Você está na página 1de 21

Diagnosis Gangguan Tumbuh Kembang pada Anak

Albert Priyambadha

102013440 /D2

Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Email : apriyambadha@yahoo.com

Abstrak

Pertumbuhan dan perkembanan anak merupakan masa yang penting, karena masa ini
adalah masa dimana anak-anak mempunyai kesempatan untuk memiliki fisik, mental,
emosi, dan intelektual yang baik dan sempurna. Proses ini juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor, misalnnya keluarga, lingkungan serta gizi yang di dapat. Dalam memaksimalkan
tumbuh kembang anak diperlukan usaha untuk mengukur tumbuh kembang anak salah
satunya dengan antropometri dan denver dan melindungi anak dari penykit infeksi dengan
imunisasi. Agar dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang baik terdapat
berbagai kriteria yang harus terpenuhi.

Kata kunci : Pertumbuhan, Perkembangan, Denver

Abstract

Growth and development of children is an important time, because this is the time when
children have the opportunity to have a perfect physical, mental, emotional, and
intellectual. This process is also influenced by several factors, eg: family, environment
and nutrients in the can. In order to maximize the growth and development of children it is
necessary to measure the growth of the child one of them with anthropometry and denver
and protect the child from infectious diseases with immunization. In order to achieve good
growth and development there are various criteria that must be met.

Keywords: Growth, Development, Denver

1|Page
1. Pendahuluan

Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi pemantauan dari aspek fisik, psikologi, dan
sosial. Pemantauan tersebut harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Sedini
mungkin pemantauan dapat dilakukan oleh orang tua. Selain itu pemantauan juga dapat
dilakukan oleh masyarakat melalui kegiatan posyandu dan oleh guru di sekolah. Oleh
karena itu, pengetahuan tentang deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan anak perlu
dimiliki oleh orang tua, guru, dan masyarakat.1

Tujuan ilmu tumbuh kembang adalah mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan
segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental,
dan social. Kehamilan dan persalinan, serta melihat buah hati tumbuh adalah sebagian hal
yang diidamkan oleh para wanita untuk terjadi dalam hidupnya. Terlebih lagi apabila anak
yang ia kandung dapat terlahir secara normal dan sehat.1

Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang. Proses tumbuh kembang
merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik/keturunan
adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang berasal dari ayah dani ibu, sedangkan
faktor lingkungan meliputi lingkungan biopsikososial.1

2. Skenario

Seorang Ibu membawa anak perempuanya yang berusia 9 bulan ke poliklinik karena belum
dapat duduk sendiri. Selama ini bayi aktif, kuat menyusu dan tidak pernah sakit.
(SKENARIO 2)

3. Rumusan Masalah

Seorang Ibu membawa anak perempuanya yang berusia 9 bulan ke poliklinik karena belum
dapat duduk sendiri

4. Anamnesis

Merupakan factor yang penting untuk mengetahui perkembangan anak. Anamnesis harus
menyangkut factor resiko untuk terjadinya gangguan perkembangan fisik dan mental
anak,termasuk factor risiko untuk buta, tuli, palsi serebralis, dan lain-lain. Anamnesis juga
menyangkut penyakit keturunan dan apakah ada perkawinan antarkeluarga.2

2|Page
Tujuan anamnesa adalah mengumpulkan keterangan yang berkaitan dengan penyakitnya
dan data yang dapat menjadi penentu diagnosis. Mencatat riwayat penyakit, sejak gejala
pertama dan kemudian perkembangan gejala serta keluhan sangatlah penting. Perjalanan
penyakit hampir selalu khas untuk penyakit yang bersangkutan.

Selain itu tujuan melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik adalah mengembangkan
pemahaman mengenai masalah medis pasien dan membuat diagnosis banding. Proses ini
juga memungkinkan dokter untuk mengenal pasiennya dan juga sebaliknya, serta
memahami masalah medis dalam konteks kepribadian dan latar belakang sosial pasien.2

Dilakukan dengan autoanamesis kepada ibu pasien, yang perlu ditanyakan adalah:

• Identitas data umum:

Menanyakan kepada pasien/ orang tua dari anak : Nama lengkap pasien, umur pasien,
tanggal lahir, jenis kelamin, agama, alamat, umur (orang tua), pendidikan dan pekerjaan
(orang tua) , suku bangsa.1

- Status ekonomi/pekerjaan orang tua : nutrisi yang kurang merupakan salah satu
penyebab dari gangguan motorik kasar.

