Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir. (Hidayat, Aziz
Alimul.2005)
Di Amerika Serikat pada tahun 1979 sampai 1990 terdapat 155 kematian ibu
akibat penyulit pada anestesi atau 3,8% dari 4097 kematian terkait kehamilan
(Curningham, 2006).
Di negara berkembang, sectio caesarea merupakan pilihan terakhir untuk
menyelamatkan ibu dan janin pada saat kehamilan dan atau persalinan kritis.
Angka kematian ibu karena sectio caesarea yang terjadi sebesar 15,6% dari 1.000
ibu dan kejadian asfiksia sedang dan berat pada sectio caesarea sebesar 8,7% dari
1.000 kelahiran hidup sedangkan kematian neonatal dini sebesar 26,8% per 1.000
kelahiran hidup.(Sibuea, 2007).
Angka kematian bayi secara keseluruhan di Indonesia mencapai 334 per
100.000 kelahiran hidup dan penyebab kematian terbesar adalah asfiksia (Mieke,
2006). Angka kematian bayi di Indonesia menurut survei demografi dan kesehatan
Indonesia mengalami penurunan dari 46 per 1000 kelahiran hidup (SKDI 1997)
menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (SKDI 2003). Sedangkan angka kematian
ibu mengalami penurunan dari 421 per 100.000 kelahiran hidup (SKDI 1992)
menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (SKDI 2003).Kematian pada masa
perinatal yang disebabkan karena asfiksia sebesar 28%.
Insiden asfiksia neonatorum di negara berkembang lebih tinggi daripada di
negara maju.Di negara berkembang, lebih kurang 4 juta bayi baru lahir menderita
asfiksia sedang atau berat, dari jumlah tersebut 20% diantaranya meninggal.Di
Indonesia angka kejadian asfiksia kurang lebih 40 per 1000 kelahiran hidup,
secara keseluruhan 110.000 neonatus meninggal setiap tahun karena asfiksia
(Dewi dkk, 2005).
Dalm kasus asfiksia ini, peran perawat adalah bagaimana untuk memacu
napas klien untuk kembali normal.Memberikan terapi oksigen yang baik,
4
memberikan semangat kepada keluarga klien untuk berfikir positif dan
mengurangi rasa cemas.
Pengawasan ini bertujuan menemukan sedini mungkin adanya kelainan
yang dapat mempengaruhi proses persalinan sehingga penanganannya dapat
dilakukan dengan baik. Pemilihan cara persalinan dilakukan dengan
pertimbangan-pertimbangan demi keselamatan ibu dan bayi, untuk ibu hamil
preeklamsia cara persalinan yang sering dilakukan adalah Sectio Caesarea. Sectio
Caesarea dilakukan bila terjadi gawat janin atau fetal distress pada kala I, terjadi
ketuban pecah dini, kala II yang lama dan ibu yang mengalami kejang
(Wiknjosastro, 1999).
Oleh karena itu dalam makalah ini dijelaskan mengenai penyakit asfiksia
neonatorum.Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
berbagai faktor seperti faktor ibu, faktor placenta, faktor featus dan faktor
neonatus, sehingga menyebabkan bayi sulit untuk bernafas secara spontan.Setiap
penyakit mempunyai gambaran klinik tersendiri terutama pada tanda dan gejala,
pengobatan serta perawatannya.
B. TUJUAN
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami apa yang
dimaksud dengan Asfiksia dan hal-hal yang menyangkut asuhan keperawatannya.
C. . Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari asfiksia?
2. Apa etiologi dari asfiksia?
3. Apa patofisiologi dari asfiksia?
4. Apa saja asuhan keperawatan dengan masalah asfiksia?
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Asfiksia neonatorium ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin
dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan factor-faktor yang timbul
dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir(hanifa
winknjosastro,2005)
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk,
penyakit menahun seperti anemia,hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain. Pada
keadaan terakhir ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh gangguan
oksigenasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan berhubungan dengan
gangguan fungsi plasenta. Hal ini dapat dicegah atau dikurangi dengan melakukan
6
pemeriksaan antenatal yang sempurna , sehingga perbaikan sedini-dinya dapat
diusahakan.
Factor –faktor yang timbul dalam persalinan bersifat lebih mendadak dan
hamper selalu mengakibatkan anoksia atau hipoksia janin dan berakhir dengan
asfiksia bayi. Keadaan ini perlu dikenal,agar dapat dilakukan persiapan yang
sempurna pada sat bayi lahir. Factor –faktor yang mendadak ini terdiri atas :
C. Patofiologi
7
Stimulasi dapat terdiri stimulasi taktil(mengeringkan bayi) dan stimulasi termal
(oleh suhu ruang persalinan dingin).(Helen varney,2008)
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada bayi setelah lahir menurut Nelson (1997) adalah
sebagai berikut :
1. Bayi pucat dan kebiru-biruan
2. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3. Hipoksia
4. Asidosis metabolik atau respiratori
5. Perubahan fungsi jantung
6. Kegagalan sistem multiorgan
7. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala
neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak
menangis.
