53.2%),
and the Hospital handoffs and transitiions (53.2%). Dimensions with the highest score is
the Learning Organization (92.2%). While the dimension with the lowest score is non-
punitive response to error (46.8%) and hospital management support (46.7%). The
relationship between the three variables of research is to have a positive relationship,
which if positive climatenya patient safety, the support of management, reporting systems
and the adequacy of its resources is also positive.
ix
Universitas Indonesia
ABSTRAK............................................................................................................................. viii
ABSTRACT..............................................................................................................................ix
DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................8
Universitas Indonesia
BAB V HASIL.........................................................................................................................49
BAB VI PEMBAHASAN........................................................................................................62
7.1. Kesimpulan................................................................................................................76
7.2. Saran..........................................................................................................................76
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DAFTAR TABLE
Universitas Indonesia
DAFTAR DIAGRAM
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 safety-beliefs dan espoused values yang mengarah pada attitude dan safety-
behaviours .............................................................................................................................. 20
Gambar 2.2 Hubungan antara dimensi-dimensi yang mempengaruhi Patient safety (Walston,
2012) ....................................................................................................................................... 25
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana
dan prasarana yang ada di Rumah Sakit tidak memenuhi standar (Lampiran Kepmen
1087/MENKES/SK/VIII/2010).
Di dunia internasional, program K3 telah lama diterapkan diberbagai sektor
industri (dimulai dari akhir abad 18), kecuali di sektor kesehatan. Rumah Sakit
sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat mempunyai karakteristiknya
sendiri (Lampiran Kepmen 1087/MENKES/SK/VIII/2010). Rumah Sakit sebagai
Organisasi perawatan kesehatan bukanlah organisasi sama sekali, setidaknya dalam
definisi organisasi industri dan instansi pemerintahan lainnya. Organisasi perawatan
kesehatan lebih seperti konfederasi konstitusi dengan tujuan umum. Bahkan di pusat
medis akademis, afiliasi dan loyalitas terhadap profesi dan disiplin lebih diutamakan
dari pada institusi. Perbedaan ini memiliki implikasi yang besar untuk menciptakan
budaya keselamatan (Krause dan Hidlye, 1944).
Rumah sakit terus menjadi sumber utama risiko bagi orang lain. Alih-alih
menyembuhkan pasien, rumah sakit dan intervensi medis sering membahayakan
mereka (Walston et al, 2008). Studi yang dilakukan di Colorado, Utah, serta New
York mengemukakan bahwa 2,9% - 3,7% dari seluruh pasien rawat inap mengalami
adverse event (cidera akibat intervensi medis yang bukan karena beberapa kondisi
yang didasari dari kondisi pasien). Dengan jumlah rawat inap per tahun di Amerika
Serikat menghasilkan sekitar 44.000 kematian setiap tahun akibat kesalahan medis,
menunjukkan bahwa lebih banyak orang bisa meninggal di Amerika Serikat setiap
tahunnya karena medication errors, jika dibandingkan dengan kecelakaan motor
(43.458), kanker payudara (42.297), atau AIDS (16.516) (Hofmann dan Mark, 2006).
Menurut WHO (2014) peluang terjadinya kecelakaan terhadap pasien di
rumah sakit adalah 1 : 300, sedangkan kecelakaan di penerbangan adalah 1 : 1 juta.
Data tersebut menunjukkan bahwa secara statistic kemungkinan terjadinya kecelakaan
di rumah sakit jauh lebih besar jika dibandingkan dengan terjadinya kecelakaan di
penerbangan. Hal ini membuktikan bahwa patient safety menjadi masalah utama di
seluruh rumah sakit. Sebuah penelitian juga mengestimasikan bahwa lebih dari 1,4
juta orang di seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh dari rumah sakit. Resiko
tertular penyakit infeksi dinegara berkembang adalah 2 sampai 20 kali lebih tinggi
dibandingkan di Negara maju.
Pentingnya masalah patient safety ini menjadikannya suatu isu global. WHO
menyatakan dengan jelas bahwa patient safety merupakan prinsip dasar dari
Universitas Indonesia
pelayanan pasien dan komponen kritis dari manajemen mutu. Perkiraan menunjukkan
bahwa sebanyak 1 dari 10 persen negara maju dirugikan saat menerima layanan
rumah sakit. Dari setiap 100 pasien yang dirawat pada waktu tertentu, 7 pasien di
Negara maju dan 10 pasien di Negara berkembang akan memperoleh infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan (WHO,2014).
WHO Health Assembly ke-55 tahun 2002 menetapkan resolusi yang
mendorong (urge) negara untuk memberikan perhatian kepada problem patient safety
meningkatkan keselamatan dan system monitoring. Pada bulan Oktober 2004, WHO
dan berbagai lembaga mendirikan “World Alliance for Patient Safety” dengan tujuan
mengangkat isu patient safetygoal “First do no harm” dan menurunkan morbiditas,
cedera dan kematian yang diderita pasien. Sembilan tujuan penanganan patient safety
menurut Joint Commision International antara lain : mengidentifikasi pasien dengan
benar, meningkatkan komunikasi secara efektif, meningkatkan keamanan dari high-
alert medications, memastikan benar tempat, benar prosedur, dan benar pembedahan
pasien, mengurangi risiko infeksi dari pekerja kesehatan, mengurangi risiko terjadinya
kesalahan yang lebih buruk pada pasien (Pittet et al, 2006).
Universitas Indonesia
safety Rumah Sakit. Kedua upaya ini kemudian disinergikan dan menghasilkan buku
Panduan Nasional Patient safety Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Universitas Indonesia
dimensi budaya yang paling mempengaruhi dalam menciptakan budaya patient safety.
Sehingga dapat dikembangkan program dan kebijakan untuk menciptakan budaya
patient safety di rumah sakit ABC.
1. Bagaimana gambaran persepsi patient safety climate di Rumah Sakit ABC tahun
2015 ?
2. Apakah ada hubungan antara faktor dukungan manajemen terhadap patient safety
di Rumah Sakit ABC tahun 2015 ?
3. Apakah ada hubungan antara faktor sistem pelaporan terhadap patient safety di
Rumah Sakit ABC tahun 2015 ?
4. Apakah ada hubungan antara faktor sumber daya terhadap patient safety di Rumah
Sakit ABC tahun 2015 ?
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Yaitu merupakan penghindaran, pencegahan, dan perbaikan dari kejadian yang tidak
diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan. Sementara
Departemen Kesehatan RI mendefinisikan patient safety (patien safety) rumah sakit
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang
meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengolahan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sedangkan
Komite Patient safety Rumah Sakit (KKPRS), mendefenisikan patient safety sebagai
pasien bebas dari harm/cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm
yang potensial akan terjadi penyakit, cedera fisik/social/psikologis, cacat, kematian,
dan lain-lain, yang terkait dengan pelayanan kesehatan (Departemen Kesehatan RI,
2006).
Universitas Indonesia
7. Infeksi Nosocomial
Patient safety atau selanjutnya akan disebut dengan patient safety telah
menjadi perhatian utama diseluruh dunia, karena mengakibatkan jutaan kematian dan
biaya miliaran dolar setiap tahun untuk perekonomian dunia (Dhillon, 2012).
Berdasarkan report yang dikeluarkan oleh IOM pada tahun 1999, di Amerika,
peristiwa yang berkaitan dengan patient safety menyebabkan 44.000 – 98.000
kematian dan tingkat cidera yang besar mengakibatkan biaya 17 – 29 juta dolar
terhadap perekonomian Amerika setiap tahunnya.
Universitas Indonesia
• Use at least two patient identifiers when providing care, treatment, and services.
• Label all medications, medication containers, and other solutions on and off the sterile field in
perioperative and other procedural settings. Note: Medication containers
• Reduce the likelihood of patient harm associated with the use of anticoagulant therapy.
• Comply with either the current Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
hand hygiene guidelines or the current World Health Organization (WHO) hand
Universitas Indonesia
hygiene guidelines.
infections.
• Assess and periodically reassess each resident’s risk for developing a pressure ulcer and take action
Goal: The organization identifies safety risks inherent in its patient population.
• Identify risks associated with home oxygen therapy, such as home fires.
Sumber : The Joint Commission, 2013 dalam Ulrich dan Kear, 2014
Universitas Indonesia
Ada banyak teori mengenai safety culture dengan berbagai model yang
muncul, seperti Turner (1998), Rasmussen (1997), Reason (1997) dan Levenson
(2004). Namun, untuk memudahkan dalam pemahaman praktis mengenai fenomena
model budaya dihubungkan dengan teori Schein (Taylor, 2010).
Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Safety-Beliefs Dan Espoused Values Yang Mengarah Pada Attitude
Dan Safety-Behaviours
BEHAVIOURS
ATTITUDES
ARTEFACTS
ESPOUSED VALUE
BELIEFS
Universitas Indonesia
manifestasi di permukaan suatu budaya dan budaya itu sendiri lebih kepada tampilan
ke dalam tingkat yang lebih jauh ke dalam asumsi-asumsi dasar organisasi (Flin,
2007).
