Você está na página 1de 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungin
beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi
sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka.
Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang
harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya
patah tulang atau dislokasi tulang. Bentuk kaku (rigid) dan kokoh antar rangka yang
membentuk tubuh dihubungkan oleh berbagai jenis sendi. Adanya penghubung tersebut
memungkinkan satu pergerakan antar tulang yang demikian fleksibel dan nyaris tanpa gesekan.
Tulang dan sendi dipakai untuk melindungi berbagai organ vital di bawahnya disamping fungsi
pergerakan (locomotor) / perpindahan makhluk hidup. Sendi merupakan satu organ yang
kompleks dan tersusun atas berbagai komponen yang spesifik satu dengan lainnya. Pada
umumnya terdiri dari air dan tersusun atas serabut kolagen, proteoglikan, glikorptein lain serta
lubrikan asam hialuronat, struktur yang kompleks di atas memungkinkan suatu pergerakan
sendi yang luas (fungsi locomotor), frictionless dan tidak mengakibatkan kerusakan besar
dalam jangka panjang.

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya
terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

Page | 1
Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang
berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor
penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

B. RUMUSAN MASALAH

1) Apa itu definisi dislokasi sendi?


2) Apa saja klasifikasi dari dislokasi sendi?
3) Apa saja etiologi dislokasi sendi?
4) Bagimana manifestasi klinis dari dislokasi sendi?
5) Bagaimana patofisiologi dislokasi sendi?
6) Bagaimana WOC dislokasi sendi?
7) Apa saja penatalaksanaan dislokasi sendi?
8) Apa saja pemeriksaan penunjang dislokasi sendi?
9) Bagaimana cara pencegahan dari dislokasi sendi?
10) Apa saja komplikasi dari dislokasi sendi?
11) Bagaimana askep dari dislokasi sendi?

C. TUJUAN PENULISAN

1) Dapat mengetahui definisi dari dislokasi sendi.


2) Dapat mengetahui apa saja klasifikasi dari dislokasi sendi.
3) Dapat mengetahui apa saja etiologi dislokasi sendi.
4) Dapat mengetahui bagimana manifestasi klinis dari dislokasi sendi.
5) Dapat mengetahui bagaimana patofisiologi dislokasi sendi.
6) Dapat mengetahui bagaimana WOC dislokasi sendi.
7) Dapat mengetahui apa saja penatalaksanaan dislokasi sendi.
8) Dapat mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dislokasi sendi.
9) Dapat mengetahui bagaimana cara pencegahan dari dislokasi sendi
10) Dapat mengetahui apa saja komplikasi dari dislokasi sendi.
11) Dapat mengetahui bagaimana askep dari dislokasi sendi?

Page | 2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI DISLOKASI SENDI

Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk
persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi 3,Halaman
1046).

Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk
sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol
3,Halaman 2355).

Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko tinggi
untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi. (Carpenito, 2000, edisi 6,
Halaman 1118).

Dislokasi sendi adalah fragmen fraktur saling terpisah dan menimbulkan deformitas.
(Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).

Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan yang
lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya. (Price & Wilson, 2006, edisi 6, vol 2,
Halaman1368 ).

Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang
ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi
itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah
tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha
pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.

Page | 3
B. KLASIFIKASI DISLOKASI SENDI

Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8,
vol 3, Halaman 2356) adalah :

1) Dislokasi Congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada pinggul.
2) Dislokasi Spontan atau Patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3) Dislokasi Traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan).
Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system
vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

Dislokasi sendi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi (Brunner & Suddart,
2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356) :

1) Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan
di sekitar sendi.
2) Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada
shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan
patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh
karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

Berdasarkan tempat terjadinya :


1) Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
 Menguap atau terlalu lebar.