- Pendidikan : semakin tinggi pendidikan, menyebabkan orang tua sibuk dan


menyerahkan pengasuhan anaknya pada pengasuh

- Kultur/ suku : suatu kebiasaan yang biasanya ada larangan untuk mengkonsumsi
makanan pada masa tumbuh kembang

- Alamat

• Keluhan Utama

- Seorang ibu mengeluh bahwa anaknya belum bisa untuk duduk sendiri walaupun
telah berumur 9 tahun. Sejak kapan hal itu terjadi? Apakah ada keluhan lain?

• Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

- Tanyakan pasien merupakan anak ke berapa? Jika ada saudaranya apakah juga
mengalami hal serupa? Apakah selama kehamilan selalu memeriksakan kandungannya?
Pernah mengalami abortus sebelumnya?

3|Page
- Prenatal: selama kehamilan kurang asupan nutrisi, terserang penyakit infeksi selama
hamil (TORCH)

- Intranatal: Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita caput
sesadonium, bayi menderita cepalhematom

- Post natal: kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi, asfiksia ikterus

- Kelahiran premature

Harus dibedakan antara bayi premature (SMK = Sesuai Masa Kehamilan) dan bayi
dismature (KMK = Kecil Masa Kehamilan) dimana telah terjadi retardasi pertumbuhan
intrauterine. Pada bayi premature, karena dia lahir lebih cepat dari kelahiran normal, maka
harus diperhitungkan periode pertumbuhan intrauterine yang tidak sempat dilalui tersebut.2

• Riwayat Penyakit Dahulu

- Sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit tertentu? (misalnya poliomyelitis)

- Pernah dirawat dirumah sakit

- Obat-obat yang digunakan

- Tindakan (operasi)

- Alergi makanan atau obat tertentu

- Kecelakaan

- Imunisasi (apakah pasien sudah melakukan imunisasi secara lengkap?)

• Riwayat Penyakit Keluarga

- Apakah di keluarga ada yang mengalami hal serupa?

• Riwayat Kesehatan Lingkungan

- Lingkungan tempat tinggal, pola sosialisasi anak

4|Page
- Kondisi rumah

4.1 Hasil Anamnesis

Dalam kasus ini digunakan teknik alloanamnesis yaitu mendapatkan informasi tentang
pasien dari orang lain karena pasien tidak dapat menjelaskan keluhannya . Pasien adalah
seorang bayi usia 9 bulan datang dibawa oleh ibunya ke poliklinik karena belum dapat
duduk sendiri. Dari faktor ibu , riwayat kehamilan tidak ada komplikasi, lahir dengan cara
normal dan spontan, tanpa komplikasi dan bayi dengan kuat menangis. Faktor anak yaitu:
pernah diimunisasi BCG, Polio 4 kali, Hepatitis 3 kali, DPT 3 kali. Untuk nutrisi anak
diberikan ASI dan MPASI.

5. Pemeriksaan Fisik

5.1 Development Denver Screening Test

Uji skrining yang paling sering digunakan adalah development denver screening test
(DDST). DDST memberikan penilaian empat domain perkembangan pribadi-sosial,
penyesuaian motorik halus, bahasa dan motorik kasar sejak lahir sampai umur 6 tahun. Uji
ini dilakukan dalam waktu 20-30 menit tanpa pelatihan yang luas dan peralatan yang
mahal.3,4

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan, DDST secara efektif dapat
menidentifikasikan antara 85-100 % bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami
keterlambatan perkembangan dan pada “follow up” selanjutnya ternyata 89% dari
kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.

DDST telah dikritik karena kurang mengidentifikasi anak dengan ketidakmampuan


perkembangan anak khususnya masalah bahasa. Uji ini bukan untuk meramalkan akan
tetapi untuk mendeteksi kemampuan anak di bawah normal dengan umur sebayanya. Selain
itu DDST bukan pula tes diagnostik atau tes IQ.2 Uji ini kemudian diterbitkan kembali
sebagai DDST-II dengan seksi bahasa yang sangat dipetluas. DDST-II dilaporkan
mempunyai sensitivitas yang lebih besar terutama untuk keterlambatan bahasa.