Safety climate adalah persepsi dan perilaku dari pekerja dalam suatu organiasi
yang dapat dijadikan indikasi tingkat dari safety culture (Flin, 2007; Nelson et al,
2011). Sedangkan safety culture merupakan hasil dari pergerakan semua unsur
organisasi secara bersama-sama yang mencakup semua anggota organisasi, sistem
organisasi dan kegiatan-kegiatan kerjanya kearah tujuan (The Regents of The
University of Michigan, 2002).
Dalam penelitian ini beberapa literatur dan jurnal masih tumpang tindih
dalam penggunaan safety culture dan safety climate. Sehingga untuk penyedehanaan
dan kemudahaan dalam penyampaiin makan dalam penelitian ini menggunakan jurnal
mengenai patiet safety climate maupun patient safety culture.
Universitas Indonesia
antara unit kerja, struktur organisasi dan sistem, yang bersama-sama menghasilkan
norma-norma perilaku dalam organisasi yang mempromosikan patient safety .(Singer
et al, 2009).
Reason dan Hobbs (2003 dalam Ulrich dan Kear, 2014) mengidentifikasikan 3
komponen utama dari safety culture, yaitu learning culture, just culture, dan reporting
culture. Just culture adalah budaya kepercayaan, yaitu dimana apa yang dapat
diterima dan tidak dapat diterima didefinisikan, dan keadilan dan akuntabilitas
merupakan hal yang sangat penting. Reporting culture mendorong dan memfasilitasi
pelaporan kesalahan (errors) dan masalah keselamatan, serta komitmen untuk terus
melakukan perbaikan. Learning culture adalah salah satu komponen budaya yang
didapat dari kesalahan (errors), nearmiss, dan masalah-masalah keselamatan lainnya.
Ketiga komponen tersebut saling terkait dan melengkapi satu sama lain, tanpa just
culture, sebuah organisasi minim dalam pelaporan, tanpa reporting culture, sebuah
organisasi tidak memiliki kesempatan untuk belajar dan melakukan perbaikan dari
kesalahannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Singer dan rekan (2009) mengenai hubungan
antara budaya patient safety dan data indikator patient safety dari 91 rumah sakit di 37
negara. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat budaya patient safety
yang tinggi berhubungan dengan tingkat kinerja patient safety yang tinggi, dan rumah
sakit yang pekerjanya lebih sering melaporkan masalah mengenai rasa takut malu dan
Universitas Indonesia
menyalahkan ternyata memiliki risiko yang jauh lebih tinggi tentang keselamatan.
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa budaya patient safety yang lebih baik
berhubungan dengan risiko patient safety yang rendah jika budaya patient safety
tersebut diukur menggunakan pesepsi dari frontlinepersonal, tetapi tidak jika diukur
dengan persepsi budaya keselamatan dari senior management.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Buerhaus dan rekan (2007) meneliti
dampak dari kekurangan perawatan pada pelayanan pasien di rumah sakit dalam
persepsi perawat, Pimpinan perawat (Chief Nursing Officers/CNOs), dan Pimpinan
eksekutif rumah sakit (Chief executife hospital/CEO). Pada pertanyaan seberapa
sering mereka akan mengatakan bahwa kekurangan pelayanan yang ada pada saat itu
akan berdampak buruk pada patient safety, direct care mengatakan 65%, dokter
mengatakan 36%, CNOs mengatakan 26%, dan CEO mengatakan 17%. Perbedaan
persepsi antar level ini dapat menjadi hambatan dalam menciptakan patient safety.
Misalnya, jika CEO merasa bahwa kekurangan perawat mempengaruhi keselamat
pasien, maka kemungkinan mereka akan menghasilkan keputusan untuk
mengalokasikan sumber daya manusia dan fisikal akan sangat kecil (Ulrich dan Kear,
2014).
1. Hospital survey on Patient safety Culture dari Agency fo Healthcare Research and
Quality (AHQR) di Amerika Serikat
Universitas Indonesia
mengukur persepsi pekerja terhadap budaya patient safety di area kerja, dan
keseluruhan rumah sakit. Ada 12 dimensi budaya patient safety, yang mana masing-
masing dimensi diukur dengan tiga atau empat pertanyaan survei.
Mcfadden, et al. (2009) meneliti mengenai apa yang mereka sebut dengan
“patient safety chain”. Mereka mengumpulkan data dari 371 rumah sakti di seluruh
Amerika Serikat dan menemukan bukti empiris bahwa meningkatkan patient safety
dimulai pada tingkat tertinggi organisasi dengan gaya kepemimpina transformasional,
yang mengarah pada penciptaan budaya keselamatan, menumbuhan inisiatif pekerja
terhadap penerapan patient safety, sehingga pada akhirnya menghasilkan peningkatan
pada patient safety (Ulrich dan Kear, 2014)..
Universitas Indonesia
Komunikasi antar pekerja dalam suatu area medis sangat penting untuk keselamatan.
Kominikasi yang baik mendukung perencanaan, pembuatan keputusan, pemecahan masalah
dan penentuan tujuan, serta peningkatan tanggung jawab bersama untuk pelayanan pasien.
Universitas Indonesia
Kerja sama dan kolaborasi melalui komunikasi yang tepat menentukan dalam kepuasan
pasien. Iklim mempengaruhi komuni kasi terjait keselamatan pasein. Hal ini penting untuk
dipastikan bahwa seluruh komunikasi digunakan secara tepat untuk menciptakan iklim
patient safety (Walston, 2012).
Selain komunikasi, motivasi yang terus menerus serta kejelasan sangat penting untuk
menciptakan iklim patient safety yang positif. Saling berbagi informasi dan umpan balik yang
dilakukan oleh supervisor dan manajer sangat mempegaruhi dalam menciptakan lingkungan
yang aman (Bisognano et al, 2005). Iklim patient safety membutuhkan umpan balik
berkelanjutan dan akses informasi keselamatan dalam berbagai bentuk, termasuk komunikasi
dan pelatihan. Umpan balik yang jelas dapat mengurangi kesalahan dan menyebabkan
pekerja menyadari apa yang harus dilakukan untuk menjamin keselamatan (Erez,
1977;Walston, 2012). Kesadaran ini meningkatkan kemungkinan bahwa pekerja akan
menggunakan informasi (Reber dan Wallin, 1984;Walston, 2012). Manajer dapat
mengarahkan ketertarikan pekerja pada keselamatan ketika mempublikasikan informasi
keselamatan dan memberikan pelatihan. Hal ini mempermudah penyebaran pengetahuan di
antara anggota organisasi dan memperkuat persepsi yang sama terkait keselamatan untuk
mengembangkan iklim keselamatan yang tepat (Naveh et al., 2005; Walston, 2012).
Universitas Indonesia
membantu penyedia jasa medis untuk menawarkan kualitas jasa yang lebih baik (Walston,
2012).
Beban kerja berlebihan cenderung untuk meminimalisasi arus komunikasi dan uman
balik yang berakibatt pada kemarahan dan kesinisan. Beban kerja yang tidak sesuai
menguangi transmisi informasi penting yang berakibat negatif pada iklim keselamatan
organisasi.
Krause dan Hidley (2009) dalam bukunya Taking The Lead In Patient Safety : How
Healthcare Leaders Influence Behaviour And Create Culture menjelaskan ada 5 cara berfikir
untuk meningkatkan patient safety dan pekerja, diantaranya : berfikir kepemimpinan
(leadership), berfikir sistem (system), berfikir strategi, berfikir budaya (culture), dan berfikir
perilaku (behavior).
1. Kepemimpinan (Leadership)
Universitas Indonesia
seperti : jajaran direksi, pimpinan dokter, dan pimpinan sistem kesehatan, termasuk
CEO dan pimpinan langsung. Semua konstitusi menang ketika patient safety
meningkat. Dengan mengingkatnya patient safety dan keselamatan pekerja
meningkat, kepuasan pekerja meningkat, kualitas perawatan meningkat, biaya
malapraktek menurun, reputasi keseluruhan dan keamanan lembaga meningkat.
2. Sistem (System)
3. Strategi (Strategy)
4. Berfikir Budaya
5. Berfikir Perilaku
Universitas Indonesia
Lebih jauh, Krause dan John kemudian mengembangkan sebuah kerangka penerapan
safety di bidang kesehatan, disebut dengan Blueprint For Healthcare Safety Excellent
(Gambar 1). Blueprint For Healthcare Safety Excellent menyediakan cara yang berguna
untuk memilah hubungan antara Leadership, Organization Culture, Safety Climate,
Healthcare Safety-Enabling Elements, Organizational Sustaining System, dan working
interface dan mengidentifikasikan bagaimana komponen-komponen ini mempengaruhi
pajanan pasien dan pekerja terhadap bahaya dilingkungan kerja. hubungan antara komponen
tersebut diantaranya :
1. Leadership
Aspek leadership melihat hal yang benar yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan dan memotivasi organisasi, apakah itu sebuah tim atau perusahaan, untuk
melakukan hal-hal ini secara efektif. Safety Leadership dilaksanakan oleh
pengambilan keputusan, yang dibentuk oleh keyakinan pemimpin dan ditunjukkan
oleh tingkah lakunya.
