Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
SELLI SEPTIA MAULANI
NIM. 13DB277083
INTISARI
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO) di seluruh
dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahunnya dan
kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa per tahun.
Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di negara berkembang
sebesar 90%. Kendati jumlahnya sangat besar, tetapi tidak menarik
perhatian karena kejadiannya tersebar.Sedangkan pada tahun 1996 WHO
memperkirakan lebih dari 585.000 pertahunnya meninggal saat hamil,
bersalin dan nifas (Sarwono, 2010).
AKI di Indonesia masih tetap tinggi walaupun sudah terjadi
penurunan dari 307 per 100.000 KH menjadi 263 per 100 KH, diharapkan
pada tahun 2015 AKI ditekan hingga 125 per 100.000 KH. AKI di Indonesia
bervariasi dari angka paling rendah yaitu 103 per 100.000 KH di
Yogyakarta,
409 per 100.000 kelahiran hidup di Jawa Barat, sampai paling tinggi 1.340
per 100.000 KH di Nusa Tenggara Barat (Wiknjosastro, 2011).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun
2012 menunjukan bahwa AKI berjumlah 747 per 100.000 kelahiran hidup.
(Dinkes Jabar 2012). Sedangkan menurut data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2015 yang mengalami luka perineum
berjumlah 140 per 100.000 kelahiran hidup.
Sementara menurut laporan Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
pada Tahun 2014 mencatat jumlah Kematian Ibu dari 9 per 10.885 kelahiran
hidup. Kematian terjadi pada masa kehamilan 11 orang, persalinan 4 orang,
dan nifas sejumlah 14 orang. Berdasarkan hasil data yang diperoleh di BPM
Bidan Siti Fatimah, SST pada tahun 2015 ibu bersalin sebanyak 60 orang
dan jumlah ibu yang mengalami luka perineum sebanyak 12 orang (BPM bd.
Siti Fatimah, 2015).
Masa nifas (peurperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pilih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung 6 minggu (Wulandari dan Handayani, 2011). Masa
nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40
hari
1
2
تلق اهنع ا ًضر ةملس مأ ع: هلع ا ىلص ا لوسردهع ىلعءاسفنلا تناك
ٌ هلاو
ةٌلل نٌعبرأوأ امٌو نٌعبراملسو
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas dapat dirumuskan yaitu :
“Bagaimana memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny.D
P 1A 0
4
dengan perawatan luka perineum di BPM Bd. Siti Fatimah, SST Kota
Tasikmalaya”?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ibu nifas Ny.D 20 Tahun
P1A0 fisiologis di BPM Bd.Siti Fatimah, SST kota Tasikmalaya dengan
pendekatan manajemen kebidanan langkah 7 Varney dan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian secara lengkap yang berkaitan dengan
ibu nifas Ny.D P1A0 dengan perawatan luka perineum.
b. Menginterprestasikan data serta merumuskan diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada ibu nifas Ny.D P1A0 dengan
perawatan luka perineum.
c. Mengodentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada ibu
bersalin Ny.D P 1A0 dengan perawatan luka perineum.
d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi,
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan pada ibu
nifas Ny.D P1A0 dengan perawatan luka perineum.
e. Menyusun rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh pada ibu
nifas Ny.D P1A0 dengan perawatan luka perineum.
f. Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada ibu nifas
Ny.D P1A0 dengan perawatan luka perineum.
g. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas
Ny.D P1A0 dengan perawatan luka perineum.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi
perkembangan ilmu kebidanan dan dapat dijadikan bahan pengkajian
bagi ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan
pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum.
5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan Asuhan
Kebidanan yang diharapkan bisa membantu proses
pembelajaran. b. Bagi Institusi Pelayanan
Dapat menjadi bahan masukan dalam pelayanan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum.
c. Bagi Ibu Nifas
Dapat menambah pengetahuan bagi ibu nifas dalam
perawatan luka perineum sehingga terhindar dari infeksi pada luka
perineum.
d. Bagi Penulisi
Diharapkan dapat memberikan wawasan dan menambah
pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat selama kuliah
ke dalam praktik nyata khususnya dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum.