5|Page
Frankenburg melalui DDST mengemukakan empat parameter perkembangan yang dipakai
dalam menilai perkembangan anak balita yaitu:3,4

 Personal social
Aspek ini berhubungan dengan kemandirian, bersosialisasi, dan berinterraksi dengan
lingkungannya.
 Fine motor adaptive
Aspek ini berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil
saja tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar,
memegang suatu benda, dan lain-lain.
 Language
Kemampuan untuk memberikan respon pada suara, mengikuti perintah, dan berbicara
spontan
 Gross motor
Aspek ini berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Sektor-sektor ini dapat
dijabarkan pada tabel 1.

Tabel 1. DDST II3,4


Personal sosial Fine motor adaptive Language Grass motor

0 bulan Menatap muka - Suara vokal Mengangkat kepala


Bereaksi pada suara Gerakan merata

1 bulan Membalas senyum Mengikuti sampai garis tengah Suara vokal (>90%) Mengangkat kepala
(80%) (85%) (>90%)
Memandang muka Bereaksi pada bel
(90%) (>90%)
2 bulan Tersenyum spontan Mengikuti dan melewati garis Bersuara "Ooo atau Kepala terangkat 450
(85%) tengah (75%) Aaa" (80%) (80%)
Membalas senyum
(80%)
Memandang muka
(90%)
3 bulan Memandang tangan Kedua tangan bersentuhan atau Memekik (80%) Duduk: kepala mantap
sendiri (75%) bersatu (80%) (75%)
Tersenyum spontan Mengikuti melewati garis tengah Tertawa (90%) Kepala terangkat 90o
(>90%) (>90%) (80%)
Bersuara "Ooo atau
Aaa" (>90%)

6|Page
4 bulan Memangang tangan Mengikuti 1800 (80%) Memekik (85%) Dada terangkat lengan
sendiri (90%) menumpu (75%)
Kedua tangan bersentuhan atau Tertawa (90%) Menumpu berat badan
bersatu (90%) kaki (80%)
Menggenggam sedikit-sedikit
(>90%)
5 bulan Mencoba mengambil Meraih benda (<75%) Menoleh ke bunyi
mainan (<75%) menderik (80%)
Memandang tangan Memandang manik-manik (85%) Berbalik (85%)
sendiri (>90%)
Mengikuti 180o (>90%)

6 bulan Makan sendiri (75%) Mencari benang wol (<75%) Menirukan bunyi/bicara Duduk tanpa ditumpu
(75%) (<75%)
Mencoba mengambil Meraih benda (>95%) Suku kata tunggal Ditarik untuk duduk :
mainan (>90%) (>75%) Kepala tidak tertinggal
(>85%)
Menoleh ke bunyi suara Berbalik (>90%)
(80%)
7 bulan Tangan melambai Mengambil 2 kubus (<75%) “Da da mama” non Duduk tanpa ditumpu
“dag dag” (<75%) spesifik (<75%) (>90%)

Makan sendiri (>90%) Memindahkan kubus (75%) Menirukan bunyi/bicara


(80%)
Mengambil manik-manik dengan Suku kata tunggal (80%)
gerakan menggaruk (80%)

Mencari benang wol (85%) Menoleh ke bunyi suara


(>90%)

8 bulan Tangan melambai Mengambil 2 kubus (80%) Mengoce (<75%) Berdiri, berpegangan
“dag dag” (<75%) (80%)
Tepuk tangan / “pok Memindahkan kubus (>90%) Da da mama” non
ame ame“ / “ciluk ba” spesifik (80%)
(<75%)
Menirukan bunyi/bicara
(85%
Suku kata tunggal
(>90%)
9 bulan Tangan melambai Membenturkan 2 kubus (<75%) Mengoce (80%) Duduk sendiri (<75%)
“dag dag” (<75%)
Tepuk tangan / “pok Menggenggam pinset (<75%) “Da da mama” non Bangkit untuk berdiri
ame ame“ / “ciluk ba” spesifik (85%) (<75%)
(<75%)
Mengambil 2 kubus (85%) Menirukan bunyi/bicara Bangkit untuk berdiri
(90%) (<75%)
10 bulan Bermain bola dengan Membenturkan 2 kubus (<75%) “Da da mama” spesifik Berdiri 2 detik (<75%)
pemeriksa (<75%) (<75%)