Page | 4
 Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak
dapat menutup mulutnya kembali.
2) Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial
glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid
(dislokasi inferior).
3) Dislokasi Sendi Siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat menimbulkan
dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan
kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4) Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi
tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak
tangan atau punggung tangan.
5) Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
6) Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum
(dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur
menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7) Dislokasi Patella
 Paling sering terjadi ke arah lateral.
 Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
 Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot
dan tarikan.

C. ETIOLOGI DISLOKASI SENDI

Page | 5
Dislokasi sendi dapat disebabkan oleh :
1) Cedera Olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley.
Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada
tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

2) Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga


Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

3) Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.

4) Patologis
Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital
penghubung tulang.

D. MANIFESTASI KLINIS DISLOKASI SENDI

 Nyeri akut
 Perubahan kontur sendi
 Perubahan panjang ekstremitas
 Kehilangan mobilitas normal
 Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
 Gangguan gerakan
 Kekakuan
 Pembengkakan
 Deformitas pada persendian

Page | 6
E. PATOFISIOLOGI DISLOKASI SENDI

Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang
mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari
adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena
adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut,
menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang,
penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan
struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan
adanya reposisi dengan cara dibidai.

Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise
sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi
dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke
depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang
berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi.

Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan
suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman
memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya
terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek
kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal yang
menyebabkan dislokasi.

Page | 7
F. PATHWAY DISLOKASI SENDI

Page | 8
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG DISLOKASI SENDI

1) Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu
menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi
dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.

2) CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi.
Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.

3) MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi
radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran
tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan
MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.

H. PENATALAKSANAAN DISLOKASI SENDI

MEDIS

1) Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)


a) Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
 Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri
pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah
makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
 Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah
melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah,
agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg
tiap 6 jam.

Page | 9
2) Pembedahan
a) Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis
yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah
invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering
dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF
(Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan
ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :
 Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang
patah.
 Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.
 Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau
mengganti tulang yang berpenyakit.
 Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
 Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
 Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
 Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau
sintetis.
 Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam
sendidengan logam atau sintetis.

NON MEDIS

1) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika


dislokasi berat.
2) RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)

Page | 10
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)

I. KOMPLIKASI DISLOKASI SENDI

1) Komplikasi Dini
 Cedera Saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
 Cedera Pembuluh Darah : Arteri aksilla dapat rusak.
 Fraktur Dislokasi

2) Komplikasi Lanjut
 Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan
rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
 Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas
dari bagian depan leher glenoid
 Kelemahan otot

J. PENCEGAHAN DISLOKASI SENDI

a) Cedera Akibat Olahraga


 Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari
 Latihan atau exercise
 Conditioning
b) Trauma Kecelakaan
 Kurangi kecepatan
 Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman
 Patuhi peraturan lalu lintas

Page | 11
K. ASKEP DISLOKASI SENDI

1) PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan data
pasien dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada :

 Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri. Kaji
penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri dirasakan
menurun.

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi, pergerakan
terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.

 Riwayat Penyakit Dahulu


Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang
pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat
proses penyembuhan.

 Pemeriksaan Fisik
- Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami
dislokasi.
- Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi.
- Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
- Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi

 Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhan dasar
manusia yang terganggu adalah :
- Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada
bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.

Page | 12
- Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada
tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas
dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien.
- Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga
klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
- Rasa aman (ansietas) : klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa
aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.

 Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
- Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor dengan
gambar 3 dimensi.
- Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan gelombang
magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan gambar yang lebih
detail.

2) DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik).


b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal.
c) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan nyeri ekstremitas.
d) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang ekstremitas ditandai
dengan perubahan postur tubuh.
e) Resiko cidera berhubungan dengan usia (fisiologis, psikososial).
f) Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan ekstremitas.
g) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

Page | 13
3. Rencana Asuhan Keperawatan Nanda Nic Noc

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri Akut NOC NIC

Definisi : Pengalaman sensori dan - Pain level  Lakukan pengkajian


emosional yang tidak menyenangkan nyeri : secara
yang muncul akibat kerusakan - Pain control komprehensif termasuk
jaringan yang aktual atau pontensial lokasi, karakteristik,
digambarkan dalam kerusakan - Comfort level durasi, frekuensi, kualitas
sedemikian rupa (Internasional dan faktor presipitasi.
Association for the study og Pain) : Kriteria Hasil :
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari  Observasi reaksi
 Mampu mengontrol
intensitas ringan hingga berat dengan nonverbal dari
nyeri (tahu penyebab
akhir yang dapat diantisipasi atai ketidaknyamanan.
nyeri, mampu
diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
menggunakan teknik  Gunakan teknik
Batasan Karakteristik : nonfarmakologi untuk komunikasi terapeutik
mengurangi nyeri, untuk mengetahui
 Perubahan selera makan mencari bantuan) pengalaman nyeri pasien.
 Perubahan tekanan darah  Melaporakan bahwa  Kaji kultur yang
nyeri berkurang dengan mempengaruhi respon
 Perubahan frekwensi jantung menggunakan nyeri.
manajemen nyeri.
 Perubahan frekwensi pernapasan
 Evaluasi pengalaman
 Mampu mengenali nyeri masa lampau.
 Laporan isyarat. nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda  Evaluasi bersama
 Diaforesis. nyeri). pasien dan tim kesehatan
 Perilaku distraksi (mis : Berjalan lain tentang
 Menyatakan rasa ketidakefektifan kontrol
mondar-mandir mencari orang lain nyaman setelah nyeri
atau aktivitas lain, aktivitas berulang). nyeri masa lampau.
berkurang.
 Mengekspresikan perilaku (mis:  Bantu pasien dan
gelisah, merengek, menangis). keluarga untuk mencari
dan menemukan
 Masker wajah (Mis : mata kurang dukungan.
bercahaya, tampak kacau, gerakan
mata terpancar atau tetap pada satu  Kontrol lingkungan
fokus meringis). yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan,
 Sikap melindungi area nyeri. pencahayaan dan
kebisingan.
 Fokus menyempit (mis : gangguan
persepsi nyeri, hambatan proses  Kurangi faktor
berfikir, penurunan interaksi dengan presipitasi nyeri.
orang dan lingkungan).

Page | 14
 Indikasi nyeri yang dapat diamati  Pilih dan lakukan
penanganan
 Perubahan posisi untuk nyeri(farmakologi, non
menghindari nyeri. farmakologi dan
interpersonal)
 Sikap tubuh melindungi
 Kaji tipe dan sumber
 Dilatasi pupil. nyeri untuk menentukan
intervensi
 Melaporkan nyeri secara verbal

 Gangguan tidur  Ajarkan tentang teknik


non farmakologi.
Faktor yang berhubungan :
 Berikan analgetik
 Agen cidera (Mis : Biologis, zat untuk mengurangi nyeri.
kimia, fisik, psikologis).
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri.

 Tingkatkan istirahat.

 Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil.

 Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri.

Analgesic Administration

 Tentukan lokasi,
karakeristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat.

 Cek instruksi dokter


tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi.

 Cek riwayat alergi.

 Pilih analgesik yang


diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu.

Page | 15
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri.

 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal.

 Pilih rute pemberian


secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur.

 Monitor vital sign


sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali.

 Berikan analgesik
tepat waktu terutama saat
nyeri hebat.

 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala.

2. Hambatan mobilitas fisik NOC : NIC :

Definisi : Keterbatasan pada - joint movement :  Exercise therapy :


