Você está na página 1de 26

LAPORAN KASUS

ABORTUS IMMINENS

Oleh :
INDIRA SELLY ETIKOWATI
FATIMAH BIN USMAN

Pembimbing :

dr. Ananingati, Sp.OG

SMF/BAG ILMU OBSTETRI GINEKOLOGI

RS BHAYANGKARA KEDIRI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Penyebab utama kematian maternal adalah disebabkan oleh 3 hal, yaitu

pendarahan dalam kehamilan, pre-eklamspsia atau eklampsia, dan infeksi.

Pendarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai keadaan akut yang dapat

membahayakan ibu dan anak, dan sampai dapat menimbulkan kematian. Sebanyak

20% wanita hamil pernah mengalami pendarahan pada awal kehamilan dan

sebagian mengalami abortus.1

Abortus merupakan berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di

dunia luar tanpa mempersoalkan penyebabnya. Anak baru hidup di dunia luar kalau

beratnya telah mencapai lebih dari 500 gram atau umur kehamilan lebih dari 20

minggu. Abotus dibagi kedalam abortus spontan, yaitu abortus yang terjadi dengan

sendirinya, kurang lebih 20% dari semua abortus, sedangkan abortus buatan

(provocatus), yaitu abortus yang terjadi disengaja, digugurkan, dan 80% dari semua

abortus adalah abortus provocatus.1,2

Sebagian besar studi mengatakan kasus abortus spontan antara 15-20 % dari

semua kehamilan. Jika dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa

mendekati 50%. Kejadian abortus habitualis sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi

menunjukkan bahwa setelah satu kali abortus spontan, pasangan punya risiko 15

% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya

meningkat 25 %. Beberapa studi meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3 kali

abortus berurutan adalah sekita 30-45 %. 1,2

2
Kejadian abortus di Indonesia setiap tahun terjadi 2 juta kasus. Ini artinya

terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup. Menurut sensus penduduk tahun

2000, terdapat 53.783.717 perempuan usia 15 – 49 tahun, dan dari jumlah tersebut

terdapat 23 kasus abortus per 100 kelahiran hidup.1

Penyebab abortus sendiri multifaktorial dan masih diperdebatkan,

umumnya terdapat lebih dari satu penyebab. Penyebabnya seperti Faktor genetik,

kelainan kongenital uterus, autoimun, infeksi, defek luteal.2

3
IDENTITAS PASIEN

● Nama: Ny. E

● Umur: 30 thn

● Pekerjaan : Pegawai RSBK

● Suami : Tn. IC

● Umur : 32 thn

● Pekerjaan : Swasta

II). ANAMNESIS

● Keluhan Utama : Keluar flek dari vagina

● RPS : KU dirasakan sejak 2 hari SMRS, flek berwarna coklat kehitaman, keluar

sedikit-sedikit tapi terus menerus, nyeri perut (+), mual (-), muntah (-)

● RPD : Hipertensi (-), DM (-) Asma (-), Penyakit jantung (-), ISK (-), Keputihan

(-), Trauma (-)

● RPK : -

Riwayat Menstruasi

● Menarche usia 13 tahun

● Lama haid 7 hari

● Siklus haid 28 hari

Riwayat Obstetri

I : Immatur

II : Hamil ini

● HPHT: 07/10/2018

● TP: 14/07/2019

4
● UK : 4 - 6 mggu

Riwayat Pernikahan:

1x, menikah selama 3 thn

Riwayat Pemakaian KB : -

Riwayat Pemeriksaan Kehamilan : di dr. Sulung Mahardika, SpOG -- hasil USG :

adanya kantong kehamilan dan embrio di dalamnya

III). PEMERIKSAAN FISIK:

(1). Status Generalis:

● Keadaan Umum: Baik

● Kesadaran: Compos Mentis

● TD: 110/70 mmHg

● Nadi: 80x / menit

● Suhu: 36.7 C

● RR: 20x/menit

● BB: 52 kg

● TB: 148 cm

(2). Status Lokalis

Kepala dan Leher :

Mata :

 Kelopak : Edema (-/-)

 Konjungtiva : Anemis (-/-)

 Sklera : Ikterik (-/-)

 Pupil : Bulat, isokor 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)

5
Telinga :

Pendengaran dalam batas normal.

Hidung :

Pernafasan cuping hidung (-).

Mulut: Sianosis (-), perdarahan pada gusi (-),

Leher: pembesaran KGB (-), JVP (dbn)

Thorax:

Paru :

Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-/-).

Palpasi : Fremitus raba (D=S), nyeri (-/-).

