Você está na página 1de 13

MACAM – MACAM AKHLAK TASAWUF

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas dari


Mata Kuliah : AKHLAK / TASAWUF
Dosen : DR . H SAFRIA ANDY, MA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 8
1. MAKMUR SETIAWAN
2. MUHAMMAD SAFRI ABBAS
3. MUHAMMAD HILMI
4. REFITA AYU
JURUSAN ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR
SEMESTER : I – E

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


MEDAN
T . A 2018 – 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... .. ....... i


KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak Tasawuf ........................................................................................ 2
B. Macam – Macam Akhlak Tasawuf ............................................................................. 3
1. Tasawuf Akhlaki ............................................................................................. 3
2. Tasawuf Irfani ................................................................................................. 8
3. Tasawuf Falsafi ............................................................................................... 9

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN ........................................................................................................... 12
B. SARAN ....................................................................................................................... 12
C. DAFTAR PUSAKA.................................................................................................... 13
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada ALLAH SWT yang mana kami masih diberikan
kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah kami ini .dan tak lupa pula
solawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang menegakkan kalimat
tauhid di Muka bumi ini.

Penulisan Makalah ini Merupakan Tugas dan Persyaratan untuk Memenuhi Mata kuliah
Akhlak Tasawuf yang diajarkan oleh bapak DR. H SAFRIA ANDY , MA pada jurusan Ilmu
Alqur’an dan Tafsir

Dalam Penyusunan Makalah tentunya masih belum sempurna , baik dari segi penulisan
maupun segi materi . Mengingat akan Kemampuan yang kami miliki , untuk itu Kritik dan Saran
sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

MEDAN, 27 OKTOBER 2018

PENYUSUN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tiada yang pantas kita haturkan selain puja dan puji kehadirat ALLAH SWT, yang
memberikan kita beribu-ribu nikmat yang salah satunya nikmat Iman dan Islam, dan semoga kita
selalu mendapat limpahan nikmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam marilah kita haturkan
kepad Nabi akhir zaman, penutup para nabi, Nabi Muhammad SAW, yang membawa umatnya
dari zaman jahiliyah menuju zaman yang diridhoi Allah SWT dan kita harapkan syafa’atnya di
hari kiamat nanti.
Ilmu tasawuf bisa di kelompokkan menjadi dua, yakni tasawuf ilmi atau nadhari, yaitu
tasawuf yang bersifat teoritis, yang tercakup dalam bagian ini ialah sejarah lahirnya tasawuf dan
perkembangannya sehingga menjelma manjadi ilmu yang berdiri sendiri, termasuk di dalamnya
ialah teori-teori tasawuf menurut bebagai tokoh tasawuf dan tokoh luar tasawuf yang berwujud
ungkapan sistematis dan filosofis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian akhlak Tasawuf ?
2. Macam-macam tasawuf ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud akhlak tasawuf itu.
2. Untuk mengetahui macam-macam tasawuf.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Tasawuf


Kata akhlak berasal dari bahasa arabkhuluq yang jamaknya akhlaq. Menurut bahasa
akhlak adalah perangai,tabiat,dan agama.1[1] Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia,kata akhlak
diartikan sebagai budi perkerti,watak,tabiat.2[2]
Secara sempit,pengertian akhlak dapat di artikan dengan:
a. Kumpulan kaidah untuk menempuh jalan yang baik.
b. Jalan yang sesuai untuk menuj akhlak
c. Pandangan akal tentang kebaikan dan keburukan
Dari pengertian di atas dapat memberi gambaran bahwa tingkah laku merupakan bentuk
kepribadian seseorang tanpa di buat-buat atau spontan. jika baik menurut pandangan akal dan
agama tindakan spontan itu di namakan akhlak yang baik (al-akhlakul mahmudah) sebaliknya
jika tindakan spontan itu buruk maka di sebut (al akhlakul madzmumah.
Pengertian tasawuf dapat di lihat dari beberapa macam pengertian: Pertama, tasawuf di
konotasikan dengan ahlu suffah,yang berarti sekelompok orang pada masa rasulullah yang
hidupnya di serambi masjid dan mengabdikan hidupnya hanya untuk allah SWT. Kedua,
tasawuf berasal dari kata shofa yang berarti orang-orang yang mensucikan dirinya di hadapan
ALLAH SWT. Ketiga, istilah tasawuf berasal dari kata shaf yang di nisbatkan kepada orang-
orang yang ketika sholat selalu berada di barisan terdepan.Keempat,tasawuf berasal dari kata
shuf, yang berarti bulu domba atau wol.
Secara istilah tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri dan
berjuang memerangi hawa nafsu,mencari jalan kesucian dengsn makfrifat menuju jalan
benar,saling mengingatkan antar manusia.