pergerakan fisik tubuh atau satu atau active. ambulation
lebih ekstremitas secara mandiri dan
terarah. - mobility level.  monitoring vital sign
sebelum /sesudah latihan
Batasan Karakteristik : - self care : ADLs dan lihat respon pasien
saat latihan.
 Penurunan waktu reaksi. - transfer
performance  konsultasikan dengan
 Kesulitan membolak-balik posisi. terapi fisik tentang rencana
Kriteria hasil :
ambulasi sesuai denga
 Melakukan aktivitas lain sebagai
kebutuhan.
pengganti pergerakan (Mis :  klien meningkat
Meningkatkan perhatian pada aktivitas dalam aktivitas fisik.
 bantu klien untuk
orang lain, mengendalikan perilaku, menggunakan tongkat saat
fokus pada ketunadayaan/aktivitas  mengerti tujuan dan
berjalan dan cegah
sebelum sakit). peningkatan mobilitas.
terhadap cedera.
 Dispnea setalah beraktivitas.  memverbalisasikan
 ajarkan pasien atau
perasaan dalam
 Perubahan cara jalan. tenaga kesehatan lain
meningkatkan kekuatan
tentang teknik ambulasi.

Page | 16
dan kemampuan
 Gerakan bergetar. berpindah.  kaji kemampuan
pasien dalam mobilisasi.
 Keterbatasan kemampuan  memperagakan
melakukan keterampilan motorik penggunaan alat bantu  latih pasien dalam
halus. untuk mobilisasi (walker) pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
 Keterbatasan kemampuan sesuai kemampuan.
melakukan keterampilan motorik
halus.  didampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi dan
 Keterbatasan rentang pergerakan bantu penuhi kebutuhan
sendi. ADLs.
 Tremor akibat pergerakan  berikan alat bantu jika
klien memerlukan.
 Ketidakstabilan postur

 Pergerakan lambat  ajarkan pasien


bagaimana merubah posisi
 Pergerakan tidak terkoordinasi dan berikan bantuan jika
diperlukan.
Faktor yang berhubungan :

 Intoleransi aktivitas

 Perubahan metabolisme seluler

 Ansietas.

 Indeks masa tubuh diatas perentil


ke-75 sesuai usia.

 Gangguan koknitif

 Konstraktur.

 Kepercayaan budaya tentang


aktivitas sesuai usia.

 Fisik tidak bugar.

 Penurunan ketahanan tubuh.

 Penurunan kendali otot.

 Malnutrisi

 Gangguan muskuloskeletal

 Gangguan neuromoskuler, nyeri

 Agens obat

Page | 17
 Penurunan kekuatan otot.

 Kurang pengetahuan tentang


aktivitas fisik.

 Keadaan mood depresif.

 Keterlambatan perkembangan

 Ketidaknyamanan

 Disuse, kaku sendi.

 Kurang dukungan lingkungan(mis:


fisik atau sosial.)

 Keterbatasan ketahanan
kardiovaskuler.

 Kerusakan integritas struktur tulang

 Program pembatasan gerak.

 Keengganan memulai pergerakan.

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC : NIC :


perifer
- circulation status Peripheral sensation
Definisi : penurunan sirkulasi darah management (manajemen
keperifer yang dapat mengganggu - tissue perfusion : sensasi perifer )
kesehatan. cerebral
 monitor adanya daerah
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : tertentu yang hanya peka
terhadap
 tidak ada nadi Mendemonstrasikan panas/dingin/tajam/tumpul.
status sirkulasi yang
 perubahan fungsi motorik ditandai dengan:  monitor adanya
paretese.
 perubahan karakteristik kulit  tekanan sistole dan
(warna, elastisitas, rambut, diastole dalam rentang  instruksikan keluarga
kelembapan, kuku,sensasi,suhu ). yang diharapkan. untuk mengobservasi kulit
jika ada isi atau laserasi
 ankle-brakhial <0,90  tidak ada ortostatik
hipertensi  gunakan sarung
 perubahan tekanan darah di
tangan untuk proteksi
ekstremitas  tidak ada tanda-
tanda peningkatan
 waktu pengisian kapiler >3 detik

