Você está na página 1de 10

Perbedaan Ekspresi Emosi pada orang Batak......

Rina Suciati, Ivan Muhammad Agung

Perbedaan Ekspresi Emosi pada orang Batak, Jawa,


Melayu dan Minangkabau
Rina Suciati, Ivan Muhammad Agung
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
email: ivan.agung@uin-suska.ac.id

Abstrak
Ekpresi emosi merupakan salah satu penting dalam hubungan interpersonal manu-
sia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan ekspresi emosi antara orang
dari suku Batak, Jawa, Melayu dan Minangkabau. Jumlah subjek dalam penelitian ini
adalah 413 orang. Subjek diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling,
yaitu subjek dipilih sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Alat ukur dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan skala ekspresi emosi dis-
play rules assesment inventory (DRAI) yang dikembangkan oleh Matsumoto namun
telah dimodifikasi sebelumnya oleh peneliti. Hasil analisis ANOVA pada penelitian ini
menunjukan bahwa secara umum terdapat perbedaan yang signifikan dalam
mengek-spresikan emosi antara orang Batak, Jawa, Melayu dan Minangkabau (F=
3,217 dan p = 0,023). Berdasarkan hasil tersebut penelitian menyimpulkan bahwa
display rules yakni standar-standar sosio-kultural yang mengatur kapan, dimana, dan
bagaimana emosi-emosi diekspresikan mempengaruhi ekspresi emosi yang
ditunjukan oleh indi-vidu pada masing-masing budaya.
Kata kunci: ekspresi emosi, orang Batak, Jawa, Melayu dan Minangkabau.

The Difference of emotion expression on ethnic of Batak, Jawa,


Melayu and Minangkabau
Abstract
Expression of emotion is one of the important human interpersonal relationships. This
study aims to look at the differences in the expression of emotions between people of
Batak, Javanese, Malay and Minangkabau. The number of subjects in this study
were 413 people. Subject was taken by using purposive sampling, that the subject
chosen in accordance with the characteristics required in this study. Gauges in this
research is by using a scale of emotional expression Display rules assesment
inventory (DRAI) developed by Matsumoto and modified by researcher. Results of
ANOVA analysis in this study shows that in general there are significant differences in
expressing emo-tions among the Batak, Javanese, Malay and Minangkabau (F =
3.217 and p = 0.023). Based on the results of the study concluded that the display
rules the standards of socio-cultural set when, where, and how emotions are
expressed to induce the expres-sion of emotion shown by individuals in each culture.
Keywords: emotion expression, ethnic of Batak, Jawa, Melayu and Minangkabau
Pendahuluan kan dalam kebudayaan tertentu akan mem-
peroleh pengalaman dan memaknai suatu
Universalitas ekspresi emosi telah emosi yang ia pelajari misalnya dari proses
banyak dibahas oleh beberapa tokoh terke- labelling ekspresi wajah, suara, perilaku dan
muka salah satunya adalah Ekman. Ekman ucapan tertentu. Perbedaan atau variasi in-
(dalam Keltner & Ekman, 2003) menemu-kan dividu dalam mengekspresikan emosi yang
bahwa ada beberapa emosi yang pada tentu saja dipengaruhi oleh budaya dan adat
dasarnya dimilliki dan diartikan sama oleh istiadat. Ketika kemudian individu berbaur
beberapa orang dari latar belakang lintas bu- dengan masyarakat maka ekspresi emosi
daya yang berbeda-beda. Emosi yang univer- sepemahamannya akan muncul menjadi
sal tersebut adalah marah, muak, jijik, takut, hasil (outcome) sosial.
bahagia, sedih, dan terkejut. Oleh karena itu, Menurut Ekman (2003) secara biolo-gis
memahami ekspresi emosi antar lintas bu-daya ekspresi emosi setiap budaya sama. Na-mun
menjadi salah satu hal penting dalam demikian budaya tetap memberikan pen-garuh
pergaulan kehidupan sehari-hari masyarakat pada kapan, di mana dan bagaimana emosi
majemuk. Terlebih, itu adalah ekspresi indi- diekspresikan (Display Rules). King (2010)
vidual. Artinya melihat ekspresi pada diri indi- berpendapat pentingnya display rules akan
vidu itu sendiri. Menurut Keltner dan Ekman nyata ketika melakukan evaluasi terha-dap
(2003) karena seorang individu yang dibesar- ekspresi emosi orang lain. Menurut Mat-