2. Organization Culture
Nilai-nilai yang mengarahkan organisasi. Asumsi tak tertulis dan sering tidak
sadar tentang bagaimana hal tersebut dilakukan. Organization culture dibedakan
dari Safety Climate yang merupakan penekanan yang berlaku dan secara sadar
dirasakan untuk diberikan kepada pasien dan keselamatan pekerja dengan
pimpinan organisasi.
3. Healthcare safety – enabling elements
Kumpulan mekanisme yang mengurangi atau menghilangkan paparan bahaya
dalam kegiatan bekerja. Organisasi yang berbeda mengklasifikasikan mekanisme
ini dengan cara yang berbeda, tetapi faktor-faktor tersebut biasanya berupa
pengenalan bahaya dan mitigasi, insiden analisis akar penyebab (robot cause
analysis), pelatihan, peraturan, prosedur, kebijakan, dan program peningkatan
keselamatan.
4. Organization Sustaining Systems
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Leadership
Healthcare
Organizational
Safety-Enabling
Sustaining Systems
Elements
Working Interface
Service Patients
Provider
Procedures
Universitas Indonesia
Perjalanan Rumah Sakit ABC sudah mulai sejak tahun 1970 . Rumah Sakit
ABC berawal dari sebuah klinik yang dibentuk pada tahun 1970. Klinik tersebut
adalah Klinik kesehatan PT ABC, sebuah perusahaan BUMN di Padang, dan
kemudian berubah menjadi Unit Biro Kesehatan.
Seiring dengan kebutuhan akan layanan kesehatan, maka pada tahun 1997,
Unit Biro Kesehatan berkembang menjadi Rumah Sakit ABC. Peran sebagai Rumah
Sakit mulai dijalankan oleh manajemen ini. Tidak cukup sampai disitu, Manajemen
terus melakukan pengembangan dengan melakukan perubahan Badan Hukum
Yayasan Rumah Sakit ABC menjadi Yayasan ABC pada tahun 2009.
Sebagai bukti kinerja layanan yang berstandar kepada pasien, pada tahun
2012, Rumah Sakit ABC sudah lulus penuh 3 tahun akreditasi nasional dengan lima
bidang pelayanan kepada pasien.
Visi :
Misi :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI
OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
Universitas Indonesia
Dimensi-Dimensi (Cooper,Patient
2001) Safety Climate Faktor-Faktor yang
Patient Safety : mempengaruhi :
- Supervisor
expectations and 1. Management
actions promoting supoirt
safety (Cooper, 2001)Safety
Patient a. Komukinasi
- Organisational
learning – b. Alur Informasi
continuousimprovem
ent (Cooper, 2001)
c. Feedback
- Teamwork within 2. Reporting system
hospital units Manifestasi :
- Communication 3. Adequace
1. Kesalahan Pengobatan
openness Resource
- Feedback and (Medication Errors)
communication 2. Kesalahan Pembedahan a. Teknologi
about error (Surgical Errors) b. Beban Kerja
- Non-punitive
response to error 3. Kesalahan Diagnosis (Walston, 2012)
- Staffing (Diagnostic Errors)
- Hospital
management support 4. Faktor Manusia dan
for patientsafety Kesalahan Pada Hubungan
- Teamwork across Pekerja dan Mesin
hospital units
5. Kesalahan Transisi dan
- Hospital handoffs
and transitions
Handoff
- Frequency of event 6. Kesalahan Kerjasama
reporting Kelompok dan Komunikasi
- Overall perceptions
of safety 7. Infeksi Nosocomial
(AHRQ)
8. Komplikasi Lain Dalam
Pelayanan Kesehatan
Watcher (2008)
Universitas Indonesia
2. Sistem Pelaporan
Sistem pelaporan yang tepat merupakan aspek utama iklim patient safety.
Peningkatan patient safety membutuhkan pelaporan kesalahan yang bermanfaat
dan perbaikan sistem untuk mengurangi insiden (Tamuz dan Thomas, 2006;
Walston, 2012).Sistem pelaporan semestinya dapat meningkatkan patient safety
dengan mempelajari kesalahan yang pernah terjadi dan menentukan pola risiko
yang mungkin tidak dapat diketahui tanpa sebuah sistem pelaporan (McFadden et
al., 2006).
Universitas Indonesia
DukunganManajemen
Komunikasi
Alur Informasi
Feedbak
Patient
Sistem Pelaporan Safety
Climate
Kecukupan Sumber
Daya
Teknologi Informasi
Beban Kerja
Universitas Indonesia
VARIABLE SKALA
NO DEFINISI OPERASIONAL ALAT UKUR CARA UKUR HASIL UKUR
DEPENDEN UKUR
1 Patient safety Persepsi responden mengenai patient Ordinal Kuesioner Wawancara Baik : Nilai
climate safety climate yang diukur dari 12 berada diatas
dimensi patient safety climate rerata (Mean)
berdasarkan AHRQ
Buruk : Nilai
berada dibawah
rerata (Mean)
12 Overall Persepsi responden mengenai Ordinal Kuesioner Wawancara Baik : Nilai
perception of keselamatan secara umum berada diatas
safety rerata (Mean)
13 Frequency of Persepsi responden mengenai pelaporan Ordinal Kuesioner Wawancara Buruk : Nilai
even reporting kecelakaan ditempat kerja berada dibawah
rerata (Mean)
2 Supervision Persepsi responden mengenai Ordinal Kuesioner Wawancara Baik : Nilai
expectations tanggapan dan reaksi supervisor dan berada diatas
and actions manajer mereka dalam mempromosikan rerata (Mean)
promoting keselamatan, serta ekspektasi mereka
safety dalam kegiatan promosi keselamatan
3 Organistion Persepsi responden mengenai reaksi Ordinal Kuesioner Wawancara Buruk : Nilai
Lerning – dan proses pembelajaran organisasi berada dibawah
continous terkait issue-issue keselamatan yang rerata (Mean)
improvement mereka hadapi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
VARIABLE SKALA
NO DEFINISI OPERASIONAL ALAT UKUR CARA UKUR HASIL UKUR
INDEPENDEN UKUR
1 Dukungan Persepsi responden mengenai dukungan Ordinal Kuesioner Wawancara Mendukung :
Manajemen manajemen yang diukur dari 3 aspek, Nilai berada
diantaranya komunikasi, alur informasi, diatas rerata
dan feedback (Mean)
Tidak
Mendukung :
Nilai berada
dibawah rerata
(Mean)
a. Komunikasi Persepsi responden mengenai kondisi Ordinal Kuesioner Wawancara Mendukung :
ditempat kerja dalam hal kejelasan jalur Nilai berada
komunikasi terkait patient safety, diatas rerata
komunikasi antar unit, komunikasi antar (Mean)
pekerja, dan komunikasi antar pasien
Tidak
Mendukung :
Nilai berada
dibawah rerata
(Mean)
b. Alur Informasi Persepsi responden mengenai informasi Ordinal Kuesioner Wawancara Mendukung :
mengenai patient safety yang ada di Nilai berada
Rumah Sakit, dukungan manajemen dalam diatas rerata
penyediaan infromasi yang sama terhadap (Mean)
seluruh pekerja
Tidak
Universitas Indonesia
Mendukung :
Nilai berada
dibawah rerata
(Mean)
c. Feedback Persepsi responden menilai usaha yang Ordinal Kuesioner Wawancara Mendukung :
dilakukan top manajemen dalam Nilai berada
menghargai upaya pekerja untuk diatas rerata
meningkatkan perilaku selamat (Mean)
Tidak
Mendukung :
Nilai berada
dibawah rerata
(Mean)
2 Sistem Pelaporan Persepsi responden mengenai kondisi Wawancara
ditempat kerja dalam hal kejelasan jalur
pelaporan insiden, serta kesadaran pekerja Ordinal Kuesioner Baik : Nilai
untuk melaporkan insiden berada diatas
rerata (Mean)
Kurang : Nilai
berada dibawah
rerata (Mean)
3 Kecukupan Persepsi respon mengenai kecukupan Ordinal Kuesioner Wawancara Cukup : Nilai
sumber Daya sumber daya ditempat kerja yang dinilai berada diatas
dari aspek teknologi informasi dan beban rerata (Mean)
kerja
Tidak Cukup :
Nilai berada
dibawah rerata
(Mean)
Universitas Indonesia
a. Teknologi Persepsi responden terhadap manajemen Ordinal Kuesioner Wawancara Cukup : Nilai
informasi dalam menyediakan sarana dan prasarana berada diatas
yang dibutuhkan, khususnya teknologi rerata (Mean)
yang baik.
