Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungin
beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi
sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka.
Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang
harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya
patah tulang atau dislokasi tulang. Bentuk kaku (rigid) dan kokoh antar rangka yang
membentuk tubuh dihubungkan oleh berbagai jenis sendi. Adanya penghubung tersebut
memungkinkan satu pergerakan antar tulang yang demikian fleksibel dan nyaris tanpa gesekan.
Tulang dan sendi dipakai untuk melindungi berbagai organ vital di bawahnya disamping fungsi
pergerakan (locomotor) / perpindahan makhluk hidup. Sendi merupakan satu organ yang
kompleks dan tersusun atas berbagai komponen yang spesifik satu dengan lainnya. Pada
umumnya terdiri dari air dan tersusun atas serabut kolagen, proteoglikan, glikorptein lain serta
lubrikan asam hialuronat, struktur yang kompleks di atas memungkinkan suatu pergerakan
sendi yang luas (fungsi locomotor), frictionless dan tidak mengakibatkan kerusakan besar
dalam jangka panjang.
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya
terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Page | 1
Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang
berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor
penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN
Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk
persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi 3,Halaman
1046).
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk
sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol
3,Halaman 2355).
Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko tinggi
untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi. (Carpenito, 2000, edisi 6,
Halaman 1118).
Dislokasi sendi adalah fragmen fraktur saling terpisah dan menimbulkan deformitas.
(Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).
Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan yang
lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya. (Price & Wilson, 2006, edisi 6, vol 2,
Halaman1368 ).
Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang
ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi
itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah
tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha
pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.
Page | 3
B. KLASIFIKASI DISLOKASI SENDI
Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8,
vol 3, Halaman 2356) adalah :
1) Dislokasi Congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada pinggul.
2) Dislokasi Spontan atau Patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3) Dislokasi Traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan).
Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system
vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Dislokasi sendi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi (Brunner & Suddart,
2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356) :
1) Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan
di sekitar sendi.
2) Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada
shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan
patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh
karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Page | 4
Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak
dapat menutup mulutnya kembali.
2) Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial
glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid
(dislokasi inferior).
3) Dislokasi Sendi Siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat menimbulkan
dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan
kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4) Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi
tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak
tangan atau punggung tangan.
5) Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
6) Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum
(dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur
menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7) Dislokasi Patella
Paling sering terjadi ke arah lateral.
Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot
dan tarikan.
Page | 5
Dislokasi sendi dapat disebabkan oleh :
1) Cedera Olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley.
Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada
tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
3) Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
4) Patologis
Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital
penghubung tulang.
Nyeri akut
Perubahan kontur sendi
Perubahan panjang ekstremitas
Kehilangan mobilitas normal
Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
Gangguan gerakan
Kekakuan
Pembengkakan
Deformitas pada persendian
Page | 6
E. PATOFISIOLOGI DISLOKASI SENDI
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang
mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari
adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena
adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut,
menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang,
penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan
struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan
adanya reposisi dengan cara dibidai.
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise
sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi
dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke
depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang
berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi.
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan
suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman
memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya
terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek
kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal yang
menyebabkan dislokasi.
Page | 7
F. PATHWAY DISLOKASI SENDI
Page | 8
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG DISLOKASI SENDI
1) Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu
menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi
dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2) CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi.
Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
3) MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi
radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran
tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan
MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.
MEDIS
Page | 9
2) Pembedahan
a) Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis
yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah
invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering
dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF
(Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan
ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :
Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang
patah.
Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.
Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau
mengganti tulang yang berpenyakit.
Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau
sintetis.
Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam
sendidengan logam atau sintetis.
NON MEDIS
Page | 10
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
1) Komplikasi Dini
Cedera Saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
Cedera Pembuluh Darah : Arteri aksilla dapat rusak.
Fraktur Dislokasi
2) Komplikasi Lanjut
Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan
rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas
dari bagian depan leher glenoid
Kelemahan otot
Page | 11
K. ASKEP DISLOKASI SENDI
1) PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan data
pasien dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada :
Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri. Kaji
penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri dirasakan
menurun.
Pemeriksaan Fisik
- Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami
dislokasi.
- Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi.
- Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
- Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhan dasar
manusia yang terganggu adalah :
- Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada
bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
Page | 12
- Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada
tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas
dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien.
- Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga
klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
- Rasa aman (ansietas) : klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa
aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.
Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
- Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor dengan
gambar 3 dimensi.
- Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan gelombang
magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan gambar yang lebih
detail.
2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
Page | 13
3. Rencana Asuhan Keperawatan Nanda Nic Noc
Page | 14
Indikasi nyeri yang dapat diamati Pilih dan lakukan
penanganan
Perubahan posisi untuk nyeri(farmakologi, non
menghindari nyeri. farmakologi dan
interpersonal)
Sikap tubuh melindungi
Kaji tipe dan sumber
Dilatasi pupil. nyeri untuk menentukan
intervensi
Melaporkan nyeri secara verbal
Tingkatkan istirahat.
Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil.
Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri.
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
karakeristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
Page | 15
Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri.
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal.
Berikan analgesik
tepat waktu terutama saat
nyeri hebat.
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala.
Page | 16
dan kemampuan
Gerakan bergetar. berpindah. kaji kemampuan
pasien dalam mobilisasi.
Keterbatasan kemampuan memperagakan
melakukan keterampilan motorik penggunaan alat bantu latih pasien dalam
halus. untuk mobilisasi (walker) pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
Keterbatasan kemampuan sesuai kemampuan.
melakukan keterampilan motorik
halus. didampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi dan
Keterbatasan rentang pergerakan bantu penuhi kebutuhan
sendi. ADLs.
Tremor akibat pergerakan berikan alat bantu jika
klien memerlukan.
Ketidakstabilan postur
Intoleransi aktivitas
Ansietas.
Gangguan koknitif
Konstraktur.
Malnutrisi
Gangguan muskuloskeletal
Agens obat
Page | 17
Penurunan kekuatan otot.
Keterlambatan perkembangan
Ketidaknyamanan
Keterbatasan ketahanan
kardiovaskuler.
Page | 18
tekanan intrakranial
klaudikasi (tidak lebih dari 15 batasi gerakan pada
mmHg) kepala ,leher , dan
warna tidak kembali ketungkai saat punggung.
tungkai diturunkan. Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif monitor kemampuan
kelambatan penyembuhan luka yang ditandai dengan : BAB
perifer
berkomunikasi kolaborasi pemberian
penurunan nadi dengan jelas dan sesuai anlgetik
dengan kemampuan.
edema monitor adanya
menunjukkan tromboplebitis
nyeri ekstremitas
perhatian .konsentrasi
bruit femoral dan orientasi. diskusikan mengenai
penyebab perubahan
pemendekan jarak total yang memproses sensasi.
ditempuh dalam uji berjalan enam informasi
menit.
membuat keputusan
pemendekan jarak bebas nyeri yang dengan benar.
ditempuh dalam uji berjalan enam
menit Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
perestesia yang utuh : tingkat
kesadaran membaik,
warna kulit pucat saat elevasi tidak ada gerakan
gerakan involunter .
Page | 19
Mengungkapkan perasaan yang Fasilitasi kontak
mencerminkan perubahan dengan individu lain
pandangan tentang tubuh individu. dalam kelompok kecil.
Mengungkapkan presepsi yang
mencerminkan perubahan individu
dalam penampilan.