7|Page
“Dag dag” dengan Menggenggam pinset (85%) Mengoce (80%) Duduk sendiri (85%)
tangan (80%)

Menyatakan keinginan Mengambil 2 kubus (>90%) Mengkombinasi suku Bangkit untuk berdiri
(<75%) kata-suku kata (85%) (90%)

Tepuk tangan / “pok Menirukan bunyi/bicara Berdiri, berpegangan


ame ame“ / “ciluk ba” (>90%) (>90%)
(<75%)
“Da da mama” non
spesifik (>90%)
11 bulan Bermain bola dengan Membenturkan 2 kubus (85%) “Da da mama” spesifik Berdiri 2 detik (75%)
pemeriksa (<75%) (<75%)

“Dag dag” dengan Menggenggam pinset (>90%) Mengoce (85%) Duduk sendiri (>90%)
tangan (80%)

Menyatakan keinginan Mengkombinasi suku Bangkit untuk berdiri


(75%) kata-suku kata (>90%) (>90%)
Tepuk tangan / “pok
ame ame“ / “ciluk ba”
(85%)
2 tahun Mengenakan baju Menara 6 kubus (75%) Menunjuk 4 gambar Melempar bola tangan
(<75%) (<75%) ke atas (<75%)

Menyuapi boneka Menara 4 kubus (>90%) Berbicara sebagian Menendang bola ke


(90%) dimengerti (<75%) depan (>90%)

Membuka pakaian Bagian badan 6 (80%)


(90%)
Menyebut 1 gambar
(75%)
Mengkombinasi kata
(85%)
Menunjuk 2 gambar
(>90%)

3 tahun Mengenakan T shirt Menara 8 kubus (80%) Mengetahui dua nama Berdiri pada satu kaki 1
(75%) sifat (75%) detik (80%)
Menyebut nama teman Meniru garis vertikal (85%) Mengetahui dua Lompatan lebar (75%)
(85%) kegiatan (85%)
Mencuci dan Menara 4 kubus (>90%) Menyebut 4 gambar Melempar bola tangan
mengeringkan tangan (>90%) ke atas (>90%)
(85%)
4 tahun Berpakaian tanpa Mencontohkan + (<75%) Mengetahui tiga kata Berdiri pada satu kaki 3
bantuan (80%) sifat (80%) detik (80%)
Mengenakan T shirt Memilih garis yang lebih Mengetahui empat Melompat dengan satu
(>90%) panjang (75%) kata depan (80%) kaki (85%)
Mencontohkan O (85%) Berbicara seluruhnya Berdiri di atas satu kaki
dimengerti (85%) 2 detik (90%)

8|Page
Mengetahui empat
kegiatan (85%)
Kegunaan 3 benda
(85%)
Menghitung 1 kubus
(>90%)
5 tahun Mengambil makanan Menggambar orang 6 bagian Lawan kata 2 (25%) Berjalan tumit ke jari
(85%) (>25%) kaki (<25%)
Menggosok gigi tanpa Mencontohkan □ (<25%) Menghitung 5 kubus Berdiri pada satu kaki 5
bantuan (90%) (25%) detik (80%)
Bermain ular tangga Memilih garis yang lebih Mengetahui 3 kata Berdiri pada satu kaki 4
(>90%) panjang (85%) sifat (85%) detik (90%)
Mencontohkan + (>90%) Mengartikan 5 kata
(85%)
Menyebutkan 4 warna
(>90%)

Gambar 13,4. Grafik development denver screening test yang terdiri atas 4 komponen yaitu
personal social, fine motor-adaptive, language, dan gross motor

Alat yang digunakan dalam test ini adalah:


 Alat peraga
Benang wol merah, kismis atau manik-manik, kubus warna merah, kuning, hijau, biru,
permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas, dan pensil.
 Lembar formulir DDST
 Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara
penilaiannya

Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap yaitu:3,4


Tahap pertama
Secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia antara 3 bulan sampai 5 tahun
yaitu:
 3-6 bulan
 9-12 bulan
 18-24 bulan
 3 tahun
 4 tahun

9|Page
 5 tahun

 Tahap kedua
Tahap ini dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada
tahap pertama. Setelah itu dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
Interpretasi test denver adalah:2
 Normal
Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan
 Suspect
Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaan
 Untestable
Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada lebih dari
satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90%
Beberapa macam keterlambatan pada perkembangan anak yaitu:
 Delay (“keterlambatan”)
Keterlambatan bermakna di bawah rata-rata dalam suatu sektor perkembangan (DQ<75
U). Keterlambatan ini dapat terjadi dalam satu atau lebih sektor perkembangan.