Tidak Cukup :
Nilai berada
dibawah rerata
(Mean)
b. Beban Kerja Persepsi responden terhadap kompetensi Ordinal Kuesioner Wawancara Ringan : Nilai
dirinya (pengetahuan, keterampilan dan berada diatas
kemampuan dalam menghadapi masalah rerata (Mean)
baik internal dan eksternal) yang dapat
mendukung peningkatan upaya Berat : Nilai
keselamatan berada dibawah
rerata (Mean)
Universitas Indonesia
BAB IV
METODE PENELITIAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Mengedit (editing)
Mengumpulkan data dan memeriksa kembali kelengkapan apakah ada
kesalahan dalam pengisian atau data yang diisi kurang lengkap.
Pengkodean (coding)
Memberikan kode pada jawaban responden sesuai dengan pilihan jawaban
yang telah dipilih oleh responden. Dalam kuesioner terdapat 2 jenis
pertanyaan, pertanyaan positif dan negatif. Pertanyaan positif jawaban
Sangat Sesuai (SS) diberi kode 4, Sesuai (S) diberikode 3, Tidak Sesuai
(TS) diberi kode 2, dan Sangat Tidak Sesuai (TST) diberi kode 1.
Sementara pertanyaan negatif setiap jawaban diberi kode yang berlawanan
dengan pertanda positif, seperti jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi
Universitas Indonesia
kode 4, Tidak Sesuai (TS) diberi kode 3, Sesuai (S) diberi kode 2, Sangat
Sesuai (SS) diberi kode 1.
Memasukkan data (entry)
Memasukkan data-data yang telah dilakukan pengkodean ke dalam
komputer dengan menggunakan software SPSS versi 13.
Membersihkan data (cleaning)
Membersihkan data dilakukan penelitian untuk mempertimbangkan
kelayakan data dalam analisis yang dilakukan.
Universitas Indonesia
Baik ≥ 2,52
Patient Safety Climate
Buruk < 2,52
Baik ≥ 2,78
Dimensi 3 : Supervision expectations
and actions promoting safety Buruk < 2,78
Baik ≥ 3,05
Dimensi 4 : Organistion Lerning –
continous improvement Buruk < 3,05
Baik ≥ 3,25
Dimensi 5 : Teamwork within
departemen Buruk < 3,25
Baik ≥ 2,94
Dimensi 6 : Communication oponness
Buruk < 2,94
Baik ≥ 2,96
Dimensi 7 : Feedback and
communication about error Buruk < 2,96
Baik ≥ 2,46
Dimensi 8 : Nonpunitive response to
error Buruk < 2,46
Baik ≥ 2,55
Dimensi 9 : Staffing
Buruk < 2,55
Baik ≥ 2,46
Dimensi 10 : Hospital managemet
suport for patient safetys Buruk < 2,46
Baik ≥ 3,23
Dimensi 11 : Teamwork acoss
hospital departemen Buruk < 3,23
Universitas Indonesia
Mendukung X ≥ 3,08
Dukungan Manajemen
Tidak Mendukung X < 3,08
Mendukung X ≥ 3,06
Komunikasi
Tidak Mendukung X < 3,06
Mendukung X ≥ 3,18
Alur Informasi
Tidak Mendukung X < 3,18
Mendukung X ≥ 2,96
Feedback
Tidak Mendukung X < 2,96
Baik X ≥ 2,90
Sistem Pelaporan
Buruk X < 2,90
Cukup X ≥ 2,84
Kecukupan Sumber Daya
Tidak Cukup X < 2,84
Cukup X ≥ 3,04
Teknologi Informasi
Tidak Cukup X < 3,04
Ringan X ≥ 3,40
Beban Kerja
Berat X < 3,40
Universitas Indonesia
BAB V
HASIL
Universitas Indonesia
12.90%
Laki-laki
87.1%
Perempuan
5.3.2. Usia
Universitas Indonesia
Total 62 100
27.4%
≤1 tahun
72.6%
>1 tahun
Universitas Indonesia
8.1%
D3/SPK
D4/S1
91.9%
Buruk 31 50%
Baik 31 50%
Total 62 100%
Hasil patient safety climate dikategorikan berdasarkan cut off point nilai mean
(2,52) yang menunjukkan bahwa 31 (50%) responden mempersepsikan patient safety
climate negatif, atau berdasarkan persepsi responden patient safety climate di Rumah
Universitas Indonesia
Dimensi 1 :
27(43,6%) 35(56,4%) 62(100%)
Overall perception of safety
Dimensi 2 :
27(43,6%) 35(56,4%) 62(100%)
Frequency of even reporting
Dimensi 3 : Supervision
expectations and actions 28(45,2%) 34(54,8%) 62(100%)
promoting safety
Dimensi 4 : Organistion
Lerning – continous 59(95,2%) 3(4,8%) 62(100%)
improvement
Dimensi 5 : Teamwork within
33(53,2%) 29(46,8%) 62(100%)
departemen
Dimensi 6 : Communication
40(64,5%) 20(35,5%) 62(100%)
oponness
Dimensi 8 : Nonpunitive
29(46,8%) 33(53,2%) 62(100%)
response to error
Dimensi 10 : Hospital
managemet suport for patient 29(46,8%) 33(53,2%) 62(100%)
safety
Universitas Indonesia
Mendukung 29 46,8 %
Total 62 100%
Hasil dukungan manajemen dikategorikan berdasarkan cut off point nilai mean
(3,08) yang menunjukkan bahwa 33 (53,2%) responden mempersepsikan dukungan
manajemen negatif, atau manajemen tidak mendukung patient safety. Sedangkan 29
(46,8%) responden mempersepsikan dukungan manajemen positif, atau manajemen
mendukung patient safety.
5.5.1 Komunikasi
Tabel 5.5 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Komuniksi
Mendukung 26 41,9 %
Total 62 100%
Universitas Indonesia
Hasil komunikasi dikategorikan berdasarkan cut off point nilai mean (3,06)
yang menunjukkan bahwa 36 (58,1%) responden mempersepsikan komunikasi
negatif, atau komunikasi tidak mendukung budaya patient safety. Sedangkan 26
(41,9%) responden mempersepsikan komunikasi positif, atau komunikasi mendukung
budaya patient safety.
Mendukung 35 56,5 %
Total 62 100%
Hasil alur informasi dikategorikan berdasarkan cut off point nilai mean (3,18)
yang menunjukkan bahwa 27 (43,5%) responden mempersepsikan alur informasi
negatif, atau alur informasi tidak mendukung patient safety. Sedangkan 35 (56,5%)
responden mempersepsikan alur informasi positif, atau alur informasi mendukung
patient safety.
5.5.3 Feedback
Tabel 5.7 Hasil Persepsi Responden Berdasarkan Feedback
Mendukung 27 43,5 %
Total 62 100%
Hasil feedback dikategorikan berdasarkan cut off point nilai mean (2,96) yang
menunjukkan bahwa 35 (56,5%) responden mempersepsikan feedback negatif, atau
usaha yang dilakukan top management tidak mendukung budaya patient safety.
Universitas Indonesia
Negatif 33 53,2 %
Positif 29 46,8 %
Total 62 100%
Hasil sistem pelaporan dikategorikan berdasarkan cut off point nilai mean
(2,90) yang menunjukkan bahwa 33 (56,5%) responden mempersepsikan sistem
pelaporan buruk, atau sistem pelaporan tidak berjalan dengan baik sesuai prosedur
untuk melaporkan dan memproses setiap kejadian yang berhubungan dengan patient
safety. Sedangkan 29 (46,8%) responden mempersepsikan sistem pelaporan baik, atau
sistem pelaporan berjalan sesuai dengan prosedur untuk melaporkan dan memproses
setiap kejadian yang berhubungan dengan patient safety.
Cukup 30 48,4 %
Total 62 100%
Hasil kecukupan sumber daya dikategorikan berdasarkan cut off point nilai
mean (2,84) yang menunjukkan bahwa 32 (51,6%) responden mempersepsikan
kecukupan sumber daya buruk, atau sumber daya yang ada tidak cukup untuk
Universitas Indonesia
Cukup 28 45,2%
Total 62 100%
Hasil teknologi informasi dikategorikan berdasarkan cut off point nilai mean
(3,04) yang menunjukkan bahwa 34 (54,8%) responden mempersepsikan teknologi
informasi buruk, atau teknologi informasi yang ada tidak cukup untuk mendukung
budaya patient safety. Sedangkan 28 (45,2%) responden mempersepsikan teknologi
informasi baik, atau teknologi informasi yang ada cukup untuk mendukung budaya
patient safety.
Berat 34 54,8%
Ringan 28 45,2%
Total 62 100%
Hasil beban kerja dikategorikan berdasarkan cut off point nilai mean (2,71)
yang menunjukkan bahwa 34 (54,8%) responden mempersepsikan beban kerja berat,
Universitas Indonesia
atau beban kerja saat ini tidak mendukung budaya patient safety. Sedangkan 28
(45,2%) responden mempersepsikan beban kerja ringan, atau beban kerja saat ini
mendukung budaya patient safety.
