Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mycobacterium tuberkolosis, yang menyerang dari balita hingga usia lanjut. Penyakit
Tuberkulosis Basil Tahan Asam Positif atau juga bisa disebut dengan TB Paru, sampai kini
belum berhasil diberantas dan telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia (Depkes RI,
2002).
global penyakit TB paru, karena disebagian besar negara didunia, penyakit TB Paru tidak
terkendali. Hal ini disebabkan banyaknya penderita TB Paru yang tidak berhasil
WHO melaporkan adanya 3 juta orang mati akibat TB Paru tiap tahun dan
diperkirakan 5000 orang tiap harinya. Tiap tahun ada 9 juta penderita TB Paru baru dari
25% kasus kematian dan kesakitan di masyarakat diderita oleh orang-orang pada usia
TB Paru merupakan 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Daerah
Asia tenggara menanggung bagian yang terberat dari beban TB Paru global yakni sekitar
Indonesia merupakan negara terbesar nomer tiga didunia setelah India dan Cina
yang diperkirakan setiap tahunnya terjadi 583.000 kasus baru TB Paru, dengan kematian
TB Paru sekitar 140.000 kasus. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk
Indonesia terdapat 130 pasien TB Paru dan harapan 705 diantaranya bisa diobati sampai
Angka penjaringan suspek per provinsi pada tahun 2011 menunjukkan capaian
417 sampai dengan 2.277 per 100.000 penduduk, tertinggi Sulawesi Utara dan terendah
penjaringan suspek yang signifikan di tahun 2011 adalah Sulawesi Selatan, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Lampung, Maluku, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi
tercatat TB Paru dengan BTA Positif (+) sebanyak 4.306 kasus dengan angka kesakitan
1.03 per seribu penduduk. Angka kesembuhan penderita TB Paru dengan BTA positif di
Kalimantan Barat adalah sebesar 81,55, dengan rincian dari 4.245 penderita yang
diobati, sebanyak 3.462 penderita dinyatakan 23 sembuh. Jika melihat hasil yang
dicapai, maka angka kesembuhan penderita TB Paru BTA + di Kalimantan Barat sudah
mendekati dari target Indikator Indonesia Sehat 2010 yang ditargetkan sebesar 85%
pendekatan yang paling tepat saat ini dan harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh.
menyelesaikan menelan OAT sesuai jadwal pengobatan (Depkes RI, 1993). Tetapi
Puskesmas, Rumah Sakit Negeri maupun swasta dan unit pelayanan kesehatan lainnya.
Adapun tujuan pengendalian pengobatan adalah untuk menjamin ketekunan,
berobat dan putus berobat sebelum waktunya dan mengurangi kemungkinan kegagalan
pengobatan dan kekebalan terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Untuk menjamin
Short Course) dan pengawasan konsumsi zat-zat makanan khususnya konsumsi protein
DOTS berarti pengobatan penderita dengan paduan obat jangka pendek disertai
pengawasan menelan obat setiap hari. Di dalam DOTS arti pengawasan penuh adalah
penderita minum obat dihadapan PMO yang dapat berasal dari kesehatan, keluarga
Pengawas Menelan Obat (PMO), PMO dapat diambil dari orang yang tinggal satu rumah
dengan penderita atau tinggal dalam Dasa Wisma. Selain itu juga dapat diawasi oleh
anggota keluarga, kader dasa wisma, kader PPTI, PKK, guru, teman tokoh masyarakat
Selain itu kesembuhan penderita TB paru dapat ditentukan oleh perilaku dari
penderita sendiri, banyak hal yang mempengaruhi perilaku seseorang antara lain : umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan seseorang. Selain itu umur seseorang
sehingga dapat memilih jalan yang terbaik guna mengatasi masalah kesehatan yang
pada pemeliharaan kesehatan. Hal ini dikarenakan kemiskinan dan jauhnya jangkauan
Adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai dan ketersediaan obat serta
jumlah tenaga yang cukup belum cukup menjamin keberhasilan dalam pengobatan,
keteraturan dan ketaatan penderita untuk berobat sampai dengan waktu pengobatan
pengobatan sesuai demgan jadwal yang telah ditentukan (Nadesul, Hendrawan. 1996).
