Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1
masyarakat maupun individu. Biasanya fundamentalisme akan diiringi oleh
radikalisme dan kekerasan ketika kebebasan untuk kembali kepada agama tadi
dihalangi oleh situasi sosial politik yang mengelilingi masyarakat.
1.3 Tujuan
1. Memberitahu pembaca bahayanya kejahatan, radikalisme dan sekularisme
2. Memberikan sudut pandang islam terhadap kejahatan, radikalisme dan
sekularisme
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sedangkan kejahatan adalah tindakan melawan hukum (agama) yang
membuatnya harus menerima sanksi di dunia dan boleh jadi juga di akhirat kelak.
Kalau perbuatan dosa belum tentu dikategorikan sebagai tindak kejahatan, maka
tindak kejahatan secara otomatis dikategorikan perbuatan dosa (maksiat). jika
seseorang mencuri, merampok, korupsi, membunuh, memperdagangkan barang
haram dan lain-lain maka ia berdosa dan melakukan kejahatan sekaligus. Berdosa
karena ia melanggar ketentuan agama yang melarang perbuatan tersebut. Tetapi
juga kejahatan, karena tindakan tersebut melanggar (melawan) hukum agama.
Sedangkan dalam konteks hukum negara (positif), perbuatan dosa melanggarkan
ketentuan agama sedangkan kejahatan adalah tindakan melanggar hukum negara.
Dalam Islam orang yang melakukan dosa disebut “muznib” dan orang yang
melakukan kejahatan disebut dengan “mujrim”. Perbedaan antara muznib dan
mujrim hanya dalam konteks jenis perbuatan dan sanksi yang diterimanya. Namun
kedua-duanya termasuk perbuatan yang dilarang untuk dilakukan.
4
2.3 Radikalisme
Radikal dalam bahasa Indonesia berarti amat keras menuntut perubahan.
Sementara itu, radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan sosial dan
politik dengan cara drastis dan kekerasan. Menurut Horace M Kallen, radikalisme
ditandai oleh tiga kecenderungan umum. Radikalisme merupakan respons terhadap
kondisi yang sedang berlangsung.
Radikalisme tidak berhenti pada upaya penolakan, melainkan terus berupaya
mengganti tatanan lain. Ciri ini menunjukkan bahwa di dalam radikalisme
terkandung suatu program atau pandangan dunia (world view) tersendiri. Kaum
radikalis berupaya kuat untuk menjadikan tatanan tersebut sebagai ganti dari
tatanan yang sudah ada.
Kaum radikalis memiliki keyakinan yang kuat akan kebenaran program atau
ideologi yang mereka bawa. Dalam gerakan sosial, kaum radikalis
memperjuangkan keyakinan yang mereka anggap benar dengan sikap emosional
yang menjurus pada kekerasan.
Kita lihat teori ini sedikit banyak pembenarannya tatkala terjadi konflik atas
nama agama dan aksi terorisme di mana-mana. Secara empirik, radikalisme agama
di belahan dunia muncul dalam bentuknya yang paling konkret, yakni kekerasan
atau konflik. Di Bosnia misalnya, kaum Ortodoks, Katolik, dan Islam saling
membunuh. Di Irlandia Utara, umat Katolik dan Protestan saling bermusuhan.
Begitu juga di Tanah Air terjadi konflik antaragama di Poso dan di Ambon.
Kesemuanya ini memberikan penjelasan betapa radikalisme agama sering kali
menjadi pendorong terjadi konflik dan ancaman bagi masa depan perdamaian.
Pandangan ini tetap hidup dalam kelompok sempalan beberapa agama dan
semuanya berakar pada radikalisme dalam penghayatan agama. Secara teoretis,
radikalisme muncul dalam bentuk aksi penolakan, perlawanan, dan keinginan dari
komunitas tertentu agar dunia ini diubah dan ditata sesuai dengan doktrin
agamanya.
Karena itulah, bentuk-bentuk radikalisme agama yang dipraktikkan oleh
sebagian umat seharusnya tidak sampai menghadirkan ancaman bagi masa depan
bangsa. Pluralisme tetap menjadi komitmen kita semua untuk membangun bangsa
5
yang modern, yang di dalamnya terdapat banyak agama dan etnis secara damai.