BAB II TINJAUAN
TEORI
hipotermi. perdarahan
1. 6-8 a) Mencegah
Setelah abnormal.
jam perdarahan
bidan c) Memastikan
setel masa nifas
melakukan ibu
ah karena
pertolongan mendapatkan
pers atonia uteri.
persalinan cukup makan,
alina b) Mendeteksi
maka bidan cairan dan
n dan merawat
harus istirahat.
penyebab
menjaga ibu d) Memastikan
lain
dan bayi ibu menyusui
perdarahan, dengan
baru lahir
rujuk bila
untuk 2 jam
perdaraha
pertama
berlanjut.
setelah
c) Memberikan
kelahiran
konseling
atau sampai
pada ibu atau
ibu dan bayi
salah satu
dalam
anggota
keadaan
keluarga
stabil.
mengenai
a) Memastikan
bagaimana
involusi
cara
uterus
mencegah
berjalan
perdarahan
normal :
masa nifas
uterus
karena atonia
berkontraksi,
2. 6 uteri.
fundus di
h d) Pemberian ASI
awal. bawah
ar
Melakukan umbilicus,
i
hubungan tidak ada
p
antara ibu perdarahan
o
dengan bayi abnormal,
st
yang baru tidak ada
p
lahir. bau.
ar
e) Menjaga b) Menilai
tu
bayi agar adanya
m
tetap sehat tanda-tanda
dengan demam,
mencegah infeksi atau
10
11
2) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya
trombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat impantansi.
Pada hari pertama tebal endrometrium 2,5 mm, mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput
janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada
pembentukan jaringan perut pada bekas implantasi plasenta
(Saleha, 2009).
3) Serviks
Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi
sangat lembek, kendur dan terkulai. Serviks tersebut bisa
melepuh dan lecet, terutama dibagian anterior. Serviks akan
terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi,
lubang serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah
persalinan diet retak karena robekan dalam persalinan. Rongga
leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan
sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum (Saleha,
2009).
4) Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan peurpurium
merupakan suatu saluran yang luas berbanding tipis.Secara
berangsung-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali
kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali
pada minggu ke tiga. Hilmen tampak sebagai tonjolan jaringan
kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi
karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara
(Saleha,
2009).
5) Payudara (Mamae) menurut (Saleha, 2009)
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses
laktasi terjadi secara alami, proses menyusui mempunyai dua
mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut :
a) Produksi susu
b) Sekresi susu atau let down
Selama sembilan bulan kehamilan,jaringan payudara
tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk meyediakan makanan
bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang
dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk hambatannya kelenjar
pituitari akan mengeluarkan prolaktin sampai hari setelah
melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan.
Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah,
sehingga timbul rasa hangat, bengkak, rasa sakit. Sel-sel acini
yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi ketika bayi
menghisap puting, refleks sarap merangsang lobus posterior
pituitari untuk menyekresi hormon oksitosin. Ketika ASI
dialirkan karena isapan bayi atas dengan dipompa sel-sel acini
terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini
dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama (Saleha, 2009).
b. Sistem Pencernaan
1) Nafsu Makan
Nafsu Makan menurut (Jannah, 2011) yaitu :
a) Ibu biasanya lapar setelah melahirkan.
b) Ibu boleh konsumsi makanan ringan.
c) Ibu akan merasa sangat lapar setelah benar-benar pulih
dari efek analgesik, anastesi, dan keletihan.
2) Motalitas
a) Secara khas, penurunan tonus otot dan motalitas otot
traktus cerna menetap selama waktu singkat setelah bayi
lahir.
b) Kelebihan anakgesik dan motalitas ke keadaan normal.
3) Defekasi
a) Buang air besar spontan bisa tertunda selama 2 sampai 3
hari setelah ibu melahirkan.
b) Buang air besar tidak lancar disebabkan tonus otot usus
menurun selama proses persalianan dan awal masa pasca
persalinan, diare sebelum, persalinan, kurang makan, atau
dalam keadaan dehidrasi.
c) Kebiasaan buang air besar teratur perlu dicapai setelah
tonus kembali pada keadaan normal (Jannah, 2011).
c. Sistem Perkemihan
Sistem Perkemihan Menurut (Saleha, 2009).
Pelvis ginjal dan ureter yang tegang dan berdilatasi selama
kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah
melahirkan. Perkemihan sistikopik segera setelah melahirkan
menunjukan tidak saja edema dan hipermia. Dinding kandung
kemih, tetapi sering kali terdapat ekstravasasi darah pada
submukosa.