1[1] Rosihan Anwar,akhlak Tasawuf.CV.Pustaka Setia.2010…

2[2] Rosihan Anwar,Akhlak Tasawuf.CV.Pustaka.Setia.2010…


B. Macam-macam Tasawuf
1. TASAWUF AKHLAKI
Tasawuf akhlaki jika ditinjau dari sudut bahasa merupakan bentuk frase atau dalam
kaidah bahasa Arab dikenal dengan sebutan jumlah idjofah .faseatau jumlah idhafah merupakan
gabungan dari dua kata menjadi satu kesatuan makna yang utuh dan menentukan realitas yang
khusus. Dua kata itu adalah “tasawuf” dan “akhlak”. Jika kata tasawuf dengan kata akhlak
disatukan, dua kata ini akan menjadi sebuah frase, yaitu tasawuf akhlaki.Secara etimologis,
tasawuf akhlaki bermakna membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan yang menjadi
sasarannya.Tasawuf akhlaki ini bisa dipandang sebagai sebuah tatanan dasar untuk menjaga
akhlak manusia atau dalam bahasa sosialnya moralitas masyarakat.
Para sufi berpendapat bahwa untuk merehabilitasi sikap mental yang tidak baik, di
perlukan terapi yang tidak hanya dari aspek lahiriah. Untuk itu dalam tasawuf akhlaki,sistem
pembinaannya di susun sebagai berikut: Takhalli : mengosongkan diri dari perilaku buruk atau
akhlak tercela. Tahalli : upaya mengisi atau menghiasi diri dengan perilaku dan akhlak yang
terpuji. Tajalli :Usaha pemantapan dan pendalaman materi yang telah di lalui pada fase
sebelumnya untuk mencapai kesucian jiwa.
Oleh karena itu, tasawuf akhlaki merupakan kajian ilmu yang sangat memerlukan praktik
untuk menguasainya.Tidak hanya berupa teori sebagai sebuah pengetahuan, tetapi harus
terealisasi dalam rentang waktu kehidupan manusia.Agar mudah menempatkan posisi tasawuf
dalam kehidupan bermasyarakat atau bersosial, para pakar tasawuf membentuk spesifikasi kajian
tasawuf pada ilmu tasawuf akhlaki, yang didasarkan pada sabda Nabi Saw.
“Sesungguhnya aku telah diutus (dengan tujuan) untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlak.”3[3]
Tasawuf akhlaki merupakan gabungan dari ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf.Akhlak erat
kaitannya denga perilaku dan kegiatan manusia dalam interaksi sosial pada lingkungan tempat
tinggalnya.Jadi, tasawuf akhlaki dapat terealisasi secara utuh, jika pengetahuan tasawuf dan
ibadah kepada Allah Swt. dibuktikan dalam kehidupan sosial.Tokoh-Tokohnya ialah Hasan Al-
Bashri, Al-Muhasibi, Al-Qusyairi, Al-Ghazali.