Pluralisme adalah simbol bagi susksesnya kehidupan masyarakat majemuk. Karena
itu, agama yang dimiliki oleh masing-masing umat tetap terjaga sebagai sosok
keyakinan yang tidak melampaui batas. Sebab, bagaimanapun agama sangat
diperlukan untuk mengisi kehampaan spiritual umat, tetapi segala bentuk
ekspresinya tidak boleh menghadirkan ancaman bagi masa depan dunia yang
damai. Kalau kaum radikalis agama mengekspresikan keyakinannya dalam bentuk
kekerasan maka ini merupakan ancaman besar bagi pluralisme
6
hidupnya, bukan membuat hidup jadi sulit. Islam melindungi hak hidup manusia,
karena itu perbuatan melawan hak ini tidak diperkenankan.
Ayat-ayat Al-Qur‘an yang membincangkan tentang jihad kenyataannya juga
tidak mengarahkan umat Islam untuk melakukan kekerasan sehingga memaksa
pemeluk agama lain untuk memeluk agama Islam. Pun jika ada pemaknaan jihad
dalam artian boleh melakukan perang, itu hanya sebatas “membela diri” karena
mengalami penindasan yang dilakukan oleh musuh.
Sayangnya pembicaraan mengenai jihad dan konsep-konsep yang
dikemukakan sedikit ataupun banyak telah mengalami pergeseran paradigma dan
perubahan sesuai dengan konteks dan lingkungan masing-masing pemikir. Begitu
pentingnya pembicaraan mengenai jihad dalam Islam, sehingga kaum Khawarij
yang cenderung radikal (seperti sudah diuraikan) menetapkannya sebagai “rukun
Islam” yang keenam.
Banyak pengertian tentang jihad yang dikemukakan para ahli dengan berbagai
penjelasan dan dasarnya termasuk pengertian jihad dalam pandangan Barat bahwa
jihad fi sabilillah adalah perang suci (the holy war). ( Nur Latifah , 2016 )
Istilah “fundamentalisme” biasa dipakai oleh kalangan akademisi maupun
media masa untuk merujuk pada gerakan-gerakan isalam politik yang berkonotasi
negativ seperti: Radikal, ekstrem, dan militan “serta anti Barat atau Amerika”.
Namun, tidak arang pula julukan “fundamentalisme” diberikan kepada semua orang
islam yang menerima Qur’an dan Hadits sebagai alan hidup mereka. Dengan kata
lain, “kebanyakan dari penegasan kembali agama dalam politik dan masyarakat
tercakup dalam istilah “fundamentalisme” islam “.
Salah satu contohnya adalah Organisasi Al-ana’ah Al-Islamiyah di Mesir.
Organisasi ini abanyak diminati dan digerakioleh para pemuda Mesir lahir pada
awal 1970-an. Organisasi yang merupakan gerakan Islam konservatif (sayap
mahasiswa dari Ikhwan Al-Muslimin) ini awalnya ditunukan untuk membangun
kembali kekuatan-kekuatan religius konservatif lewat kampus-kampus, pemuda-
pemuda dimasid-masid dan kelompok pemuda lainya.
Al-ama’ah al-islamiyah ini sebenarnya tidak memiliki kepemimpinan
tunggal, karenanya gerakan-gerakan islam memakai bendeanya menajdikan
7
bermacam-macam. Omar Abdel Rahman ia adalah tokoh kharismatis (setidaknya
bagi kelompok Al-ama’ah) yang lewat bukunya berjudul Mitsaq Al-amil al-islami,
mengemukakan gagasan-gagasan islam radikal yang berupaya untuk
menumbangkan negara sekular dan mendirikan negara Islam.
Semakin meluasnya pengaruh Syaikh Omar itu membuat pemerintah mengambil
sikap tegas dengan menekan dan menutup kegitan-kegiatan apa saa yang diyakini
berada dibawah bendera Al-ama’ah Al-islamiyah.
Kelompok Fundamentalis islam yang dalam hal ini di Representasikanoleh
organisasi Al-islamiyah adalah yang paling rentan terhadap tuduhan-tuduhan itu
karena mereka sering memperlihatkan sikap “tidak mempunyai pemerintah”
meskipun belum pasti bahwa aksi itu dilakukan oleh Al-ama’ah Al-islamiyah ini.