Data yang diperoleh dari Dinkes kabupaten Sintang, yang telah menjalankan
pengobatan TB paru di wilayah Batoh yang meliputi Kel. Kapuas Kiri Hulu, Kel. Kapuas
Kiri Hilir, Tanjung Kelansam, Teluk Kelansam Dan Batu Lalau dengan jumlah 55 penderita
melihat jumlah penderita yang berhasil sembuh pada tanggal 15 Juni – 15 Juli 2013.
Paru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
peendidikan, pekerjaan) faktor obat ( pemakaian OAT sebelumnya, peran PMO, dan
kerja Batoh .
2. Tujuan Khusus
paru.
paru
k. Menganalisis hubungan antara pemakaian OAT sebelumnya dengan keberhasilan
pengobatan TB paru
paru
pengobatan TB paru
D. Manfaat Penelitian
E. Bidang Ilmu
pemberantasan penyakit menular (P2M) dalam hal ini adalah penyakit TB Paru.
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis Paru
a. Definisi
mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan disebut pula sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Kuman TB Paru cepat mati apabila terkena sinar matahari
langsung tetapi dapat bertahan hidup dalam beberapa jam ditempat yang gelap
1) gejala umum : nyeri dada, batuk lebih dari tiga minggu atau lebih.
2) gejala lain : nyeri dada batuk dahak atau dahak bercampur darah, keringat
malam, demam lebih dari sebulan, sesak nafas, nafsu makan menurun dan
c. Cara Penularan
berterbangan di udara dan ada juga yang jatuh pada lantai sehingga dapat
terhirup oleh setiap orang, pada paru-paru kuman atau basil TB Paru akan
Tidak semua orang yang dimasuki basil TB Paru pasti sakit TB paru karena
badannya kuat dan daya tahan tubuhnya kuat orang mungkin terhindar dari sakit
TB Paru. Daya tahan tubuh yang kuat jika gizi makanan yang cukup, bergerak
badan dan istirahat yang cukup. Atau jika sejak bayi semua anak harus diberi
1996).
d. Komplikasi
nafas.
4) Penyebaran infeksi organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan
sebagainya.
e. Diagnosis
diandalkan (paling murah) dan harus diupayakan tiga buah spesimen untuk
paling baik dipastikan dengan hasil positif berikutnya (Depkes RI, 2002).
batuk lebih dari 4 minggu, mereka yang turun berat badannya, nyeri dada
HIV. Hal ini tidak dilakukan untuk kasus secara massal di negara-negara
4) Tes tuberkulin, tes ini kurang dapat diandalkan dalam menegakan diagnosis
di negara miskin karena gizi buruk, dan penyakit lain. Seperti infeksi HIV atau
TB Paru yang sangat parah dapat menghasilkan tes yang lemah meskipun
pasien dewasa atau anak berpenyakit TB Paru aktif. Tes pada anak dapat
f. Klarifikasi Penyakit
paru. TB Paru merupakan batuk yang paling sering dijumpai dari semua
satunya bentuk dari TB Paru yang mudah tertular. TB ekstra Paru merupakan
bentuk penyakit TB Paru yang menyerang organ tubuh lain, selain paru-paru
a. Tujuan Program
2) Tujuan Pendek :
ditemukan,
b. Kebijakan Operasional
meliputi Puskesmas, Rumah Sakit, Pemerintah dan swasta, BP4 serta praktik
kesalahan 5%).
5) Pemeriksaan uji silang (cross check) secara rutin oleh Balai Laboratorium
c. Strategi
1) Tahap Intensif (awal dimana pasien mendapat obat setiap hari dan diawasi
(Obat Anti Tuberkulosis), terutama Rifampisin. Bila tahap ini diberikan secara
tepat pasien menular menjadi tidak menular dalam waktu dua minggu.
Sebagian besar TBC Paru BTA Positif (+) menjadi BTA Negatif (-) pada akhir
pengobatan ini.
