Você está na página 1de 9

PELAYANAN DOKTER KELUARGA

DEFINISI

Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan
pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan
kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh
atau jenis penyakit tertentu.

TUJUAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA

 Tujuan Umum

 Terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.

 Tujuan Khusus

 Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif


 Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien

MANFAAT

1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya, bukan
hanya terhadap keluhan yang disampaikan.
2. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin kesinambungan
pelayanan kesehatan.
3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah, terutama
ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.
4. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan suatu
masalah kesehatan tidak menimbulkan pelbagai masalah lainnya.
5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanani maka segala keterangan tentang
keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan ataupun keterangan keadaan sosial dapat
dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
6. Akan dapat diperhitungkan pelbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit, termasuk
faktor sosial dan psikologis.
7. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tatacara yang lebih
sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan.
8. Akan dapat dicegah pemakaian pelbagai peralatan kedokteran canggih yang memberatkan
biaya kesehatan.

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan dokter keluarga mencakup bidang amat luas sekali. Jika disederhanakan
secara umum dapat dibedakan atas dua macam :

1. Kegiatan yang dilaksanakan

Pelayanan yang diselenggarakan oleh dokter keluarga harus memenuhi syarat pokok yaitu
pelayanan kedokteran menyeluruh (comprehensive medical services).

Karakteristik cmc :

 jenis pelayanan yang diselenggarakan mencakup semua jenis pelayanan kedokteran yang
dikenal di masyarakat
 Tata cara pelayanan tidak diselenggarakan secara terkotak-kotak ataupun terputus-putus
melainkan diselenggarakan secara terpadu (integrated) dan berkesinambungan (continu).
 Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan kedokteran tidak memusatkan
perhatiannya hanya pada keluhan dan masalah kesehatan yang disampaikan penderita saja,
melainkan pada penderita sebagai manusia seutuhnya.
 Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan tidak didekati hanya dari satu sisi saja,
melainkan dari semua sisi yang terkait (comprehensive approach) yaitu sisi fisik, mental dan
sosial (secara holistik).

2. Sasaran Pelayanan

Sasaran pelayanan dokter keluarga adalah keluarga sebagai suatu unit. Pelayanan dokter
keluarga harus memperhatikan kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu kesatuan,
harus memperhatikan pengaruhmasalah kesehatan yang dihadapi terhadap keluarga dan harus
memperhatikan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi oleh setiap anggota
keluarga.

PRAKTEK DOKTER KELUARGA

Bentuk praktek dokter keluarga yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam :

1. Pelayanan dokter keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit (hospital based)

Pada bentuk pelayanan dokter keluarga diselenggarakan di rumah sakit. Untuk ini dibentuklah
suatu unit khusus yang diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga.
Unit khusus ini dikenal dengan nama bagian dokter keluarga (departement of family medicine),
semua pasien baru yang berkunjung ke rumah sakit, diwajibkan melalui bagian khusus ini. Apabila
pasien tersebut ternyata membutuhkan pelayanan spesialistis, baru kemudian dirujuk kebagian lain
yang ada dirumah sakit.

2. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family clinic)

Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik
yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik dokter keluarga (family
clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik keluarga
mandiri (free-standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit tetapi didirikan
diluar komplek rumah sakit (satelite family clinic). Di luar negeri klinik dokter keluarga satelit ini
mulai banyak didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk menopang pelayanan dan juga
penghasilan rumah sakit.

Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau hanya
merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga tersebut menjalin
hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit. Pasien yang memerlukan pelayanan rawat
inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama tersebut.
Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo practice) atau bersama-sama
dalam satu kelompok (group practice). Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling
dianjurkan adalah klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya merupakan
gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga.

Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajernen yang sama.
Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut secara bersama-sama
membeli dan memakai alat-alat praktek yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen keuangan, manajemen
personalia serta manajemen sistem informasi yang sama pula. Jika bentuk praktek berkelompok
ini yang dipilih, akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut (Clark, 1971) :
a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu
Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara
kelompok, para dokter keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar menukar pengalaman,
pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karena waktu praktek dapat diatur, para
dokter mempunyai cukup waktu pula untuk menambah pengetahuan dan keterampilan.
Kesemuannya ini, ditambah dengan adanya kerjasama tim (team work) disatu pihak, serta
lancarnya hubungan dokter-pasien di pihak lain, menyebabkan pelayanan dokter keluarga
yang diselenggarakan akan lebih bermutu.
b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau Penyebab
utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok,
pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis dan non medis dapat dilakukan
bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu, karena pendapatan dikelola bersama,
menyebabkan penghasilan dokter akan lebih terjamin. Keadaan yang seperti ini akan
mengurangi kecenderungan penyelenggara pelayanan yang berlebihan. Kesemuanya ini
apabila berhasil dilaksanakan, pada gilirannya akan menghasilkan pelayanan dokter
keluarga yang lebih terjangkau.

3. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga (family practice)

Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah praktek
dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk pelayanan dokter keluarga ini sama dengan pelayanan
dokter keluarga yang diselenggarakan melalui klinik dokter keluarga. Disini para dokter yang
menyelenggarakan praktek, rnenerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga pada
pelayanan kedokteran yang diselenggarakanya. Praktek dokter keluarga tersebut dapat dibedaka
pula atas dua macam. Pertama, praktek dokter keluarga yang diselenggarakan sendiri (solo
practice). Kedua praktek dokter keluarga yang diselenggarakan secara berkelompok (group
practice).

PERALATAN DAN TENAGA PELAKSANA

Untuk dapat menyelenggarakan praktek dokter keluarga sebagaimana dikemukakan diatas, tentu perlu
disediakan pelbagai peralatan dan tenaga pelaksana yang memadai. Peralatan dan tenaga pelaksana
yang dimaksud adalah :

 Peralatan

Jika pelayanan dokter keluarga tersebut dilaksanakan dalam bentuk klinik dokter keluarga,
maka peralatan yang dibutuhkan secara umum dapat dibedakan atas dua macam :

a. Peralatan medis

Karena praktek dokter keluarga melayani beberapa tindakan spesialistis sederhana, maka
pada praktek dokter keluarga perlu disediakan pelbagai peralatan medis spesialistis yang
dimaksud. Disamping, dibutuhkan pula pelbagai peralatan pemeriksaan penunjang serta
pertolongan gawat darurat. Di Amerika Serikat sebagaimana yang dikemukakan oleh Djati
Pratignyo (1983), peralatan medis yang tersedia disuatu klinik dokter keluarrga cukup lengkap.
Peralatan yang dimaksud telah mencakup pula laboratorium klinis, rontgen foto, EKG, minor
surgery set, sigmoiskop, audiometer, otoskop, visual chart, tonometer dan ophtalmoskop.

b. Peralatan non-medis

The American Academy of General Practice (1960) menyebutkan peralatan non medis
pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang memiliki sekurang- kurangnya sebuah ruang
tunggu, ruang konsultasi, ruang periksa, ruang tindakan, ruang laboratorium, ruang rontgen
(fakultatif), ruang administrasi, gudang serta kamar mandi, yang luas lantai seluruhnya minimal
antara 150 s.d 200 meter persegi. Karena praktek dokter keluarga, seperti yang dikemukakan oleh
Clark, (1971) sangat menganjurkan pelayanan dengan perjanjian (appointment system), maka
perlu pula disediakan alat komunikasi seperti telepon.
 Tenaga pelaksana

Tenaga pelaksana yang dibutuhkan pada praktek dokter keluarga pada dasarnya tidaklah
berbeda dengan tenaga pelaksana pelbagai pelayanan kedokteran lainnya. Tenaga pelaksana
yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam :

1. Tenaga medis

Tenaga medis yang dimaksudkan disini ialah para dokter keluarga (family doctor/physician).
Tergantung dari sarana pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga serta
beban kerja yang dihadapi, jumlah dokter keluarga yang dibutuhkan dapat berbeda.

