Você está na página 1de 9

OCT

30

Makalah Miopi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Miopi adalah penyakit mata yang sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat, dewasa
sudah banyak sekali orang yang mengalaminya. Miopi dapat terjadi karena bola mata yang
terlalu panjang atau karena kelengkungankornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang
masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Penderita penyakit ini
tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong dengan menggunakan kacamata negatif
(cekung). Tidak tua maupun muda, sekarang sudah tidak bisa dibedakan lagi semuanya bisa
terkena. Oleh karena itu, kita harus waspada terhaap berbagai ancaman dari luar termasuk
gangguan mata yang salah satunya adalah miopi atau rabun jauh.
Maka kita mulai sekarang harus bisa mengetahui tanda dan gejala dininya,
penyebabnya dan cara pencegahannya sehingga kita tidak terkena penyakit tersebut. Jikalau
memang sudah terkena sebaiknya kita tau cara penatalaksaannya dan cara mengobatinya agar
tidak menjadi lebih parah lagi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengetahui apa itu miopi (rabun jauh).
2. Bagaimana tanda dan gejala orang yang mengalami gangguan mata miopi.
3. Bagaimana mengetahui penyebab terjadinya miopi.
4. Apa yang harus dilakukan jika sudah terkena gangguan miopi.
5. Bagaimana cara mengatasi dan mencegah agar tidak terkena miopi.

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apa itu miopi (rabun jauh).
2. Mengetahui tanda dan gejala mata miopi.
3. Mengetahui penyebab mata miopi.
4. Mengetahui apa-apa yang harus dilakukan jika terjadi.
5. Mengetahui cara untuk mengatasi dan mencegahnya.
D. Sistematika Penelitian
1. Halaman judul

2. Kata Pengantar

3. Daftar Isi

4. BAB I PENDAHULUAN
- Latar belakang

- Perumusan masalah

- Tujuan Penulisan

- Sistematika Penulisan

5. BAB II PEMBAHASAN

6. BAB III PENUTUP

- Kesimpulan

- Saran

7. Daftar Pustaka

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian

Miopi (dari bahasa Yunani: μυωπία myopia "penglihatan-dekat") atau rabun


jauh adalah sebuah kerusakan refraktif mata di mana citra yang dihasilkan berada di
depan retina ketika akomodasi dalam keadaan santai. Miopi dapat terjadi karena bola mata
yang terlalu panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya
yang masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Penderita penyakit
ini tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong dengan menggunakan kacamata negatif
(cekung).
Beberapa Bentuk Miopia
Dikenal beberapa bentuk miopia seperti :
1. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak
intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama
dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media
penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.
2. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan
lensa yang normal.
Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam:
1. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri.
2. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri.
3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.
4. Miopia sangat berat, diatas 10 dioptri.
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :
1. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa.
2. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata.
3. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasio retina
dan kebutaan atau sama dengan miopia pernisiosa atau miopia degeneratif.
Pembagian berdasar kelainan jaringan mata:
a. Miopia Simpleks
 Dimulai pada usia 7-9 tahun dan akan bertambah sampai anak berhenti tumbuh + 20 tahun.
 Berat kelainan refraktif biasanya kurang dari -5 D atau -6 D.
b. Miopia progresif
 Miopia bertambah secara cepat (-4 Dioptri / tahun).
 Sering disertai perubahan vitreo-retina.
 Biasanya terjadi bila miopia lebih dari -6 D.
Menurut tipe (bentuknya) miopia dikenal beberapa bentuk :
1. Miopia Axial, miopia akibat diameter sumbu bola mata (diameter antero-posterior) >
panjang. Dalam hal ini, terjadinya myopia akibat panjang sumbu bola mata (diameter Antero-
posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa normal, refraktif power normal dan tipe
mata ini lebih besar dari normal.
2. Miopia Kurvartura, diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea & kelengkungan
lensa. Dalam hal ini terjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea
atau perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti yang terjadi pada katarak intumesen
dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola
mata norma
3. Miopia Indeks Refraksi, bertambahnya indeks bias media penglihatan. Perubahan indeks
refraksi atau myopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang
terjadi pada penderita Diabetes Melitus sehingga pembiasan lebih kuat.
4. Perubahan posisi lensa, pergerakan lensa yang lebih ke anterior. setelah operasi glaucoma
berhubungan dengan terjadinya miopia.
Pada miopia degeneratif atau miopia maligna bila lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada
fundus okuli dan panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak
pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina. Atrofi retina berjalan kemudian
setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch yang dapat
menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada miopia dapat
terjadi bercak Fuch berupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atrofi lapis sensoris
retina luar, dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik.