Universitas Indonesia
Hasil uji statistik dipeoleh p value = 0,042 artinya secara statistik terdapat
hubungan yang cukup bermakna antara persepsi responden terhadap dukungan
manajemen dan patient safety climate di Rumah Sakit ABC.
Hasil analisis hubungan antara sistem pelaporan dengan patient safety climate
di Rumah Sakit ABC diperoleh bahwa ada sebanyak 24 (72,7%) yang
mempersepsikan sistem pelaporan buruk juga mempersepsikan patient safety climate
buruk. Sedangkan 9 (27,3%) responden yang mempersepsikan sistem pelaporan
buruk, mempersepsikan patient safety climate yang baik.
Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,0001 artinya secara statistik terdapat
hubungan yang bermakna antara persepsi responden terhadap sistem pelaporan dan
patient safety climate di Rumah Sakit ABC.
Universitas Indonesia
Hasil analisis hubungan antara kecukupan sumber daya dengan patient safety
climate di Rumah Sakit ABC diperoleh bahwa ada sebanyak 22 (68,8%) yang
mempersepsikan kecukupan sumber daya buruk (tidak cukup) juga mempersepsikan
patient safety climate buruk. Sedangkan 10 (3,3%) responden yang mempersepsikan
kecukupan sumber daya buruk (tidak cukup), mempersepsikan patient safety climate
yang baik.
Hasil uji statistic dipeoleh p value = 0,005 artinya secara statistik terdapat
hubungan yang bermakna antara persepsi responden terhadap kecukupan sumber daya
dan patient safety climate di Rumah Sakit ABC.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB VI
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
jalur pendidik informal berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah
Kejurusan (SMK). Berdasarkan, Abrahamson et al. (2011), menunjukkan bahwa perawat
dengan pendidikan yang lebih tinggi memiliki iklim patient safety yang lebih baik jika
dibandingkan dengan perawat dengan pendidikan yang lebih rendah.
Usia rata-rata yang diteliti adalah 26,63 tahun. Usia termuda berusia 22 tahun dan
responden tertua adalah 58 tahun. Seluruh pekerja berada dalam batas usia kerja. Berdasarkan
Kemenakertans (2003), Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64
tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetap sementara tidak bekerja, maupun yang sedang
aktif mencari pekerjaan.
2. Organization Learning
Universitas Indonesia
4. Communication Oponness
Dimensi ini menggambarkan mengenai keterbukaan komunikasi. Perawat
beranggapan bahwa mereka dapat dengan bebas berbicara mengenai hal-hal
negative yang terjadi di area kerja mereka. Kebebasan berpendapat merupakan
sesuatu yang biasa diunit ini, mereka tidak takut untuk mempertanyakan
keputusan manajemen yang dinilai cukup merugikan dan berakibat buruk bagi
patient safety.
Universitas Indonesia
Dimensi ini menggambarkan respon perawat terhadap error atau kesalahan yang
mereka lakukan. Sebagian besar perawat mempunyai anggapan bahwa setiap
kesalahan yang mereka lakukan adalah sepenuhnya disebabkan oleh kelalaian
mereka. Perawat juga tidak merasa nyaman jika melaporkan kesalahan rekan kerja
lainnya. Menurut mereka melaporkan kesalahan, atau dilaporkan oleh rekan kerja
lainnya bukan lah hal yang baik. Para perawat juga merasa takut apa bila pelapran
kesalahan mereka tersebut disampaikan ke bagian HRD dan menjadi catatan
permanen pada file kepegawaian mereka, sehingga dapat berakibat pada karir
mereka.
7. Staffing
Dimensi ini menggambarkan kepegawaian, apakah jumlahnya sudah mencukupi
dan beban kerja yang dialami oleh perawat. Sebagian besar perawat mempunyai
anggapan bahwa rumah sakit ini kekurang tenaga perawat. Kekurangan tenaga
perawat ini mengakibatkan mereka harus bekerja lebih lama untuk memberikan
perawatan kepada pasien.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
diketahui tidak memiliki efek samping negatif terhadap pasien, sehingga tidak
dilakukan tindakan lebih lanjut terhadap pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh Singer dan rekan (2009) mengenai hubungan antara
budaya patient safety dan data indikator patient safety dari 91 rumah sakit di 37 negara.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat budaya patient safety yang tinggi
berhubungan dengan tingkat kinerja patient safety yang tinggi, dan rumah sakit yang
pekerjanya lebih sering melaporkan masalah mengenai rasa takut malu dan menyalahkan
ternyata memiliki risiko yang jauh lebih tinggi tentang keselamatan. Penelitian tersebut juga
menunjukkan bahwa budaya patient safety yang lebih baik berhubungan dengan risiko
patient safety yang rendah jika budaya patient safety tersebut diukur menggunakan pesepsi
dari frontlinepersonal, tetapi tidak jika diukur dengan persepsi budaya keselamatan dari
senior management.
Universitas Indonesia
berupa ‘produksi’. Feedback, komunikasi dan alur informasi yang jelas diperlukan sebagai
bentuk dari dukungan manajemen terhadap patient safety. Kunci dalam menciptakan patient
safety climate yang positif adalah dukungan dan kemampuan manajerial untuk mengarahkan
staff untuk merumuskan rencana-rencana yang stategis. Patient safety berasal dari gabungan
pengarahan (directives), perilaku (behavior), dan tindakan (action) yang disusun oleh
manajer dan diinterpretasikan dan dilaksanakan oleh dokter, untuk meningkatkan pelayanan
dan meminimalkan hambatan yang mungkin menghambat keberhasilan dan peningkatan
(Walston, 2012).
Penelitian yang sama juga dilakukan pada rumah sakit-rumah sakit di Cina. Yanli
Nie (2013) melakukan penelitian terhadap 32 rumah sakit di 15 kota dengan responden 1160
orang. Hasil penelitian tersebut dimensi yang mempunyai pandangan positifnya adalah
organization learning, teamwork within departemen, teamwork across departemen,
communication oponen, serta ditambah dengan non punitive response to error. Berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan Yanli, hasil penelitian ini mendapatkan dimensi non
punitive response to error yang negative.
Komunikasi antar pekerja dalam suatu area medis sangat penting untuk keselamatan.
Komunikasi yang baik mendukung perencanaan, pembuatan keputusan, pemecahan masalah
dan penentuan tujuan, serta peningkatan tanggung jawab bersama untuk pelayanan pasien.
Kerja sama dan kolaborasi melalui komunikasi yang tepat menentukan dalam kepuasan
pasien. Iklim mempengaruhi komunikasi terkait keselamatan pasein. Hal ini penting untuk
dipastikan bahwa seluruh komunikasi digunakan secara tepat untuk menciptakan iklim
patient safety (Walston, 2012).
Universitas Indonesia
perawat senior, untuk kemudian disampaikan kepada kepala perawat unit tersebut dan
didiskusikan hasilnya. Adanya jenjang ini, kemudian membuat perawat tidak leluasa dalam
menyampaikan pendapat maupun mempertanyakan keputusan-keputusan manajemen,
khususnya terkait patient safety.
“Tidak ada forum formal yang khusus membahas patient safety, tetapi setiap pagi
diadakan morning report yang dihadiri oleh supervisor, manajer dan jajaran
direksi. Semua permasalahan yang timbul dalam 24 jam terakhir akan dibahas.
Morning report dilakukan setip pagi, hari senin-jumat. Pada hari sabtu-minggu
ada manager on duty yang bertangung jawab selama kedinasannya, apapun
permasalahan di hari sabtu-minggu diselesaikan oleh MOD. Sementara untuk
senin-jumat didiskusikan dalam morning report.”
Universitas Indonesia
tepat merupakan aspek utama iklim patient safety. Peningkatan patient safety membutuhkan
pelaporan kesalahan yang bermanfaat dan perbaikan sistem untuk mengurangi insiden
(Tamuz dan Thomas, 2006; Walston, 2012).Sistem pelaporan semestinya dapat
meningkatkan patient safety dengan mempelajari kesalahan yang pernah terjadi dan
menentukan pola risiko yang mungkin tidak dapat diketahui tanpa sebuah sistem pelaporan
(McFadden et al., 2006).
Belakangan ini banyak sekali media menyorot tentang kasus malpraktek, terlepas dari
apakah kasus tersebut memang malpraktek, namun issue-issue tersebut sangat sensitif karena
dapat merusak bisnis rumah sakit. Sehingga pelaporan kesalahan menjadi sangat sulit
dijalankan.
Menurut penuturan Manajer Keperawatan, baru-baru ini terjadi kasus terkait pasien
dalam pemberian puyer kepada pasien. Pasien dengan nama yang sama telah tertukar dalam
pemberian obat oleh perawat. Meskipun puyer yang diberikan tidak berdampak serius, namun
kesalahan pemberian obat sangat fatal bagi keselamatan pasien. Kejadian ini kemudian
dilaporkan ke Katim dan diselesaikan dengan melakukan evaluasi terhadap penamaan pasien
serta komunikasi saat hand over perawat.