2) Tahap lanjutan, pasien mendapat obat dalam jangka waktu yang lebih lama
kelurga dan masyarakat penderita terhadap infeksi (Jhon Crofson, 2001). Jenis
obat yang digunakan dalam pemberantasan TB paru antara lain (Jhon Crofson,
2001) :
1) Isoniasid (H) dikenal dengan INH, bersifat bakteriasid dapat membunuh 90%
Tahap intensif terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazanamid (Z)
dan Etamburol (E), obat diberikan setiap hari selama 2 (dua) bulan (2HRZE).
diberikan 3 (tiga) kali seminggu selama 4 (empat) bulan (4H3R3) (Depkes RI,
b) Pasien baru TBC – Paru Negatif (-), Rontgen positif (+) yang sakit berat.
2) Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Tahap intensif selama 3 bulan, terdiri dari 2 bulan HRZE dan suntikan
Steptomisin (S), setiap hari di UPK. Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap
hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan
Tahap intensif terdiri dari HR2 yang diberikan setiap hari selama 2
a) Pasien batuk TBC Paru BTA Negatif (-) dan rontgen positif (+) sakit ringan.
kelenjar adrenal)
c. Hasil Pengobatan
1) Sembuh
pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow - up) paling
Sutiana, 2002).
2) Pengobatan lengkap
ada hasil pemeriksaan ulang dahak 2 kali berturut-turut negatif. Tindak lanjut
3) Pindah
lain dan kemudian pindah berobat ke Kabupaten ini dan penderita harus
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA Positif (Depkes RI,
2001)
5) Gagal
Penderita BTA Positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif
pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan atau lebih dan
penderita dengan hasil BTA Negatif Rontgen positif menjadi BTA Positif pada
6) Meninggal
yang dilakukan oleh petugas kesehatan maupun petugas pengawas menelan obat
bakteriologi pada akhir pengobatan TB Paru BTA Positif menjadi negatif dan hasil
rontgen ulang menjadi baik atau tidak ada masalah dengan paru-parunya Depkes RI,
1993).
5. Faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan Pengoabatan TB Paru
a. Perilaku
atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon
sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa
sebagainya.
perilaku seseorang.
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green
(Soekidjo, 2003).
Kesehatan seseorang atau masyarakat di pengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior
causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri di tentukan atau terbentuk dari 3 faktor
(Soekidjo, 2003) :
sebagainya.
perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, keluarga dan masyarakat
Perilaku seseorang dibentuk oleh tiga yaitu pengetahuan, sikap dan praktek :
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
2003) :
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah diajarkan dan
dipelajari sebelumnya.
b) Memahami (Comprehension)
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi artinya sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
d) Analisis (Analysis)
e) Sintesis (Syntesis)
f) Evalusi (Evaluation)
2) Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi dari sikap tidak dapat
a) Menerima (receiving)
b) Merespon (responding)
3) Praktik
antara lain adalah fasilitas (Soekidjo, 2003). Sikap seseorang untuk menjadi
a) Persepsi (perception)
Dapat melaksanakan sesuatu sesuai urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh.
c) Mekanisme (mekanisme)
secara otomatis.
d) Adopsi (adaption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau dibedakan yang sudah berkembang
dengan benar
b. Umur
semakin tua akan mempunyai pengalaman yang cukup untuk memandang suatu
Seseorang semakin tua umurnya akan lebih taat dalam melakukan pengobatan
kuat untuk sembuh (Soekidjo, 2003). Biasanya TB paaru lebih banyak menyerang
pada usia yang tua karena adanya proses penurunan sistem kekebalan dalam
c. Pendidikan
pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan pada seseorang atau orang lain,
d. Pekerjaan
1994).
dengan resistensi, makin lama makin sering dan makin teratur pemakaian OAT
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan panduan OAT jangka pendek
2) Persyaratan PMO
kesehatan maupun penderita selain itu harus dusegani dan dihormati oleh
penderita.
penderita.
3) Tugas PMO
selesai pengobatan.