3[3]H.R. Imam Ahmad dan Baihaqi


1) Hasan Al-Bashri
Hasan Al-Bashri, memiliki nama lengkap Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar adalah seorang
zahid yang termasyur dikalangan tabi’in. Lahir di Madinah pada tahun 21 H (632 M) dan wafat
pada tahun 10 H (728 M).Ia dikabarkan pernah bertemu dengan 70 orag sahabat yang turut
menyaksikan peperangan Badr dan 300 sahabat lainnya.4[4]
Hasan Al-Bashri terkenal dengan keilmuannya yang sangat dalam. Tak heran kalau ia
menjadi imam di Bashrah secara khusus dan daerah-daerah lainnya secara umum. Tidak heran
kalau ceramah-ceramahnya dihadiri oleh selurh segmen masyarakat.Disamping dikenal sebagai
zahid, ia juga dikenal sebagai seorang wara’ dan berani memperjuangakan kebenaran.Diantara
karya tulisannya berisi kecaman terhadap aliran kalam Qadariyyah dan tafsir-tafsir Al-Qur’an.
Hamka mengemukakan sebagian ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri seperti berikut:5[5]
a) Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tenteram lebih baik daripada rasa tentram yang
menimbulkan perasaan takut.
b) Dunia adalah negeri tempat beramal. Barang siapa bertemu dunia dengan perasaan benci dan
zuhud, ia akan berbahagia dan memperoleh faedah darinya. Akan tetapi, barang siapa bertemu
dunia dengan perasaan rindu dan hatinya tertambal dengan dunia, ia akan sengsara dan akan
berhadapan dengan penderitaan yang tidak dapat ditanggungnya.
c) Tafakur membawa kita pada kebaikkan dan berusaha mengerjakannya. Menyesal atas perbuatan
jahat menyebabkan kita untuk tidak mengulanginya lagi. Sesuatu yang fana’-betapa pun
banyaknya- tidak akan menyamai sesuatu yang baqa’-betapa pun sedikitnya. Waspadalah
tehadap negeri yang cepat datang dan pergi serta penuh tipuan.
d) Dunia ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan beberapa kali ditinggal mati
suaminya.

4[4]HAMKA, TASAWUF HAL, 76

5[5]Ibid hal, 78
e) Orang yang beriman akan senantiasa berdukacita pada pagi dan sore hari karena berada diantara
dua perasaan takut, yaitu takut mengenang dosa yang telah lampau dan takut memikirkan ajal
yang masih tinggal serta bahaya yang akan mengancam.
f) Hendaklah setiap orang sadar akan kematian yang senantiasa mengancamnya, di hari kiamat
yang akan menagih janjinya.
g) Banyak duka cita didunia memperteguh semangat amal shaleh.
Berkaitan dengan ajaran tasawuf diatas, Muhammad Mustafa menyatakan bahwa tasawuf Hasan
Al-Bashri didasari atas rasa takut siksa Tuhan didalam neraka. Akan tetapi, setelah dikaji lebih
mendalam ternyata bukan perasaan takut terhadap siksaan yang menjadi dasar tasawufnya
melainkan kebesaran jiwanya akan kekurangan dan kelalaian dirinya yang mendasari
tasawufnya. Sikap itu selalu seirama dengan sabda Nabi Saw.“Orang beriman yang selalu
mengingat dosa-dosa yang pernah dilakukannya laksana orang yang duduk dibawah sebuah
gunung besar yang senantiasa merasa takut gunung itu akan menimpa dirinya.”6[6]

2. TASAWUF IRFANI
Untuk menemukan pengenalan (ma’rifat) seorang sufi harus melalui beberapa fase yang
dikenal dengan maqom (tingkatan) dan hal (keadaan). Lingkup perjalanan menuju Allah ini
dalam kalangan sufi sering disebut sebagai karangan irfani. Ciri-ciri tasawuf sunni antara lain :
1. Melandaskan diri pada Al-quran dan As-Sunnah.
2. Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat sebagaimana terdapat pada ungkapan-
ungkapan Syahahat.
3. Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antara Tuhan dan manusia.
4. Kesinambungan antara hakikat dengan syari‟at.
5. Lebih terkonsentrasi pada pembinaan, pendidikan akhlak, dan pengobatan jiwa dengan cara
riyadhah (latihan-latihan) dan langkah takhalli, tahalli, dan tajalli.
Berikut tokoh-tokoh beserta ajaran dari tasawuf irfani.
a). Robi’ah Al-Adawiyah
Nama lengkap dari Robi’ah adalah Robi’ah Al-adawiyah bin Ismail Al-Adawiyah Al-
Bashariyah Al-Qarisyah. Ia lahir pada tahun 95H/713 M disuatu perkampungan dekat kota