2.2. Penyebab
1. Genetika (Herediter)
Penelitian genetika menunjukkan bahwa miopia ringan dan sedang biasanya bersifat
poligenik, sedangkan miopia berat bersifat monogenik. Penelitian pada pasangan kembar
monozigot menunjukkan bahwa jika salah satu dari pasangan kembar ini menderita miopia,
terdapat risiko sebesar 74 % pada pasangannya untuk menderita miopia juga dengan
perbedaan kekuatan lensa di bawah 0,5 D.
2. Nutrisi
Nutrisi diduga terlibat pada perkembangan kelainan-kelainan refraksi. Penelitian di
Afrika menunjukkan bahwa pada anak-anak dengan malnutrisi yang berat terdapat prevalensi
kelainan refraksi (ametropia, astigmatisma, anisometropia) yang tinggi.
3. Tekanan Intraokuler
Peningkatan tekanan intraokuler atau peningkatan tekanan vena diduga dapat
menyebabkan jaringan sklera teregang. Hal ini ditunjang oleh penelitian pada monyet, yang
mana ekornya digantung sehingga kepalanya terletak di bawah. Pada monyet-monyet tersebut
ternyata timbul miopia.
2.3. Patofisiologi
Tipe mata miopia yang ekstrim dapat meluas dalam semua bagian posterior, tetapi
memiliki panjang aksial yang sangat panjang. Pada bagian anterior, kornea kemungkinan
agak menipis dan terlihat datar dari normal, dengan ruangan anterior yang dalam dan terlihat
sudut sempit yang menunjukkan proses mendekatnya iris ke arah trabekulum. Lensa memiliki
kecenderungan untuk mengalami awal sklerosis inti. Biasanya terdapat defek pada membran
zonula dan kemungkinan terdapat sebuah hambatan selama pembedahan katarak.
Penipisan skleral pada umumnya berhubungan dengan elastisitas skleral atau
penurunan kekakuan okular. Terutama ketika bergabung dengan zonular dehiscence, ini dapat
mengakibatkan cairan vitreus cepat regress dan rapuh ketika mata membuka terhadap tekanan
atmosfer. Kadang-kadang terjadi hipotoni bisa diakibatkan oleh serosa atau pendarahan
koroid selama pembedahan intra okular. Secara anatomi, sklera tidak hanya tipis tetapi juga
bisa menjadikan kondisi abnormal. Mikroskop elektron yang ditemukan oleh Garzino
menunjukkan serat kolagen yang rata-rata berdiameter kecil dan menunjukkan banyak serat
pemisah antar serat.
2.4. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda mata miopi:
 Objek dekat bisa terlihat, sedangkan objek jauh terlihat kabur
 Mengecilkan mata ketika melihat objek jauh
 Tidak dapat melihat papan hitam dengan jelas
 Terlalu dekat dengan buku ketika membaca
Gejala Mata Minus Atau Miopi
Gejalanya adalah kepala nyeri berdenyut terutama bagian depan, bola mata perih dan
berat, terasa seperti mau keluar dan air mata meleleh berlebihan. Keadaan ini biasanya
membaik bila mata diistirahatkan atau dengan minum obat antinyeri. Tapi sering kali kambuh
beberapa waktu kemudian.
Miopia memang bisa menyebabkan sakit kepala. Untuk seorang penderita miopia, pada
saat melihat miopia, pada saat melihat jauh, bayangan jatuh di depan retina sehingga
mengurangi kecembungan lensa. Perubahan kecembungan ini dinamakan kemampuan
akomodasi mata. Mata yang berakomodasi terus-menerus dalam waktu yang lama akan
menimbulkan kelelahan. Kelelahan mata inilah yang mencetuskan nyeri kepala dan nyeri
pada mata.