Dalam upaya menekan kelompok radikal islam pemerintagh Mesir telah
membuat satu undang-undang baru tentang terorisme(1992). Dengan undang-
undang itu pemerintah telah menjaring dan menahan pemimpin-pemimpin Al-
ama’ah Al-islamiyah yang diyakini menadi kekuatan simbolik organisasi ini.para
pemuda maupun mahasiswabak dikampus-kampus maupun di masjid-masjid
independen yang jumlahnya ribuan dan tersebar hingga ke plosok-plosok telah
menadi kekuatan grass root yang sulit untuk ‘dibasmi’.
Sebailknya, pemerintah uga sulit untuk ditumbangkan oleh Al-jama’ah karena ia
didukung penuh oleh militer dan kelompok kelas menengah serta cendekiawan.
2.5 Sekularisme
Sekularisme, saat ini di dunia Islam bukanlah menjadi sesuatu yang asing
lagi. Dapat dikatakan bahwa sekularisme kini telah menjadi bagian dari tubuhnya,
atau bahkan menjadi tubuhnya itu sendiri. Ibarat sebuah virus yang menyerang
tubuh manusia, dia sudah menyerang apa saja dari bagian tubuhnya itu.
Begitulah kondisi ummat Islam saat ini dengan sekularismenya.
Perkembangan sekularisme sudah seperti gurita yang telah menyebar dan membelit
kemana-mana. Hampir tidak ada sisi kehidupan ummat ini yang terlepas dari
cengkeramannya. Sehingga ummat sudah tidak menyadarinya lagi, atau bahkan
mungkin sudah jenak dengan keberadaannya tersebut.
8
Akibat panjangnya rantai sekularisme dalam tubuh ummat ini, ummat Islam
sudah sangat mengalami kesulitan untuk mendeteksi keberadaannya. Sehingga
tidak aneh jika ada banyak dari kalangan ummat Islam yang merasa tersinggung
dan marah jika dituduh sebagai sekuler atau menjalankan sekularisme dalam
kehidupan pribadi atau dalam bernegara. Mereka akan menolak mentah-mentah
tuduhan itu. Mereka merasa jijik dan najis dengan sekularisme itu, dan merekapun
akan menolak dengan tegas jika diseru untuk menjalankan sekularisme dalam
kehidupannya. Namun kenyataan yang sesungguhnya, mereka sudah berkubang
dalam limbah sekularisme itu sendiri.
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya dengan jalan yang lurus, ada yang
bersyukur ada pula yang kafir”
Ayat-ayat di atas memberitahu dengan jelas kepada manusia, mulai dari siapa
sesungguhnya Pencipta manusia, kemudian untuk apa Pencipta menciptakan
manusia hidup di dunia ini. Hakikat hidup manusia di dunia ini tidak lain adalah
untuk menerima ujian dari Allah SWT, berupa perintah dan larangan. Allah juga
memberi tahu bahwa datangnya petunjuk dari Allah untuk hidup manusia bukanlah
pilihan bebas manusia (sebagaimana prinsip HAM), yang boleh diambil, boleh juga
9
tidak. Akan tetapi, merupakan kewajiban asasi manusia (KAM), sebab jika manusia
menolaknya (kafir) maka Allah SWT telah menyiapkan siksaan yang sangat berat
di akherat kelak untuk kaum kafir tersebut.
Selanjutnya, bagi mereka yang berpendapat bahwa jalan menuju kepada
petunjuk Tuhan itu boleh berbeda dan boleh dari agama mana saja (yang penting
tujuan sama), sebagaimana yang diajarkan dalam prinsip pluralisme agama di atas,
maka hal itu telah disinggung oleh Allah dalam firmanNya Q.S. Ali ‘Imran: 19 &
85:
Walaupun Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan yang diridhai,
namun ada penegasan dari Allah SWT, bahwa tidak ada paksaan untuk masuk
Islam. Firman Allah SWT dalam Q.S. Al Baqarah: 256:
Jika Islam harus menjadi satu-satunya agama pilihan, yang menjadi pertanyaan
berikutnya adalah, sejauh mana manusia harus melaksanakan agama Islam
tersebut? Allah SWT memberitahu kepada manusia, khususnya yang telah beriman
untuk mengambil Islam secara menyeluruh. Firman Allah SWT, dalam Q.S. Al
Baqoroh 208 :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhannya dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan.