Delay dibagi menjadi 2 macam yaitu:


 Moderate delay
Delay yang usia perkembangan ≤ 2/3 dari usia kronologisnya (DQ ≤ 66,6 U).
 Severe delay
Delay yang usia perkembangan ≤ ½ dari usia kronologisnya (DO ≤ 50 U).
 Global Delayed Development (GDD)
Adanya “keterlambatan” yang bermakna dalam dua atau lebih sektor-sektor perkembangan.

 Dissociation (disosiasi)
Perbedaan bermakna dari derajat maturasi perkembangan di antara 2 atau lebih sektor
perkembangan
 Deviancy (deviansi)
Delay yang terjadi dalam satu sektor perkembangan dimana gugus tugas dalam sektor
tersebut diselesaikan tidak sesuai dengan urutan yang seharusnya.

10 | P a g e
5.2 Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan
metros artinya ukuran. Antropometri berarti ukuran dari tubuh. Metode antropometri adalah
menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai alat menentukan status gizi manusia. Konsep
dasar yang harus dipahami dalam menggunakan antropometri secara antropometri adalah
konsep pertumbuhan. Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi.5

Jenis Parameter Antropometri Pada Anak


1. Umur
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Batasan umur digunakan adalah
tahun umur penuh dan untuk anak 0-2 tahun digunakan bulan penuh.

2. Berat Badan
Merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi
baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR.
Penurunan berat badan merupakan yang sangat penting karena mencerminkan masukan
kalori yang tidak adekuat.

3. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan. Tinggi badan relative kurang
sensitive pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh defisiensi zat gizi
terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relative lama. Pada keadaan normal,
tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.6

Tabel. Pertambahan berat badan dan tinggi badan sesuai umur anak
No Usia Berat Badan Tinggi Badan
1. Baru lahir – 6 bulan Bertambah 140-220 gr (2XBBL) Bertambah 2,5cm/bulan
2. 6 – 12 bulan 85-140gr (3XBBL) 1,25cm/bulan
3. Balita 2-3 kg/tahun Pada tahun kedua kira-kira 12cm

11 | P a g e
Pada tahun ketiga kira-kira 6-8 cm
4. Pra sekolah 2-3 kg/tahun 6-8 cm/tahun
5. Usia sekolah 2-3 kg/tahun 5-25 cm/tahun

4. Lingkar Lengan Atas (LILA)


Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah, dan cepat.
Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. LILA memberikan
gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. LILA
mencerminkan cadangan energy, sehingga dapat mencerminkan6 :
a. Status KEP pada balita
b. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: resiko bayi BBLR

5. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak praktis, yang biasanya
untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala.
Lingkar kepala bayi yang baru lahir di Indonesia rata-rata 3 cm dan di Negara maju 3,5 cm.
kemudian pada usia 6 bulan menjadi 40 cm (bertambah 1,5 cm setiap bulan). Pada umur 1
tahun lingkar kepala mencapai 45-47 cm (bertambah 0,5 cm tiap bulan). Pada usia 3 tahun
menjadi 50 cm dan pada umur 10 tahun 53 cm. 6

6. Lingkar Dada
Dilakukan pada bayi/anak dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur pada areola
mammae. Biasanya dilakukan pada anak berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala
dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini lingkar kepala lebih lambat dari
pada lingkar dada. Pada anak yang mengalami KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada yang
lambat : rasio dada dan kepala < 1.16

6. Epidemiologi

Prevalensi gangguan tumbuh kembang di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Kesehatan Balita di Jawa Tengah (2007), didapatkan bahwa gangguan motorik halus atau
kasar menempati prevalensi tertinggi kedua setelah masalah gizi pada balita (>35%),

12 | P a g e
prevalensi campak pada anak balita (3,4%), prevalensi diare yang terdeteksi pada balita
(16,7%).