Sistem pelaporan yang sudah berjalan saat ini berupa laporan tertulis ke masing-
masing Katim (supervisor) ke Manager. Setiap tindak kesalahan akan diikuti dengan sanksi
sesuai dengan tingkatan kesalahannya.
“setiap laporan kesalahan akan diselesai oleh Manager, akan ada berupa
teguran. Punishment nya dapat berupa pemotongan gaji. Kalau masih manager
hanya berupa teguran lisan, jika sudah sampai direksi dapat berupa teguran
tertulis dan punishment nya ada.”
Sebagian besar perawat setuju bahwa pelaporan kesalahan berguna untuk perbaikan
dalam perawatan pasien. Namun mereka masih khawatir bahwa setiap kesalahan yang terjadi
dicatat dalam file kepegawaian (HRD). Menangapi hal tersebut, manajer keperawatan
menuturkan bahwa pelaporan setiap kesalahan adalah wajib dan apabila diketahui perawat
yang menyembunyikan kesalahan-kesalahan kecil maka akan berakibat fatal.
“kita tetap melaporkan setiap kesalahan yang terjadi. Karena jika mereka
sembunyikan dan akhirnya ketahuan itu resikonya akan lebih besar lagi. Jadi
selama ini, misalkan ada kesalahan tentang.. yang tadi kesalahan pemberian
Universitas Indonesia
puyer, itu kan risiko kecil tapi namanya kesalahan obat tetap berisiko ke
pasiennya. Pasti mereka laporkan, tidak disembunyikan, karena prinsipnya
kalau kalian sembunyikan, maka tiga-tiganya akan kena. Satu timnya akan
kena.”
Penelitian yang dilakukan oleh Walston (2008) pada rumah sakit-rumah sakit di Arab
Saudi didapatkan perbedaan antara sistem pelaporan di rumah sakit swasta (privat) dan rumah
sakit Umum (pemerinah). Rumah sakit umum (pemerintah) di Arab Saudi mempunyai sistem
pelaporan dan kualitas servis dan keselamatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan
rumah sakit swasta (privat). Perbedaan ini disebabkan oleh kontrol dan pengawasan secara
langsung yang dilakukan oleh kementrian kesehatan Arab Saudi terhadap rumah sakit-rumah
sakit pemerintahan mereka. Kementrian kesehatan Arab Saudi telah menginvestasikan
pembelanjaan kesehatan kepada rumah sakit-rumah sakit pemerintah mereka untuk
memberikan pelatihan dan pengembangan program sehingga terdapat peningkatan kualitas
servis dan keselamatan yang diberikan kepada pasien dan pengunjung.
Sebagian besar perawat berpendapat bahwa teknologi kesehatan di Rumah Sakit ini
adalah salah satu yang paling maju untuk wilayah kota Padang. Komitmen perusahaan
terhadap perkembangan teknologi kesehatan juga diwujudkan dalam rencana-rencana jangka
panjang pembelian alat-alat kesehatan.
Universitas Indonesia
Teknologi kesehatan yang digunakan pada rumah sakit ini sudah cukup baik,
walaupun belum semua memenuhi kebutuhan per unit. Sementara itu penggunaan teknologi
digital untuk kegiatan administrasi rumah sakit masih minim dan belum dioptimalkan dengan
baik.
Sebagian besar perawat berpendapat bahwa rumah sakit ini perlu menambah staff
perawat. Berdasarkan hasil observasi unit rawat inap adalah unit yang paling sibuk diantara
unit lainnya, khususnya area pasien BPJS dan pasien kelas 3. Beban kerja yang tinggi ini
tidak diimbangi dengan jumlah perawat yang sesuai. Setiap area memiliki 3-4 perawat yang
harus melayani untuk 10 kamar.
Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kecukupan sumber daya dengan
patient safety talk di rumah sakit berdasarkan persepsi perawat. Dengan adanya sumber daya
yang cukup yang mendukung lingkungan kerja dan pekerjaan mereka, budaya patient safety
juga dapat diciptakan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Stone
(2007) pada perawat dengan melihat kondisi serta lingkungan kerja dan patient safety
outcomes di rumah sakit.
Manajer menentukan prioritas karyawan dengan tindakan, tujuan, dan fokus mereka.
Hal ini kemudian memotivasi kecepatan kerja karyawan, menentukan beban kerja, imbalan,
serta hukuman dan tekanan yang mereka hadapi dalam memberikan pelayanan medis
dirumah sakit. Sehingga dapat dikatakan, tindakan dan sikap manajer dan dokter, sebagai
pemimpin dalam pelayanan medis rumah sakit mempengaruhi iklim patient safety (walston,
2012)..
Universitas Indonesia
Motivasi yang terus-menerus dan feedback sangat penting untuk mencapai iklim
keselamatan yang positif. Iklim keselamatan pasien memerlukan feedback yang terus
menerus dan akses terhadap informasi keselamatan (Walston, 2012). Untuk secara efektif
memberikan motivasi kepada karyawan feedback yang diberikan haruslah terus menerus,
jelas dan tidak ambigu. Setiap organisasi mempunyai cara dan metode tersendiri dalam
memberikan feedback. Jumlah informasi yang diberikan, flekuensi serta rutinitas disesuaikan
dengan keperluan setiap organisasi. Penyebaran informasi keselamatan atau alur komunikasi
yang diberikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk pelatihan. Pelatian-pelatihan
yang diberikan kepada karyawan dapat meningkatan pengetahuan dan skill yang diperlukan,
khususnya perawat, dalam membentuk perilaku yang selamat.
Universitas Indonesia
Sementara perawat yang mempunyai persepsi patient safety baik, sebagian besarnya
mempersepsikan sistem pelaporan baik.
Sistem pelaporan yang tepat adalah aspek kunci dalam patient safety. Meningkatkan
patient safety memerlukan upaya untuk mendorong pelaporan kesalahan dan meningktkan
sistem untuk mengurangi insiden (Tamuz dan Thomas, 2006). Sistem pelaporan
meningkatkan patient safety dengan cara mendorong organisasi untuk belajar dari kesalahan
masa lalu dan menentukan pola risiko yang mungkin tidak dapat diketahui tanpa adanya
sistem pelaporan.
Iklim patient safety yang baik didukung oleh aturan yang jelas dan langsung,
kebijakan dan prosedur-prosedur kerja untuk semua kegiatan. Organisasi sering
memfokuskan dalam pemenuhan aturan dan prosedur-prosedur kerja. Sistem pelapotan yang
baik dapat membantu manajemen dalam mengawasi pelaksanaan aturan, kebijakan dan
prosedur-prsedur tersebut.
Lingkungan kerja yang tidak mempunyai aturan kerja yang jelas dapat menyebabkan
lingkungan yang tidak aman. Kebijakan formal patient safety tertulis aturan organisasi dan
rutinitas yang menentukan bagaimana persyaratan organisasi untuk keselamatan akan
dipenuhi. Kebijakan tersebut dibuat untuk menjamin keselamatan dengan cara mengurangi
risiko, mengelola ketidakpastian dan risiko yang ada dalam pelayanan kesehatan.
Universitas Indonesia
Iklim patient safety juga diciptakan oleh sumber daya yang tepat, termasuk tegnologi
informasi yang relevan serta karyawan. Teknologi informasi yang memadai dibutuhkan untuk
berkomunikasi dalam organisasi kesehatan. Komunikasi yang ditunjang dengan teknologi
informasi yang baik dapat meminimalisir terjadinya miss atau kehilangan informasi yang
dapat membahayakan patient safety dalam pemberian pelayanan kesehatan.
Teknologi yang baik seringnya diikuti dengan biaya yang tinggi. Sehingga dalam
pandangan manajemen, untuk mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu dan dengan alasan
bisnis agar rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau. Namun
disisi lain, komitmen manajemen yang tinggi untuk pemenuhan teknologi informasi yang
mumpuni tidak di barengi dengan kapasitas karyawa dalam memamfaatkan teknologi
tersebut.
Teknologi yang maju juga harus diikuti dengan sumberdaya yang mengikuti
perkembangan teknologi. Manajemen perlu melakukan sosialisasi dan training kepada
karyawan mengenai penggunaan teknologi tersebut. Sering ditemu pada rumah sakit-rumah
sakit swasta dengan teknologi informasi yang maju masih terkendala dalam komunikasinya.
Dan hal yang menyebabkan salah satunya adalah sumber daya yang tidak mampu
pengoperasikan, merawat maupun menjalankan teknologi tersebut. Sehingga teknologi yang
ada sering rusak dan tidak digunakan dengan maksimal.