Perkusi : Suara ketok sonor (+/+), nyeri ketok (-/-).

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-).

Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba.

Perkusi : Batas kanan  parasternal line dextra.

Batas kiri  ICS V 2 jari lateral MCL sinistra.

Auskultasi : S1 S2 tunggal regular, bising jantung (-)

Abdomen:

Inspeksi : Linea nigra (-), striae albicans (-), luka bekas operasi (-).

Palpasi : Soefl, nyeri tekan epigastrium (+).

6
Perkusi : Timpani.

Auskultasi : BU (+) normal

Ektremitas :

Ekstremitas Atas :

Akral dingin, edema (-/-).

Ekstremitas Bawah

Akral dingin, edema (-/-), varises (-/-), refleks patella (+/+) normal

(3). Status Ginekologi

ABDOMEN

● Inspeksi: flat, linea nigra (-), striae gravidarum (-),

● Palpasi: fundus uteri (tidak teraba)

GENITALIA EKSTERNA

● Inspeksi: hiperemia (-), edema (-), darah (-)

● Palpasi: benjolan (-)

GENITALIA INTERNA

● VT : porsio lunak, pembukaan (-), teraba jaringan (-), flek darah berwarna

coklat kehitaman

III). PROBLEM LIST

● GII P0010 Ab000 UK 4-6 mggu + abortus imminens

IV). INITIAL DIAGNOSIS

● GII P0010 Ab000 UK 4-6 mggu + abortus imminens

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Abortus adalah kehamilan yang berhenti prosesnya pada umur kehamilan di

bawah 20 minggu, atau berat fetus yang lahir 500 gram atau kurang. Sedangkan

Llewollyn & Jones (2002) mendefinisikan abortus adalah keluarnya janin sebelum

mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya

kurang dari 500 gram.3 WHO merekomendasikan viabilitas apabila masa gestasi

telah mencapai 22 minggu atau lebih dan berat janin 500 gram atau lebih.1

2.2 Klasifikasi

Klasifikasi menurut terjadinya abortus adalah sebagai berikut :1,2

1. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis

maupun mekanis.

2. Abortus buatan, Abortus provocatus (disengaja, digugurkan), yaitu:

a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus artificialis atau

abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk kepentingan ibu, misalnya : penyakit

jantung, hipertensi esential, dan karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh

tim ahli yang terdiri dari dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri, atau

psikolog.

b. Abortus buatan kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah

pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak

berwenang dan dilarang oleh hukum.

8
Klasifikasi Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada :

1. Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion) dimana

terjadi perdarahan pervaginam, Abortus iminens didiagnosa bila seseorang wanita

hamil kurang daripada 20 minggu mengeluarkan darah sedikit pada vagina.

Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai

sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi.

ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.5

Gambar 1. Abortus Imminen

2. Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang mengancam

dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil

konsepsi masih dalam kavum uteri. Abortus insipiens didiagnosis apabila pada

wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah

yang disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi

serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-

kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang

tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan.

Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini

merupakan kontraindikasi.5

9
Gambar 2. Abortus Insipien

3. Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil konsepsi

yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. Perdarahan

biasanya terus berlangsung, banyak, dan membahayakan ibu. Sering serviks tetap

terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing

(corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan

mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada

abortus insipiens. 5

Gambar 3. Abortus Inkomplit

4. Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar

(desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong. Perdarahan segera berkurang

10
setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan

berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi

telah selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah

abortus masih ada perdarahan juga, abortus inkompletus atau endometritis pasca

abortus harus dipikirkan5

Gambar 4. Abortus Komplit

5.Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam

kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya

masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.5

Gambar 5. Missed Abortion

6.Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya abortus tiga

kali berturut-turut atau lebih. Etiologi abortus ini adalah kelainan dari ovum atau

11
spermatozoa, dimana sekiranya terjadi pembuahan, hasilnya adalah patologis.

Selain itu, disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum dan kesalahan plasenta yaitu

tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesterone sesudah korpus luteum

atrofis juga merupakan etiologi dari abortus habitualis.5

7. Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang disertai infeksi

genital.5

8. Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan

penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium.5

2.3. Etiologi1,2,3,4

Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya

disebabkan oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya (11 – 12minggu),

abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor maternal.

a. Faktor ovofetal :

Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan

bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau

terjadi malformasi pada tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar

belakang kejadian abortus adalah kelainan chromosomal. Pada 20% kasus, terbukti

adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan adekuat.

b. Faktor maternal :

Sebanyak 2% peristiwa abortus disebabkan oleh adanya penyakit sistemik

maternal (systemic lupus erythematosis) dan infeksi sistemik maternal tertentu

lainnya. 8% peristiwa abortus berkaitan dengan abnormalitas uterus ( kelainan

uterus kongenital, mioma uteri submukosa, inkompetensia servik). Terdapat dugaan

12
bahwa masalah psikologis memiliki peranan pula dengan kejadian abortus

meskipun sulit untuk dibuktikan atau dilakukan penilaian lanjutan.

Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu:

1. Faktor janin

Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada

50%-60% kasus keguguran.

2. Faktor ibu:

a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing manis.

b. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti

phospholipid syndrome.

c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,

toksoplasma , herpes, klamidia.

d. Kelemahan otot leher rahim

e. Kelainan bentuk rahim.

3. Faktor Ayah: kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan

abortus.

4. Patofisiologi

Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atauseluruh bagian embrio

akibat adanya perdarahan minimal pada desidua.Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat

perdarahan subdesidua tersebutmenyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya

prosesabortus.7,8

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu :Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus

dengan sebagian desidua danvilli chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun

13
sebagian darihasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servikalis.Perdarahan

pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.6,7,8

Pada kehamilan 8-14 minggu :Mekanisme di atas juga terjadi dan diawali dengan

pecahnya selaput ketubantelebih dahulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat

namunplasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkanperdarahan

pervaginam banyak.8

Pada kehmilan minggu ke 14-22 :Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan

keluarnya plasentabeberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal

dalamuterus sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan

pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih sedikit namun rasa sakit lebih

menonjol. 7,8

2.4 Gambaran Klinis

1. Amenore

2. Perdarahan pervaginam

3. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri

pinggang akibat kontraksi uterus

4. Pemeriksaan ginekologi

a. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak ada jaringan

konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva

b. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah

tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau

jaringan berbau busuk dari ostium

c. Vagina toucher (VT): portio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau

tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia

14
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,

kavum douglas, tidak menonjol dan tidak nyeri5-6

Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Abortus Spontan10


Jenis Demam Nyeri/kram Perdarahan Jaringan Jaringan Ostium Besar
Abortus abdomen ekspulsi pada uteri uterus
vagina
Imminens Tidak Sedang Sedikit Tidak Tidak Tertutup Sesuai
ada ada ada usia
ekspulsi kehamilan
jaringan
konsepsi
Insipien Tidak Sedang-hebat Sedang- Tidak Tidak Terbuka, Sesuai
ada banyak ada ada ketuban usia
ekspulsi menonjol kehamilan
jaringan
konsepsi
Inkomplit Tidak Sedang-hebat Sedang- Ekspulsi Mungkin Terbuka Sesuai
ada banyak sebagian masih usia
jaringan ada kehamilan
konsepsi
Komplit Tidak Tanpa/sedikit Sedikit Ekspulsi Mungkin Terbuka/ Lebih
ada seluruh ada Tertutup kecil dari
jaringan usia
konsepsi kehamilan

Missed Tidak Tidak ada Tidak ada Jaringan Tidak Tertutup Lebih
ada telah ada kecil dari
mati tapi usia
tidak ada kehamilan
ekspulsi
jaringan
konsepsi
Sepsis Ada Ada Ringan-DIC Masih Jaringan Tertutup, Kecil
lekorea Terbuka dibanding
bau bau usia
kehamilan

Habitualis Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak Tidak Tidak -


ada ada ada

2.5 Diagnosis
a. Anamnesis

Tiga gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian

bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung,bokong

dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi.11 Gejala ini

terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih tertingal di dalam

15
rahim. Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa reproduksi kurang 20

minggu dari HPHT.10 Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai jaringan

hasil konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa jaringan

yang lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram

bawah perut biasanya di daerah atas simpisis.10

Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM yang tidak terkontrol, tekanan darah

tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan riwayat

infeksi traktus genitalis harus diperhatikan.10 Riwayat kepergian ke tempat endemik

malaria dan pengambilan narkoba malalui jarum suntik dan seks bebas dapat

menambah curiga abortus akibat infeksi.11

b. Pemeriksaan Fisik

Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit.4 Palpasi abdomen dapat

memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan pemeriksaan

bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi, dan

konsistensinya.4 Pada pemeriksaan pelvis, dengan menggunakan spekulum keadaan

serviks dapat dinilai samaada terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak sisa hasil

konsepsi di dalam uterus yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan di liang

vagina.4

Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini:4
Perdarahan Serviks Uterus Gejala dan Diagnosis
tanda
Bercak Tertutup Sesuai Kram perut Abortus
sedikit dengan usia bawah, uterus immines
gestasi lunak