Data tersebut menggambarkan bahwa balita beresiko tinggi terjadi masalah kesehatan.
Balita yang mengalami gangguan motorik kasar sebanyak (31,2%), motorik halus (14,3%),
sedangkan yang mengalami gangguan perkembangan stimulasi bahasa (19,1%), dan yang
mengalami gangguan perkembangan personal sosial (11,5%).7

7. Faktor yang memperngaruhi tumbuh dan kembang anak


Secara umum terdapat faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak,
yaitu:

7.1. Faktor genetik

Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai
sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini dikenal
sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan penting dalam transmisi
sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dari
dwarfism adalah akibat transmisi gen yang abnormal.8

Melalui instruksi genetic yang terkandung dalam sel telur yang dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan kecepatan dan intensitas kecepatan
pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan
berhentinya pertumbuhan tulang.

Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik yang bermutu
hendaknya dapat b erinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil
akhir yang optimal.8
Di samping itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom,
seperti down sindrom, sindrom turner, dan lain-lain.

13 | P a g e
7.2. Faktor lingkungan

Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan
yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan bio-fisiko-
psiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap hari mulai dari konsepsi sampai akhir
hayatnya.8

Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam lingkungan
(faktor prenatal)
2) Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor
postnatal)
Faktor lingkungan prenatal
1) Gizi (defisiensi vitamin, iodium dan lain-lain). Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya
kehamilan maupun pada waktu hamil lebih sering menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati
dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Di samping itu dapat pula menyebabkan hambatan
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terkena infeksi,
abortus dan sebagainya.9

2) Mekanis (pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma, oligohidrmnion).
Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan oligohidramnion dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok.
Kelainan ini tidak terlalu berat karena mungkin terjadi pada masa kehidupan intrauterin
akhir. Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor mekanis dapat mengganggu
gizi embrio dan berakibat gangguan pertumbuhan.9

3) Toksin kimia (propiltiourasil, aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-lain).


Masa organogenesis adalah masa yang sangat pecan terhadap zat-zat teratogen. Misalnya
obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin, metahdion, obat-obat anti kanker dan lain
sebagainya dapat menyebabkan kelainan bawaan. Demikian pula dengan ibu hamil yang
perokok berat/peminum alcohol kronis sering melahirkan bayi berat badan lahir rendah,
lahir mati, cacat atau retardasi mental. Keracunan logam berat pada ibu hamil, misalnya

14 | P a g e
karena makan ikan yang kontaminasi merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi
serebralis.9

4) Endokrin

Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin,


hormon plasenta, hormon tiroid, insulin dan peptide-peptida lain dengan aktivitas mirip
insulin.
Hormon plasenta, disekresi oleh plasenta di pihak ibu dan tidak dapat masuk ke janin.
Kegunaannya dalam nutrisi plasenta.
Bila terjadi defisiensi hormon tiroid, dapat terjadi gangguan pada pertumbuhan susunan
saraf pusat yang dapat mengakibatkan retardasi mental. Selain itu, cacat bawaan terjadi ibu
yang menderita DM dan tidak mendapat pengobatan pada trimester I kehamilan.9

5) Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain). Pemakaian radium dan sinar Rontgen
yang tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan
yang pernah dilaporkan ialah mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas
anggota gerak. Kelainan yang ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus
ialah mikrosefali, retardasi mental, kelainan kongenital mata dan jantung. 9

6) Infeksi (trimester I: rubela dan mungkin penyakit lain, trimester II dan berikutnya:
toksoplasmosis, histoplasmosis, sifilis dan lain-lain). Rubela (German measles) dan
mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya yang diderita oleh ibu pada waktu hamil
muda dapat mengakibatkan kelainan pada fetus seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali,
retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Lues kongenital merupakan contoh
infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin sehingga terjadi gangguan pertumbuhan fisis
dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat mengakibatkan makrosefali kongenital atau
mikrosefali dan renitinitis. 9

7) Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus). Keadaan ini timbul atas dasar adanya
perbedaan golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap
sel darah merah bayi yang kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah bayi
yang akan mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel darah merah bayi akan

15 | P a g e
timbul anemia dan hiperbilirubinemia. Jaringan otak sangat peka terhadap
hiperbilirubinemia ini dan dapat terjadi kerusakan. 9

8) Anoksia embrio (gangguan fungsi plasenta) Keadaan anoksia pada embrio dapat
mengakibatkan pertumbuhannya terganggu.

