Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
a. Parasetamol
Parasetamol (acetominophen) merupakan analgesik sebagai terapi pada
nyeri sedang dan demam.Hipotesis yang berlaku saat ini bahwa parasetamol
bertindak sebagai agen pereduksi untuk menghambat tahap peroksidase
sekunder yang terlibat dalam sintesis prostanoid oleh enzim siklooksigenase
(COX-1 dan COX-2). Enzim yang bertanggung jawab untuk sintesis prostnoids
memiliki beberapa istilah, termasuk prostaglandin H2-synthase (PGHS), tetapi
sekarang paling sering disebut sebagai cyclooxygenase (COX). Enzim
bifungsional ini mengandung dua domain katalitik terpisah yang bertanggung
jawab untuk mengubah asam arakidonat menjadi PGH2: 1) domain
siklooksigenase (COX) yang menghasilkan peroksida intermediet yang tidak
stabil (PGG2), dan 2) domain peroksidase (POX) yang mengandung gugus heme
yang mengubah peroksida intermediet yang tidak stabil (PGG2) menjadi PGH2.
Parasetamol bertindak sebagai agen pereduksi cosubstrate PGG2 dan heme yang
menghambat tahapan katalitik POX dengan mengubah gugus heme ke keadaan
tereduksi yang tidak aktif. Karena parasetamol bertindak sebagai agen pereduksi
heme, efek parasetamol tidak terjadi pada jaringan yang memiliki tingkat
hidroperoksida lemak yang tinggi (seperti Inflammatory HETEs) yang berfungsi
mengoksidasi heme kembali ke keadaan aktifnya. Jaringan dengan HETEs
tinggi, seperti pada trombosit atau limfosit aktif (misalnya pada kondisi
inflamasi). Namun, Parasetamol efektif dalam menghambat sintesis prostanoid
pada sel endotel vaskular dan neuron yang memiliki HETEs basal yang
rendah,sehingga mampu memberi efek antipiretik dan analgesik dengan
menghambat produksi prostaglandin di lokasi tersebut.
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) kelas dari obat ini heterogen termasuk
aspirin, non selective cyclooxygenase (COX) inhibitor, dan selective COX inhibitor. Non
selective COX inhibitor disebut juga OAINS tradisional atau konvensional sedangkan
yang selective disebut COX-2 inhibitor Meskipun secara struktur OAINS berbeda tetapi
mempunyai kemampuan untuk menghambat sintesis prostaglandin sehingga OAINS
mempunyai efek analgesik, anti in amasi dan antipiretika. Hambatan terhadap enzim
prostaglandin terjadi pada level molekuler yang dikenal sebagai siklooksigenase (COX).
Seperti diketahui terdapat dua isoform prostaglandin yang dikenal sebagai COX-1 dan
COX-2.Sintesis prostatglandin merupakan suatu reaksi enzimatik yang melibatkan
fosfolipid di dalam sel membran menjadi prostaglandin yang aktif melalui beberapa
tahapan berikut.
a. Produksi asam arakidonat akibat aksi enzim fosfolipase pada membrane
fosfolipid.
b. Enzim siklooksigenase akan mengkatalisir perubahan asam arakidonat
Nonmenjadi siklik endoperoksid (PG G2 and PG H2 ).
c. Kemudian siklik endoperoksida dirubah menjadi prostaglandin yang spesi k
pada berbagai jaringan.
OAINS akan menghambat asam arakidonat menjadi siklik endoperoksid,
sedangkan steroid menghambat membran fosfolipid menjadi asam arakidonat. Efek terapi
dan efek samping OAINS berhubungan dengan mekanisme kerja sediaan ini pada enzim
COX-1 dan COX- 2 yang dibutuhkan dalam biosintesis prostaglandin. COX-1 penting
untuk produksi prostatglandin dalam menyeimbangkan homeostatis seperti agregasi
trombosit, pengaturan aliran darahdi ginjal dan abdomen dan regulasi sekresi asam
lambung. Inhibisi aktivitas COX-1 dianggap sebagai penyebab toksisitas gastrointestinal
pada pemakaian OAINS. COX-2 merupakan isoenzim terinduksi, meskipun ada beberapa
ekspresi konstitutif di ginjal, otak, tulang, sistem reproduksi wanita, neoplasias, dan
saluran pencernaan. COX-2 isoenzim berperan penting dalam proses nyeri dan inflamasi.
Secara umum, OAINS menginhibisi COX-1 dan COX-2. Sebagian besar OAINS
merupakan Inhibisi COX-1 selective utama (aspirin, ketoprofen, indometacin, piroxicam,
sulindac), sedikit selective COX-1 inhibitor (ibuprofen, naporxen, diklofenak) , sedikit
selective COX-2 inhibitor (etodolac, nabumetone, meloxicam), selective COX-2 Inhibitor
(celecoxib, rofecoxib, etoricoxib).
Aspirin (Non-selective COX Inhibitor)
Aspirin secara efektif mengurangi nyeri intensitas ringan dan sedang melalui efek
antiinflamasi dan hambatan stimulasi nyeri di bagian subkortikal, dengan penghambatan
pada enzim COX. Enzim COX merupakan suatu dimer. Secara fisiologis, asam arahnoid
(AA) yang dibentuk dari breakdown Phospolipase A2 menempati sisi aktif dari COX
melalui kanal hidrofobik.
Metabolisme AA oleh COX akan menghasilkan prostatglandin PGH2 intermediete,
kemudian dipecah oleh isomerase menjadi tromboxane A2 (Gambar 5 Kiri). Aspirin secara
ireversibel menginhibisi aktivitas COX dengan asetilasi residu serin di sisi aktif dari COX
(SER 529 di COX-1 dan SER 516 di COX-2). Mekanisme ini menghambat AA
dimetabolisme