Sesungguhnaya setan itu musuh yang nyata bagimu”.
10
Perintah untuk masuk Islam secara keseluruhan juga bukan merupakan
pilihan bebas, sebab ada ancaman dari Allah SWT, jika kita mengambil Al Qur’an
secara setengah-setengah. Firman Allah SWT dalam Q.S. Al Baqoroh: 85:
Walaupun penjelasan Allah dari ayat-ayat di atas telah gamblang, namun masih ada
kalangan ummat Islam yang berpendapat bahwa kewajiban untuk terikat kepada
Islam tetap hanya sebatas persoalan individu dan pribadi, bukan persoalan
hubungan antar manusia dalam bermasyarakat dan bernegara. Untuk menjawab
persoalan itu ada banyak ayat yang telah menjelaskan hal itu, di antaranya Q.S. Al
Maidah: 48:
“Maka hukumkanlah di antara mereka dengan apa yang Allah turunkan, dan
janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka (dengan meninggalkan)
kebenaran yang telah datang kepada engkau”.
“Hai orang-orang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul(Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
11
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”.
Selain itu juga ada pembatasan dari Allah SWT, bahwa yang berhak untuk membuat
hukum hanyalah Allah SWT. Manusia sama sekali tidak diberi hak oleh Allah
untuk membuat hukum, tidak sebagaimana yang diajarkan dalam prinsip
demokrasi. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al An’am: 57:
12
2.8 Pencegahan Radikalisme
Hal pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah paham radikalisme dan
tindak terorisme ialah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar.
Pengenalan tentang ilmu pengetahuan ini harusnya sangat ditekankan kepada
siapapun, terutama kepada para generasi muda. Hal ini disebabkan pemikiran para
generasi muda yang masih mengembara karena rasa keingintahuannya, apalagi
terkait suatu hal yang baru seperti sebuah pemahaman terhadap suatu masalah dan
dampak pengaruh globalisasi.
Dalam hal ini, memperkenalkan ilmu pengetahuan bukan hanya sebatas ilmu
umum saja, tetapi juga ilmu agama yang merupakan pondasi penting terkait
perilaku, sikap, dan juga keyakinannya kepada Tuhan. Kedua ilmu ini harus
diperkenalkan secara baik dan benar, dalam artian haruslah seimbang antara ilmu
umum dan ilmu agama. Sedemikian sehingga dapat tercipta kerangka pemikiran
yang seimbang dalam diri.
Hal kedua yang dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme
dan tindak terorisme ialah memahamkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar.
Setelah memperkenalkan ilmu pengetahuan dilakukan dengan baik dan benar,
langkah berikutnya ialah tentang bagaimana cara untuk memahamkan ilmu
pengetahuan tersebut. Karena tentunya tidak hanya sebatas mengenal, pemahaman
terhadap yang dikenal juga diperlukan. Sedemikian sehingga apabila pemahaman
akan ilmu pengetahuan, baik ilmu umum dan ilmu agama sudah tercapai, maka
kekokohan pemikiran yang dimiliki akan semakin kuat. Dengan demikian, maka
tidak akan mudah goyah dan terpengaruh terhadap pemahaman radikalisme
sekaligus tindakan terorisme dan tidak menjadi penyebab lunturnya bhinneka
tunggal ika sebagai semboyan Indonesia.
Kesenjangan sosial yang terjadi juga dapat memicu munculnya pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme. Sedemikian sehingga agar kedua hal tersebut
tidak terjadi, maka kesenjangan sosial haruslah diminimalisir. Apabila tingkat
pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme tidak ingin terjadi pada suatu
Negara termasuk Indonesia, maka kesenjangan antara pemerintah dan rakyat
haruslah diminimalisir. Caranya ialah pemerintah harus mampu merangkul pihak
13
media yang menjadi perantaranya dengan rakyat sekaligus melakukan aksi nyata
secara langsung kepada rakyat. Begitu pula dengan rakyat, mereka harusnya juga
selalu memberikan dukungan dan kepercayaan kepada pihak pemerintah bahwa
pemerintah akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pengayom
rakyat dan pemegang kendali pemerintahan Negara.