Keadaan umum bayi baru lahir dinilai satu menit setelah lahir dengan
penggunaan nilai apgar.Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi
menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai ialah frekuensi jantung(heart
rate),usaha napas(respiratory effort),tonus otot (mucle tone),warna kulit(colour)
dan reaksi terhadap rangsangan (response to stimuli) yaitu dengan memasukkan
kateter ke lubang hidung setelah jalan napas dibersihkan. Setiap penilaian diberi
anngka 0,1,2. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahuibahwa :
Lihat table 1. Bila nilai apgar tidak mencapai nilai 7 dalam 2 menit maka
harus dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut oleh karena bayi menderita
asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadinya gejala-gejala neurologic-
lanjutan dikemudian hari lebih besar. Berhubungan dengan itu,penilaian menurut
8
apgar dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada umur 5 menit (hanifa
winknjosastro,2005).
0 1 2 NA
Appearance ( warna Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
kulit) ekstremitas biru kemerah-
merahan
Pulse rate(frekuensi Tidak Kurang dari 100 Lebih dari 100
nadi) ada
Grimace(reaksi Tidak Sedikit gerakan Batuk/bersin
rangsangan) ada mimic(grimace)
Activity (tonus otot) Tidak Ekstremitas Gerakan aktif
ada dalam sedikit
fleksi
Respiration(pernapasan) Tidak Lemah/tidak Baik/menangis
ada beraturan
Jumlah
F. Pemeriksaan Penunjang
- Foto polos dada
- USG kepala
- Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram
5. USG ( Kepala )
6. Penilaian APGAR score
7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan
8. Pengkajian spesifik
H. Diagnosis
9
persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal perlu
mendapat perhatian .(hanifa winknjosastro,2005).
Untuk mendapatkan hasil yang sempurna dalam resuitasi , prinsip dasar yang
perlu diingat ialah :
10
J. Tindakan
Tindakan tindakan yang dilakukan pada bayi dapat dibagi dalam 2 golongan
;.(hanifa winknjosastro,2005).
a. Tindakan umum
Tindakan ini dikerjakan pada setiap bayi tanpa memandang nilai
apgar.Segera setelah bayi lahir, diusahakan agar bayi mendapat pemanasan
yang baik.Harus dicegah atau dikurangi kehilangan panas dari
tubuhnya.Penggunaan sinar lampu untuk pemanasan luar dan untuk
mengeringkan tubuh bayi mengurangi evaporasi.
b. Tindakan khusus
Tindakan ini dikerjakan setelah tindakan umum diselenggarakan tanpa
hasil.Prosedur yang dilakukan disesuaikan dengan berat asfiksia yang
timbul pada bayi, yang dinyatakan oleh tinggi-rendahnya nilai apgar.
1) Asfiksia berat ( nilai apgar 0-3)
Resusitasi aktif dalam keadaan ini harus segera
dilakukan.Langkah utama ialah memperbaiki ventilasi paru-paru
dengan memberikan O2 secara tekanan lansung dan berulang-
ulang.Cara yang terbaik ialah melakukan intubasi endotrakeal
dan setelah kateter dimasukkan kedalam trakea, O2 diberikan
dengan tekanan tidak lebih dari 30 ml air
2) Asfiksia ringan-sedang ( nilai apgar 4-6 )
Disini dapat dicoba melakukan rangsangan untuk menimbulkan
refleks pernapasan.Hal ini dapat dikerjakan selama 30-60 detik
setelah penilaian menurut apgar 1 menit.Bila dalam waktu
tersebut pernapasan tidak timbul, pernapasan buatan harus segera
dimulai.Pernapasan aktif yang sederhana dapat dilakukan secara
pernapasan kodok.Cara ini dikerjakan dengan memasukkan pipa
ke dalam hidung, dan O2 dialirkan dengan kecepatan 1-2 liter
dalam satu menit.Agar saluran napas bebas.Bayi diletakkan
dengan kepala dalam dorsofleksi.Secara teratur dilakukan
11
gerakan membuka dan menutup lubang hidung dan mulut
disertai menggerakkan dagu ke atas dan ke bawah dalam
frekuensi 20 kali permenit.