Page | 18
tekanan intrakranial
 klaudikasi (tidak lebih dari 15  batasi gerakan pada
mmHg) kepala ,leher , dan
 warna tidak kembali ketungkai saat punggung.
tungkai diturunkan. Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif  monitor kemampuan
 kelambatan penyembuhan luka yang ditandai dengan : BAB
perifer
 berkomunikasi  kolaborasi pemberian
 penurunan nadi dengan jelas dan sesuai anlgetik
dengan kemampuan.
 edema  monitor adanya
 menunjukkan tromboplebitis
 nyeri ekstremitas
perhatian .konsentrasi
 bruit femoral dan orientasi.  diskusikan mengenai
penyebab perubahan
 pemendekan jarak total yang  memproses sensasi.
ditempuh dalam uji berjalan enam informasi
menit.
 membuat keputusan
 pemendekan jarak bebas nyeri yang dengan benar.
ditempuh dalam uji berjalan enam
menit Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
 perestesia yang utuh : tingkat
kesadaran membaik,
 warna kulit pucat saat elevasi tidak ada gerakan
gerakan involunter .

4. Gangguan citra tubuh NOC NIC

Definisi : Konfusi dalam gambaran  Body image Body image enhancement


mental tentang diri-fisik individu.  Self esteem
 Kaji secara verbal dan
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil nonverbal respon klien
terhadap tubuhnya
 Perilaku mengenali tubuh invidu  Body image positif  Monitor frekuensi
 Perilaku menghindari tubuh  Mampu mengkritik dirinya
individu mengidentifikasi  Jelaskan tentang
 Perilaku memantau tubuh individu kekuatan personal pengobatan, perawatan,
 Respon nonverbal terhadap  Mendeskripsikan kemajuan dan
perubahan aktual pada tubuh secara faktual prognosis penyakit
(misalnya; penampilan, struktur, perubahan fungsi  Dorong klien
fungsi) tubuh mengungkapkan
 Respon nonverbal presepsi  Mempertahankan perasaannya
perubahan pada tubuh (misalnya; interaksi sosial  Identifikasi arti
penampilan, struktur, fungsi) pengurangan melalui
pemakaian alat bantu

Page | 19
 Mengungkapkan perasaan yang  Fasilitasi kontak
mencerminkan perubahan dengan individu lain
pandangan tentang tubuh individu. dalam kelompok kecil.
 Mengungkapkan presepsi yang
mencerminkan perubahan individu
dalam penampilan.

Objektif

 Perubahan aktual pada fungsi


 Perubahan aktual pada struktur
 Perilaku mengenali tubuh individu
 Perubahan dalam kemampuan
memperkirakan hubungan spesial
tubuh terhadap lingkungan.
 Perubahan dalam keterlibatan
sosial
 Perluasan batasan tubuh untuk
menggabungkan objek lingkungan
 Secara sengaja menyembunyikan
bagian tubuh
 Secara sengaja menonjolkan
bagian tubuh
 Kehilangan bagian tubuh
 Tidak melihat bagian tubuh
 Tidak menyentuh bagian tubuh
 Trauma pada bagian yang tidak
berfungsi
 Secara tidak sengaja menonjolkan
bagian tubuh

Subjektif

 Depersonalisasi kehilangan
melalui kata ganti yang netral
 Depersonalisasi bagian melalui
kata ganti yang netral
 Penekanan pada kekuatan tersisa
 Ketakutan pada reaksi orang laon
 Fokus pada penampilan masa lalu
 Perasaan negatif tentang sesuatu
 Personalisasi kehilangan dengan
menyebutkannya
 Fokus pada perubahan
 Fokus pada kehilangan
 Menolak memverifikasi perubahan
aktual
 Mengungkapkan perubahan gaya
hidup

Faktor yang berhubungan :

Page | 20
 Biofisik, kognitif
 Budaya, tahap perkembangan
 Penyakit, cidera
 Perseptual, psiskososial, spritual
 Pembedahan, trauma
 Terapi penyakit

