Você está na página 1de 9

JAMKESMAS MOBILE

Layanan Kesehatan Khusus Peserta Jamkesmas

A. ANALISIS MASALAH ( 5 PERSEN dari nilai keseluruhan)


1. Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakan inisiatif ini?

Puskesmas Kebumen III termasuk dalam kategori puskesmas perkotaan yaitu


karena letaknya yang berada di pusat kota Kebumen tepatnya di Kecamatan
Kebumen. Wilayah Kecamatan Kebumen mempunyai luas wilayah 968,4 km²
yang terdiri dari 29 desa/kelurahan, sedangkan wilayah kerja Puskesmas
Kebumen III mencakup 4 desa dan 2 kelurahan yaitu Desa Kutosari,
Kelurahan Kebumen, Kelurahan Bumirejo, Desa Karangsari, Desa
Gemeksekti,dan Desa Jemur dengan jumlah Rukun Warga (RW) sebanyak
30 RW dan dibagi menjadi 187 RT. Namun meskipun termasuk dalam
puskesmas perkotaan, terdapat 2 desa dengan kondisi geografis yang berupa
pegunungan dan perbukitan dengan akes jalan yang terjal dan menanjak
yaitu Desa Gemeksekti dan Desa Jemur.

Masyarakat Miskin Peserta Jaminan Kesehatan Masyarakas (Jamkesmas) di


Wilayah Puskesmas Kebumen III pada tahun 2011 sebesar 11.237 jiwa atau
29,43% dari total penduduk wilayah Puskesmas Kebumen III yang sebesar
38.180 jiwa. Berdasarkan data yang ada, tidak semua peserta Jamkesmas
dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Tahun 2011 terlaporkan
hanya 8.070 jiwa yang berkunjung ke puskesmas untuk mendapatkan fasilitas
pelayanan kesehatan gratis tersebut. Masih terdapat 28,18% yang belum
dapat memanfaatkan karena kendala kondisi geografis dan jarak tempat
tinggal mereka dengan puskesmas .
Bagi masyarakat peserta Jamkesmas dengan kendala tersebut, mendatangi
fasilitas layanan kesehatan merupakan hal yang sulit dilakukan karena
mereka harus mengeluarkan biaya tambahan untuk transportasi ke
puskesmas yang jumlahnya justru lebih banyak dibandingkan dengan biaya
layanan kesehatan itu sendiri. Jarak dari desa/kelurahan ke puskesmas relatif
jauh, Desa Kutosari 1,5 km, Kelurahan Kebumen 2 km, Kelurahan Bumirejo 2
km, Desa Karangsari 4 km, Desa Gemeksekti 3 km, dan Desa Jemur 6 km.
Semakin jauh jarak desa ke puskesmas maka akan semakin besar pula biaya
tambahan yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk transportasi ke
puskesmas, lebih lagi bagi masyarakat miskin peserta jamkesmas.

Kondisi ini seharusnya tidak terjadi karena pada dasarnya pelayanan


kesehatan merupakan hak dasar yang oleh HL.Blum dinyatakan sebagai
faktor ketiga yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena
keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan pelayanan pemulihan
kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan perawatan bagi
masyarakat. Oleh karena itu, Puskesmas Kebumen III berusaha untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan dengan mendekatkan akses pelayanan
kepada masyarakat.

B. PENDEKATAN STRATEGIS (25 persen dari nilai keseluruhan)


2. Siapa saja yang telah mengusulkan pemecahannya dan bagaimana
inisiatif ini telah memecahkan masalah yang dihadapi?

Menyikapi rendahnya angka kunjungan peserta Jamkesmas tersebut,


Puskesmas Kebumen III melakukan observasi dan identifikasi untuk mencari
penyebab permasalahan tersebut. Melalui media Lokakarya Mini (Lokmin)
tingkat Puskesmas yang rutin diselenggarakan setiap bulan yang
merupakan sarana brainstorming kepala puskesmas dengan seluruh
karyawan puskesmas yaitu dokter, dokter gigi, bidan dan perawat, analis
kesehatan, asisten apoteker, nutrisionis, sanitarian, promkes, epidemiolog
dan staf lainnya.
Atas dasar brainstorming tersebut, Kepala Puskesmas menginisiasi
munculnnya sebuah inovasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal itu
kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan tim khusus oleh Kepala
Puskesmas yang tugasnya adalah merumuskan inovasi tersebut melalui
rapat-rapat yang lebih intensif. Dari hasil rapat tersebut dihasilkan kebijakan
bahwa seluruh pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Kebumen III
melaksanakan pelayanannya setiap hari utamanya puskesmas pembantu
(Pustu) dan ditunjang pelayanan posyandu baik balita maupun lansia sesuai
jadwal yang sudah ada. Khusus peserta jamkesmas yang memiliki
keterbatasan aksesibilitas dilayani dengan Jamkesmas mobile.

