Você está na página 1de 8

TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA ARAB INTERAKTIF

A. Teknik Pembelajaran Keterampilan Mendengar


Menurut Ibrahim Anis, et, al., dalam Mu’jam Al-Wasith, mendengar adalah
mengekspresikan apa yang didengar secara baik. Secara etimologis mendengar adalah
pemusatan tendensi untuk memahami konten pembicaraan yang dimaksud, disamping
mengadakan analisis, dan bahkan mengekspresikan kritikan. Konteks ini menunjukkan
bahwa mendengar bukan hanya mendengarkan secara pasif, tetapi lebih dari itu, mengaitkan
simbol-simbol bahasa dan mengekspresikan argumentasi yang diucapkan si pembicara serta
mengadakan analisis sejauh mana kebenaran dan validitas argumentasi yang dikemukakan.1
Adapun teknik pembelajaran keterampilan mendengar bahasa asing (khususnya bahasa Arab)
disajikan dalam empat fase; yaitu:
1. Fase Pengenalan
Pada fase ini dikenalkan bunyi-bunyi huruf Arab baik yang tunggal maupun yang
sudah disambung dengan huruf lain dalam kata-kata. Dalam hal ini guru dituntut untuk
memberikan contoh pengucapan bunyi dengan baik dan benar, lalu diikuti oleh peserta
didik. Akan lebih baik jika menggunakan alat bantu kaset atau gambar tentang kata-kata
yang dimaksud. Ada beberapa aspek bunyi yang sampai saat ini terkadang menjadi
masalah dalam mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa Asing. Menurut Hasan dan
Suwailih dalam mudzakkarat al-Daurat al-Tarbawiyyah (1986) diantara aspek-aspek
tersebut adalah:
a) Bunyi harakat panjang dan pendek, misalnya:

‫بريد‬-‫ برد‬,‫ضروب‬-‫ ضرب‬,‫عالم‬-‫علم‬


b) Bunyi huruf-huruf yang sepantas mirip, misalnya:

‫ع‬-‫ ا‬,‫ه‬-‫ ح‬,‫ص‬-‫س‬


c) Bunyi huruf-huruf bertasydid, misalnya:

‫ م ّد‬,‫استقر‬
ّ ,‫هذّب‬
d) Bunyi alif-lam syamsiyyah dan qomariyah, misalnya:

‫ الحارس‬,‫ الكتاب‬,‫ الناس‬,‫الشيطان‬


e) Bunyi huruf bertanwin, misalnya:
ٌ ‫ هي تلميذة‬,ٌ‫كتاب جديد‬
ٌ ‫هذا‬

1
Zulhanan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm 92
f) Bunyi huruf-huruf yang disukunkan di akhir kata atau kalimat untuk meringankan
ucapan, misalnya:

‫ وصل المسافر اليوم‬: ‫المسافر اليو َم‬


ُ ‫وص َل‬
2. Fase Pemahaman Permulaan
Pada fase ini para pelajar diajak untuk memahami pembicaraan sederhana yang
dilontarkan oleh guru tanpa respon lisan, tetapi dengan perbuatan. Sebagai tahap
permulaan, merespon dengan perbuatan dipandang lebih ringan dibandingkan dengan
lisan. Bentuk respon tersebut dapat berupa:
a) Melakukan perintah secara fisik, misalnya:
‫ قم‬Qum (berdirilah), ‫ اجلس‬Ijlis (duduklah), ‫اخرج‬Ukhruj (keluarlah)
b) Bereaksi pada seruan, misalnya:
!‫ احترس‬Ihtaris (awas)

!‫ كن حذرا‬Kun hadziran (hati-hatilah)

!‫ االنتباه‬Al-intibah (perhatian)

!‫ارجوكم ان تستمعوا اليه‬Arjukum an tastami’u ilaihi (harap semua menyimaknya)


c) Menjawab pertanyaan secara tertulis atau melakukan perintah dengan tulisan atau
menggambar diatas tulisan, misalnya:
‫هل انت جائع؟‬

!‫ارسم المربع‬

d) Melakukan perintah dengan menggunakan gambar, sketsa, denah dan sebagainya


yang sudah disediakan oleh guru. Dalam hal ini guru membagikan kertas yang di
dalamnya ada gambar atau sketsa. Para pelajar mendengarkan perintah guru, lalu
mengerjakan apa yang diperintahkannya dengan mengisi tempat kosong dalam
gambar atau sketsa tersebut, misalnya:

‫ و المدرس‬.‫ اسمه االستاذ داني‬.‫ المدرس االول طويل‬.‫في مدرستنا مدرسان جديدان‬
‫ و االستاذ طاني‬,‫ جاء االستاذ داني من سورابايا‬.‫ اسمه االستاذ طاني‬,‫الثاني قصير‬
.‫ هما مدرسان ماهران في اللغة العربية‬.‫من جاكرتا‬
3. Fase pemahaman pertengahan
Pada fase ini pelajar diberi pertanyaan secara lisan atau tertulis. Sementara itu
kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam fase ini adalah:
a. Guru membacakan bacaan pendek atau memutar rekaman. Setelah itu guru
memberikan pertanyaan mengenai isi bacaan atau rekaman tersebut. Jawaban
pelajar bisa berbentuk lisan atau tulisan.
b. Guru memutar rekaman percakapan dua orang penutur asli. Selanjutnya guru
menanyakan isi rekaman tersebut. Pertanyaan yang diajukan dalam point ini lebih
mendetail dibandingkan dengan point A di atas. Pertanyaan misalnya tentang: apa
isi percakapan, siapa orang yang berbicara, di mana mereka bicara, dan lain
sebagainya. Jawaban dapat berupa lisan ataupun tukisan.

c. Guru memutar rekaman percakapan seseorang, misalnya dalam telpon. Dalam


percakapan ini hanya terdengar satu orang, sedangkan kata-kata lawan bicaranya
tidak terdengar. Para pelajar mendengarkan percakapan dengan seksama, lalu
mereka diminta untuk menebak apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya.
Misalnya:

‫ السالم عليكم و رحمة هللا و بركاته‬: ‫أ‬


....................... : ‫ب‬
‫ هل هذا رقم السيد محمود؟‬: ‫أ‬
...................... : ‫ب‬
‫ هل يمكنني ان اتكلم معه؟‬.‫ صديق السيد محمود‬,‫ انا سومرنا‬: ‫أ‬
..................... : ‫ب‬
.‫ شكرا علي حسن اهتمامك‬: ‫أ‬
.................... : ‫ب‬
4. Fase pemahaman lanjutan
Pada fase ini pelajar diberi latihan untuk mendengarkan berita-berita dari radio
atau tv. Bisa juga mendengarkan komentar-komentar tentang hal-ihwal tertentu yang
disiarkan radio atau tv. Dalam kegiatan ini para pelajar dianjurkan untuk
mendengarkan sambil membuat catatan mengenai fakta-fakta tertentu yang terjadi
selama kegiatan yang terekam dalam kaset seperti nama, tanggal, tahun, tempat,
waktu, dan sebagainya. Setelah itu mereka ditugaskan untuk membuat ringkasan
berbahasa Arab yang mereka kuasai tentang inti pembicaraan.
a. Menyimak siaran radio dan tv.
Radio dan TV merupakan perangkat yang baik dalam latihan menyimak
pembicaraan bahasa Asing. Baik disini adalah dalam hal spontanitas dan
kewajaran. Sebagaimana diketahui bahwa penggunaan Bahasa Asing bisa
dianggap baik jika penutur sudah bisa menggunakannya secara spontan dan
wajar. Dua hal ini menandakan bahwa bahasa yang digunakan sudah melekat erat
pada diri orang yang bersangkutan. Akan tetapi hal ini akan menjadi
permasalahan tersendiri, khususnya seperti di Indonesia, karena siaran radio atau
TV berbahasa arab yang dituturkan oleh penutur asli sangat sulit didapat. Tetapi
pada masa kini bukan hal yang mustahil karena banyak perangkat canggih yang
dapat digunakan untuk mengakses siaran tersebut.
b. Menyimak rekaman tentang kegiatan tertentu.
Yang dimaksud kegiatan disini adalah kegiatan yang menonjolkan banyak
pembicaraan tentang sesuatu hal, misalnya kegiatan diskusi tentang permasalahan
tertentu, atau obrolan-obrolan dalam situasi nyata. Kegiatan ini bisa direkam
dalam bentuk audio atau audiovisual. Akan lebih baik jika kegiatan ini
melibatkan penutur asli, setidaknya para pelajar dapat mendengarkan pola-pola
kalimat yang dibawakan secara spontan dan wajar dalam perilaku berbahasa.2

B. Pengembangan Teknik Pembelajaran Keterampilan Mendengar

Dalam pengembangan teknik pembelajaran istima’ ini, sesungguhnya dapat


direalisasikan oleh dosen melalui 6 teknik:

a. Ta’lim Muta’awin, teknik ini sangat berguna bagi dosen khususnya untuk mengatahui
cara yang paling efektif dan efisien bagi pemahaman mahasiswa dalam belajar bahasa
arab. Dan teknik ini juga memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk saling berbagi
hasil belajar dari materi yang sama dengan cara yang berbeda melalui proses
komparasi catatan hasil belajar. Adapun langkah-langkah pembelajaran istima’ melalui
teknik pembelajaran ta’lim muta’awin adalah sebeagai berikut:
1) Mahasiswa dikelompokkan dan ditempatkan menjadi dua kelompok terpisah.