5. Resiko cidera NOC NIC

Definisi : beresiko mengalami cidera  Risk kontrol Environment Management


sebagai akibat kondisi lingkungan (Management Lingkungan)
yang berinteraksi dengan sumber
adaptif dan sumber defensif individu. Kriteria hasil : - Sediakan lingkungan
yang aman untuk
Faktor resiko :  Klien terbebas dari pasien
cidera - Identifikasi
 Eksternal  Klien mampu kebutuhan keamanan
- Biologis (misalnya, tingkat menjelaskan cara pasien, sesuai dengan
imunisasi komunitas, untuk mencegah kondisi fisik dan
mikroorganisme). cidera fungsi kognitif
- Zat kimia (misalnya, racun,  Klien mampu pasien dan riwayat
polutan, obat, agenens menjelaskan faktor penyakit terdahulu
farmasi, alkohol, nikotin, resiko dari pasien
pengawet, kosmetik, lingkungan/perilaku - Menghindarkan
pewarna). personal lingkungan yang
- Manusia (misalnya, agens  Mampu berbahaya
nosokomial, pola memodifikasi gaya - Memasang side rail
ketenangan, atau faktor hidup untuk tempat tidur
kognitif, afektif dan mencegah injury - Menyediakan tempat
psikomotor).  Menggunakan tidur yang nyaman
- Cara pemindahan/transpor fasilitas kesehatan dn bersih
- Nutrisi (misalnya, desain, yang ada - Menempatkan saklar
struktur, dan pengaturan  Mampu mengenali lampu yang mudah
komunitas, bangunan dan perubahan status dijangkau pasien
peralatan) kesehatan - Membatasi
 Internal pengunjung
- Profil dara yang - Menganjurkan
abnormal ( misalnya, keluarga untuk
leukositosis/leukopenia, menemani pasien
gangguan faktor - Mengontrol
koagulasi, lingkungan dari
trombositosipenia, sel kebisingan
sabit, talasemia). - Memindahkan
- Disfunsi biokimia barang-barang yang
- Usia perkembangan dapat membayakan
(fisiologis, psikososial)
- Disfungsi efektor
- Disfungsi autoimun
- Disfungsi integratif

Page | 21
- Malnutrisi
- Fisik ( misalnya,
integritas kulit tidak
utuh, gangguan
mobilitas)
- Psikologis
- Disfungsi sensorik
- Hipoksia jaringan

6. Resiko jatuh NOC NIC

Defenisi: peningkatan kerentanan  Trauma risk for Faal prevention


untuk jatuh yang dapat menyebabkan  Injury risk for
bahaya fisik - Mengidentifikasi
Kriteria hasil: defisit kognitif atau
Faktor resiko:  Keseimbangan : fisik pasien yang dapat
kemampuan untuk meningkatkan potensi
 Dewasa mempertahankan jatuh dalam
- Usia 65 tahun atau lebih ekuilibrium lingkungan tertentu
- Riwayat jatuh  Gerakan - Mengidentifikasi
- Tinggal sendiri terkoordinasi: perilaku dan faktor
- Prosthesis ekstremitas bawah kemampuan oto yang mempengaruhi
- Penggunaan alat bantuh untuk bekerja sama resiko jatuh
(misalnya: walker, tongkat) secara volunter untuk - Mengidentifikasi
 Anak melakukan gerakan karakteristik yang
- Usia 2 tahun atau kurang yang bertujuan dapat meningkatkan
- Tempat tidur yang terletak di  Perilaku pencegahan potensi untuk jatuh
dekat jendela jatuh: tindakan - Sarankan perubahan
- Kurangnya penahan/pengekang individu atau dalam gaya nerjalan
ke kereta dorong pemberi asuhan kepada pasien
- Kurangnya atau longgarnya untuk meminimalkan - Mendorong pasien
pagar pada tangga faktor resiko yang untuk menggunakan
- Kurangnya penghalang atau dapat memicu jatuh tongkat atau alat abntu
tali pada jendela di lingkungan berjalan
- Kurang pengawasan orang tua individu - Kunci roda dari kursi
- Jenis kelamin laki-laki yang  Kejadian jatuh: tidak roda, tempat tidur,
berusia< 1 tahun ada kejadian jatuh atau brankat selama
- Bayi yang tidak diawasi saat  Pengetahuan: transfer pasien
berada di permukaan yang keamanan pribadi - Ajarkan pasien
tinggi (misalnya: tempat tidur  Pelanggaran bagaimana jatuh untuk
atau meja) perlindungan tingkat menimalkan cedera
 Kognitif kebingungan akut - Memantau
- Penurunan status mental  Tingkat agitasi kemampuan untuk
 Lingkungan  Komunitas mentransfer dari
- Lingkungan yang tidak pengendalian resiko tempat tidur ke kursi
terorganisasi  Kekerasan dan sebaliknya
- Ruang lingkup yang memiliki  Komunitas tingkat
pencahayaan yang redup kekerasan