99
Jurnal Psikologi, Volume 12 Nomor 2, Desember 2016

sumoto, dkk. (2008) perbedaan budaya tepat ketika berhadapan dengan peristiwa dan
mem-pengaruhi ekspresi emosi. Ekman tempat tertentu apakan itu di tempat pribadi
(dalam Keltner & Ekman, 2003) menemukan atau di tempat umum. Matsumoto, dkk., (2005)
bahwa ada beberapa emosi yang pada juga mengatakan sebagai culture display rules,
dasarnya dimilliki dan diartikan sama oleh budaya memberikan pelajaran kepada masing-
beberapa orang dari latar belakang lintas masing individu untuk me-nentukan bagaimana
budaya yang berbeda-beda. Emosi yang gaya dan cara mengek-spresikan emosi yang
universal tersebut adalah marah, muak, jijik, tepat menurut budaya. Selain budaya, faktor
takut, bahagia, se-dih, dan terkejut. konteks juga menen-tukan dalam ekspresi
Penelitian tentang ekspresi emosi antar emosi. Faktor konteks dalam penelitian ini
lintas budaya yang dilakukan oleh Safdar, dkk. adalah tempat yaitu ru-mah sendiri dan di
(2009) sebagai contoh mencoba tempat umum.individu akan lebih ekpresif di
membandingkan ekspresi emosi antara orang rumah sendiri diband-ingkan di tempat umum.
Amerika (United State) dan Kanada yang in- Hal ini disebabkan karena di tempat umum ada
dividualis dengan orang Jepang yang kolek-tif. aturan norma yang membatasi individu
Hasilnya budaya individualis lebih terbuka bagimana bersikap dan berperilaku di termpat
dalam mengekspresikan emosi marah yang umum.
mereka rasakan dibandingkan dengan orang Memahami karakter khususnya dalam
Jepang. Di Indonesia penelitian ekspresi emo- berkomunikasi pada orang jawa, melayu, Batak
si telah dilakukan dilakukan misalkan, oleh dan Minangkabau merupakan suatu yang
Handayani dan Nurwidawati (2013) tentang menarik. Setiap suku mempunyai ciri khas
pola asuh dan eskpresi emosi keluarga den- dalam berkomunikasi terutama dalam
gan kekambuhan pasien shizoprenia Pada mengekspresikan emosinya. Suku Batak
konteks budaya penelitian ekspresi emosi juga terkenal dengan keterbukaan, spontanitas dan
telah dilakukan Kurniawan dan Hasanat (2007) keagresifannya baik secara fisik atau-pun
menjelaskan ekspresi emosi pada gen-erasi verbal. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi
pada budaya Jawa. Hasilnya menunju-kan (2005) mendukung pendapat tersebut, hasil
bahwa tidak terdapat perbedaan ekspresi penelitiannya menunjukan bahwa ke-tika
emosi antar generasi pada suku Jawa di Yo- marah orang Batak sering memilih un-tuk
gyakarta. Generasi tersebut yaitu remaja (18- mengekspresikan rasa marahnya terse-but bila
21), dewasa awal (22-30) dan dewasa tengah dibandingkan dengan orang Jawa yang cukup
(31-45). Ekspresi emosi yang ditunjukan oleh sering memilih memendam rasa marahnya.
ketiga generasi tersebut pada dasarnya sama Wijayanti dan Nurwianti (2010) menjelaskan
saja. Pada penelitian ini akan fokus ekspresi bahwa orang Jawa akan men-erima apapun
emosi pada lintas budaya (jawa, melayu, Ba- yang terjadi padanya tanpa ada upaya untuk
tak dan Minangkabau) di Pekanbaru. menolak atau menghindar, suka atau tidak
Masyarakat suku Minangkabau, suka, mau atau tidak mau dan san-gat berhati-
Melayu, Jawa dan Batak merupakan hati dalam berbicara. Orang Jawa tidak terlalu
masyarakat yang paling banyak tinggal di kota ekspresif ketika mengekspresi-kan
Pekanbaru. Data menunjukan persentase etnis emosinya.Orang Batak terkenal dengan
yang ada di Pekanbaru (bappeda.pe- keterbukaan, spontanitas dan keagresifannya
kanbaru.go.id) terdiri dari Melayu (26,1%), baik secara fisik ataupun verbal. Penelitian
Jawa (15,1%), Minangkabau (37,7%), Batak yang dilakukan oleh Dewi (2005) mendukung
(10,8%), Banjar (0,2%), Bugis (0,2%), Sun-da pendapat tersebut, hasil penelitiannya men-
(1,0%), dan suku-suku lainnya. (8,8%). Hal ini unjukan bahwa ketika marah orang Batak
membuat orang-orang yang berasal dari sering memilih untuk mengekspresikan rasa
keempat suku tersebut akan lebih ser-ing marahnya. Hal ini turut membentuk stereotip
bertemu, berinteraksi dan berkomunikasi di bahwa orang Batak lebih cenderung ekspresif
lingkungan sosial. Menurut Zubair (2012) mengungkapkan emosinya.
ekspresi emosi merupakan bagian dari komu- Menurut Navis (1986) orang Minang-
nikasi nonverbal. Ekman (1997) menjelaskan kabau memiliki motivasi tinggi untuk hidup
bahwa ekspresi emosi akan sering terjadi se- bersaing terus menerus dalam pencapaian
lama seseorang berinteraksi dengan orang lain kemuliaan, kepintaran dan kekayaan. Seh-
yang banyak dibangun oleh tindakan ingga orang Minangkabau cenderung lebih
dibandingkan dengan yang lainnya. Selain itu berani dan terbuka.orang dari kebudayaan.
ekspresi emosi berdasarkan pendapat Kurni- Berbeda dengan orang Minang, menurut Har-
awan dan Hasanat (2007) turut menentukan maini (2011) orang Melayu memiliki ciri utama
akan dikatakan baik atau buruk hubungan yaitu bersifat fungsional dalam mengakomo-
antarmanusia. dasi perbedaan-perbedaan. Kebudayaan Me-
Matsumoto, dkk. (2008) menambah- layu mampu diterima oleh seluruh golongan
kan bahwa budaya mempengaruhi ekspresi masyarakat. Ekspresi emosi orang Melayu
emosi, karena dalam kebudayaan individu akan dipengaruhi oleh budaya Melayu yang
belajar untuk memilih reaksi emosional yang lebih netral daripada bentuk ekspresi emosi