Beban kerja juga dapat mempengaruhi iklim organisasi yang berhubungan dengan
patient safety. Karyawan yang bekerja telalu keras cenderung untuk meminimalkan
komunikasi dan feedback antar perawat dengan pasien, sehingga dapat menghasilkan
hubungan antar perawat dengan pasien yang negative. Kurangnya komunikasi dan feedback
mengakibatkan tidak adanya respond dan rasa hormat, sehingga dapat menghasilkan
kekesalan dan sinisme dari perspektif pasien. Suasana yang seperti ini secara tidak langsung
dapat mempengaruhi persepsi terhadap patient safety.
Beban kerja yang tidak pantas atau berlebihan juga mengurangi komunikasi antara
karyawan. Sehinga menghasilkan miss atau kehilangan dalam informasi yang berkaitan
dengan pelayanan kesehatan pasien. Beban kerja yang tinggi memaksa karyawan untuk
bekerja secepat dan sekeras mungkin yang mereka bias, sehingga mereka akan melakukan
efisinsi pekerjaan yang dapat mempermudah pekerjaan mereka, salah satunya adalah dalam
cara berkomunikasi.
Universitas Indonesia
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan terhadap perawat di Rumah Sakit ABC, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran persepsi perawat terhadap iklim patient safety di Rumah Sakit ABC,
yaitu sebagian perawat menganggap iklim keselamatan pasien buruk.
2. Gambaran dimensi patient safety dengan menggunakan HSOPSC didapatkan dari
12 dimensi, 7 diantaranya mempunyai pandangan positif dari perawat, yaitu :
Organization Learning (92,2%), Teamwork within Departement (53,2%),
Feedback and Communication About Error (56,4%), Staffing (54,8%),
communication oponess (64,5%), Teamwork Across Hospital Units (53,2%), dan
Hospital handoffs and transitiions (53,2%). Dimensi dengan nilai tertinggi adalah
Organization Learning (92,2%). Sementara dimensi dengan nilai terendah adalah
non punitive response to error (46,8%) dan hospital management support
(46,7%).
3. Ada hubungan yang positif antara faktor dukungan manajemen dengan iklim
patient safety di Rumah Sakit ABC
4. Ada hubungan yang positif antar faktor sistem pelaporan dengan iklim patient
safety di Rumah Sakit ABC
5. Ada hubungan yang positif antara faktor kecukupan sumber daya denga iklim
patient safety di Rumah Sakit ABC.
7.2. Saran
7.2.1. Bagi Perusahaan
1. Menunjukkan dukungan manajemen terhadap keselamatan dengan memperbaik
komunikasi terhadap patient safety, seperti
a. Membentuk panitia penyelenggara patient safety
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Abrahamson, K., Ramanujam, R., & Anderson, J. G. (2013). Co-worker Characteristics And
Nurses’ Safety-Climate Perceptions. International Journal of Health Care Vol. 26 No. 5 ,
447-454.
Berita Peristiwa. (2015, February). Dipetik February 28, 2015, dari CNN Indonesia:
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150217141204-20-32774/rs-siloam-akui-dua-
pasien-meninggal-diduga-salah-injeksi-obat/
Berita, Nasional, Makroekonomi. (2015b, February 23). Diambil kembali dari Kontan.co.id:
http://nasional.kontan.co.id/news/mendag-khawatir-kesiapan-indonesia-hadapi-mea
Cooper, D. (2001). Improving Safety Culture : A Practical Guide. London, UK: John Wiley
& Son, Ltd.
Grober, E. D., & Bohnen, J. M. (2005). Defining Medical Error. Canadian Journal of
Surgery , 39 - 44.
Hadian, A. I. (2015a, Maret 02). Berita, Ekonomi, Makroekonomi. Diambil kembali dari
Kontan.co.id: http://nasional.kontan.co.id/news/mata-uang-bersama-asean-belum-akan-
terwujud
Universitas Indonesia
Hofmann, D. D., & Mark, B. (2006). An Investigation of The Relationship Between Safety
Climate And Medication Errors As Well As Other Nurse and Patient Outcomes. Personnel
Psychology, ProQuest , 847-849.
Kho, M. E., Perri, D., McDonald, E., Waugh, L., Orlicki, C., Monaghan, E., et al. (2009). The
Climate Of Patient Safety In A Canadian Intensive. Journal Of Critical Care , 469.e7–
469.e13.
Krause, T. R., & Hidley, J. H. (2009). Taking The Lead In Patient Safety : How Healthcare
Leaders Influence Behavior And Creat Culture. The United States of America: Jhon Wiley &
Sons, Inc.
Lampiran Kepmen1087/MENKES/SK/VIII/2010.
Naveh, E., Katz-Navon, T., & Stern, Z. (2005). Treatment Errors in Healthcare : A Safety
Climate Approach. Management Sciene , Vo. 51, No 6, Pp 948-960.
Nie, Y. e. (2013). Hospital Survey On Patient Safety Culture In China. BCM Health Services
Research , 228.
Nie, Y., Mao, X., Cui, H., He, S., Li, J., & Zhang, M. (2013). Hospital Survey On Patient
Safety Culture In China. BCM Health Services Research , 228.
Patient Safety Primer, System Aproach. (2015, March). Dipetik Agust 2015, dari Patient
Safety Network, AHRQ: https://psnet.ahrq.gov/primers/primer/21
Patient Safety, System Aproach. (2015, March). Dipetik Juli 2015, dari Patient Safet
Network, AHQR: https://psnet.ahrq.gov/primers/primer/21
Pittet, D., Allegranzi, B., Storr, J., & Donaldson, L. (2006). Clean Care is Safer Care : the
Global Patient Safety Challenge 2005-2006. International Journal of Infectious Diseases ,
419.
RI, D. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Jakarta:
Depkes RI.
Universitas Indonesia
Singer, J. M., Gaba, D. M., Geppert, J. J., Sinalko, A. D., Howard, S. K., & Park, K. C.
(2003). The Culture Safety : Results of An Organization-Wide Survey in 15 California
Hospital. Qual Saf Health Care , 112–118.
Singer, S. J., Gaba, D. M., Falwell, A., Lin, S., Hayes, J., & Baker, L. (2009). Patient Safety
Climate in 92 US Hospital Diferences by Work Area And Discipline. Medical Care , Vol. 47
(1), pp 23-31.
Taylor, B. J. (2010). Safety Cuture: Assessing and Changing The Behaviour of Organisations
. England: Gower Applied Business.
Ulrich, B., & Kear, T. (2014). Patient Safety and Patienty Culture: Fondation of Excellent
Health Care Delivery. Nephrology Nursing Journal , Vol. 41 (4), Pp. 447-456.
Vincent, C. (2011). Patient Safety 2nd Edition; The Essentials of Patient Safety. London, UK:
Imperial College of Science, Technology & Medicine.
Walston, S. L., Al-Omar, B. A., & Al-Mutari, F. A. (2010). Factors Affecting The Climate of
Hospital Patient Safety. A study of Hospitals in Arab Saudiia. International Journal of
Health Care Vol. 23 No. 1 , 35-50.
Universitas Indonesia
Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i
Di Tempat,
Saya, Hayatti Rissa, Mahasiswa Pasca Sarjana Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, sedang melakukan penelitian
mengenai “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Patient Safety Climate Di Rumah Sakit pada
tahun 2015´. Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyususan tesis yang merupakan salah
satu syarat dalam menyelesaikan studi saya. Harapan saya, penelitian ini dapat memberikan
kontribusi positif untuk pengembangan sistem manajemen terkait patient safety di Rumah Sakit
X. Untuk itu saya memohon partisipasi Anda dalam mengisi kuesioner ini.
Kuesioner ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama, berisi tentang identitas diri.
Bagian kedua, berisi pernyataan berhubungan dengan kondisi pekerjaan yang dilakukan.
Saya memohon agar Anda bersedia mengisi kuesioner ini dengan jujur, terbuka,
dan tidak mendiskusikan jawaban dengan orang lain karena tidak ada jawaban yang
salah. Jawaban yang baik adalah jawaban yang menggabarkan diri Anda yang sebenarnya.
Indentitas dan jawaban Anda akan dijaga kerahasiaanya dan hanya dipergunakan untuk
kepentingan akademis. Hasil pengisian dari kuesioner ini merupakan sumber data yang penting
dan berharga untuk kelanjutan penelitian ini. Atas kesediaan dan pastisipasinya dalam
pengisian kuesioner penelitian, saya mengucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Hayatti Rissa
Saya bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tertera dalam kuesioner ini dengan
jujur, terbuka, dan tidak mendiskusikan jawaban dengan orang lain.
(...........................................)
Identitas Responden
No. Responden (Diisi oleh peneliti) : ............................
Inisial Nama : ............................
Usia : ................... Tahun
Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Masa Kerja : ............. Tahun ......... Bulan
Jabatan : ............................................
Unit/Bagian Kerja : ……………………………..
Pendidikan Terakhir : ............................................