6[6]Ibid Hal, 79
Basrah dan wafat dikota itu juga pada tahun 185H. Ia dilahirkan sebagai putri keempat dari
keluarga yang sangat miskin. Ia putri keempat, orangtuanya menamakannya rabi’ah. Kedua
orangtuanya meninggal ketika ia masih kecil. Konon pada saat terjadinya bencana perang di
Basrah, ia dilarikan penjahat dan dijual kepada keluarga atik dari suku quraisyah dan al
adawiyah , ia bekerja keras, tetapi akhirnya dibebaskan lantaran tuannya melihat cahaya yang
memancar diatas kepala rabi’ah dan menerangi seluruh ruangan rumah pada saat ia sedang
beribadah.
b). Ajaran Tasawuf Rabi’ah Al adawiyah
Rabi’ah Al adawiyah tercatat dalam perkembangan mistisme dalam islam sebagai peletak
dasar tasawuf berdasarkan cinta kepada Allah SWT. Rabi’ah pula yang pertama-tama
mengajukan pengertian rasa tulus ikhlas dengan cinta yang berdasarkan permintaan ganti dari
Allah SWT.Sikap dan pandangan Rabi’ah Al –adawiyah tentang cinta dipahami dari kata-
katanya, baik yang langsung maupun yang disandarkan kepadanya. Al-Qusyairi meriwayatkan
bahwa ketika bermunajat Rabi’ah menyatakan do’anya , “Tuhanku, akankah Kau bakar kalbu
yang mencintaimu oleh api neraka?” tiba- tiba terdengar suara, “kami tidak akan melakukan itu.
Janganlah engkau berburuk sangka kepda kami.7[13]
Hasan al-Basri: “Keprihatinannya melihat gaya hidup dan kehidupan masyarakat yang
telah terpengaruh oleh duniawi .Dasar pendiriannya yang paling utama adalah zuhud terhadap
kehidupan duniawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi. Prinsip
kedua Hasan al-Bashri adalah al-khouf dan raja‟.Dengan pengertian merasa takut kepada siksa
Allah karena berbuat dosa dan sering melalakukan perintahNya.

3. TASAWUF FALSAFI
Yaitu tasawuf yang ajaran-ajaranya memadukan antara visi intuitif dan visi resional.
Terminologi filosofis yang digunakan berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah
mempengaruhi para tokohnya, namun orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap tidak hilang.
Walaupun demikian tasawuf filosofis tidak bisa di pandang sebagai filsafat, karena ajaran dan
metodenya di dasarkan pada dasar dzat, dan tidak pula bisa di kategorikan pada tasawuf (yang
murni) karena sering di ungkapkan dengan bahasa filsafat.

7[13]Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf,Bandung:CV. Pustaka Setia 2010,253-255


Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan
visi rasional.Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya,yang
berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya.
Konsep-konsep mereka yang disebut dengan tasawuf falsafi yakni tasawuf yang kaya
dengan pemikiran-pemikiran filsafat.
Dalam upaya mengungkapkan pengalaman rohaninya, para shufi falsafi sering
menggunakan ungkapan-ungkapan yang samar, yang sering di kenal dengan syathahiyyat, yaitu
suatu ungkapan yang sulit difahami, yang seringkali mengakibatkan kesalahpahaman pihak luar,
dan menimbulkan tragedy. Tokoh-tokohnya ialah Abu Yazid al-busthami, al-Hallaj, Ibn Arabi,
dan sebagainya.
Abu Yazid al-Busthami mempunyai teori al-Ittihad, yaitu suatu tingkatan dalam
tasawuf di mana seorang shufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan, suatu tingkatan
dimana yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu, sehingga salah satu dari mereka
dapat memanggil yang satu lagi deengan kata-kata : “hai aku”. Dalam al-Ittihad identitas telah
menjadi satu.
Salah satu Syathiyat yang di ungkapan al-Busthami ialah :
1. “tiada tuhan selain aku, maka sembahlah aku”.
2. “maha suci aku, maha suci aku, alangkah agungnya keadaan-ku”.
3. “tidak ada sesuatu dalam bajuku ini kecuali Allah”.
Tokoh lainnya ialah al-Hallaj dengan ajaran al-Hululnya, yaitu suatu faham yang
mengatakan bahwa tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu mengambil tempat (hulul) di
dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan.
Menurut al-Hallaj dalam diri manusia terdapat dua unsur, yakni unsur Nasut
(kemanusiaan), dan unsur Lahut (ketuhanan), karena itu persatuan antara tuhan dan manusia bisa
terjadi dan dengan persatuan itu mengambil bentuk hulul.
Al-Hallaj juga mengungkapkan syathahiyat sebagaimana di ungkapkan al-Busthami,
seperti : “aku adalah yang haq”. Karena ungkapannya yang di anggap menyimpang dari tauhid
inilah, dan tuduhan bekomplot dengan syi’ah Qaramithah, maka dia di jebloskan ke dalam
keputusan pengadilan fuqaha’ yang sepihak dan berkolusi dengan pemerintahan al-Muqtadir
Billah.Dia di jatuhi hukuman mati.
Teori Hulul ini di kembangkan labih jauh oleh Ibn Arabi dengan teori Wahdatul
Wujud.Dalam teori ini, Ibn Arabi merubah Nasut dalam hulul menjadi al-Khaliq dan Lahut
menjadi al-Haq. Kedua unsur tersebut pasti ada pada setiap makhluk yang ada ini , sebagai aspek
batin, Ibn Arabi mengungkapkan : “ maha suci dzat yang menciptakan segala sesuatu, dan dia
adalah esensinya sendiri”.
Paham yang di bawa oleh para shufi falsafi membawa pro dan kontra, karena perbedaan
latar belakang sudut tinjauan dan pisau analisianya. Dalam dunia tasawuf di kenal istilah fana’
dan baqa’ sebagaimana telah di uraikan di depan. Ketika seseorang telah mencapai keadaan
demikian, seorang shufi telah mencapai puncak tujuan yang di inginkannya, yakni ma’rifat dan
hakikat, sehingga muncul kesadaran bahwa al-ma’rifah (pengetahuan), al-Arif (orang yang
mengetahui), dan al-Ma’ruf (yang di ketahui/tuhan) adalah satu.
Orang yang telah mencapai ma’rifat, hatinya bersih, dia akan merenungi sifat-sifat tuhan,
bukan pada essensi-Nya, karena dalam ma’rifat masih ada sia-sia kegandaan yang masih
tertinggal. Sifat utama Tuhan adalah ketuhanan dan kesatuan ilahi merupakan prinsip ma’rifat
yang pertama dan yang terakhir.Tuhan bagi shufi difahami sebagai Dzat yang esa yang
mendasari seluruh peristiwa.Prinsip ini membawa konsekuensi yang ekstrim. Apabila tiada
sesuatu yang mewujudkan selain Tuhan, maka seluruh alam pada dasarnya adalah satu dengan-
Nya, apakah ia di pandang emanasi yang berkembang dari pada-Nya, tanpa mengganggu ke
esaan-Nya, sebagaimana halnya bekas sinar matahari atau apakah ia berlaku seperti cermin
dengan mana sifat-sifat Allah dipancarkan. Konsep inilah yang mendasari para shufi falsafi
mempunyai pandangan tersebut di atas.Dengan analisis seperti ini, maka hasil yang diperoleh
oleh para shufi falsafi sebagaimana telah di ungkapkan adalah sesuatu yang wajar saja, dan suatu
konsekuensi logis.Namun apabila didekati dengan fiqih dan ilmu kalam, adalah jenis hal tersebut
di anggap suatu yang menyimpang, karena antara khalik dan makhluk, antara ‘abid dan ma’bud
tidak bisa di satukan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara istilah tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri dan
berjuang memerangi hawa nafsu,mencari jalan kesucian dengsn makfrifat menuju jalan
benar,saling mengingatkan antar manusia. Dan macam-macam tasawuf yaitutasawuf
akhlaki.Secara etimologis, tasawuf akhlaki bermakna membersihkan tingkah laku atau saling
membersihkan yang menjadi sasarannya.Tasawuf irfani : menghiasi diri dengan akhlak yang
baik. Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan
visi rasional.Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya,yang
berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya.

B. SARAN
Dengan kita mengetauhi pengertian dan macam-macam tasawuf kita sebaiknya kita lebih
mendekatkan diri kepada ALLAH SWT dan menjauhi segala sesuatu yang bersifat duniawi dan
lebih mengutamakan akhirat agar kita selamat dari siksa neraka.
DAFTAR PUSTAKA

Rosihan Anwar, akhlak Tasawuf.CV.Pustaka Setia.2010.


Ibrahim Hilal, Al-Tashawwuf Al-Islami bain Ad-Din wa Al-Falsafah, Kairo: Dar An-Nahdhah
Al0’Arabiyyah. 1979.
Hamka, Tasauf: Perkembangan dan Pemurniannya, Jakarta: Pustaka Panji Mas. 1986.
Abu Al-Wafa’ Al-Ghanimi At-Taftazani, Madkhal Ila At-Tashawwuf Al-Islam, Terj. Ahmad Rofi’
‘Utsmani, “Sufi dari Zaman ke Zaman,” Bandung: Pustaka, 1985.
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

Você também pode gostar