Faktor lingkungan post natal


Bayi yang baru lahir harus melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang
sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya ke suatu sistem yang bergantung pada
kemampuan genetic dan mekanisme homeostatic bayi itu sendiri.
Perbedaan lingkungan sebelum dan sesudah anak lahir yaitu:

Sebelum lahir Sesudah lahir


1.lingkungan fisik Cairan Udara
2.suhu luar Pada umumnya tetap Berubah-ubah
3.stimulasi sensoris Terutama kinetik/vibrasi Bermacam-macam stimuli
4. gizi Tergantung pada zat-zat gizi pada darah ibu Tergantung pada tersedianya
bahan makanan dan kemampuan saluran cerna
5.penyediaan oksigen Berasal dari ibu ke janin melalui plasenta Berasal dari paru-
paru ke pembuluh darah paru-paru
6.pengeluaran hasil metabolisme Dikeluarkan ke sistem peredaran darah ibu
Dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan saluran pencernaan.

Masa perinatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah
dilahirkan, merupakan masa rawan dalam proses tumbuh kembang anak khususnya tumbuh
kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan akan berpengaruh besar dan dapat
meninggalkan cacat yang permanen.

Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat
digolongkan menjadi10:
1) Lingkungan biologis
- Ras/suku bangsa, bangsa kulit putih ras eropa mempunyai pertumbuhan somatic lebih
tinggi daripada bangsa Asia

16 | P a g e
- Jenis kelamin, anak laki-laki lebih sering sakit daripada anak perempuan, tetapi belum
diketahui secara pasti mengapa demikian.
- Umur, umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karen pada masa itu anak
mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Di samping itu, masa balita merupakan dasar
pembentukan kepribadian anak. Sehingga diperlukan perhatian khusus.
- Gizi
- Perawatan kesehatan
- Kepekaaan terhadap penyakit, dengan memberikan imunisasi maka diharapkan anak
terhindar dari penyakit yang sering menyebabkan cacat atau kematian.
- Penyakit kronis, anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuh
kembangnya, di samping itu anak juga mengalami stress yang berkepanjangan akibat dari
penyakitnya.
- Fungsi metabolisme
- Hormon, hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak antara lain:
growth hormone, tiroid, hormon seks, insulin dan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
adrenal10

2) Faktor fisik
- Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah
Musim kemarau yang panjang/adanya bencana alam lainnya, dapat berdampak pada
tumbuh kembang anak antara lain sebagai akibat gagalnya panen, sehingga banyak anak
yang kurang gizi. Gondok endemic banyak ditemukan pada daerah pegunungan, dimana air
tanahnya kurang mengandung yodium.10
- Sanitasi
Akibat kebersihan yang kurang, maka anak akan sering sakit. Demikian pula dengan polusi
udara dapat berpengaruh pada tingginya angka kejadian ISPA
- Keadaan rumah
- Radiasi
Adanya radiasi yang tinggi dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

3) Faktor psikososial
Banyak faktor-fakor psikososial yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, antara lain: Stimulasi, Motivasi belajar, Ganjaran ataupun hukuman

17 | P a g e
yang wajar, Kelompok sebaya, Stress, Sekolah, Cinta dan kasih sayang, Kualitas interaksi
anak-orang tua10

4) Faktor keluarga dan adat istiadat


Faktor keluarga dan adat istiadat juga tidak terlepas peranannya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, faktor tersebut antara lain: Pekerjaan/pendapatan keluarga, Pendidikan
ayah/ibu, Jumlah saudara, Jenis kelamin dalam keluarga, Stabilitas rumah tangga,
Kepribadian ayah/ibu, Adat-istiadat, norma-norma, tabu-tabu, Agama, Urbanisasi,
Kehidupan politik.10

8. Penatalaksanaan

8.1 Non Medika mentosa

Kebutuhan dasar anak digolongkan menjadi 3, yaitu:

1. Kebutuhan fisik biomedis (ASUH)

Meliputi:

• Pangan/gizimerupakan kebutuhan terpenting

• Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI, penimbangan


bayi/anak yang teratur, pengobatan kalu sakut.