Secara umum dapat disebutkan, apabila sarana pelayanan tersebut adalah rumah sakit serta
beban kerjanya lebih berat, maka jumlah dokter keluarga yang dibutuhkan akan lebih banyak.
Sedangkan jika pelayanan dokter keluarga tersebut diselenggarakan oleh suatu klinik dokter
keluarga, jumlah dokter yang dibutuhkan umumnya lebih sedikit. Klinik dokter keluarga
memang dapat diselenggarakan hanya oleh satu orang dokter keluarga (solo practice) ataupun
oleh sekelompok dokter keluarga (group practice).

Telah disebutkan, dari kedua bentuk ini, yang dianjurkan adalah bentuk kedua, yakni yang
diselenggarakan oleh satu kelompok dokter keluarga.

2. Tenaga paramedis

Untuk lancaranya pelayanan dokter keluarga, perlu mengikut sertakan tenaga paramedis.
Disarankan tenaga paramedis tersebut seyogoyanya yang telah mendapatkan pendidikan dan
latihan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga, baik aspek medis dan ataupun aspek non
medis. Jumlah tenaga paramedis yang diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga yang
menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga secara umum disebutkan untuk setiap satu
orang dokter keluarga, diperlukan 2 sampai 3 tenaga paramedis terlatih.

3. Tenaga non-medis

Sama halnya dengan tenaga paramedis, untuk lancarnya pelayanan dokter keluarga, perlu
pula mengikutsertakan tenaga non-medis. Pada umumnya ada dua katagori tenaga non-medis
tersebut. Pertama, tenaga administrasi yang diperlukan untuk menangani masalah–masalah
administrasi. Kedua, pekerja sosial (social worker) yang diperlukan untuk menangai program
penyuluhan/nasehat kesehatan dan atau kunjungan rumah misalnya. Jumlah tenaga non medis
yang diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga, dibutuhkan sekurang-kurangnya satu
orang tenaga administrasi serta satu orang pekerja sosial.

PELAYANAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya. Secara umum
dapat dibedakan atas tiga macam :

1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan

Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya
pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga tersebut
tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau pelayanan rawat
inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke
tempat praktek dokter keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat
inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit.

2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah.


Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mencakup
pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah. Pelayanan
bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai akses dengan
rumah sakit.

3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta
pelayanan rawat inap di rumah sakit.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah
mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta perawatan
rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan oleh dokter keluarga
yang telah berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut
memberi kesempatan kepada dokter keluarga untuk merawat sendiri pasiennya di rumah sakit.

Tentu saja penerapan dari ketiga bentuk pelayanan dokter keluarga ini tidak sama antara satu
negara dengan negara lainnya, dan bahkan dapat tidak sama antara satu daerah lainnya. Di
Amerika Serikat misalnya, pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah mulai jarang
dilakukan. Penyebabnya adalah karena mulai timbul kesadaran pada diri pasien tentang
adanya perbedaan mutu pelayanan antara kunjungan dan perawatan pasien di rumah dengan
di tempat praktek. Pasien akhirnya lebih senang mengunjungi tempat praktek dokter, karena
telah tersedia pelbagai peralatan kedokteran yang dibutuhkan.

Di beberapa negara lainnya, terutama di daerah pedesaan, karena dokter keluarga tidak
mempunyai akses dengan rumah sakit, maka dokter keluarga tersebut hanya
menyelenggarakan pelayanan rawat jalan saja. Pelayanan rawat inap dirujuk sertakan
sepenuhnya kepada dokter yang bekerja dirumah sakit. Tetapi pengaturan rujukan untuk
pelayanan rawat inap tersebut, tetap dilakukan oleh dokter keluarga. Dokter keluarga
memberikan bantuan sepenuhnya, dan bahkan turut mencarikan tempat perawatan dan jika
perlu turut mengantarkannya ke rumah sakit.