Jamkesmas mobile adalah pelayanan kesehatan khusus masyarakat


peserta Jamkesmas berupa pengobatan, konsultasi dan penyuluhan
kesehatan yang dilakukan oleh tim pelaksana (dokter, bidan pembina
wilayah, perawat wilayah, nutrisionis, penyuluh kesehatan dan sanitarian)
dan dilaksanakan setiap sebulan sekali di masing-masing desa/kelurahan
wilayah Puskesmas Kebumen III dengan perlengkapan berupa armada
puskesmas, peralatan medis dan obat-obatan. Selain pelayanan di tempat
yang sudah ditentukan, layanan jemput bola yaitu kunjungan rumah pasien
juga dilakukan sebagai bentuk pelayanan yang optimal bagi masyarakat
peserta Jamkesmas. Hal ini merupakan aplikasi dari slogan Jamkesmas
mobile yaitu dekat, cepat, tepat dan terpercaya.

3. Dalam hal apa inisiatif ini kreatif dan inovatif?

Mengapa kami berani menyebut inisiatif ini kreatif dan inovatif? Pertama;
merupakan inovasi dalam bidang pelayanan kesehatan yang hanya ada di
Kabupaten Kebumen bahkan di Indonesia. Layanan kesehatan sejenis
banyak dilakukan oleh puskesmas-puskesmas lain yang sering disebut
dengan puskesmas keliling atau pusling. Yang membedakan jamkesmas
mobile dengan pusling tersebut adalah kelompok sasaran layanan
kesehatan dimana jamkesmas mobile mengkhususkan pada masyarakat
peserta Jamkesmas.
Kedua; adanya kunjungan rumah masyarakat peserta Jamkesmas yang
sakit yang tidak dapat mendatangi pelayanan Jamkesmas mobile yang
dinamakan layanan jemput bola.

C. PELAKSANAAN DAN PENERAPAN (30 persen dari nilai keseluruhan)


4. Bagaimana strategi ini dilaksanakan?

Jamkesmas mobile dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu perencanaan,


pelaksanaan dan monitoring evaluasi. Tahap perencanaan meliputi
perencanaan internal dan eksternal. Perencanaan internal dimulai dengan
penyusunan jadwal pelaksanaan. Jamkesmas mobile dijadwalkan masing-
masing desa sebulan sekali. Langkah selanjutnya adalah pembuatan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang di dalamnya diatur tentang
proses dan alur pelaksanaan Jamkesmas mobile. SK tim pelaksana
Jamkesmas mobile dan aturan internal Kepala Puskesmas yang di
dalamnya berisi tentang kewajiban-kewajiban tim pelaksana Jamkesmas
mobile demi memperlancar pelaksanaan Jamkesmas mobile. Perencanaan
eksternal dilakukan dengan membangun koordinasi dan sosialisasi dengan
kepala desa dan lurah yang akan membreakdown ke jaringan di bawahnya
sampai tingkat RT.

Tahap pelaksanaan dimulai dari mempersiapkan armada jamkesmas


mobile berupa satu buah mobil dan 1-2 sepeda motor serta sarana
prasarana yang lain meliputi yaitu peralatan medis, obat-obatan serta
perlengkapan administrasi (buku register, rekam medis pasien, blanko
resep, etiket obat, alat tulis). Selanjutnya proses pelaksanaan sama dengan
pelayanan kesehatan di puskesmas mulai dari pendaftaran pasien,
anamnesa, pemberian resep dan obat. Penyuluhan kesehatan juga
dilaksanakan di sela-sela pasien menunggu giliran diperiksa sebagai upaya
promotif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Untuk menjaga keberlangsungan layanan kesehatan ini dilakukan
monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan melalui
pemantauan langsung ke lokasi pelaksanaan serta pertemuan yang
membahas kendala-kendala yang dialami dalam pelaksanaan yang akan
dicari solusi untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Selain itu
disediakan call center melalui nomor handphone Kepala Puskesmas untuk
menerima pengaduan dari masyarakat untuk mengetahui tingkat kepuasan
masyarakat atas layanan kesehatan tersebut.

5. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan?

Pelaksana utamanya adalah tim jamkesmas mobile yang terdiri dari 1 dokter
umum, 6 bidan wilayah, 6 perawat wilayah, 1 tenaga promosi kesehatan, 1
sanitarian, dan 1 nutrisionis. Setiap anggota tim memiliki peran dan
tanggung jawab masing-masing.