100
Perbedaan Ekspresi Emosi pada orang Batak......Rina Suciati, Ivan Muhammad Agung

antara budaya Jawa yang tidak ekspresif kut (marah, muak, jijik, takut, bahagia, sedih
den-gan budaya Batak dan Minangkabau dan terkejut). Saat itu anda sedang berada di
yang lebih ekspresif. tempat umum”
Berdasarkan uraian tersebut maka Menurut Matsumoto (2005; Matsu-
hipotesis dalam penelitian:1) ada perbedaan moto, dkk., 2005; Fok, dkk., 2007; Kurniawan
ekspresi emosi antara suku batak, jawa, mel- & Hasanat, 2007) terdapat enam pilihan kat-
ayu dan minangkabau, dan 2) ada egori seseorang mengekspresikan ketujuh
perbedaan ekspresi emosi ketika di rumah ekspresi emosi yang sudah universal yaitu
sendiri dan di tempat umum pada suku marah, muak, jijik, takut, bahagia, sedih dan
batak, jawa, melayu dan minangkabau terkejut yakni:
1. Mengekspresikan emosi lebih dalam dari
Metode yang dirasakan tanpa ada upaya untuk
menahan atau mengontrolnya (amplify)
Subjek dengan skor 6
Subjek penelitian berjumlah 413 2. Mengekspresikan emosi seimbang den-
orang, yang terdiri dari 102 orang bersuku gan yang dirasakan (noinhibition) dengan
Batak, 106 orang bersuku Jawa, 104 orang skor 5
bersuku Melayu, dan 101 orang bersuku Mi- 3. Tetap mengekspresikan emosi yang dira-
nangkabau. Secara keseluruhan subjek da- sakan namun disertai dengan senyuman
pat digambarkan berdasarkan jenis kelamin, (qualify) dengan skor 4
subjek laki-laki berjumlah 179 (43,3%) dan 4. Mengekspresikan emosi kurang dari yang
perempuan berjumlah 234 (56,7%). Pemili- dirasakan (deamplify) dengan skor 3
han subjek penelitian berdasarkan kriteria, 5. Menyembunyikan perasaan yang dirasa-
yaitu 1) kedua orang tua sama-sama berasal kan dengan senyuman (masking) dengan
dari suku bangsa yang sama, 2) pasangan skor 2
hidup berasal dari suku bangsa yang sama 6. Tidak mengekpresikan apapun (neutralise)
(bagi yang sudah menikah) 3)Dapat berbic- dengan skor 1.
ara dalam bahasa daerah suku bangsanya,
4) Merupakan anggota dari komunitas atau
per-himpunan suku tertentu dari kelompok Skor dimulai dari (6 - 1), artinya se-
suku yang dimaksudkan (Batak, Jawa, makin tinggi jumlah skor yang dihasilkan
Melayu dan Minangkabau). Teknik sampling maka dapat dikategorikan pula semakin
mengguna-kan non probability sampling ekspresif seseorang dalam pengekspresian
yaitu pengam-bilan sampel secara tidak emosinya. Sebaliknya semakin rendah
acak. Pengambi-lan sampel dilakukan atas jumlah skor yang dihasilkan maka semakin
kriteria yang telah ditetapkan diawal. kurang ekspresif pula seseorang tersebut
dalam pengekspre-sian emosinya.
Pengukuran Uji validitas dilakukan dengan sistem
Skala yang digunakan dalam pe- profesional judgement. Profesional judge-ment.
nelitian ini adalah skala modifikasi dari ska-la Uji coba dilakukan dengan jumlah sampel 76
ekspresi emosi yang dikembangkan oleh subjek yang terdiri dari orang Jawa, Batak,
Matsumoto (2005) yakni Display Rule Asses- Melayu dan Minangkabau. Ana-lisis uji coba
ment Inventory (DRAI). Skala ekspresi emosi menunjukan nilai koefisien ko-relasi masing-
ini telah digunakan di Indonesia yaitu untuk masing aitem skala ekspresi emosi. Nilai
mengukur perbedaan ekspresi emosi antar koefisien korelasi berkisar dari 0,264-0,537,
generasi di Yogyakarta oleh Kurniawan dan dari hasil uji reliabilitas ini tidak ada satupun
Hasanat (2007). Matsumoto (2005) menyu-sun aitem yang gugur dalam uji coba penelitian ini.
skala ekspresi emosi ini untuk mengung-kap Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan
bagaimana seseorang mengekspresikan 7 dengan uji statistik SPSS 16 for windows.
emosi pada dua situasi berbeda yaitu tem-pat Yakni melalui analisis reliabilitas Cronbach’s
pribadi (rumah sendiri) dan tempat umum dan Alpha sebesar 0,799.
pada 21 konteks interaksi yang berbeda.
Namun pada penelitian ini peneliti hanya Analisis Data
menggunakan satu saja konteks interaksinya Analisis data menggunakan teknik
yaitu ketika sedang “Sendiri” Hal ini dilakukan Independent T Test dan (Analysis Of Vari-
sesuai dengan karakteristik subjek penelitian ances) ANOVA 1-jalur (one way anova) untuk
yang dilihat secara umum. Penelitian lain yang mengetahui perbedaan ekspresi emosi pada
juga melakukan hal yang sama yaitu kelompok suku Batak, Jawa, Melayu dan
menggunakan skala ini namun tidak kesemua Minangkabau. Analisis data yang dilakukan
konteks interaksinya adalah penelitian yang dengan menggunakan program analisis data
dilakukan oleh Kraft, dkk., (2012).Contoh aitem SPSS 16 for windows.
“Apakah yang anda yakini harus dilaku-kan jika
anda merasakan emosi sebagai beri-

101
Jurnal Psikologi, Volume 12 Nomor 2, Desember 2016

Hasil ayu tidak adanya perbedaan ekspresi emosi


(p = 0,234). Antara suku Batak dengan suku
Hasil uji perbedaan ekspresi emosi Minangkabau menunjukan tidak adanya per-
antara suku Batak, Jawa, Melayu dan Mi- bedaan ekspresi emosi (p = 0,717). Antara
nangkabau dengan menggunakan teknik suku Jawa dengan suku Melayu menunju-
anova 1-jalur menunjukan bahwa nilai F = kan tidak adanya perbedaan ekspresi emosi
3,217, p = 0,023 (p < 0,05). Artinya terdapat (p = 0,792). Antara suku Jawa dengan suku
perbedaan ekspresi emosi antara suku Jawa, Minangkabau tidak menunjukan adanya per-
Batak, Melayu dan Minangkabau, dengan de- bedaan ekspresi emosi (p = 0,174).
mikian hipotesis (Ha) penelitian ini dapat diter- Sementa-ra itu antara suku Melayu dengan
ima. Pada Tabel 1 menunjukan bahwa antara suku Mi-nangkabau menunjukan adanya
suku Batak dengan suku Jawa tidak menun- perbedaan ekspresi emosi (p = 0,018).
jukan adanya perbedaan ekspresi emosi. (p = Artinya perbedaan signifikan ditunjukan
0,761). Antara suku Batak dengan suku Mel- antara suku Melayu dan suku Minangkabau.

Tabel 1. Perbedaan ekspresi emosi berdasarkan suku


Suku N Nilai Simpangan Min Maks p Value
Rata-rata Baku (SD) Batak Jawa Melayu Minang
(mean)
Batak 102 52,33 11,123 26 76 0,761 0,234 0,717
Jawa 106 50,89 11,017 23 74 0,792 0,174
Melayu 104 49,53 10,95 27 73 0,018*
Minang101 53,91 10,236 31 76
Total 413

Catatan: * p < 0,05

Tabel 2. Perbedaan ekspresi emosi berdasarkan tempat

Suku N Di Rumah Sendiri Di Tempat Umum p Value


Mean SD Mean SD
Batak 102 27,66 6,78 24,68 6,161 0,001**
Jawa 106 26,6 6,897 24,28 5,848 0,009**
Melayu 104 26,38 5,958 23,15 5,204 0,000**
Minang 101 28,24 6,331 25,67 5,8 0,003**
Catatan: ** p < 0,01

Tabel 2 menunjukan bahwa pada Batak, Jawa, Melayu dan Minangkabau dapat
suku Batak, Jawa, Melayu dan Minangkabau diterima. Suku Batak (p = 0,001), suku Jawa (p
terdapat perbedaan yang signifikan dalam = 0,009), suku Melayu (p = 0,000) dan suku
mengekspresikan emosi antara ketika bera- Minangkabau (p = 0,003) dan jika melihat dari
da di rumah sendiri dan di tempat umum (p < nilai mean ketika berada di rumah sendiri baik
0,01), dengan demikian hipotesis 2 bahwa suku Batak, Jawa, Melayu dan Minangkabau
ada perbedaan ekspresi emosi antara di ru- lebih ekspresif menunjukan emosinya diband-
mah sendiri dan di tempat umum pada suku ingkan dengan ketika di tempat umum.
Tabel 3. Perbedaan Ekspresi Emosi Berdasarkan Jenis Kelamin
Suku Di Rumah Sendiri Di Tempat Umum
Mean p value Mean p value
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
Batak 27,40 27,9 0,71 24,96 24,4 0,651
Jawa 24,80 27,93 0,020* 23,67 24,74 0,354
Melayu 25,48 26,98 0,207 22,12 23,85 0,095
Minang 25,67 30,07 0,000** 25,62 25,71 0,937
Catatan: ** P < 0,01 * p < 0,05