c. Tindakan lain-lain dalam resusitasi
Pengisapan cairan lambung hanya dilakukan pada bayi-bayi
tertentu untuk menghindarkan kemungkinan timbulnya regurgitasi dan
aspirasi, terutama pada bayi yang sebelumnya menderita gawat-janin, yang
dilahirkan dari ibu yang mendapatkan obat-obatan analgesia/anesthesia
dalam persalinannya, pada bayi premature dan sebagainya. Tentang
penggunaan obat-obatan analeptic seperti lobelin, koramin,vandid, dan
lain-lain dewasa ini tidak diberikan lagi dan asfiksia berat bahkan
merupakan kontraindikasi untuk penggunaannya.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Ada beberapa pengkajian yang harus dilakukan yaitu :
1. Sirkulasi
a. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt.
b. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45
mmHg (diastolik).
c. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/
IV.
d. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
e. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2. Eliminasi
a. Dapat berkemih saat lahir.
3. Makanan/ cairan
a. Berat badan : 2500-4000 gram
b. Panjang badan : 44-45 cm
c. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4. Neurosensori
a. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30
menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
c. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik
yang memanjang)
5. Pernafasan
a. Skor APGAR : 1 menit s/d 5 menit dengan skor optimal harus
antara 7-10.
13
b. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya
silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6. Keamanan
a. Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi).
b. Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat,
warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang
menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps)
B. Analisa Data
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah
kesehatan..
2. Riwayat kesehatan
3. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan post asfiksia berat gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan
cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi
kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis
metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
4. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah :
14
6. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan
ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan
psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan asfiksia karena memerlukan
perawatan yang intensif
7. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi
Nasrul, 1995)
a. Keadaan umum
b. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila
suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-
140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi
post asfiksia berat pernafasan belum teratur..
8. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan
obat yang tepat pula.
1) Darah
a. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia
Hb cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit.
Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x
10 gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah
sehingga resiko tinggi.
15
Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
b. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi
asidosis metabolik.
PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post
asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post
asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif.
HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
2) Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien asfiksia antara lain:
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post
asfiksia berat.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan
reflek menghisap lemah.
3. hipotermia
4. Resiko infeksi
16
D. Intervensi
NO DIAGNOSA INTERVENSI
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan 1. Letakkan bayi terlentang dengan alas yang
O2 sehubungan dengan post data, kepala lurus, dan leher sedikit
asfiksia berat tengadah/ekstensi dengan meletakkan
bantal atau selimut diatas bahu bayi
sehingga bahu terangkat 2-3 cm
2. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila
perlu
3. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda
cyanosis tiap 4 jam
2. Resiko terjadinya hipotermi 1. Letakkan bayi terlentang diatas pemancar
sehubungan dengan adanya roses panas (infant warmer)
persalinan yang lama dengan 2. Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk
ditandai akral mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas
dingin suhu tubuh dibawah 36° C handuk / kain yang kering dan hangat.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan 1. Deteksi adanya kelainan pada eliminasi
nutrisi sehubungan dengan reflek bayi dan segera mendapat tindakan /
menghisap lemah. perawatan yang tepat.
2. Menentukan derajat dehidrasi dari turgor
dan mukosa mulut.
3. Monitor intake dan out put.
4. Beri ASI sesuai kebutuhan.
5. Lakukan kontrol berat badan setiap hari.
4. Resiko terjadinya infeksi 1. Lakukan teknik aseptik dan antiseptik
dalam memberikan asuhan keperawatan
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.
3. Pakai baju khusus/ short waktu masuk
ruang isolasi (kamar bayi)
4. Lakukan perawatan tali pusat dengan
triple dye 2 kali sehari.
5. Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan
lingkungan bayi.
6. Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala
kardinal
17
E. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang
merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap
perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
F. Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu
proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak
serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara
terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang
lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi
dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah
ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa
keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.
18
TINJAUAN KASUS
B. Asuhan Keperawatan
Ruang : PRT Tgl masuk RS : 3 Oktober 2012
Kelas : II Tgl Pengkajian : 3 Oktober 2012
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : By. C
Jenis Kelamin : laki-laki
TTL / Usia : 2 Jam
Agama : islam
Nama orang tua
a. Ibu
19
Nama : Ny. M
Umur : 23 Tahun
b. Ayah
Nama : Tn. N
Umur : 25 Tahun
Data Medik
Diagnosa medik
1. Saat masuk : asfiksia
2. Saat pengkajian: asfiksia sedang
20
5. Selama kehamilan ibu mengalami preeklamsia dengan TD :140/100
mmHg
h. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital klien/bayi
- Denyut Nadi : 90 x/i
- RR : 15x/i
- Suhu :37⁰C
- BB/PB : 3000gr/43cm
2. Head to Toe
- Kepala Bentuk : Normal
Chepal : Hematom: Tidak Ada
- Mata : Bentuk : Simetris
Sekret : Tidak ada
Conjungtiva : Ananemis
Sklera : Anikterik
- Mulut : Bibir : Normal
Gigi : Belum Tumbuh
- Hidung : Simetris, Teraba dingin
Telinga : Bentuk : Simetris
Thorax & Abdomen : Bentuk : Normal
Nafas :Megap-mega
Denyut Jantung :Bradi Cardia
Tali Pt :Tidak ada Perdarahan
- Ekstremitas : Tonus Otot Lemah
- Teraba dingin
21
- Tonus otot =1
- Warna kulit =0
i. Terapi
IVFD dx 5% 4 tts/i menggunakan infus set mikro.