Selain itu, jamkesmas mobile juga melibatkan stakeholder yang lain yaitu
para kepala desa dan lurah yang akan mengkoordinasikan jaringan di
bawahnya hingga tingkatan RT. Tokoh masyarakat dan ulama di desa juga
dilibatkan untuk mensosialisasikan program ini.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga memiliki peran penting dalam


membantu mensosialisasikan dan memonitoring layanan kesehatan ini.
Warga masyarakat yang terlibat adalah kader promotor kesehatan yang
membantu pelaksanaan jamkesmas mobile dan masyarakat peserta
Jamkesmas itu sendiri sebagai kelompok sasaran.

6. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk inistiatif ini dan
bagaimana sumber daya itu dimobilisasi?

Program Jamkesmas mobile didukung dengan berbagai macam


sumberdaya yang meliputi sumberdaya keuangan, sumberdaya manusia,
sumberdaya material, dan sumberdaya teknis.
Sumber daya keuangan layanan kesehatan ini dibiayai dari dana
operasional jamkesmas yang meliputi pembiayaan untuk ATK, Bahan Habis
Pakai (BHP) medis dan jasa pelayanan.

Sumber daya manusia dalam layanan kesehatan ini adalah Kepala


Puskesmas dengan tim pelaksana jamkesmas mobile yang terdiri dari 1
dokter umum, 6 bidan wilayah, 6 perawat wilayah, 1 tenaga promkes, 1
sanitarian dan 1 nutrisionis. Dalam upaya koordinasi untuk memobilisasi
masyarakat peserta Jamkesmas, Puskesmas menjalin kerjasama dengan
kepala desa atau lurah serta jajaran pemerintahan di bawahnya. Kader
promotor kesehatan ikut membantu ketika jamkesmas mobile dilaksanakan.

Sumber daya material jamkesmas mobile adalah obat-obatan yang


disediakan untuk pengobatan masyarakat peserta Jamkesmas terdiri dari 31
macam jenis obat. Jenis obat tersebut diantaranya obat penurun panas,
antibiotik, penurun tekanan darah, obat maag, obat diare, obat kulit, pereda
rasa nyeri dan beberapa macam jenis vitamin.

Sumber daya teknis yang digunakan dalam jamkesmas mobile adalah


teknis pengobatan atau pemeriksaan medis yang sudah dimiliki oleh tim
pelaksana jamkesmas mobile ini.

7. Apa saja keluaran (output) yang paling berhasil?

Output yang menunjukkan inovasi ini berhasil adalah peningkatan jumlah


kunjungan jamkesmas yang cukup signifikan dibandingkan sebelum adanya
inovasi tersebut. Pada tahun 2011 jumlah kunjungan jamkesmas adalah
8.070 jiwa sedangkan pada tahun 2013 menjadi15.715 jiwa. Pada tahun
2014 jumlah kunjungan jamkesmas menurun menjadi11.795 jiwa. Hal ini
merupakan keberhasilan dari inovasi ini juga. Jumlah kunjungan jamkesmas
yang menurun menunjukkan bahwa angka kesakitan juga menurun
sehingga dapat dikatakan derajat kesehatan masyarakat meningkat.
8. Sistem apa yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan
mengevaluasi kegiatan?

Sebagaimana tahapan dalam menjalankan sebuah program, setelah


dilakukan aspek-aspek perencanaan, pelaksanaan dan pembiayaan, maka
dilakukan pula monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi Jamkesmas
mobile dilakukan dalam beberapa cara. Cara pertama adalah dengan selalu
memantau pelaksanaan jamkesmas mobile apakah sesuai SOP yang ada
atau tidak. Hal ini untuk mempertahankan kualitas pelayanan jamkesmas
mobile. Cara yang kedua adalah dengan menentukan indikator
keberhasilan jamkesmas mobile yang tertuang dalam peraturan internal
kepala puskesmas tentang jamkesmas mobile. Ketiga, Survey kepuasan
layanan jamkesmas mobile dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan,
untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat akan layanan ini.

9. Apa saja kendala utama yang dihadapi dan bagaimana kendala


tersebut dapat diatasi?

Paradigma sakit masih menjadi anggapan yang berlaku di masyarakat. yaitu


pemahaman bahwa yang membutuhkan pelayanan kesehatan hanya orang
yang sakit.

Untuk mengatasi kendala tersebut, Puskesmas memperkuat koordinasi


dengan kepala desa dan lurah melalui bidan dan perawat wilayah dengan
terus melakukan sosialisasi tentang manfaat jamkesmas mobile bagi
kesehatan masyarakat yang dipimpinnya. Melalui penyuluhan, perubahan
paradigma terus diupayakan agar masyarakat menjadi paham bahwa tidak
hanya orang sakit yang membutuhkan pelayanan kesehatan, tetapi orang
sehat pun hendaknya datang ke pelayanan kesehatan.

Dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap


kesehatan, permintaan untuk menambah frekuensi pelaksanaan jamkesmas
mobile yang sebelumnya sebulan sekali bisa menjadi seminggu sekali atau
bahkan setiap hari. Hal ini tentu akan menimbulkan kendala kurangnya
tenaga pelaksana mengingat jumlah SDM di Puskesmas Kebumen III
terbatas.
Langkah yang dapat diambil untuk mengatasi kendala tersebut adalah
dengan penambahan SDM dan juga dengan melatih kader promotor
kesehatan untuk ikut berperan lebih dalam pelaksanaan jamkesmas mobile
misalkan dengan membantu dalam hal pendaftaran pasien dan melakukan
penyuluhan kesehatan.

D. DAMPAK DAN KEBERLANJUTAN (40 persen dari nilai keseluruhan)


10. Apa saja manfaat utama yang dihasilkan inisiatif ini?

Manfaat utama yang dihasilkan dari inisiatif ini adalah masyarakat peserta
jamkesmas memperoleh haknya untuk mendapat pelayanan kesehatan
tanpa kendala jarak dan biaya. Sekarang mereka tidak perlu bingung ketika
membutuhkan pelayanan kesehatan cukup datang ketika jamkesmas mobile
dilaksanakan.
Sebelumnya, ketika membutuhkan pelayanan kesehatan, mereka harus
menuju ke puskesmas yang jaraknya dengan desa mereka cukup jauh
sehingga membutuhkan biaya tambahan untuk transportasi. Jamkesmas
mobile mengatasi problematika mereka. Mereka mengatakan dengan
adanya jamkesmas mobile, berobat menjadi lebih dekat dan gratis tidak
mengeluarkan biaya sedikitpun. Selain itu, manfaat yang dihasilkan dari
jamkesmas mobile adalah masyarakat peserta jamkesmas mendapatkan
informasi kesehatan melalui penyuluhan kesehatan sehingga pengetahuan
dan kesadaran mereka tentang kesehatan akan semakin meningkat.
Dengan demikian paradigma yang berlaku di masyarakat akan bergeser dari
paradigma sakit menjadi paradigma sehat.

Manfaat bagi manajemen puskesmas sendiri adalah sebagai upaya untuk


meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pelayanan kesehatan
Puskesmas Kebumen III. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya
angka kunjungan pasien ke puskesmas.
11. Apakah inistiatif ini berkelanjutan dan dapat direplikasi?

Jamkesmas mobile dapat terus berkelanjutan untuk waktu yang tidak


terbatas. Keberlanjutan ini sudah disiapkan dari berbagai segi. Dari segi
anggaran sudah tersedia sumber dana untuk upaya kesehatan perorangan
(UKP) dari dana JKN sesuai jumlah peserta Jamkesmas yang ada.

Pada masa yang akan datang, Pemerintah akan meluncurkan program


Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang mana pelayanan kesehatan primernya
bukan lagi di puskesmas tetapi di tingkat desa. Ini artinya tantangan untuk
puskesmas untuk mulai mempersiapkan pelayanan kesehatan di desa.
Jamkesmas mobile inilah jawaban dari tantangan tersebut yang akan terus
dikembangkan dan disempurnakan.

Jamkesmas mobile telah mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten


Kebumen dengan mengalirnya dukungan dari Bupati dan Kepala Dinas
Kesehatan sehingga peluang replikasi terbuka lebar untuk puskesmas di
seluruh Kabupaten Kebumen terutama puskesmas yang memiliki daerah
dengan akses kesehatan yang sulit dengan jumlah peserta jamkesmas yang
banyak.

12. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik?

Mengambil pepatah Arab “Man Jadda Wa Jadda” yang artinya barangsiapa


yang bersungguh-sungguh maka akan mendapatkan apa yang diinginkan,
seperti itulah pembelajaran yang dapat diambil dari Jamkesmas mobile
dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat
khususnya peserta Jamkesmas yang semata-mata sebagai upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Segala kendala yang terjadi
seperti jarak dan kondisi geografis yang sulit tidak menjadi halangan dan
dapat diatasi dengan usaha yang keras.

Ke depan sebagai inovasi yang telah memberikan manfaat, jamkesmas


mobile hendaknya diakomodasi dan direplikasi untuk puskesmas yang
memiliki daerah dengan akses kesehatan yang sulit.

Você também pode gostar