Sekalipun pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga tidak sama, perlulah
diingatkan bahwa orientasi pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan tetap tidak boleh
berbeda. Orientasi pelayanan dokter keluarga bukan sekedar menyembuhkan penyakit, tetapi
diarahkan pada upaya pencegahan penyakit. Atau jika tindakan penyembuhan yang dilakukan,
maka pelaksanaannya, kecuali harus mempertimbangkan keadaan pasien sebagai manusia
seutuhnya, juga harus mempertimbangkan pula keadaan sosial ekonomi keluarga dan
lingkungannya. Praktek dokter keluarga tidak menangani keluhan pasien atau bagian anggota
badan yang sakit saja, tetapi individu pasien secara keseluruhan.

Kesamaan lain yang ditemukan adalah pada ruang lingkup masalah kesehatan yang ditangani.
Praktek dokter keluarga melayani seluruh anggota keluarga dan semua masalah kesehatan
yang ditemukan pada keluarga. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan yang seperti ini
dibutuhkan pelbagai pengetahuan dan keterampilan yang luas. Karena adanyan ciri yang
seperti inilah ditemukan pihak- pihak yang tidak sependapat bahwa dokter spesialis dapat
bertindak sebagai dokter keluarga. Oleh kalangan yang terakhir ini disebutkan bahwa dokter
keluarga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luas, yang mencakup
pengetahuan dan keterampilan beberapa dokter spesialis, dan karenanya tidak mungkin jika
diselenggarakan oleh satu dokter spesialis saja.

Dari uraian tentang orientasi serta ruang lingkup masalah kesepakatan yang ditangani pada
praktek dokter keluarga diatas, jelaslah bahwa pelayanan kedokteran yang diselenggarakan
pada praktek dokter keluarga memang agak berbeda dengan pelayanan kedokteran yang
diselenggarakan oleh dokter umum dan atau dokter spesialis. Pelayanan kedokteran yang
diselenggarakan pada praktek dokter keluarga pada umumnya :

 lebih aktif dan bertanggung jawab

Karena pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga


mengenal pelayanan kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah, bertanggung jawab
mengatur pelayanan rujukan dan konsultasi, dan bahkan, apabila memungkinkan, turut
menangani pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap di rumah sakit, maka
pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga umunya lebih
aktif dan bertanggung jawab dari pada dokter umum.

 Lebih lengkap dan bervariasi

Karena praktek dokter keluarga menangani semua masalah kesehatan yang ditemukan pada
semua anggota keluarga, maka pelayanan dokter keluarga pada umumnya lebih lengkap dan
bervariasi dari pada dokter umum. Tidak mengherankan jika dengan pelayanan yang seperti ini,
seperti yang ditemukan di Amerika Serikat misalnya, praktek dokter keluarga dapat menyelesaikan
tidak kurang dari 95 % masalah kesehatan yang ditemukan pada pasien yang datang berobat.

 Menangani penyakit pada stadium awal

Sekalipun praktek dokter keluarga dapat menangani pasien yang telah membutuhkan
pelayanan rawat inap, bukan selalu berarti praktek dokter keluarga sarna dengan dokter spesialis.
Praktek dokter keluarga hanya sesuai untuk penyakit -penyakit pada stadium awal saja.
Sedangkan untuk kasus yang telah lanjut atau yang telah terlalu spesialistik, karena memang telah
berada diluar wewenang dan tanggung jawab dokter keluarga, tetap dan harus dikonsultasikan dan
atau dirujuk kedokter spesialis. Seperti yang dikatakan oleh Malerich (1970), praktek dokter
keluarga memang sesuai untuk penyakit-penyakit yang masih dalam stadium dini atau yang
bersifat umum saja. ‘The family doctor cannot be expected to treat all problems as best possible,
but he can be expected to treat all common diseases as best possible’.

PEMBIAYAAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan tersedianya dana yang
cukup. Tidak hanya untuk pengadaan pelbagai sarana dan prasarana medis dan non medis yang
diperlukan (investment cost), tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter keluarga yang
diselenggarakan (operational cost) Seyogiyanyalah semua dana yang diperlukan ini dapat dibiayai oleh
pasien dan atau keluarga yang memanfaatkan jasa pelayanan dokter keluarga. Masalah kesehatan
seseorang dan atau keluarga adalah tanggung jawab masing-masing orang atau keluarga yang
bersangkutan. Untuk dapat mengatasi masalah kesehatan tersebut adalah amat diharapkan setiap
orang atau keluarga bersedia membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.

Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak macamnya. Jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pembiayaan secara tunai
(fee for service), dalam arti setiap kali pasien datang berobat diharuskan membayar biaya pelayanan.
Kedua, pembiayaan melalui program asuransi kesehatan (health insurance), dalam arti setiap kali
pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai, karena pembayaran tersebut telah
ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah badan asuransi.

Tentu tidak sulit dipahami, tidaklah kedua cara pembiayaan ini dinilai sesuai untuk pelayanan dokter
keluarga. Dari dua cara pembiayaan yang dikenal tersebut, yang dinilai sesuai untuk pelayanan dokter
keluarga hanyalah pembiayaan melalui program asuransi kesehatan saja. Mudah dipahami, karena
untuk memperkecil risiko biaya, program asuransi sering menerapkan prinsip membagi risiko (risk
sharing) dengan penyelenggara pelayanan, yang untuk mencegah kerugian, tidak ada pilihan lain bagi
penyelenggara pelayanan tersebut, kecuali berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, dan
atau mencegah para anggota keluarga yang menjadi tanggungannya untuk tidaksampai jatuh sakit.
Prinsip kerja yang seperti ini adalah juga prinsip kerja dokter keluarga.

BATASAN

Untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan program asurans kesehatan (health insurance)
perlulah dipahami dahulu apa yang dimaksud dengan asuransi (insurance). Pada saat ini batasan
asuransi banyak macamnya. Dua antaranya :
1. Asuransi adalah suatu upaya untuk memberikan perlindungan terhadap kemungkinan-
kemungkinan yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi (Breider and Breadles,1972)
2. Asuransi adalah suatu perjanjian dimana si penanggung dengan menerima suatu premi
meningkatkan dirinya untuk memberi ganti rugi kepada si tertanggung yang mungkin di derita
karena terjadinya suatu peristiwa yang mengandung ketidak pastian dan yang akan
mengakibatkan kehilangan, kerugian atau kehilangan suatu keuntungan (kitab UU Hukum
dagang, 1987)

Untuk indonesia, sekalipun pengertian yang berlaku adalah sesuai dengan ketentuan KUH Dagang,
jadi hanya merupakan suatu perjanjian antara si penanggung dengan si tertanggung, namun pada
akhir-akhir ini mulai timbul banyak pendapat seyogiyanya pengertian asuransi lebih diperluas.
Pengertian asuransi tidak terbatas hanya pada memberikan perlindungan kepada si penanggung saja,
melainkan juga kepada seluruh anggota masyarakat. Pengertian asuransi yang seperti ini dikenal
dengan nama asuransi sosial (socialin insurance), yang asuransi kesehatan termasuk ke dalamnya.

PENGENDALIAN BIAYA KESEHATAN

Dengan diterapkannya sistem pembayaran pra-upaya, maka telah merupakan kewajiban bagi
penyelenggara pelayanan untuk berupaya mengendalikan biaya kesehatan (cost containment) yang
sebaik-baiknya, sedemikian rupa sehingga resiko pembiayaan dapat diperkecil. Untuk dapat
mengendalikan biaya kesehatan ini, ada beberapa prinsip pokok yang harus diperhatikan oleh
penyelenggara pelayanan. Prinsip pokok yang dimaksud adalah:

1. Mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit

Prinsip pokok pertama yang harus diperhatikan oleh penyelenggara pelayanan adalah lebih
mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit, bukan pelayanan penyembuhan penyakit.
Apabila prinsip pokok ini dapat diterapkan, pasti akan besar peranannya dalam upaya
mengendalikan biaya kesehatan. Karena memanglah biaya pelayanan pencegahan penyakit
memang jauh lebih murah dari pada biaya pelayanan penyembuhan penyakit. Bentuk-bentuk
pelayanan penceghan penyakit yang dapat dilakukan banyak macamnya. Yang terpenting di
antaranya ialah melakukan penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan berkala, imunisasi
serta pelayanan keluarga berencana.