Kurang lebih 40% wanita nifas mengalami proteinuria yang
nonpatologis sejak pasca melahirkan sampai dua hari postpartum
agar dapat dikendalikan. Oleh karena itu, contoh spesimen diambil
melalui keterisasi agar tidak terkontaminasi dengan lokia
yang
nonpatologis, hal ini dapat diwujudkan hanya bila tidak ada
tanda dan gejala infeksi saluran kemih atau preeklamsi.
Diuresis yang normal dimulai segera setelah bersalin sampai
hari kelima setelah persalinan.Jumlah urine yang keluar dapat
melebihi 3.000 ml perharinya. Hal ini diperkirakan merupakan salah
satu cara untuk menghilangkan peningkatan cairan ekstraseluler
yang merupakan bagian normal dari kehamilan. Selain itu juga di
dapati adanya keringat yang banyak pada beberapa hari pertama
setelah persalinan.
d. Sistem Muskulosketetal
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang
sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali
seperti sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum mengendur,
sehingga uterus jatuh kebelakang. Fasia jaringan penunjang alat
genitalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan
tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali
secara perlahan-lahan. (Saleha, 2009).
e. Perubahan Sistem Endokrin (Saleha, 2009).
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang. Selama tahap ketiga persalian, hormon oksitosin
berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah pendarahan, isapan bayi dapat
merangsang produk ASI dan skresi oksitosin, hal tersebut
membantu uterus kembali ke bentuk awal.
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang
dikeluarkan oleh glandula pituitary anterior bereaksi terhadap
alveoli dari payudara sehingga menstimulasi produksi ASI.
Pada ibu yang menyusui kadar prolaktin tetap tinggi dan
merupakan permulaan stimulasi foikel di dalam ovarium
ditekan.
3) HCG, HPL, Estrogen, dan progesterone
Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir,tingkat
hormone HCG, HPL, estrogen, dan progesterone di dalam dara
ibu menurun dengan cepat, normalnya setelah 7 hari.
4) Pemulihan Ovulasi dan Menstruasi
Pada ibu yang menyusui bayinya, ovulasi jarang sekali
terjadi sebelum 20 minggu, dan tidak terjadi diatas 28 minggu
pada ibu yang melanjutkan menyusui 6 bulan. Pada ibu yang
tidak menyusui ovulasi dan menstruasi biasanya mulai antara
7-10 minggu.
f. Perubahan Tanda-tanda Vital
Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji antara
lain :
1) Suhu
Suhu ibu akan naik pada hari pertama 37,5-38˚ C dan
suhu akan normal kembali (Rahayu, 2012).
2) Nadi
Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali
pengaruh partus lama, persalinan sulit dan kehilangan darah
yang berlebihan. Setiap denyut nadi 100x/menit selama nifas
adalah abnormal dan mengindikasikan pada infeksi atau
haermoragis postpartum (Rahayu, 2012).
3) Tekanan Darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak
terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam ½
bulan tanpa pengobatan (Rahayu, 2012).
g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Cardiac output meningkat selama persalinan dan peningkatan
lebih lanjut setelah kala III, ketika besarnya volume darah dari
uterus terjepit di dalam sirkulasi. Penurunan setelah hari pertama
puerperium dan kembali normal pada akhir minggu ketiga.
Meskipun terjadi penurunan di dalam aliran darah ke organ setelah
hari pertama, aliran darah ke payudara meningkat untuk
mengadakan laktasi. Merupakan perubahan umum yang
penting
keadaan normal dari sel darah merah dan putih pada akhir
puerperium (Rahayu, 2012).
Pada beberapa hari pertama setelah kelahiran, fibrionogen,
plasminogen, dan factor pembekuan menurun cukup cepat. Akan
tetapi darah lebih mampu untuk melakukan koagulasi dengan
peningkatan viskositas, dan ini berakibat meningkatkan resiko
thrombosis (Rahayu, 2012).
h. Perubahan Sistem Hematologi
Lekositosis meningkat,sel darah putih sampai berjumlah
15.000 selama persalian, tetap meningkat pada beberapa hari
pertama postpartum. Jumlah sel darah putih dapat meningkat lebih
lanjut sampai 25.000-30.000 di luar keadaan patologi jika ibu
mengalami partus lama. Hb, Ht, dan eritrosit jumlahnya berubah di
dalam awal puerperium (Rahayu, 2012).