102
Perbedaan Ekspresi Emosi pada orang Batak......Rina Suciati, Ivan Muhammad Agung

Tabel 4 menunjukan bahwa tidak ter- 0,354) Tidak terdapat perbedaan juga terlihat
dapat perbedaan antara laki-laki dan per- antara laki-laki dan perempuan suku Melayu
empuan suku Batak ketika di tempat umum ketika di rumah sendiri (p = 0,207) maupun
dalam mengekspresikan emosinya (p = di tempat umum (p = 0,095) dalam mengek-
0,651).Terdapat perbedaan terlihat antara spresikan emosinya.
laki-laki dan perempuan suku Jawa ketika Sementara itu pada suku Minangka-
di rumah sendiri dalam mengekspresikan bau terdapat perbedaan antara laki-laki dan
emosinya (p = 0,020) dengan mean yang perempuan suku Minangkabau ketika di ru-
menunjukan bahwa pada suku Jawa ketika mah sendiri dalam mengekspresikan emos-
di rumah sendiri perempuan lebih ekspresif inya (sig = 0,000) perempuan lebih ekspresif
menunjukan emosinya dibandingkan dengan menunjukan emosinya dibandingkan dengan
laki-laki. Di tempat umum tidak terdapat per- laki-laki ketika di rumah sendiri. Namum di
bedaan antara laki-laki dan perempuan suku tempat umum (p = 0,937) artinya tidak terda-
Jawa dalam mengekspresikan emosinya (p = pat perbedaan.

Tabel 4. Perbedaan Ekspresi Emosi Berdasarkan Jenis Kelamin

Ekspresi Emosi Nilai Rata-rata (Mean) F p value


Laki-Laki Perempuan
(N= 179) (N=234)
Marah 8,24 7,83 1,292 0,79
Muak 6,81 6,74 0,21 0,66
Jijik 6,46 6,64 0,231 0,519
Takut 6,45 7,73 0,616 0,000**
Bahagia 8,47 9,12 7,965 0,01*
Sedih 5,85 6,82 0,571 0,000**
Terkejut 7,74 8,01 1,302 0,355
Catatan: * p < 0,05 ** p < 0,01
Secara umum terdapat perbedaan ek- laki-laki. Emosi terkejut diekspresikan den-

spresi emosi antara laki-laki dan perempuan gan tidak berbeda oleh laki-laki dan perem-
dengan nilai F = 0,195 dan p = 0,007. Perem- puan (F=1,302,p = 0,355), namun perempuan
puan (M=52,89) lebih ekspresif dibandingkan lebih ekspresif mengekspresikan terkejutnya
dengan laki-laki (M=50,01) Tabel 4 memperli- dibandingkan dengan laki-laki.
hatkan analisis berikutnya terkait perbedaan
ekspresi emosi berdasarkan jenis kelamin Pembahasan
yaitu melihatnya pada masing-masing jenis
emosi. Emosi marah diekspresikan dengan Penelitian ini bertujuan untuk meng-
tidak berbeda oleh laki-laki dan perempuan etahui perbedaan ekspresi emosi antara suku
(F=1,292,p = 0,79). Emosi muak juga diek- Batak, Jawa, Melayu dan Minangkabau yang
spresikan dengan tidak berbeda oleh laki-laki tinggal di kota Pekanbaru. Perbedaan terlihat
dan perempuan (F=0,21,p = 0,66), laki-laki pada pengekspresian emosi antara suku Me-
lebih ekspresif mengekspresikan muaknya layu dengan suku Minangkabau. Sementara
dibandingkan dengan perempuan. Emosi jijik antara suku Batak, Jawa dan Minangkabau
juga diekspresikan dengan tidak berbeda oleh masing-masing tidak memperlihatkan adanya
laki-laki dan perempuan (F=0,231,p=0,519), perbedaan satu sama lain. Suku Minangka-
namun perempuan lebih ekspresif mengek- bau merupakan suku yang paling ekspresif
spresikan jijiknya dibandingkan dengan laki- menunjukan emosinya. Kemudian suku Ba-
laki. Emosi takut diekspresikan berbeda oleh tak, Jawa dan terakhir Melayu. Dilihat lebih
laki-laki dan perempuan (F=0,616,p = 0,000), spesifik dari konteks lingkungan, perbedaan
perempuan lebih ekspresif mengekspresikan antara suku Melayu dan Minangkabau terse-
takutnya dibandingkan dengan laki-laki. but terdapat ketika mengekspresikan emosi
Emosi bahagia juga diekspresikan ber- di tempat umum pada jenis emosi muak dan
beda oleh laki-laki dan perempuan (F=7,965,p terkejut. Sementara itu, pada masing-masing
= 0,01), perempuan lebih ekspresif mengek- suku terdapat perbedaan ekspresi emosi
spresikan bahagianya dibandingkan dengan antara di rumah sendiri dan di tempat umum
laki-laki. Emosi sedih diekspresikan berbeda yaitu di rumah sendiri lebih ekspresif diband-
oleh laki-laki dan perempuan (F=0,571,p = ingkan dengan di tempat umum.
0,000), perempuan lebih ekspresif mengek- Perbedaan ekspresi emosi ini dis-
spresikan sedihnya dibandingkan dengan ebabkan oleh adanya norma budaya pada