Page | 22
- Tidak ada materi yang antislip  Gerakan - Menyediakan toilet di
di kamar mandi terkoordinasi tinggiakan untuk
- Tidak ada materi yang antislip  Kecenderungan memudahkan transfer
di tempat mandi pencuran resiko pelarian untuk - Menyediakan tempat
- Pengekangan kawin tidur kasur dengan tepi
- Karpet yang tidak rata  Kejadian terjun yang erat untuk
- Ruang yang tidak di kenal  Mengasuh memudahkan transfer
- Kondisi cuaca (misalnya: lantai keselamatan fisik - Gunakan rel sisi
basah) remaja panjang yang sesuai
 Medikasi  Mengasuh : bayi atau dan tinggi untuk
- Penggunaan alkohol balita keselamatan mencegah jatuh dari
- Inhibitor enzyme pengubah fisik tempat tidur
angiotensin  Perilaku keselamtan - Memberikan pasien
- Agens anti ansietas pribadi tergantung dengan
- Agens anti hipertensi  Keparahan cedera sarana bantuan
- Deuretik fisik pemanggialan
- Hipnotik  Pengendalian resiko (misalnya: bell atau
- Narkotik/opiate  Pengendalian resiko: cahaya panggilan)
- Obat penenang penggunaan alkohol, - Membantu ke toilet
- Anti depresan trisiklik narkoba sering kali, interval di
 Fisiologis  Pengendalian resiko: jadwalkan
- Sakit akut pencahayaan sinar - Menandai ambang
- Anemia matahari pintu dan tepi langka
- Artritis  Deteksi resiko sesuai kebutuhan
- Penurunan kekuatan  Lingkungan rumah - Hindari kekacauan
ekstremitas bawah aman pada permukaan lantai
- Diare  Aman berkeliaran - Memberikan
- Kesulitan gaya berjalan  Zat pearikan pencahayaan yang
- Vertigo saat mengekstesikan keparahan memadai
leher  Integritas jaringan: - Menyediakan lampu
- Masalah kaki kulit dam membran malam di samping
- Kesulitan mendengar mukosa tempat tidur
- Gangguan keseimbangan  Perilaku kepatuhan - Menyediakan
- Gangguan mobilitas fisik visi pegangan tangan
- Inkontinensia terlihat dan memegang
- Neoplasma (misalnya, letuh tiang
atau mobilitas terbatas) - Menyediakan
- Neuropati permukaan
- Hipotensi ortostatis nonslip/anti tergelincir
- Kondisi postoperative di bak mandi atau
- Perubahan gula darah pancuran
postprandial - Anjurkan pasien untuk
- Defisit prprioseptif memakai kaca mata,
- Mengantuk ketika keluar dari
- Berkemih yang mendesak tempat tidur
- Penyakit vaskuler - Sarankan adaptasi
- Kesulitas melihat rumah untuk
meningkatkan
kesalamatan