Objektif
Subjektif
Depersonalisasi kehilangan
melalui kata ganti yang netral
Depersonalisasi bagian melalui
kata ganti yang netral
Penekanan pada kekuatan tersisa
Ketakutan pada reaksi orang laon
Fokus pada penampilan masa lalu
Perasaan negatif tentang sesuatu
Personalisasi kehilangan dengan
menyebutkannya
Fokus pada perubahan
Fokus pada kehilangan
Menolak memverifikasi perubahan
aktual
Mengungkapkan perubahan gaya
hidup
Page | 20
Biofisik, kognitif
Budaya, tahap perkembangan
Penyakit, cidera
Perseptual, psiskososial, spritual
Pembedahan, trauma
Terapi penyakit
Page | 21
- Malnutrisi
- Fisik ( misalnya,
integritas kulit tidak
utuh, gangguan
mobilitas)
- Psikologis
- Disfungsi sensorik
- Hipoksia jaringan
Page | 22
- Tidak ada materi yang antislip Gerakan - Menyediakan toilet di
di kamar mandi terkoordinasi tinggiakan untuk
- Tidak ada materi yang antislip Kecenderungan memudahkan transfer
di tempat mandi pencuran resiko pelarian untuk - Menyediakan tempat
- Pengekangan kawin tidur kasur dengan tepi
- Karpet yang tidak rata Kejadian terjun yang erat untuk
- Ruang yang tidak di kenal Mengasuh memudahkan transfer
- Kondisi cuaca (misalnya: lantai keselamatan fisik - Gunakan rel sisi
basah) remaja panjang yang sesuai
Medikasi Mengasuh : bayi atau dan tinggi untuk
- Penggunaan alkohol balita keselamatan mencegah jatuh dari
- Inhibitor enzyme pengubah fisik tempat tidur
angiotensin Perilaku keselamtan - Memberikan pasien
- Agens anti ansietas pribadi tergantung dengan
- Agens anti hipertensi Keparahan cedera sarana bantuan
- Deuretik fisik pemanggialan
- Hipnotik Pengendalian resiko (misalnya: bell atau
- Narkotik/opiate Pengendalian resiko: cahaya panggilan)
- Obat penenang penggunaan alkohol, - Membantu ke toilet
- Anti depresan trisiklik narkoba sering kali, interval di
Fisiologis Pengendalian resiko: jadwalkan
- Sakit akut pencahayaan sinar - Menandai ambang
- Anemia matahari pintu dan tepi langka
- Artritis Deteksi resiko sesuai kebutuhan
- Penurunan kekuatan Lingkungan rumah - Hindari kekacauan
ekstremitas bawah aman pada permukaan lantai
- Diare Aman berkeliaran - Memberikan
- Kesulitan gaya berjalan Zat pearikan pencahayaan yang
- Vertigo saat mengekstesikan keparahan memadai
leher Integritas jaringan: - Menyediakan lampu
- Masalah kaki kulit dam membran malam di samping
- Kesulitan mendengar mukosa tempat tidur
- Gangguan keseimbangan Perilaku kepatuhan - Menyediakan
- Gangguan mobilitas fisik visi pegangan tangan
- Inkontinensia terlihat dan memegang
- Neoplasma (misalnya, letuh tiang
atau mobilitas terbatas) - Menyediakan
- Neuropati permukaan
- Hipotensi ortostatis nonslip/anti tergelincir
- Kondisi postoperative di bak mandi atau
- Perubahan gula darah pancuran
postprandial - Anjurkan pasien untuk
- Defisit prprioseptif memakai kaca mata,
- Mengantuk ketika keluar dari
- Berkemih yang mendesak tempat tidur
- Penyakit vaskuler - Sarankan adaptasi
- Kesulitas melihat rumah untuk
meningkatkan
kesalamatan
Page | 23
- Sarankan alas kaki
yang aman
- Mengembangkan cara
untuk pasien untuk
berpartisipasi
keselamatan dalam
kegiatan rekreasi
- Lembaga program
latihan rutin fisik yang
meliputi berjalan
- Tanda-tanda posting
untuk mengingatkan
staf bahwa pasien
resiko untuk jatuh
Page | 24
- Ragu/ tidak percaya diri perasaan, ketakutan,
- Khawatir persepsi
Fisiologi - Instruksikan pasien
- Wajah tegang, tremor tangan menggunakan tehnik
- Peningkatan keringat relaksasi
- Suara bergetar - Berikan obat untuk
Simpatik : mengurangi
- Anoreksia kecemasan
- Diare, mulut kering
- Wajah merah
- Jantung berdebar-debar
- Peningkatan tekanan darah
- Kesulitan bernapas
- Lemah
Parasimpatik
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekanan darah
- Diare, mual, vertigo
- Letih, gangguan tidur
- Sering berkemih
Kognitif :
- Menyadari gejala fisiologis
- Penurunan lapang persepsi
- Kesulitan berkonsentrasi
- Luka, gangguan perhatian
- Cenderung menyalahkan orang
lain
Page | 25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang
ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi
itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah
tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha
pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.
B. SARAN
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Dan
penulis juga berharap dapat menerima saran dan kritik dari para pembaca yang dapat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini selanjutnya.
Page | 26
DAFTAR PUSTAKA
Suratun dkk. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. 2008.
Jakarta : EGC
Page | 27