16
hingga Tertutup/terbuka Lebih kecil Sedikit/tanpa Abortus
sedang dari usia nyeri perut komplit
gestasi bawah,
riwayat
ekspulsi hasil
konsepsi
Sedang Terbuka Sesuai Kram atau Abortus
hingga dengan usia nyeri perut insipien
massif kehamilan bawah, belum
terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
Kram atau Abortus
nyeri perut incomplit
bawah,
ekspulsi
sebahagian
hasil konsepsi
Terbuka Lunak dan Mual/muntah, Abortus
lebih besar kram perut mola
dari usia bawah,
gestasi sindroma
mirip PEB,
tidak ada janin,
keluar jaringan
seperti anggur

C. Pemeriksaan penunjang ini diperlukan dalam keadaan abortus imminens,

abortus habitualis dan missed abortion:5-6

1. Tes kehamilan : positif jika janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu

setelah abortus

17
2.Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih

hidup

3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

4. Pemeriksaan lain sesuai dengan keadaan dan diagnosis pasien.

2.6 Penatalaksanaan

Abortus dapat dilakukan secara medis maupun bedah. Sebelum suatu

abortus elektif dilaksanakan, apabila dijumpai vaginosis bakterialis, wanita yang

bersangkutan perlu diterapi dengan metronidazole untuk mengurangi angka infeksi

paska operasi.

Teknik bedah untuk aborsi

a. Dilatasi dan kuretase

Abortus bedah mula-mula dilakukan dengan mendilatasi serviks dan

kemudian mengosongkan uterus dengan mengorek isi uterus (kuretase tajam)

secara mekanis, melakukan aspirasi vakum, atau keduanya. Untuk usia gestasi di

atas 16 minggu, dilakukan dilatasi dan evakuasi (D&E). Tindakan ini berupa

dilatasi serviks lebar diikuti oleh destruksi dan evakuasi mekanis bagian-bagian

janin. Setelah janin seluruhnya dikeluarkan, digunakan kuret vakum berlubang

besar untuk mengeluarkan palsenta dan jaringan yang tersisa. Dilatasi dan ekstraksi

(D&X) serupa dengan D&E kecuali bahwa pada D&X bagian janin pertama kali

diekstraksi melalui serviks yang telah membuka untuk mempermudah tindakan.

18
b. Dilator higroskopik

Trauma akibat dilatasi mekanik dapat dikurangi dengan suatu alat yang dapat

digunakan secara perlahan membuka serviks. Alat ini menarik air dari jaringan

serviks dan juga digunakan untuk pematangan serviks prainduksi. Batang laminaria

sering digunakan untuk membuka serviks.

Induksi abortus secara medis

a. Oksitosin

Pemberian oksitosin dosis tinggi dalam sedikit cairan intravena dapat menginduksi

abortus pada kehamilan trimester kedua. Salah satu regimen yang efektif adalah 10

mL (10 IU/mL) ke dalam 1000 mL larutan RL. Larutan ini mengandung 100 mU

oksitosin per mL Iinfus IV dimulai dengan kecepatan 0,5 mL/mnt. Apabila pada

kecepatan infus ini belum terjadi kontraksi yang efektif, konsentrasi oksitosin

dalam cairan ditingkatkan. Sebaiknya larutan yang telah diinfuskan dibuang

sebagian dan disisakan 500 mL yang mengandung 100 mU oksitosin per mL. Ke

dalam 500 mL ini ditambahkan 5 ampul oksitosin. Larutan yang terbentuk sekarang

mengandung oksitosin 200 mU/mL, dan kecepatan infus dikurangi menjadi 1

mL/mnt. Kecepatan infus kembali ditingkatkan secara bertahap sampai mencapai 2

19
mL/mnt dan kecepatan ini dibiarkan selama 4 atau 5 jam, atau sampai janin

dikeluarkan.