5. Nifas Dengan Episiotomi
a. Pengertian Episitomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk
memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum
keluarnya kepala bayi. Episiotomi adalah tindakan insisi pada
perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina,
cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot
dan fasiaperineum dan kulit sebelah depan perineum. Untuk
melihat seberapa besarnya robekan atau luka tersebut, maka
dilakukan pemeriksaan memakai speculum, hasil akan menunjukan
tingkatan robekan perineum, jika : Dikatakan robekan perineum
Tingkat I, jika robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina
dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit: Tingkat II, jika
robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput
lendir vagina juga mengenai spingker ani, Tingkat III, jika robekan
yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot
spingker ani (Bahiyatun, 2009).
b. Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditunjukan untuk mencegah
infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya
mikro organisme yang masuk melalui vulva yang terluka atau akibat
perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea
(Bahiyatun, 2009).
c. Waktu Perawatan
Pada saat mandi, ibu postpartum pasti melepaskan pembalut,
setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri
pada cairan yang tertampung pada pembalut, maka perlu dilakukan
penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum (Bahiyatun, 2009).
Setelah buang air kecil, pada saat buang air kecil,
kemungkinan besar terjadi kontaminasi bakteri dari bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum. Setelah
buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran sekitar
anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke
perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses
pembersihan anus dan perineum secra keseluruhan
(Bahiyatun,
2009).
d. Faktor yang mempengaruhi Perawatan Perineum
Faktor yang mempengaruhi perawatan perineum menurut
Bahiyatun (2009) adalah sebagai berikut :
1) Gizi : faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi
terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena
penggantian jaringan sangat membentukan protein.
2) Obat-obatan : Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan
mengganggu respon inflamasi normal, anti koagulan dapat
menyebabkan hemoragi. Antibiotik spekulum luas spesifik
efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk
patology spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan
setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intervaskular.
3) Keturunan : Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi
dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang
mempengaruhi adalah kemampuan dirinya dalam
penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang
mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekseri insulin dapat
dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat.
Dapat terjadi penipisan protein-kalori.
e. Dampak Luka Perineum yang tidak benar
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik
dapat menghindarkan hal berikut ini :
1) Infeksi : Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan
sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat
menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
2) Komplikasi : Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat
pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang
dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung
kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
3) Kematian ibu postpartum : Penanganan komplikasi yang lambat
dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu
postpartum meningkat kondisi fisik ibu postpartum masih
lemah.
f. Fase-fase penyembuhan luka
1) Fase inflamasi, berlangsung selama 1-4 hari
Respons vaskuler dan seluler terjadi ketika jaringan
teropong atau mengalami cedera. Vasokonstriksi pembuluh
terjadi dan bekuan firinoplatelet terbentuk dalam upaya untuk
mengontrol pendarahan.
2) Fase Proliferatif, berlangsung 5-20 hari
Fibrola memperbanyak diri dan membentuk jaringan-
jaringan untuk sel-sel yang berimigrasi. Sel-sel epitel
membentuk kuncup pada pinggiran luka kuncup ini
berkembang menjadi kapileryang merupakan sumber nutrisi
bagi jaringan granulasi yang baru. Setelah 2 minggu, luka
hanya memiliki 3% sampai 5% dari kekuatan aslinya.
3) Fase maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau
bahkan tahunan.
Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai
meninggalkan luka, jaringan parut tampak besar sampai fibril
kalogen menyusun keadaan posisi yang lebih padat. Hal ini
sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan parut
tetapi
meningkatkan kekuatannya. Maturasi jaringan seperti ini terus
berlanjut dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10 atau 12
minggu, tetapi tidak pernah mencapai kekuatan asalnya dari
jaringan sebelum luka.
6. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
a. Nutrisi dan cairan
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. Makan dengan
diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin
yang cukup. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan. Minum kapsul Vitamin
A agar bisa memberikan agar bisa memberikan vit A pada bayinya
melalui ASI (Rukiyah dkk., 2011).
b. Ambulasi Dini (Yanti dan Sundawati,2011)
Kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar
dari tempat tidurnya dan berjalan.Klien sudah diperbolehkan
bangun dari tempat tidur dalam waktu 24-28 jam postpartum.