O2 2 Liter/menit
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : bidan T mengatakan bahwa Espansi yang kurang Gangguan
sebelumnya By. C terdapat adekuat pertukaran gas.
penumpukan sekret pada mulut
bayi
DO :
Tonus otot bayi C fleksi
ektremitasnya tampak lemah
RR: 15x/i
N: 90x/i
Dalam mulut bayi
2. Bersihan jalan
DS : Penumpukan cairan nafas tida efektip
Bidan T mengatakan By. C ketuban
setelah dilahirkan tidak segera
menangis
Bidan T mengatakan
pernafasannya tidak teratur
DO :
Bayi tampak sulit bernapas
RR : 15x/i
N : 90x/i
Klien tampak terpasang O2 2
liter.
3. DS : Ansietas
Ayah klien mengatakan cemas Ancaman kematian
dengan keadaan anaknya.
DO :
Keluarga klien tampak cemas
Keluarga klien tampak gelisah
melihat anaknya masih belum
22
menangis.
Keluarga klien tampak cemas
melihat anaknya terpasang alat
pembantu pernapasan (oksigen 2
liter), dan terpasang infus.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan cairan ketuban d.d
bidan T mengatakan bahwa sebelumnya By. C terdapat penumpukan
sekret pada mulut bayi, tonus otot bayi C fleksi ektremitasnya tampak
lemah, RR: 15x/I, N: 90x/i
3) Asietas b/d ancaman kematian d.d ayah klien mengatakan cemas dengan
keadaan anaknya, keluarga klien tampak cemas, keluarga klien tampak
gelisah melihat anaknya masih belum menangis, keluarga klien tampak
cemas melihat anaknya terpasang alat pembantu pernapasan (oksigen 2
liter), dan terpasang infus
23
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Kolaborasi 5. Memaksimalkan
5. Berikan oksigen bernapas dan
tambahan menurunkan kerja napas
Kolaborasi
24
5. Hisap mulut dan
nasopharing
dengan spuit
sesuai kebutuhan
25
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : By. C
Usia : 2 Jam
Tanggal : 3 Oktober 2012
Hari : Pertama
26
bidan T mengatakan tentang suction O : RR 20x/i
warna ketuban hijau dan
H: supaya keluarga mengetahui N 102x/i
kental, tonus otot bayi C bahwa anaknya akan dilakukan
fleksi ektremitasnya suction A : Masalah bersihan jalan
tampak lemah, RR: 3. Mengobservasi adanya napas teratasi sebagian
15x/I, N: 90x/ tanda-tanda distres pernafasan
H: Pernapasan klien dapat P : Intervensi dilanjutkan
terpantau (3, 4, 5 )
4. Memposisikan bayi
miring kekanan setelah
memberikan makan
H: Bayi mau diposisikan
Kolaborasi
5. Melakukan hisap mulut
dan nasopharing dengan spuit
sesuai kebutuhan
H: Jalan napas kembali
normalJam 10.00
6. Mengkaji frekuensi
kedalaman dan kemudahan
bernapas.
H : Frekuensi napas dapat terpantau
27
tampak cemas melihat dalam perencanaan keperawatan. berkurang
anaknya terpasang alat
6. Memberikan kenyamanan fisik O : Keluarga klien tampak
pembantu pernapasan mengerti dan paham
(oksigen 2 liter), dan dengan penjelasan yang
terpasang infus. diberikan
- Keluarga klien masih
sering bertanya tentang
keadaan anaknya
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan (
2)
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah,
asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi
terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang
baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-
kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga
kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan
generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20
tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini
dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak
dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di
usia tua (diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan
persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat lebih memahami
masalah asfiksia pada bayi baru lahir, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua
29
DAFTAR PUSTAKA
30
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGANMASALAH ASFIKSIA
Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Ari Azhari
2. Mara Anggi
3. Santy Komariah
4. Lisda Siregar
5. Juliani
31
KATA PENGANTAR
Penulis
32 i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................ 1
C. Rumusan masalah ............................................................................ 2
DAFTAR PUSTAKA
ii
33
34