Menjaga persatuan dan kesatuan juga bisa dilakukan sebagai upaya untuk
mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme di kalangan masyarakat,
terbelih di tingkat Negara. Sebagaimana kita sadari bahwa dalam sebuah
masyarakat pasti terdapat keberagaman atau kemajemukan, terlebih dalam sebuah
Negara yang merupakan gabungan dari berbagai masyarakat. Oleh karena itu,
menjaga persatuan dan kesatuan dengan adanya kemajemukan tersebut sangat perlu
dilakukan untuk mencegah masalah radikalisme dan terorisme. Salah satu yang bisa
dilakukan dalam kasus Indonesia ialah memahami dan penjalankan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, sebagaimana semboyan yang tertera di sana ialah
Bhinneka Tunggal Ika.
Aksi perdamaian mungkin secara khusus dilakukan untuk mencegah tindakan
terorisme agar tidak terjadi. Kalau pun sudah terjadi, maka aksi ini dilakukan
sebagai usaha agar tindakan tersebut tidak semakin meluas dan dapat dihentikan.
Namun apabila kita tinjau lebih dalam bahwa munculnya tindakan terorisme dapat
berawal dari muncul pemahaman radikalisme yang sifatnya baru, berbeda, dan
cenderung menyimpang sehingga menimbulkan pertentangan dan konflik. Oleh
karena itu, salah satu cara untuk mencegah agar hal tersebut (pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme) tidak terjadi ialah dengan cara memberikan
dukungan terhadap aksi perdamaian yang dilakukan, baik oleh Negara
(pemerintah), organisasi/ormas maupun perseorangan.
Melaporkan kepada pihak-pihak yang memiliki kewenangan apabila muncul
pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme, entah itu kecil maupun besar.
Contohnya apabila muncul pemahaman baru tentang keagamaan di masyarakat
yang menimbulkan keresahan, maka hal pertama yang bisa dilakukan agar
pemahaman radikalisme tindak berkembang hingga menyebabkan tindakan
terorisme yang berbau kekerasan dan konflik ialah melaporkan atau berkonsultasi
14
kepada tokoh agama dan tokok masyarakat yang ada di lingkungan tersebut.
Dengan demikian, pihak tokoh-tokoh dalam mengambil tindakan pencegahan awal,
seperti melakukan diskusi tentang pemahaman baru yang muncul di masyarakat
tersebut dengan pihak yang bersangkutan. memperkenalkan ilmu pengetahuan
dengan baik dan benar.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Rangkuman
Radikal dalam bahasa Indonesia berarti amat keras menuntut perubahan.
Sementara itu, radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan sosial dan
politik dengan cara drastis dan kekerasan.
Radikalisme bisa menjadi ancaman besar bagi dunia jika mereka
melakukannya atau mengekspresikannya keyakinannya dalam bentuk kekerasan.
Akibat dari timbulnya kekerasan tersebut bisa muncul karena adanya faktor internal
dan eksternal. Radikalisme Islam Indonesia lahir dari hasil persilangan Mesir dan
Pakistan. Nama-nama seperti Hassan al-Banna, Sayyid Qutb dan al-Maududi
terbukti sangat memengaruhi pelajar-pelajar Indonesia yang belajar di Mesir dan
Pakistan. Pemikiran mereka membangun cara memahami Islam ala garis keras.
Setiap Islam disuarakan, nama mereka semakin melekat dalam ingatan. Bahkan,
sampai tahun 1970-1980-an ikut menyemangati perkembangan komunitas usroh di
banyak kampus atau organisasi Islam. Seperti FPI, HTI dan PKS. Istilah
radikalisme Islam kian menguat tak hanya pada matra tekstualitas agama.
Persentuhan dengan dunia kini, menuntut adanya perluasan gerakan. Mulai dari
sosio ekonomi, pendidikan hingga ranah politik.
Sekuralisme adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi
atau badan negara harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Kekerisid.blogspot.co.id/2012/12/pandangan-islam-terhadap-sekuralisme-i-
_21.html?m=1
17