103
Jurnal Psikologi, Volume 12 Nomor 2, Desember 2016

masing-masing budaya yaitu Batak, Jawa, sekitarnya. Secara tidak langsung orang dari
Melayu dan Minangkabau yang mengatur suku Minangkabau akan merasa dirinya lebih
bagaimana individu dari masing-masing bu- dominan dan lebih berani terbuka menunju-kan
daya tersebut harus selayaknya mengek- ekspresi emosinya pada golongan mi-
spresikan emosi. King (2010) juga berpen- noritas.
dapat bahwa cultural display rules yang Selain itu hal tersebut juga dapat
merupakan standar sosio-kultural mengatur dipengaruhi oleh falsafah orang Minang-kabau
kapan, dimana dan bagaimana emosi-emosi yang dijelaskan oleh Navis (1986), menurutnya
diungkapkan. Senada dengan pendapat Ek- orang Minangkabau memi-liki motivasi untuk
man (1997), menurutnya display rules me- maju yang tinggi, hal ini dikenal dengan istilah
manajemen seperti apa ekspresi emosi akan malawan dunia urang (melawan dunia orang).
diungkapkan, apakah dengan pengurangan, Motivasi ini diartikan sebagai amanat untuk
melebih-lebihkan, seimbang atau mencakup hidup bersaing terus menerus dalam
tanda lainnya, serta terkait dengan kapan pencapaian kemuliaan, kep-intaran dan
dalam situasi sosial. kekayaan. Intinya adalah hidup bertujuan
Barrett dan Fussom (dalam Kurniawan untuk memelihara harga diri su-paya tidak
& Hasanat, 2007) menambahkan bahwa ek- kalah, rendah dan malu, selalu berlomba dan
spresi emosi sebagai cermin dari pengaruh bersaing.
budaya dan sistem sosial. Berry (dalam Kur- Suku Batak dalam meng-ekspresikan
niawan & Hasanat, 2007) juga mengatakan emosinya dapat dikatakan cukup ekspresif
bahwa emosi tersebut dipelajari oleh individu walaupun bukan yang paling ekspresif. Hal ini
sebagai nilai- nilai budaya dalam lingkungan senada dengan hasil penelitian yang dilaku-
sosial dimana ia tinggal. Sehingga setiap in- kan oleh Dewi (2005), menurutnya orang dari
dividu dari setiap budaya yang berbeda akan suku Batak dikenal dengan kegigihannya, gaya
menunjukan ekspresi emosi yang berbeda bicara keras, berani dan bertindak te-gas. Oleh
pula sesuai dengan nilai budayanya. Baik suku karenanya orang Batak lebih suka berterus
Batak, Jawa, Melayu, ataupun Minang-kabau terang tentang emosi yang sedang
sebagai suatu suku yang didalamnya dirasakannya. Hal tersebut pada dasarnya
berkembang nilai-nilai budaya yang menga-tur terbentukdari nilai-nilai budaya Batak yang
tentang bagaimana emosi diekspresikan. Hal sejak daluhu dianut dan disampaikan dari
ini akan berbeda satu sama lain sehingga hasil generasi ke genarasi yaitu dalihan na tolu.
penelitian juga menunjukan adanya per- Menurut Monika (2012) suku Batak
bedaan. dalam adat istiadatnya memakai suatu is-
Peran culture display rules, yang tilah yaitu dalihan na tolu. Dalihan na tolu
menurut Ekman (1997), Matsumoto (2004), mangatur bagaimana suku Batak bertingkah
dan King (2010) merupakan standar sosio- laku dalam kehidupan sosialnya. Istilah dali-
kultur yang mengatur atau mencocokan anta- han na tolu asal mulanya adalah tungku
ra keadaan emosi dengan kapan, dimana, dan yang berkaki tiga. Tungku yang berkaki tiga
bagaimana emosi diekspresikan apakah tersebut dapat berdiri seimbang ditopang
dengan pengurangan, melebih-lebihkan atau oleh tiga kakinya. Tungku berkaki tiga, jika
seimbang. Standar sosio-kultural tersebut bisa satu kakinya rusak maka tungku terse-but
jadi yaitu hubungan kekerabatan, keber- tidak dapat digunakan karena tidak bisa
samaan dan kesatuan yang terjalin antara seimbang. Kaitannya dengan ekspresi emosi
anggota keluarga satu sama lain yang mem- adalah bahwa mengekspresikan emosi baik
buat masing-masing merasa bahwa tidak perlu dalam bentuk tingkah laku, perkataan atau
ada suatu hal yang ditutup-tutupi. Sep-erti raut muka disesuaikan pula dengan kuat
yang dijelaskan oleh Prawitasari, Martani dan atau lemahnya emosi yang sedang dirasa-
Adiyanti (dalam Hadiyono, 1999) bahwa kan. Tidak melebih-lebihkan juga tidak beru-
bahkan jenis emosi tertentu seperti sedih dan saha menutup-nutupinya. Sehingga ekspresi
takut sangatlah pribadi dan hanya orang-orang emosi orang dari suku Batak tidak
tertentu saja (keluarga) yang boleh cenderung lemah atau disamarkan.
melihatnya,sehingga cukup beralasan bahwa Suku Jawa kurang ekspresif menun-
saat mengeskpresi-kan emosi, ketika di ru- jukan emosinya. Orang Jawa menurut Mur-
mah sendiri seseorang akan lebih ekspresif wani (Wijayanti & Nurwiati, 2010) terkenal
dibandingkan dengan di tempat umum. dengan kepasrahan dan kesantunannya.
Secara umum suku Minangkabau Menurut Suseno (dalam Kurniawan & Hasan-
menjadi suku yang paling ekspresif mengek- at, 2007) prinsip hidup rukun, harmonis dan
spresikan emosi-nya. Hal ini bisa jadi dis- mengutamakan hubungan baik antar sesa-ma
ebabkan oleh karena jumlah penduduk kota pada orang Jawa mengakibatkan orang Jawa
Pekanbaru yang mayoritas bersuku Minang- akan menghindari ekspresi emosi yang tidak
kabau. Penduduk mayoritas menurut Koent- terkendali.Menurut Geertz (1985) bagi orang
jaraningrat (2004) biasanya lebih berani Jawa setiap anggota keluarga somah
menunjukan eksistensinya pada lingkungan merupakan suatu pribadi yang tunggal. Sikap