A. BAGIAN I
Berilah tanda checklist ( ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya bebas berbicara jika melihat sesuatu yang
negatif dapat mempengaruhi perawatan pasien
2. Saya merasa bebas untuk mempertanyakan
keputusan atau tindakan pimpinan
3. Terdapat forum diskusi antar unit/dengan pimpinan
yang membahas patient safety
4. Menurut Saya, Rumah Sakit telah rutin melakukan
training atau refresh training mengenai patient safety
5. Saya merasa komunikasi antar pekerja lain berjalan
dengan baik
6. Saya takut untuk bertanya ketika sesuatu tampaknya
tidak benar.
B. BAGIAN II.A
Berilah tanda checklist ( ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan
No Pernyataan STS TS S SS
1. Setiap kesalahan yang terjadi selalu dicatat dan
didokumentasikan
2. Saya segera melapor jika melakukan kesalahan
tindakan terhadap pasien
3. Rumah Sakit ini memiliki SOP untuk
pelaporan kesalahan dalam perawatan pasien,
termasuk kepuasan pasien selama perawatan
4. Saya merahasiakan kesalahan yang saya
lakukan
5. Jika terjadi kesalahan di departemen Saya,
Departemen lain akan dibertahukan. Begitu
juga sebaliknya
6. Saya menyalahkan diri sendiri ketika
perawatan/tindakan yang saya lakukan salah
7. Saya khawatir jika terjadi kesalahan, maka
akan dicatat dalam file kepegawaian Saya
(dilaporkan ke HRD)
8. Pimpinan Saya mendukung pelaporan
kesalahan yang terjadi di Rumah Sakit ini
C. BAGIAN II.B
Berilah tanda checklist ( ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Sering
4. Selalu
D. BAGIAN III
Berilah tanda checklist ( ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan
No Pernyataan STS TS S SS
1. Peralatan medis yang saya gunakan merupakan
peralatan digital (misalnya termometer digital)
2. Menurt saya, di Rumah sakit ini teknologi yang
digunakan jauh lebih baik dibandingkan Rumah
sakit lain
3. Saya mengetahui dengan baik cara
menggunakan alat/teknologi yang diperlukan
dalam pekerjaan.
4. Menurut Saya, manajemen selalu melakukan
pengembangan dalam teknologi informasi
untuk memudahkan pekerjaan Kami
E. BAGIAN IV.A
Berilah tanda checklist ( ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan
No Pernyataan STS TS S SS
I Overall perception of safety
1. Keselamatan pasien (patient safety) tidak
pernah dikorbankan untuk bisa melakukan
pekerjaan lebih banyak (lebih cepat)
2. Kami mempunyai prosedur dan sistem yang
baik untuk mencegah terjadinya kesalahan
3. Kesalahan-kesalahan yang lebih serius tidak
pernah terjadi disini merupakan sebuah
kebetulan
4. Kami memiliki masalah patien safety di
departemen ini
2 Frekuensi dilaporkannya Kesalahan
1. Bila terjadi kesalahan, tetapi
tertangkap/diketahui dan dikoreksi
sebelum mempengaruhi pasien, seberapa
sering hal ini dilaporkan?
2. Bila terjadi kesalahan tetapi tidak memiliki
potensi untuk membahayakan pasien,
seberapa sering hal ini dilaporkan?
F. SARAN
Terima kasih telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Silahkan tinggalkan saran yang
Identitas Responden
No. Responden (Diisi oleh peneliti) : ............................
Inisial Nama : ............................
Usia : ................... Tahun
Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Masa Kerja : ............. Tahun ......... Bulan
Jabatan : ............................................
Unit/Bagian Kerja : ……………………………..
Pendidikan Terakhir : ............................................
A. BAGIAN I
Berilah tanda checklist ( ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya bebas berbicara jika melihat sesuatu yang
negatif dapat mempengaruhi perawatan pasien
2. Saya merasa bebas untuk mempertanyakan
keputusan atau tindakan pimpinan
3. Terdapat forum diskusi antar unit/dengan pimpinan
yang membahas patient safety
4. Menurut Saya, Rumah Sakit telah rutin melakukan
training atau refresh training mengenai patient safety
5. Saya merasa komunikasi antar pekerja lain berjalan
dengan baik
6. Saya takut untuk bertanya ketika sesuatu tampaknya
tidak benar.
B. BAGIAN II.A
Berilah tanda checklist ( ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan
No Pernyataan STS TS S SS
1. Setiap kesalahan yang terjadi selalu dicatat dan
didokumentasikan
2. Saya segera melapor jika melakukan kesalahan
tindakan terhadap pasien
3. Rumah Sakit ini memiliki SOP untuk
pelaporan kesalahan dalam perawatan pasien,
termasuk kepuasan pasien selama perawatan
4. Saya merahasiakan kesalahan yang saya
lakukan
5. Jika terjadi kesalahan di departemen Saya,
Departemen lain akan dibertahukan. Begitu
juga sebaliknya
6. Saya menyalahkan diri sendiri ketika
perawatan/tindakan yang saya lakukan salah
7. Saya khawatir jika terjadi kesalahan, maka
akan dicatat dalam file kepegawaian Saya
(dilaporkan ke HRD)
8. Pimpinan Saya mendukung pelaporan
kesalahan yang terjadi di Rumah Sakit ini
C. BAGIAN II.B
Berilah tanda checklist ( ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Sering
4. Selalu
D. BAGIAN III
Berilah tanda checklist ( ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan
No Pernyataan STS TS S SS
1. Peralatan medis yang saya gunakan merupakan
peralatan digital (misalnya termometer digital)
2. Menurt saya, di Rumah sakit ini teknologi yang
digunakan jauh lebih baik dibandingkan Rumah
sakit lain
3. Saya mengetahui dengan baik cara
menggunakan alat/teknologi yang diperlukan
dalam pekerjaan.
4. Menurut Saya, manajemen selalu melakukan
pengembangan dalam teknologi informasi
untuk memudahkan pekerjaan Kami
E. BAGIAN IV.A
Berilah tanda checklist ( ) salah satu jawaban/tanggapan pada kolom yang disediakan
No Pernyataan STS TS S SS
I Overall perception of safety
1. Keselamatan pasien (patient safety) tidak
pernah dikorbankan untuk bisa melakukan
pekerjaan lebih banyak (lebih cepat)
2. Kami mempunyai prosedur dan sistem yang
baik untuk mencegah terjadinya kesalahan
3. Kesalahan-kesalahan yang lebih serius tidak
pernah terjadi disini merupakan sebuah
kebetulan
4. Kami memiliki masalah patien safety di
departemen ini
2 Frekuensi dilaporkannya Kesalahan
1. Bila terjadi kesalahan, tetapi
tertangkap/diketahui dan dikoreksi
sebelum mempengaruhi pasien, seberapa
sering hal ini dilaporkan?
2. Bila terjadi kesalahan tetapi tidak memiliki
potensi untuk membahayakan pasien,
seberapa sering hal ini dilaporkan?
F. SARAN
Terima kasih telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Silahkan tinggalkan saran yang
1. Dukungan Manajemen
Reliability
N %
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,879 25
Reliability
N %
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,741 26
Reliability
N %
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,888 26
N %
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
Reliability Statistics
,864 42
N 62 62 62 62
Universitas Indonesia
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 62
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 62
Universitas Indonesia
Statistics
Jenis Kelamin
N Valid 62
Missing 0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
N Valid 62
Missing 0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Universitas Indonesia
Statistics
N Valid 62
Missing 0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
Pendidikan Terakhir
N Valid 62
Missing 0
Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Universitas Indonesia
Dukungan Manajemen
Statistics
N Valid 62 62 62 62
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
Kelompok DM
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kelompok K
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kelompok A
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Universitas Indonesia
mean F
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Sistem Pelaporan
Statistics
Kelompok R
N Valid 62
Missing 0
Kelompok R
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Universitas Indonesia
N Valid 62 62 62
Missing 0 0 0
Frequency Table
Kelompok KSD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kelompok T
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kelompok W
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Universitas Indonesia
Statistics
kelompok S
N Valid 62
Missing 0
kelompok S
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
Mean Mean Mean Mean Mean mean mean mean mean mean mean mean
Dim 1 Dim 2 Dim 3 Dim 4 Dim 5 dim 6 dim 7 dim 8 dim 9 dim 10 dim 11 dim 12
N Valid 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
Mean Dimensi 1
Universitas Indonesia
Mean Dim 3
Mean Dim 4
Mean Dim 5
mean dim 6
Universitas Indonesia
mean dim 7
mean dim 8
mean dim 9
mean dim 10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Universitas Indonesia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
mean dim 11
mean dim 12
kelompok S
positif Count 10 19 29
Universitas Indonesia
Total Count 31 31 62
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 62
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,50.
kelompok S
positif Count 7 22 29
Total Count 31 31 62
Chi-Square Tests
Universitas Indonesia
N of Valid Cases 62
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,50.
kelompok S
positif Count 9 21 30
Total Count 31 31 62
Chi-Square Tests
Universitas Indonesia
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,00.
Universitas Indonesia