2
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014),
hlm 131-135
2) Dosen membacakan dan menjelaskan sebuah teks kepada kelompok satu.
Sedangkan kepada kelompok dua dosen menceritakan kembali teks tersebut
dengan bahasa dosen sendiri melalui stategi ceramah.
3) Mahasiswa dikumpulkan. Setelah itu, tiap anggota dari kelompok satu diminta
mencari pasangan dari kelompok dua.
4) Tiap pasangan diminta untuk menggabungkan hasil belajar dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dosen.
b. Talkhis Magza, teknik ini dapat menguji kemampuan menyimak mahasiswa terhadap
isi cerita. Jawaban mahasiswa terhadap pertanyaan siapa, mengapa, bagaimana, kapan
dan sebagainya kemudian disintesiskan kedalam satu kalimat singkat, padat dan jelas;
sehingga dapat menumbuhkan sikap berpikir kreatif-kritis terhadap topik yang
diberikan. Adapun langkah-langkah pembelajaran istima’ melalui teknik pembelajaran
Talkhis Magza adalah sebagai berikut:
1) Dosen memilih satu topik pembahasan yang belum dipelajari oleh mahasiswa.
2) Dosen menjelaskan aturan main yang harus dikerjakan mahasiswa, seperti meminta
mereka mencatat hal-hal yang berkaitan dengan beberapa pertanyaan berikut:

‫ ماذا فعل؟‬،‫ لمن فعل‬،‫ متى‬،‫ أين‬،‫ كيف‬،‫ لماذا‬،‫من فعل‬


3) Dosen menjelaskan sebuah topik pembahasan, sedangkan mahasiswa menyimak
penjelasannya.
4) Saat mahasiswa menyimak, mereka diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang sudah mereka catat dan menggabungkan pertanyaan-pertanyaan tersebut

menjadi satu kalimat. Sebagai contoh, dosen mengajarkan teks berjudul ‫صالح‬
‫ الدين‬dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
‫ صالح الدين‬:‫من‬
‫ هجم‬:‫ماذا‬
‫ الصليبيين‬:‫لمن‬
‫ حوالي تسعمائة سنة بعد هجوم الصليبيين للمسلمين‬:‫متى‬
‫ بالقرب من حطين‬:‫أين‬
‫ معركة قوية‬:‫كيف‬
‫ إلعادة األمن و السالم‬:‫لماذا‬
5) Dosen memberikat waktu yang cukup kepada mahasiswa untuk menganalisis dan
merangkum pertanyaan-pertanyaan menjadi satu kalimat ringkasan sebagai berikut:

‫" صالح الدين هجم الصليبيين حوالي تسعمائة سنة بعد هجوم الصليبيين‬
"‫للمسلمين بالقرب من حطين معركة قوية إلعادة األمن و السالم‬
6) Dosen mengembalikan hasil evaluasi kepada mahasiswa sambil terus memberikan
motivasi bagi mahasiswa yang belum benar jawabnnya.
c. Istima’ Mutabadil, teknik ini dapat mengiringi mahasiswa untuk tetap konsentrasi dan
fokus kepada materi perkuliahan yang sedang disampaikan dengan dibagi dalam
kelompok-kelompok yang bertanggung jawab pada tugas yang terkait. Adapun
langkah-langkah pembelajaran istima’ melalui teknik pembelajaran Istima’ Mutabadil
adalah sebagai berikut:
1) Dosen membagi mahasiswa menjadi tiga kelompok. Setiap kelompok memiliki
tugas yang berbeda, yaitu sebagai penanya, penentang, dan pendukung.
2) Dosen menyampaikan satu topik yang kontroversial seperti:
‫ما رأيك في الزي الرسمي؟‬
Saat mendengarkan teks masing-masing kelompok melaksanakan tugasnya, yaitu
kelompok penanya bertugas siap-siap membuat pertanyaan yang berkaitan dengan
teks yang dibicarakan oleh dosen, misalnya:
‫لماذا يفضل بعض التالميذ الزي الرسمي؟‬
‫لماذا ال يحب بعض الطالب الزي الرسمي؟‬
......‫و غيرهما‬
3) Sedangkan para penentang mencoba membuat suatu argumentasi yang menafikan
diskursus yang dibahas (penggunaan baju formal sekolah sebagai baju keseharian
kuliah), seperti ungkapan:
‫ ألن األغنياء ال يتباهوا بمالبسهم الفاخرة وال يجعل الفقراء‬.‫نحن ال نوافق بالزي الرسمي‬
.....‫من مالبسهم الرخيصة و غيرها‬
Dan para pendukung melakukan sebaliknya, menyusun argumentasi yang
menguatkan diskursus yang sedang dibahas (pentingnya menggunakan baju
formal sekolah untuk perkuliahan), seperti ungkapan:
‫ ألن األغنياء ال يتباهوا بمالبسهم الفاخرة وال يخجل الفقراء‬.‫نحن ال نوافق بالزي الرسمي‬
.....‫من مالبسهم الرخيصة و غيرها‬
4) Dosen memberikan waktu yang layak bagi mahasiswa untuk bekerja.
5) Dosen meminta mahasiswa merapikan kursi menjadi tiga kelompok yang saling
berhadapan setelah waktu yang telah ditentukan selesai.
6) Dosen meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil tugas
mereka, sambil terus mengevaluasi tema pembahasan.
d. Istima’ Al-Aghani, teknik ini membantu mahasiswa tanggap dengan cermat serta tepat
dalam memahami dan memaknai syair yang dinyanikan. Adapun langkah-langkah
pembelajaran istima’ melalui teknik pembelajaran Istima’ Al-Aghani adalah sebagai
berikut:
1) Dalam tahap persiapan, dosen menyediakan kaset lagu berbahasa arab fushah, tape
recorder, serta kisi-kisi berupa syair lagu yang tidak lengkap.
2) Dalam tahap pelaksanaan, dosen membagikan kisi-kisi tersebut kepada mahasiswa
dan memutar sebuah lagu; sedangkan mahasiswa diminta melengkapi kisi-kisi lagu
yang tidak lengkap tersebut.
3) Dalam tahap pemantapan, dosen kembali memutar lagu, namun untuk tahap ini
lagu diputar perbaris atau perbait disesuaikan dengan kemampuan menyimak
dalam istima’. Setiap satu baris lagu selesai dinyanyikan, tape recorder dimatikan
lalu mahasiswa ditanya kisi-kisi yang kosong. Dosen melakukan evaluasi bersama
dengan mahasiswa lain.
4) Dosen membahas tema dan isi lagu sambil membenarkan cara penulisan yang
dilakukan mahasiswa.
e. Istima’ al-Ma’lumat wa al-Akhbar, teknik ini memotivasi mahasiswa untuk dapat
menyimak dengan seksama sebuah informasi sambil mendalami keruntutan bahasanya
dan kesulitannya. Adapun langkah-langkah pembelajaran istima’ melalui teknik
pembelajaran istima’ al-ma’lumat wa al-akhbar adalah sebagai berikut:
1) Dosen mempersiapkan tape recorder dan kaset yang berisi berita, pidato, atau
informasi lain yang berbahasa arab fushah
2) Kaset yang berisi berita diputar; sedangkan mahasiswa diminta menyimaknya
dengan cermat serta mencatat poin-poinnya.
3) Mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok dengan memberikan tugas untuk
menuliskan isi berita kepada mereka.
4) Mahasiswa diminta mempresentasikan hasilnya.
5) Kaset diputar kembali sambil melakukan evaluasi bersama-sama mahasiswa.
6) Membahas isi tema kaset sambil menbenarkan cara penulisan mahasiswa.
f. Istima’ al-Musykilat, teknik ini melatih empati mahasiswa terhadap sesamanya,
dimana mahasiswa dilatih untuk dapat memahami mahasiswa yang lain dan
menawarkan solusi edukatif. Adapun langkah-langkah pembelajaran istima’ melalui
teknik pembelajaran istima’ al-musykilat adalah sebagai berikut:
1) Mahasiswa diminta mencari pasangan masing-masing.
2) Mahasiswa diminta untuk saling menyampaikan problem atau keluh kesah secara
bergantian dengan pasangannya masing-masing.
3) Secara bergiliran mereka diminta untuk menyimak dan menghadirkan solusi dari
problem yang dihadapi keduanya serta menuangkannya dalam bentuk tulisan.
4) Hasil penulisan ditukar dengan mahasiswa lain melalui sistem cross check.
5) Mahasiswa diminta mempresentasikan hasilnya.3\

C. Teknik Pembelajaran Keterampilan Berbicara


1. Konseptual Keterampilan Berbicara
Berbicara (Kalam) secara etimologis adalah perkataan, percakapan dan pembicaraan.
Sedangkan menurut pakar gramatika Bahasa Arab, kalam adlaah lafal yang tersusun
membeirkan faedah dan dilakukan secara sengaja.
Aktivitas ketermapilan berbicara (kalam) ini sebenarnya sangat menarik, akan tetapi
sering terjadi sebaliknya, yaitu suasana menjadi kaku dan akhirnya macet. Hal ini
disebabkan penguasaan kosakata dan pola kalimat peserta didik sangat minim,
pendidik bahasa Arab tidak memiliki kompetensi aktif, bahkan peserta didiki kurang
merani mengekspresikan kompetensinya karena takut salah.4
D. Teknik Pembelajaran Keterampilan Berbicara

3
Zulhannan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm 200-204.
4
Zulhannan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm 95-96

Você também pode gostar