104
Perbedaan Ekspresi Emosi pada orang Batak......Rina Suciati, Ivan Muhammad Agung

terhadap keluarga sangat dipengaruhi oleh Melayu percaya bahwa penyampa-


beberapa faktor yaitu: jenis kelamin, usia, po- ian yang berterus terang akan merendahkan
sisi kelas, pandangan ideologi keagamaan, martabat manusia itu sendiri. Hal ini dikenal
perasaan pribadi dan pertalian kekeluargaan. dengan istilah metafor atau tersembunyi se-
Sehingga masyarakat Jawa membatasi bagai ciri sifat rendah diri orang Melayu.
hubungan seseorang dengan orang lain den- Thamrin dan Iskandar (2009) me-
gan status kedudukan, usia, dan kekayaan. nambahkan orang Melayu memiliki ciri-ciri
Pembatasan tersebut terutama dilihat dari kepribadian yang terbentuk tidak lepas dari
faktor usia dan strata sosial pada penggu-naan tuntutan norma-norma adat istiadat yang ter-
bahasa. Bahasa krama baik krama inggil, dapat dalam masyarakat Melayu (modal per-
krama madya, maupun ngoko madya sonality). Maka terbentuklah watak orang Me-
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari layu yaitu pertama sifat merendah diri yang
memerlukan basa, yaitu bahasa basa basi. ditunjukan dengan sikap tertib, sopan dan
Oleh sebab itu orang Jawa tetap hormat. Kedua, sifat pemalu atau penyegan
mengekspresikan emosinya namun kurang yaitu segan meminta tolong, segan menon-
ekspresif karena dibatasi oleh stratifikasi ba- jolkan diri, segan mengambil muka dan lain-
hasa komunikasi yang disesuaikan dengan lain. Ketiga, sifat suka damai atau toleransi
siapa berkomunikasi. Hal serupa dengan hasil yang ditunjukan dengan mudah menjalin ker-ja
penelitian Dewi (2005), ini merupakan bentuk sama, tidak cerewet atau banyak bicara.
dari memberi hormat pada sesama, tenggang Keempat, sifat sederhana yaitu tenang, tidak
rasa dan ramah tamah untuk menghindari tergesa-gesa, tidak tamak dan tidak serakah.
menyinggung perasaan orang lain dan cend- Kelima, sifat sentimentil dan riang yakni me-
erung mengontrol dengan ketat agar tidak nekan perasaan-perasaan dan gejolak sedih
ditunjukan berlebihan baik di rumah sendiri dan kembali riang gembira dengan tidak larut
maupun dihadapan umum. Suseno (dalam dalam kesedihan. Keenam, sifat memper-
Kurniawan & Hasanat, 2007) berpendapat tahankan diri biasanya bitunjukan dengan
bahwa orang Jawa memiliki prinsip hidup merajuk yakni menutup diri untuk membicara-
rukun dan harmonis yang mengutamakan kan masalah yang menyebabkan perasaan-
hubungan baik antar manusia, dengan de- nya tersinggung. Kemudian merajuk dapat
mikian menunjukan emosi yang tidak terken- berkembang menjadi amuk yaitu sikap akhir
dali, berkelahi terbuka akan sangat dihindari yang diputuskan untuk membela harga diri
dan lebih memilih untuk memberi hormat pada yang telah dicemarkan oleh orang lain.
sesama, gotong royong, tenggang rasa serta Watak orang Melayu mengantarkan
ramah tamah. pada ketika meng-ekspresikan emosi, orang
Suku Melayu paling tidak ekspresif Melayu akan cenderung menekannya su-
menunjukan emosinya dibandingkan ketiga paya tidak begitu kuat diekspresikan karena
suku yang lain. Hal ini bisa jadi disebabkan hal tersebut bagian dari bentuk tidak ingin
nilai-nilai agama yang dianut budaya Mel-ayu menonjolkan diri, suka damai dan toleransi.
yang melarang suatu apapun dilakukan Bahasa lambang dan kias membuat komu-
dengan berlebih-lebihan. Menurut Sarwono nikasi akan berjalan tanpa membangkitkan
(2006) etnik Melayu dikenal dengan ket-aatan emosi negatif. Hal ini sesuai dengan salah
beragamanya (Islam), lemah lembut, menyukai satu bait gurindam 12 karya Raja Ali Haji
seni, serta tidak pernah melawan. Menurut yang berbunyi jika hendak mengenal orang
Hamidy (1986) orang Melayu memi-liki dua yang berbangsa lihat kepada budi bahasa
falsafah hidup yaitu, pertama orang Melayu yang dipegang teguh oleh orang Melayu.
merupakan satu etnis yang sederha-na dalam Sementara,Suku Minangkabau dijelaskan
penampilan dan gaya hidup. Sikap tidak oleh Navis (1986) juga memiliki budaya ber-
ambisius dan kesederhanaan tindakan dan pantun. Hanya saja tujuan dari pantun itulah
keinginann yang begitu dibatasi. Kedua, orang yang membedakan pantun suku Melayu dan
Melayu membuat orientasi hidup yang lebih suku Minangkabau. Telah dijelaskan sebel-
horizontal bukan vertikal. Oleh sebab lebih umnya tujuan dari pantun dalan suku Melayu
diutamakan keharmonisan, ketentra-man dan adalah untuk menghindari maksud-maksud
kebahagiaan dirinya dengan war-ga kiri, kanan yang berterus terang. Sementara pada suku
dan lingkungan dibandingkan dengan Minangkabau tujuan berpantun dilakukan
pemimpinnya.Hamidy (1986) juga
leb-ih kepada ketika menjajakan daganngan
atau meratap dan berdendang. Sehingga
menambahkan bahwa emosi orang Melayu suku Minangkabau tetap ekspresif atau
tidak begitu cepat akan berubah menjadi berterus terang menunjukan emosinya.
emosi agresi. Orang Melayu akan lebih me-
milih menghindar daripada melawan jika ada Hal ini menunjukan bahwa benar se-
sesuatu yang tidak sesuai. Pemakaian kata- cara khusus bahkan beberapa jenis emosi
kata kiasan oleh orang Melayu dimaksudkan berdasarkan penilaian akan positif dan negat-
untuk menghindari kata-kata yang berterus ifnya harus ditekan pengeskpresiannya.
terang dalam pergaulan sosial. Karena orang Hadiyono (1999) menyatakan bahwa budaya