Diagnosis Gejala klinis Penatalaksanaan

Abortus imminens  Amenore  Istirahat~tirah

 Tes kehamilan (+) baring

 Perdarahan  USG

pervaginam, cramping  Tokolitik:

pain isoxuprine tiap 8 jam

 VT: ostium uteri  Preparat

menutup progesterone 2-3x1 tab

setiap 8-12 jam

 Antiprostaglandin

500 mg setiap 8 jam

Abortus insipiens  Perdarahan  Kuret atau drip

pervaginam, nyeri (his) oksitosin bila

 VT: ostium uteri kehamilan > 12 minggu

menipis dan terbuka dilanjutkan

ketuban menonjol, buah  Methylergometrin

kehamilan utuh maleat 1 tab setiap 8

jam selama 5 hari

 Amoxicillin 500

mg setiap 6 jam selama

5 hari

20
Abortus inkomplet  Perdarahan  Memperbaiki

pervaginam, nyeri, dan keadaan umum

kadang-kadang disertai  Kosongkan isi

syok uterus (menghentikan

 VT: ostium uteri perdarahan)

terbuka didapat sisa  Jika kehamilan >

kehamilan/plasenta 12 minggu:

methylergometrin

maleat 1 tab setiap 8

jam selama 5 hari

 Cegah infeksi

amoxicillin 500 mg

setiap 8 jam selama 5

hari

Missed abortion  Pendarahan dan MRS:

keluhan kehamilan Mengeluarkan jaringan

 Pemx fisik: TFU nekrotik

yang menetap bahkan  Pemx faal

mengecil tidak sesuai hemostasis

dengan umur kehamilan  Kehamilan < 12

minggu langsung

kuretase

 Kehamilan > 12

minggu: misoprostol 1

21
tab/intravaginal/tiap 6

jam/1 hari dilanjutkan

dengan drip oksitosin

dan kuretase

 Disarankan

untuk monitoring

fibrinogen serum

Abortus infeksi  Perdarahan  Perbaiki keadaan

pervaginam, nyeri umum: infus, transfuse

 Sering disertai syok  Antipiretik:

 VT: ostium uteri xylomidon 2 cc i.m

terbuka, nyeri adneksa  Antibiotic dosis

dan fluor yang berbau tinggi: ampicillin 1

gram i.v tiap 8 jam/hati

selama 3-5 hari

 Kuret setelah 3-6

jam

2.7 Komplikasi

Komplikasi yang mungkin timbul dari abortus adalah: 11

a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan

tertinggal, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca

tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.

b. Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam

posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus

22
kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi

harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan

apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok hemoragik.

c. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat

mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah

seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan

adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan

dengan teliti.

d. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam

uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga

gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem

vena di endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya

tidak menyebabkan kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan

sudah dapat memastikan dengan segera.

e. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan

tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat

terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan

yang terlalu panas atau terlalu dingin.

f. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik

lokal seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat

mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan

seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik

dan toksikolgik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

23
g. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi

memerlukan waktu. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,

streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.

paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada

lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium

sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi

terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi

menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium.

Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi

paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob,

Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens.

Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus

dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena

dapat membentuk gas.

2.8 Prognosis

Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan

sebelumnya:6

1. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren

mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.

2. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan

keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %.

3. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung

janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi

spontan yang tidak jelas.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono prawiroharhdjo.Perdarahan pada kehamilan muda dalam Ilmu

Kandungan, edisi 2008

2. Saifuddin A. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku Panduan Praktis

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta,2006 Hal M9-M17.

3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, GilstrapIII LC, Hauth JC, Wenstrom

KD. Williams Obstetrics. 21 ed. (diterjemahkan oleh Andry Hartanto, Y Joko

Suyono, Brahm U. Pendit). Jakarta: EGC; 2005.

4. Pranata S, Sadewo FS. Kejadian Keguguran, Kehamilan Tidak Direncanakan

dan Pengguguran Di Indonesia [Artikel Serial Online]. Surabaya: Pusat

Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Date

Review: February 11, 2012 [cited May 30, 2015]. Available from:

http://bpk.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/2992/2225.

5. Azhari. Seminar: Kelahiran tidak diinginkan (aborsi) dalam kesehatan

reproduksi remaja. Palembang: Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRI/

RSMH. June, 25 2002 [cited May 30, 2015]. Available from:

http://digilib.unsri.ac.id/download/MASALAH%20ABORTUS%20DAN%20

KESEHATAN.pdf

6. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta: EGC; 2010.

25
7. Manuaba IBG, Chandranita IA, Fajar IBG. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:

EGC; 2007.

8. Manuaba IBG. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2.

Jakarta: EGC; 2004.

9. Achadiat CM. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC; 2004.

10. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF, editor. Ilmu Kesehatan

Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2004.

11. Kepmenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan

Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kepmenkes RI; 2013.

12. Gaufberg F, Abortion Treatened, Available at

http://emedicine.medscape.com/article/795359-overview

26

Você também pode gostar