Page | 23
- Sarankan alas kaki
yang aman
- Mengembangkan cara
untuk pasien untuk
berpartisipasi
keselamatan dalam
kegiatan rekreasi
- Lembaga program
latihan rutin fisik yang
meliputi berjalan
- Tanda-tanda posting
untuk mengingatkan
staf bahwa pasien
resiko untuk jatuh

7. Ansietas NOC NIC

Defenisi : perasaan tidak nyaman atau  Anxiety self-control Anxiety reduction


kekhawatiran yang samar di sertai  Anxiety level (penurunan kecemasan)
respon autonom (sember sering kali  Coping
tidak spesifik atau tidak di ketahui - Gunakan pendekatan
individu), perasaan takut yang di Kriteria hasil: yang menenangkan
sebabkan oleh antisipasi terhadap - Nyatakan dengan jelas
bahaya. Hal ini merupaka isyarat  Klien mampu harapan terhadap
kewaspadaan yang memperingatkan mengidentifikasi dan perilaku pasien
individu akan adanya bahaya dan mengungkapkan - Jelakan semua
memampukan individu untuk gejala cemas prosedur dan apa yang
bertindak menghadapi ancaman.  Mengidentifikasi, di rasakan selama
mengungkapkan dan proseduk
Batasan karakteristik: menunjukkan tehnik - Pahami prespektif
untuk mengontrol pasienterhadap situasi
 Perilaku : cemas stress
- penuruna produktifitas  Vital sing dalam - Temani pasien untuk
- Gerakan yang irelevan batas normal memberikan
- Gelisah  Postur tubuh, keamanan dan
- Melihat sepintas ekspresi wajah, mengurangi takut
- Insomnia bahasa tubuh dan - Dorong keluarga untuk
- Kontak mata yang buruk tingkat aktivitas menemani anak
- Agitasi menunjukkan - Lakukang back/nick
- Mengintai berkurangnya rub
- Tampak waspada kecemasan - Dengarkan dengan
 Affektif : penuh perhatian
- Gelisah, distres - Identifikasi tingkat
- Kesedihan yang mendalam kecemasan
- Ketakutan - Bantu pasien
- Perasaan tidak adekuat mengenal situasi yang
- Berfokus pada diri sendiri menimbulakn
- Peningkatan kewaspadaan kecemasan
- Iritabilitas - Dorong pasien untuk
- Bingung, menyesal mengungkapkan

Page | 24
- Ragu/ tidak percaya diri perasaan, ketakutan,
- Khawatir persepsi
 Fisiologi - Instruksikan pasien
- Wajah tegang, tremor tangan menggunakan tehnik
- Peningkatan keringat relaksasi
- Suara bergetar - Berikan obat untuk
 Simpatik : mengurangi
- Anoreksia kecemasan
- Diare, mulut kering
- Wajah merah
- Jantung berdebar-debar
- Peningkatan tekanan darah
- Kesulitan bernapas
- Lemah
 Parasimpatik
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekanan darah
- Diare, mual, vertigo
- Letih, gangguan tidur
- Sering berkemih
 Kognitif :
- Menyadari gejala fisiologis
- Penurunan lapang persepsi
- Kesulitan berkonsentrasi
- Luka, gangguan perhatian
- Cenderung menyalahkan orang
lain

Faktor yang berhubungan:

 Perubahan dalam (satus ekonomi,


lingkungan, status kesehatan)
 Terkair keluarga
 Herediter
 Infeksi
 Penurunan penyakit interpersonal
 Zat
 Penyalagunaan zat
 Kebutuhan yang tidak dipenuhi

Page | 25
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang
ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi
itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah
tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha
pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.

B. SARAN

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Dan
penulis juga berharap dapat menerima saran dan kritik dari para pembaca yang dapat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini selanjutnya.

Page | 26
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. Keperawatan Medikal-Bedah. 2002. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. 2009. Jakarta : EGC

Suratun dkk. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. 2008.
Jakarta : EGC

Nanda Internasional. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. 2012.


Jakarta : EGC

Page | 27

Você também pode gostar