2. Mencegah pelayanan yang berlebihan

Prinsip pokok yang diperhatikan oleh penyelenggara petayanan adalah mencegah pelayanan
yang berlebihan. Jika memang tidak ada indikasinya, pemeriksaan penunjang tidak perlu
dilakukan. prinsip yang sarna juga berlaku untuk tindakan dan ataupun pernberian obat. Dengan
perkataan lain, pelayanan kedokteran yang deselenggarakan harus memenuhi serta sesuai
standar pelayanan yang telah ditetapkan.

3. Membatasi konsultasi dan rujukan

Pelayanan konsultasi dan apalagi rujukan, memerlukan biaya tambahan. Untuk mencegah
biaya kesehatan, penyelenggara pelayanan harus berupa untuk membatai konsultasi atau rujukan.
Pelayanan konsultasi atau rujukan tersebut hanya dilakukan apabila benar-benar diperlukan saja.

Apabila ketiga prinsip diatas dapat diterapkan, manfaatnya bukan saja akan besar dalam
memperkecil risiko biaya penyelenggara pelayanan, tetapi juga badan asuransi kesehatan. Apabila
keadaan yang seperti ini dapat diwujudkan, pada gilirannya juga akan menguntungkan
penyelenggara pelayanan sendiri. Karena sesungguhnyalah pada program asuransi yang
menerapkan sistem pembiayaan pra- upaya, sering diterapkan sistem intensif, antara lain dalam
bentuk bonus bagi para dokter yang berhasil menghemat pengeluaran. Dalam keadaan yang
seperti ini kedudukan penyelenggara pelayanan adalah sebagai penjaga gawang (gate keeper)
program asuransi kesehatan.
MANFAAT

Apabila sistem pembiayaan program asuransi kesehatan dalam bentuk pra- upaya ini dapat
diselenggarakan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat yang dimaksud secara umum
dapat dibedakan atas dua macam.

1. Manfaat penerapan program asuransi kesehatan

Karena pembiayaan pra-upaya adalah cara pembayaran pada program asuransi


kesehatan, maka pada penerapan cara pembiayaan pra-upaya ini sekaligus juga akan memperoleh
manfaat dari penerapan program asuransi. Manfaat penerapan program asuransi kesehatan tersebut
banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang dipandang cukup penting adalah :

1. dapat membebaskan peserta dari kesulitan menyediakan dana tunai karena  Pada program
asuransi kesehatan telah ada jaminan biaya kesehatan, maka para peserta tidak perlu harus
menyediakan dana tunai pada setiap kali berobat. Dengan demikian jika kebetulan peserta
membutuhkan pelayanan kesehatanl akan terbebas dari kesulitan menyediakan dana tunai.
2. biaya kesehatan dapat dikendalikan  Dengan progran asuransi kesehatan, apalagi jika
dikelola oleh pemerintah dapat mengendalikan biaya kesehatan. Pengendalian yang dimaksud
ialah antara lain dengan ditetapkannya pelbagai peraturan pembatas tentang jenis pelayanan
dan atau yang dapat dimanfaatkan oleh peserta. Dengan adanya pembatasan yang seperti ini,
penggunaan pelayanan kesehatan yang berlebihan akan dapat dihindari yang jika berhasil
dilaksanakan, pada gilirannya akan mampu mengendalikan biaya kesehatan.
3. mutu pelayanan dapat dijaga  Keuntungan lain dari program asuransi kesehatan ialah dapat
meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan yarg dimaksud ialah antara lain dengan
dilaksanakannya penilaian secara berkala pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Dengan dilakukannya penilaian berkala ini yang merupakan bagian dari Program Menjaga
Mutu (Quality Assurance Program) akan dapat dicegah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang tidak bermutu.
4. data kesehatan lebih tersedia  Pelaksanaan program asuransi kesehatan membutuhkan
antara lain tersedianya data kesehatan yang lengkap yang diperlukan untuk merencanakan
dan ataupun menilai kegiatan yang dilakukan. Data ini dapat pula dimanfaatkan untuk
pekerjaan perencanaan dan ataupun penilaian perbagai program kesehatan lainnya.