• Papan/pemukiman yang layak

• Higine perorang, sanitasilingkungan

• Sandang

• Kesegaran jasmani dan rekreasi

2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)

Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu
dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras
secara fisik, mental maupun psikososial. Berperannya ibu sedini mungkin, akan menjalin

18 | P a g e
rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan dengan kontak fisik (kulit atau mata) dan psikis
sedini mungkin, misalnya dengan meyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir.11

Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehdupan mempunyai dampak
negative pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun social emosi yang disebut
dengan “sindrom diprivasi maternal”.11

3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)

Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar pada anak. Stimulasi mental
(ASAH) ini mengembangkan perkembangan mental psikososial: kecerdasan keterampilan,
kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, dan produktivitas.11

8.2 Medika Mentosa

Imunisasi BCG

Imunisasi BCG (basillus calmate guerin) merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer
atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat
contonya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau TBC
tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan. Vaksin BCG diberikan inta dermal.

Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah yang
disuntikan, limfadenitis regionalis, atau reaksi panas.1

Imunisasi hepatitis B

Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya


penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi
pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat diberikan pada usia 6
tahun. Imunisasi hepatitis ini diberikan melalui intramukular.1

Imunisasi polio

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio diberikan melalui oral (OPV).1

19 | P a g e
Imunisasi DPT

Imunisasi DPT (diphtheria, pertussis, tetanus) merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegak terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan
vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun
masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Pemberian pertama zat anti
terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan)terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-
organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang
cukup. Imunisasi DPT diberikan intramuscular.

Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi
pembengkakan, nyeri pada tempat suntikan dan demam. Efek berat misalnya terjadi
menangis hebat, kesakitan kurang lebih 4 jam, kesdaran menurun, terjadi kejang,
ensefalopati, dan syok. Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis dan tetanus perlu
dilakukan sejak dini melalui imunisasi.1

Imunisasi HiB

Imunisasi HiB (haemophilus influenzae tipe b) merupakan imunisasi yang diberikan untuk
mencegah terjadinya influenza tipe b. vaksin ini adalah bentuk polisakarida murni (PRP:
purified capsular polysacharida) kuman H. influenza tipe b. antigen dalam vaksin tersebut
dapat dikonjugasi dengan protein-protein lain, sperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid
difteri (PRP-D atau PRPCR50), atau dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC). Pada
pemberian imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan 3 suntikan dengan interval 2 bulan,
sedangkan vaksin PRP-OMPC dilakukan 2 suntikan dengan interval 2 bulan, kemudian
booster-nya dapat diberikan pada usia 18 bulan.1

9. Kesimpulan

Pertumbuhan dan perkembanan anak merupakan masa yang paling penting, karena masa ini
adalah masa dimana anak-anak mempunyai kesempatan untuk memiliki fisik, mental,
emosi, dan intelektual yang baik dan sempurna. Proses ini juga dipengaruhi oleh beberapa
factor, misalnnya keluarga, lingkungan serta gizi yang di dapat. Dalam memaksimalkan
tumbuh kembang anak diperlukan usaha untuk mengukur tumbuh kembang anak dan
melindungi anak dari penykit infeksi dengan imunisasi.

20 | P a g e
10. Daftar Pustaka

1.Widyastuti D, widyani R. Panduan perkembangan bayi. Jakarta: Puspa Swara; 2008.h. 5-8.

2. Needlman RD. Growth and development. Dalam:Behrman dkk, penyunting. Nelson Textbook of
Pediatrics; edisi-16. Tokyo: Saunders, 2006. h. 23-65.

3. Narendra MB,Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IG, Wiradisuria S. Buku Ajar
Tumbuh Kembang Jilid I. Unit Koordinasi Kerja Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial Ikatan Dokter
Indonesia, 2004.h.175-9

4. Narendra MB,Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IG, Wiradisuria S. Buku Ajar
Tumbuh Kembang Jilid II. Unit Koordinasi Kerja Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial Ikatan Dokter
Indonesia, 2005. H.34-8

5. Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Depkes RI. Jakarta. 2005. 1-14.

6. IDAI. Buku Pelatihan Denver II. Unit Kelompok Kerja Tumbuh Kembang /Pediatri Sosial.
Jakarta. 1-11.

7. Arvin BK. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC; 2004h.h. 1259-60.

8. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 2004.h. 14-7.

9. Glascoe FP. Developmental screening. Dalam: Wolraich ML, penyunting. Disorders of


development learning;edisi-2. St. Louis: Mosby, 1996. h. 89-128.

10. Schwartz MW. Pediatric. Jakarta: EGC; 2005.h. 56-7.

11. Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatric. Jakarta: EGC; 2008.h. 105.

21 | P a g e

Você também pode gostar