2.5. Komplikasi
Komplikasi Miopia
1. Ablatio retina terutama pada myopia tinggi
2. Strabismus
a. esotropia bila myopia cukup tinggi bilateral
b. bexotropia pada myopia dengan anisometropia
3. Ambliopia terutama pada myopia dan anisometropia
2.6. Penatalaksanaan Medik
1. Kacamata
Meskipun masih sedikit bukti ilmiah untuk menyatakan bahwa pemakaian kacamata
koreksi secara terus menerus progresivitas miopia atau mempertahankan visus namun dapat
mengurangi kelelahan pada mata dan melatih mata terutama pada anak-anak. Miopi dikoreksi
dengan lensa konkaf atau lensa negatif. Pada kasus dengan miopi tinggi koreksi yang penuh
jarang diberikan. Pengurangan koreksi dilakukan sampai tercapai penglihatan binokuler yang
masih nyaman. Jika sudah terdapat perubahan patologis pada fundus maka sedikit sekali
keuntungan yang didapat pada pemakaian kacamata.
2. Penggunaan Lensa kontak
Lensa kontak telah menjadi pilihan yang baik untuk miopia tinggi selama bertahun-
tahun karena disamping dapat mengurangi berat dan ketebalan lensa pada kacamata, juga
mengeliminasi kesulitan akibat pemakaian lensa yang tebal tersebut. Pasien miopia biasanya
akan memiliki mengatasi masalah yang timbul pada pemakaian kacamata. Lensa kontak yang
sering digunakan yaitu lensa kontak yang soft dan lensa kontak gas-permeabel. Lensa kontak
yang soft dapat menimbulkan kenyamanan namun harus dimonitor pemakaiannya karena
dapat menyebabkan terjadinya hipoksia. Lensa gas-permeabel memberikan optik yang penuh
dan fisiologi yang baik. Lensa gas-permeabel memberikan optik yang penuh dan fisiologi
yang baik.
3. Bedah Refraktif / LASIK (Laser Assisted In-Situ Keratomileusis)
LASIK (Laser Assisted In-situ Keratomileusis) adalah suatu prosedur untuk mengubah
bentuk lapisan kornea mata dengan menggunakan sinar excimer laser. Prosedur LASIK dapat
dilakukan untuk mengoreksi miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat) maupun
astigmatisme (silinder). Tindakan ini bertujuan untuk membantu melepaskan diri dari
ketergantungan pada kacamata dan lensa kontak.
LASIK konvensional menggunakan alat mikrokeratom untuk membuka lapisan
permukaan kornea mata. Kemudian dilakukan excimer laser untuk menghilangkan sebagian
lapisan kornea.
Lapisan permukaan kornea yang dibuka (flap), dikembalikan ke posisi semula.
Karena prosedur LASIKhanya dikerjakan pada lapisan dalam kornea saja (permukaan kornea
sama sekali tidak disentuh), maka tidak ada rasa sakit pasca tindakan. Flap akan secara alami
melekat kembali setelah beberapa menit tanpa perlu dijahit sama sekali.
Alternatif lain untuk pasien miopia adalah penanaman lensa intraokular yaitu suatu
lensa yang ditanam bilik mata depan melalui insisi kecil sedangkan lensa yang asli masih
tetap ada terutama dilakukan untuk mengoreksi miopi yang berat. Akan tetapi keamanan
penggunaan pada beberapa kasus dapat dilakukan ekstraksi lensa tapi lensa intraokular tidak
dipasang. Dengan mengangkat lensa maka sekitar 15 D dari miopi secara otomatis akan
terkoreksi. Namun harus diingat bahwa teknik ini dapat menimbulkan komplikasi berupa
ablasio retina sehingga jarang digunakan.

BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Pengkajian Fisik Penglihatan
a. Pengkajian Ketajaman Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu
Snellen.
- Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen dengan
satu mata ditutup.
- Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari
baris paling atas kebawah dan tentukan baris terakhir yang masih
dapat dibaca seluruhnya dengan benar.
Penilaiannya: Tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti
pasien dapat membaca seluruh huruf dalam kartu Snellen dengan
benar.
b. Pengkajian Gerakan Mata
Salah satu mata pasien di tutup dengan karton atau tangan
pemeriksa, dan pasien di minta memfokuskan mata yang tidak
tertutup pada satu benda diam sementara mata yang di tutup
karton/tangan tetap terbuka. Kemudian karton atau tangan tiba-tiba di
singkirkan, dan akan nampak gerakan abnormal mata.
c. Pengkajian Lapang Pandang
Pemeriksa dan pasien duduk dengan jarak 1 sampai 2 kaki,
saling berhadapan. Pasien di minta menutup salah satu mata dengan
karton, tanpa menekan, sementara ia harus memandang hidung
pemeriksa. Pasien di minta tetap melirik pada hidung pemeriksa dan
menghitung jumlah jari yang ada di medan superior dan inferior
lirikan temporal dan nasal. Jari pemeriksa di gerakkan dari posisi luar
terjauh ke tengah dalam bidang vertical, horizontal dan oblik. Medan
nasal, temporal, superior dan inferior di kaji dengan memasukkan
benda dalam penglihatan dari berbagai titik perifer. Pada setiap
manuver, pasien memberi informasi kepada pemeriksa saat ketika
benda mulai dapat terlihat sementara mempertahankan arah lirikannya
ke depan.
2. Pemeriksaan Fisik Mata
a. Kelopak Mata, harus terletak merata pada permukaan mata
b. Bulu Mata, posisi dan distribusinya
c. Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air
mata.
d. Pemeriksaan Mata Anterior, sclera dan konjungtiva bulbaris
diinspeksi secara bersama.
e. Pemeriksaan Kornea, normalnya kornea tampak halus dengan
pantulan cahaya seperti cermin, terang, simetris dan tunggal.

3.2. Diagnosa Keperawatan


· Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/gangguan status organ indera.
· Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
(nyeri pada kepala, kelelahan pada mata).
· Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan
pengobatan.

3.3. Intervensi
Diagnosa I:
Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/perubahan status organ indera.
1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual
Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi
klien
2. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional: Memberikan peningkatan kenyamanan, kekeluargaan serta
kepercayaan klien-perawat
3. Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang gangguan
penglihatan
Rasional : meningkatkan kepercayaan klien-perawat dan penerimaan
diri
4. Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani gangguan
penglihatannya
Rasional: Menurunkan kemungkinan bahaya yang akan tejadi
sehubungan dengan gangguan penglihatan
Diagnosa II :
Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status
kesehatan (nyeri pada kepala, kelelahan pada mata.)
1. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional : Membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan
keamanan
2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya
Rasional: Memberikan informasi kepada klien tentang
penyakitnya dan mengurangi ansietas
3. Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan.
Rasional : Mengurangi ansietas klien
Diagnosa III :
Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan
pengobatan
1. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan
Rasional : Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi
klien.
2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang
akan dilakukan
Rasional : Memberikan informasi kepada klien tentang
penyakitnya.
3. Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca
dengan posisi tidur, menonton TV dengan jarak terlalu dekat.
Rasional : Membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi
tidur, menonton TV dengan jarak terlalu dekat dapat mengakibatkan
kelelahan pada mata

BAB VI
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dengan merebaknya masalah kesehatan sekarang ini, alangkah baiknya kita menjaga
kesehatan kita agar tidak terserang penyakit, salah satunya adalah penyakit miopi (rabun
jauh).
4.2. Saran
Mencegah lebih baik daripada mengobati, salah satunya adalah menjaga kondisi mata
kita agar tetap dalam keadaan yang sehat, sering makan buah dan sayuran segar terutama
yang mengandug vitamin A. Jika sudah terlanjur, maka sebaiknya segera periksakan dan
obati agar tidak menjadi semakin parah.
Diposkan 30th October 2013 oleh Riyan Nurhaedi

Você também pode gostar