2. Manfaat penerapan sistem pembiayaan pra-upaya


Manfaat yang dimaksudkan disini banyak macamnya. Yang terpenting diantaranya
adalah :

1. dapat dicegah kenaikan biaya kesehatan

Pencegahan yang dimaksudkan disini terjadi karena penggunaan pelayanan kesehatan yang
berlebihan akan dapat dihindari. Karena memanglah apabila hal ini sampai terjadi, justru akan
merugikan pihak penyelenggara pelayanan kesehatan sendiri.

2. mendorong pelayanan pencegahan penyakit

Agar penyelenggara pelayanan tidak sampai rugi, haruslah di upayakan pemanfaatan


pelayanan kesehatan yang semenimal mungkin. Keadaan yang seperti ini dapat terwujud antara
lain jika tidak banyak peserta yang jatuh sakit. Untuk ini banyak upaya yang dilakukan. Salah satu
diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang amat penting adalah menyelenggarakan
pelayanan pencegahan penyakit, yang apabila dapat dilakukan dalam jangka panjang akan
menguntungkan banyak pihak, tidak hanya penyelenggara pelayanan tetapi juga peserta sendiri

3. menjamin penghasilan penyelenggara pelayanan

Dengan diterapkannya pembiayaan secara pra-upaya, penyelenggara pelayanan akan


memperoleh penghasilan yang lebih mantap, karena besarnya dana yang diterima tidak ditentukan
oleh jumlah kunjungan yang memang sering bervariasi, melainkan berdasarkan jumlah peserta
yang ditanggung, yang jumlahnya memang tetap untuk satu jangka waktu tertentu. Keadaan yang
seperti ini tentu akan menguntungkan penyelenggara pelayanan, karena dengan penghasilan yang
lebih tetap tersebut, dapat dilakukan perencanaan pengeluaran yang lebih sesuai dengan
kemampuan.

Hanya saja sekalipun pembiayaan secara pra-upaya ini menjanjikan banyak keuntungan,
bukan berarti pelaksanaannya luput dari masalah. Salah satu masalah yang banyak
dibicarakan adalah yang menyangkut mutu pelayanan. Untuk mencegah tidak sampai rugi,
penyelenggara pelayanan sering memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
dan ataupun dengan mutu yang rendah, yang kesemuanya ini tentu akan merugikan peserta.

Daftar pustaka

1. Azwar, Azrul (1995): Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, PT. Binarupa Aksara,
Jakarta.
2. Azwar, Azrul, Justam, Judil dan Bustami, Nilda S (1983) : Bunga rampai, dokter keluarga;
Kelompok Studi Dokter Keluarga, Jakarta.
3. Azwar, Azrul (1995): Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan; Yayasan Penerbitan IDI;
Jakarta.
4. Departemen Kesehatan RI (1989): Sistem Kesehatan Nasional, DEPKES RI, Jakarta.
5. Departemen Kesehatan RI (1986): Survai Nasional Kesehatan Rumah Tangga tahun
1985/1986, DEPKES RI, Jakarta.
6. Sudjoko Kuswadji (1996), Penjaminan Mutu Praktek Dokter Keluarga, Widya Medika, Jakarta.
7. Sulastomo (1984), Bunga Rempa Pelayanan Kesehatan, Jakarta.

Você também pode gostar