105
Jurnal Psikologi, Volume 12 Nomor 2, Desember 2016

kolektif lebih menekan emosi-emosi negatif sementara berbanding terbalik dengan laki-
untuk muncul dan lebih sering menunjukan laki. Hal ini juga sesuai dengan hasil peneli-
emosi positif. Ekspresi emosi positif akan tian yang dilakukan oleh Kraft, dkk., (2012)
lebih dapat diterima daripada ekspresi emo- bahwa perempuan lebih ekspresif menunju-
si negatif. Suasana rasa negatif seseorang kan emosinya ketika sedang berinteraksi
akan cenderung dinilai kurang mengenakkan den-gan rekan yang setara tingkatan dan
bagi orang atau kelompok lain. Sama halnya dengan seseorang yang lebih rendah status
dengan budaya Indonesia yang bersifat kole- sosialnya dibandingkan dengan laki-laki.
ktif yang sering menunjukan ungkapan wajah Menurut jenis emosinya, laki-laki lebih
yang positif dan gestur yang terkesan pasif ekspresif mengekspresikan emosinya pada
agar mengurangi kesan negatif dari orang jenis emosi yang menunjukan kekua-tan
atau kelompok lain. (emosi powerfull) yaitu marah dan muak
Begitu juga dengan Miyake dan dibandingkan dengan perempuan. Sementa-ra
Yamazaki (dalam Safdar, dkk., 2009) menu- perempuan lebih ekspresif mengekspresi-kan
rutnya ekspresi emosi negatif seperti ekspresi emosinya pada jenis emosi yang menun-jukan
kemarahan kurang dapat diterima dalam bu- ketidakberdayaan (emosi powerless) yaitu jijik,
daya kolektif karena mengancam otoritas dan takut, sedih dan emosi positif yaitu bahagia
keharmonisan dalam hubungan. Termasuk dan terkejut. Hal ini senada dengan yang
juga ekspresi emosi penghinaan dan jijik yang ditemukan oleh Safdar, dkk., (2009) dalam
tidak pantas diungkapkan secara terang- penelitiannya yang hasilnya menu-jukan
terangan. Kitayama dan Markus (dalam Mat- bahwa perempuan lebih ekspresif menunjukan
sumoto, 2004) berpendapat bahwa emosi- emosi powerless dan bahagia dibandingkan
emosi negatif seperti marah, muak, dan sedih dengan laki-laki. Sementara laki-laki lebih
terjadi karena terhambatnya atribut internal ekspresif menunjukan emosi powerfull
seseorang seperti tujuan dan keinginan yang dibandingkan dengan perempuan. Hal ini bisa
tidak terealisasikan atau diganggu. Budaya jadi disebabkan oleh perbedaan makna emosi
kolektif menurut Prawitasari (dalam Kurni-awan positif dan negatif antara laki-laki dan
& Hasanat, 2007) selalu berusaha perempuan yang juga dikemukakan oleh
menempatkan segala sesuatu dalam kead-aan Markam (dalam Hadiyono, 1999) bahwa emosi
seimbang atau cenderung tidak begitu
terharu, sedih, cemas dan panik bagi
ekspresif. Menurut Hadiyono (1999) terda-pat
perempuan dimaknai lebih positif yang meru-
dua cara mengekspresikan emosi yaitu secara
verbal penuh kesadaran dan non-verbal, pakan sikap yang lebih optimis dan tidak di-
termasuk ekspresi wajah dari emosi yang hindari, sementara tidak dengan laki-laki.
berkaitan dengan hasil interpersonal dan Kesimpulan
sosial. Artinya ekspresi emosi berkaitan
dengan penyampaiannya dalam dua bentuk Ekpsresi emosi merupakan hal pent-
tersebut yaitu secara verbal dan nonverbal. Hal ing dalam kontegks interaksi manusia. Ek-presi
ini mengantarkan pada penjelasan contex emosi merupakan salah satu cara indi-vidu
pengekspresian emosi. dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Analisis berikutnya adalah peneliti Ekspresi emosi ditentukan oleh faktor kon-teks
membandingkan ekspresi emosi berdasarkan dan budaya. Hasl penelitian penelitian
jenis kelamin. Secara umum perempuan lebih menunjukkan bahwa secara umum terdapat
ekspresif menunjukan emosinya dibanding-kan perbedaan ekspresi emosi pada Batak, suku
dengan laki-laki baik di rumah sendiri maupun Jawa suku Minangkabau dan Melayu. Per-
di tempat umum.. Senada dengan temuan bedaan khsusnya terjadi pada suku suku Mi-
Fabes dan Martin (dalam Kraft, dkk., 2012),
nangkabau dan Melayu suku Minangkabau
perempuan menunjukkan pengalam-an
emosinya dalam frekuensi yang lebih dan adalah suku yang paling ekspresif mengek-
mempunyai kapasitas kontrol ekspresi emosi spresikan emosinya, kemudian suku Batak,
yang rendah. Jika dibandingkan dengan laki- suku Jawa dan yang terakhir adalah suku
laki yang menurut Jansz (dalam Kraft, dkk., Melayu. Sementara pada konteks lingkungan
2012) bahwa laki-laki lebih akan mengham-bat terdapat perbedaan ekspresi emosi antara di
ekspresi emosi mereka yang ia namakan rumah sendiri dan di tempat umum. Per-
dengan proses pembatasan emosi. bedaannya adalah bahwa di rumah sendiri
Hal ini senada dengan pendapat ekspresi emosi diekspresikan lebih ekspresif
Markam (dalam Hadiyono, 1999) yang juga dibandingkan dengan di tempat umum. Ber-
menemukan perbedaan makna positif dan dasarkan jenis emosi, laki-laki lebih ekspresif
negatif pada emosi antara laki-laki dan per- meng-ekspresikan jenis emosi powerfull
(kekuatan) yaitu marah dan muak dibanding-
empuan. Beberapa jenis emosi seperti ter-
kan dengan perempuan. Sementara perem-
haru, sedih, cemas dan panik bagi perem-
puan lebih ekspresif mengekspresikan jenis
puan dimaknai lebih positif yang merupakan emosi powerless (ketidakberdayaan) yaitu jijik,
sikap yang lebih optimis dan tidak dihindari takut dan sedih serta emosi positif yaitu