Keteraturan minum obat diukur sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang telah
pengobatan sampai 100% (68 kali). Keteraturan pengobatan apabila kurang dari
sesuai dengan jadwal, terutama pada fase pengobatan awal guna menghindari
Faktor Reinforing :
1. Petugas Kesehatan
2. Keluarga
3. Masyarakat
C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Umur
Pendidikan
Variabel Terikat
Pekerjaan
Keberhasilan
Pemakaian OAT Pengobatan TB Paru
Peran PMO
D. Hipotesa
TB paru
paru
BAB III
METODE PENELITIAN
melalui uji hipotesa. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan
1. Populasi
mendapat pengobatan pada bulan Januari–Juni 2013 dengan jumlah 124 penderita
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian yang diambil dari seluruh obyek yang
ditentukan jatahnya karena keterbatasan waktu dan biaya dengan rumus minimal
𝑁 55 55
n = 1+𝑁(𝑑2 ) = 1+6,35 = 7,35 = 7,48 dibulatkan menjadi 7 responden
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
1) Umur
2) Pendidikan
3) Pekerjaan
4) Pemakaian OAT
5) Peran PMO
b. Variabel Terikat
2. Defenisi Operasional
a. Pedoman Wawancara
b. Catatan Lapangan
utama saja
c. Alat Perekam MP3 Player
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu yaitu MP3 player
untuk merekam seluruh pembicaraan hasil wawancara. Kegunaan alat ini adalah
memberikan dasar yang kuat tentang apakah yang dikatakan oleh peneliti itu
benar-benar terjadi dan dapat dicek kembali dengan mudah. Kekurangan alat ini
d. Uji Validitas
dengan taraf signifikan 5% dengan nilai r hitung > r tabel dinyatakan valid (Arikunto,
𝑛 ∑ 𝑋𝑌− (∑ 𝑋 ∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑛 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 }{𝑛 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 }
Keterangan :
n = jumlah responden
Semua item dikatakan valid jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau
sama dengan nilai kritik dalam tabel (0,75), dan jika nilai lebih kecil nilai koefisien
validitasnya dari pada nilai kritik dalam tabel (0,75), maka item di katakan tidak
sebagai berikut :
𝑘 ∑ 𝑠𝑖2 Keterangan :
α = [𝑘−1] [1 − ]
𝑠𝑥2 α = Koefisien reabilitas Alpha
k = banyaknya belahan
Si2 = varians skor belahan
Sx 2 = varians skor total
a. Sumber data
1) Data primer
2) Data sekunder
b. Prosedur penelitian
3) Hasil dari wawancara dan pencatatan dapat diambil beberapa faktor tingkat
1) Wawancara (interview)
2) Observasi
3) Dokumentasi
a. Pengolahan data
berikut :
1) Editing (Penyuntingan)
2) Coding (Penyajian)
kunci jawaban yang telah disusun dalam bentuk angka untuk memudahkan
3) Tabulating (Tabulasi)
kuesioner.
b. Analisa data
1) Analisis Univariat
Analisa deskriptif dilakukan untuk menggambarkan secara variabel
2) Analisis Bivariat.
Setelah data didapat kemudian diolah dan data tersebut disajikan dalam
bentuk tabel.
Penelitian ini di laksanakan di wilayah kerja Batoh pada bulan Januari-Juni 2013.
8. Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Jan Feb Maret April Mei Juni
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
DAFTAR PUSTAKA
498.
jakarta:Renika Cipta.
Control In China. Pros 12th. Asia Pasifik Congress an desease of the chest.. .
115 : 8-12.
Depkes
Depkes
9. Depkes RI. 2001. Buku Petunjuk Praktis Bagi Petugas dan Pelaksana Penanggulangan
11. John Crofson. 2001. Norman Horne Fredmiller. Tuberkulosis Klinis. Widya Medika.
Jakarta.
12. Kanwil Depkes Propinsi Jateng. 2000. Buku Pedoman Bagi Pengawas Menelan Obat.
Semarang. P3M
14. Muharman Harun, Ella Sutiana. 2002. Tuberkulosis Klinis. Widya Medika.. Jakarta
15. Nadesul, Hendrawan. 1996. Penyebab, Pencegahan dan Pengobatan TB Paru. Jakarta
: Puspas Swara.
16. Soekidjo Notoadmodjo. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta. Edisi Revisi. PT.
Rineka Cipta.
17. Soekidjo, Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Demam. Jakarta.
19. Wardoyo. 1997. Waspadai Ancaman Kesehatan Kita. Aneka Ilmu. Solo
21. WHO. TB Control in the Workplace, Report of an Intercontry Consultan, New Delphi.
22. Wukir Sari. Skripsi 2005. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap PMO Dengan
UNIMUS. Semarang