Keuntungan Ambulasi dini adalah :
1) Klien merasa lebih baik,lebih sehat, dan lebih kuat.
2) Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
3) Dapat lebih memungkinkan ibu untuk merawat dan
memandikan anaknya.
c. Eliminasi
1) Miksi
Miksi disebut normal bila ibu buang air kecil spontan setiap
3-4 jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila tidak
dilakukan dengan tindakan dirangsang dengan mengalirkan
keran didekat klien, mengompres air hangat diatas simfisis, bila
tidak tidak berhasil dengan cara tersebut maka dilakukan
dengan kateterisasi. Kateterisasi membuat klien tidak nyaman
dan resiko infeksi saluran kencing tinggi.Untuk itu kateterisasi
tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam postpartum (Yanti,
dan Sundawati, 2011).
2) Defekasi
Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air
besar.Jika klien pada hari ke tiga belum buang air besar maka
diberikan laksan supositoria dan minum air hangat, agar dapat
buang air besar secara teratur maka dapat dilakukan dengan
diet teratur,pemberian cairan yang banyak dan makan cukup
serat (Rukiyah dkk., 2011).
Menurut penelitian Agustina S (2013), kesulitan buang air
besar yang dialami oleh ibu nifas merupakan masalah yang
dihadapi oleh setiap wanita postpartum. Beberapa solusi yang
dapat dilakukan untuk menghindari kesulitan buang air besar
yaitu Ibu harus menghilangkan kekhawatiran untuk buang air
besar, salah satunya adalah jangan terlalu takut jika jahitan
akan terbuka. Makan-makanan berserat (sayuran dan buah-
buahan) dan minuman banyak air.Jika kondisi memungkinkan,
segera bangun dan berjalan-jalan atau melakukan ambulasi
dini.
Tujuan : Menentukan efektivitas ambulasi awal untuk
percepatan pola buang air besar di anal postpartum di ruang
Sakura dr.Soedomo Rumah Sakit Umum.
Metode Desain penelitian adalah study quasy
eksperimental post-test hanya mengontrol desain. Populasi
dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Variabel terkait
dalam penelitian ini adalah ambulansi dini, dan variabel
independent adalah pola buang air besar. Instrumen adalah
Kuesioner.
Kesimpulan : Jika Anda mengalami kesulitan atau
obstipations, melakukan diet teratur, banyak cairan, konsumsi
makanan berserat, mobilisasi dini. Hasil : Wanita postpartum
kelompok pengobatan dini ambulansi 9 (45%) dari responden
bisa melakukan buang air besar pada hari ketiga, sedangkan
kelompok kontrol tanpa ambulasi awal, ada 10 responden
(50%) bisa buang air besar pada hari kelima. Hasil uji statistik
diperoleh hasil uji Independent sample t p = 0,000 <0,05.
Sehingga menyatakan bahwa ambulasi dini yang efektif
terhadap pola defekasi dipercepat pada wanita postpartum di
ruang Sakura dr. Rumah Sakit Soedomo.
Planning :
Perencanaan Perencanaan
1. Asuhan Mandiri
2. Kolaboratif
Implementasi Implementasi
3. Tes Diagnostik/Lab
4. Konseling
Evaluasi Evaluasi
5. Follow Up
DAFTAR PUSTAKA
Rukiyah, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan III. Jakarta : Trans Info Media
Rukiyah. (2011). Asuhan Kebidanan III. Jakarta : Trans Info Medika.
Saifudin. (2011).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika.
Sari, E.P dan Rimandini K.D. (2014). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Dan
Menyusui. Jakarta : Trans Info Media.
Sriani. (2015). Hubungan Vulva Hygiene dengan Pencegahan Infeksi Luka
Perineum pada Ibu Post Partum di Rumah Sakit Pancaran Kasih Gmim
Manado. E-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Oktober
2015. [internet] tersedia dalam
http://download.portalgaruda.org. [diakses 25 Mei 2016].
Sulistyawati,A. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Mitra
Cendikia.
Tresnawati, F. (2012). Asuhan Kebidanan. Jakarta : PT Prestasi Pustakaraya.
Walyani ES. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta :
Pustaka
Baru Press.
Yanti, D & Sundarin, D. (2011). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung :
Revika Aditama.