106
Perbedaan Ekspresi Emosi pada orang Batak......Rina Suciati, Ivan Muhammad Agung

bahagia dan terkejut dibandingkan dengan baru


laki-laki. Hamidy, UU.(1996). Orang Melayu di Riau.
Pekanbaru: UIR Press
Daftar Pustaka Harmaini. (2011). Psikologi Lintas Budaya.
Almujtahadah Press: Pekanbaru
Andayani, Sari; Kouznetsova, Natalia; Handayani, L & Nurwidawati, D. (2013).
Krupp, Deborah; Matsumoto, David & Hubungan Pola Asuh Dan Ekspresi
Takeuchi, Sachiko. (1998). The Emosi Keluarga Dengan Kekambuhan
Contribution Of Individualism Vs. Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit
Collectivism To Cross-National Jiwa Menur Surabaya. Jurnal Psikologi
Differences In Display Rules. Asian Teori & Terapan 4, 1, 24 - 30
journal of social psychology 1: 147- Hasbullah. (2009). Islam dan Tamadun
168 R. R. (2000). Theoretical Melayu. PekanBaru: Lembaga
Cornelius, Penelitian dan Pengembangan
Approaches To Emotion. Journal fakultas Ushuludin UIN SUSKA Dan
Vassar College Poughkeepsie, NY Yayasan Pustaka Riau
USA Hertinjung, S. W & Partini. (2010). Gangguan
Darwin, P., Hadisukanto, G., & Elvira, D. Perilaku Pada Anak SD Ditinjau dari
Sylvia. (2013). Beban Perawatan dan Ekspresi Emosi Ibu
Ekspresi Emosi pada Pramurawat Jumlah Penduduk Pekanbaru Bertambah 71
Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Ribu Jiwa (on-line). Diunduh tanggal
Jiwa. Jurnal Indon Med Assoc, 11 Maret 2013. Dari http://bappeda.
Volume: 63, Nomor: 2, Februari 2013 pekanbaru.go.id/berita/381/jumlah-
Dewi, L. Zahrasari. (2005). Pengalaman, penduduk-pekanbaru-bertambah-71-
Ekspresi, dan Kontrol Marah Pada ribu-jiwa/page/1/
orang Batak dan Jawa. Jurnal Keltner, Dacher & Ekman, Paul. (2003).
Psikologi Fakultas Psikologi UNIKA Introduction:Expression Of Emotion.
Atma Jaya Vol. 16, No. 2: Jakarta Handbook Of Afective Sciences. New
Dewi, R., Innike & Ermansyah.(2007). Badan York: Oxford University Press 411-414
Musyawarah Masyarakat Minang King, A. Laura. (2010). Psikologi Umum
(BM3) (Studi Deskriptif Tentang Sebuah Pandangan Apresiatif Buku 2.
Fungsi Organisasi Sosial Suku Salemba Humanika: Jakarta
Bangsa Minangkabau di Kota Koentjaraningrat. (2004). Manusia dan
Medan). Jurnal Departemen Kebudayaan di Indonesia.
Sosiologi FISIP USU Medan Djambatan: Jakarta
Ekman, Paul. (1997). Should We Call it Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu
Expression or Communication?. Antropologi. Rineka Cipta: Jakarta
Innovations in Social Science Kottak, P. C.(2008). Cultural Anthropology.
Research, . 10, . 4,. 333-344, The McGraw-Hill Companies: US
Ekman, Paul. (2003). Darwin, Deception, Kraft, J. M., Lin, I. Y. Kwantes, C. T.,
and Facial Expression. Ann. N. Y. Fernando, T., Samples, M., Thrasher,
Acad. Sci. 1000: 205-221 . New York G., & Woghiren, B. (2012). Journal
Academy of Sciences. doi: 10.1196/ Men and Women at Work: Emotional
annals.1280.010 Display Norms in Organizational
Ekman, Paul & Friesen, V. Wallace. (2009). Settings. Presented at the 24th
Buka Dulu Topengmu Panduan Annual Convention of the Association
Membaca Emosi dari Ekspresi for Psychological Science, Chicago,
Wajah. BACA: Yogyakarta USA.
Fok, H. K., Hui, C.M., Bond, M. H., Kurniawan, P. Aditya & Hasanat, UI. Nida.
Matsumoto, D., & Yoo, S.H. (2007). (2007). Perbedaan Ekspresi Emosi
Integrating personality, context, Pada Beberapa Tingkat generasi
relationship, and emotion type into a Suku Jawa di Jogyakarta. Jurnal
model of display rules. Journal of psikologi UGM Vol. 34 No. 1, 1 – 17.
research in personality 42 (2008) 133- Luthfi, Amir. (1986). Agama dan Interaksi
150 Sosial Antar Kelompok Etnik: Studi
Geertz, Hildred.(1985). Keluarga Kasus Kotamadya Pekanbaru. Bumi
Jawa. Grafiti Pers: Jakarta Pustaka: Pekanbaru
Goleman, Daniel. (2004). Emotional Matsumoto, D. (2004). Pengantar Psikologi
Intelligence Kecerdasan Emosional Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Mengapa EQ Lebih Penting Daripada IQ. Pelajar
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Matsumoto, D. (2005). Display Rules
Hamidy, UU. (1986). Membaca Kehidupan Assessment Inventory. (on-line).
Orang Melayu. Bumipustaka: Pekan- © David Matsumoto San Francisco

107
Jurnal Psikologi, Volume 12 Nomor 2, Desember 2016

State University Buletin Psikologi. Yogyakarta:


Matsumoto, D.; Yoo, H. S.; Hirayama, S. & Fakultas Psikologi UGM Safa-
Petrova, G. (2005). Development ria, Triantoro & Saputra, E. Nofrans.
and Validation of a Measure of Display (2009). Manajemen Emosi. Jakarta:
Rule Knowledge: The Display Rule Bumi Aksara
Assessment Inventory. Journal of Safdar, S., Matsumoto, D., Kwantes, C.T.,
Emotion by the American Friedlmeier, W., Yoo, S.H. & Kakai, H.
Psychological Association 2005, (2009). Variations of Emotional
Vol. 5, No. 1, 23– 40 Display Rules Within and Across
Matsumoto, D & Ekman, P. (2007). Facial Cultures: A Comparison Between
Expression Analysis. Journal of Paul Canada, USA, and Japan. Canadian
Ekman Group LLC Journal of Behavioural Science Vol.
Matsumoto, D; Yoo, H. Seung & Fontaine, 41, No. 1, 1–10
Johnny. (2008). Mapping Expressive Sarwono, W. Sarlito. (2006). Psikologi
Differences Around the World: The Prasangka Orang Indonesia. PT. Raja
Relationship Between Emotional Grafindo Persada: Jakarta
Display Rules and Individualism Thamrin, Husni & Iskandar Koko. (2009).
Versus Collectivism. Journal of Orang Melayu Agama, Kekerabatan,
Cross-Cultural Psychology 2008;39; Perilaku Ekonomi. SUSKA PRESS :
55. Pekanbaru
Monika, H. Elizabeth. (2012). Budaya Widodo, P. Budi. (2006). Konsep Diri
Patriarki Dan Perilaku Politik Mahasiswa Jawa Pesisir dan
Perempuan dalam Pemilukada di Pedalaman. Jurnal Psikologi
desa Marsangap Tahun 2010. Jurnal Universitas Diponegoro Vol. 3 No. 2,
Dinamika Politik| Vol.1| No.3| Desember 2006.
Desember 2012 ISSN: 2302-1470 Wijayanti, He & Nurwianti, F. (2010).
Mulyana, D & Rakhmat, J. (2001). Kekuatan Karakter dan Kebahagiaan
Komunikasi Antarbudaya. Bandung: pada Suku Jawa. Jurnal Psikologi
Remaja Rosdakarya Volume 3, No. 2, Juni 2010
Navis, A.A. (1986). Alam Terkembang Jadi Zubair, A.(2012). . . Komunikasi Non Verbal.
Guru Adat dan Kebudayaan Minang- Pusat Pengembangan Bahan Ajar-
kabau. Grafitipers: Jakarta UMB (on-line)Diunduh tanggal 12
Hadiyono, J.E. Prawitasari. (1999). Emosi Desember 2012 dari kk.mercubuana.
dan Ekspresinya Dalam Masyarakat. ac.id.

108

Você também pode gostar