Você está na página 1de 9

PERENCANAAN, PENGANGGARAN, POKOK-POKOK KEBIJAKAN DANA DESA

DALAM APBN

KELOMPOK 3

ADELPHIA CHRISTIAN WIBOWO (1707532118)

MADE AYU VIKANANDA NARENSI SUTELA (1707532127)

COK ISTRI KEMALADEWI PRIMANANDARI (1707532134)

LUH PUTU ARWATI CAHYANINGRUM (1707532142)

A.A. ISTRI SINTYA PRADNYAWATI (1707532145)

I GUSTI AYU AGUNG PRAMESTI PRAMANA PUTRI (1707532147)


BAB I

PEMBAHASAN

Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Desa


1. Perencanaan Keuangan Desa
Pemerintah Desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan
kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan
kabupaten/kota. Perencanaan Pembangunan Desa meliputi RPJM Desa dan RKP
Desa yang disusun secara berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk jangka waktu
6 (enam) tahun sedangkan Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang
disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun. RKP Desa merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa. Perencanaan pembangunan desa disusun berdasarkan hasil
kesepakatan dalam musyawarah desa yang pelaksanaannya paling lambat pada
bulan Juni tahun anggaran berjalan.
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa)
Dalam menyusun RPJM Desa, pemerintah desa wajib menyelenggarakan
Musrenbangdes secara partisipatif. Musrenbangdes diikuti oleh pemerintah
desa, BPD dan unsur masyarakat desa. RPJM Desa ditetapkan dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal pelantikan kepala desa.
b. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa)
RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari
pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif desa dan
rencana kegiatan pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota. RKP Desa mulai disusun oleh Pemerintah Desa pada
bulan Juli tahun berjalan dan sudah harus ditetapkan paling lambat pada bulan
September tahun anggaran berjalan.
Rancangan RKP Desa paling sedikit berisi uraian sebagai berikut:
1) Evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;
2) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh desa;
3) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola melalui kerja
sama antar-desa dan pihak ketiga;
4) Rencana program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh desa
sebagai kewenangan penugasan dari pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota;
5) Pelaksana kegiatan desa, yang terdiri atas unsur perangkat desa dan/atau
unsur masyarakat desa.
Rancangan RKP Desa dilampiri Rencana Kegiatan dan RAB, yang telah
terverifikasi. Selanjutnya, Kepala Desa menyelenggarakan Musrenbangdes
Rancangan RKP Desa memuat rencana penyelenggaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat desa. Rancangan RKP Desa berisi prioritas program dan kegiatan
yang didanai:
 Pagu indikatif desa.
 Pendapatan Asli Desa.
 Swadaya masyarakat desa.
 Bantuan keuangan dari pihak ketiga.
 Bantuan keuangan dari pemerintah daerah provinsi, dan/atau
pemerintah daerah kabupaten/kota.

2. Proses Penganggaran (APB Desa)


Setelah RKP Desa ditetapkan maka dilanjutkan proses penyusunan APB
Desa. Rencana Kegiatan dan RAB yang telah ditetapkan dalam RKP Desa
dijadikan pedoman dalam proses penganggarannya. Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APB Desa) merupakan rencana anggaran keuangan tahunan
pemerintah desa yang ditetapkan untuk menyelenggarakan program dan
kegiatan yang menjadi kewenangan desa. Proses Penyusunan APB Desa
dimulai dengan urutan sebagai berikut:
 Pelaksana Kegiatan menyampaian usulan anggaran kegiatan
kepadaSekretaris Desa berdasarkan RKP Desa yang telah ditetapkan
 Sekretaris Desa menyusun rancangan Peraturan Desa tentang APB
Desa (RAPB Desa) dan menyampaikan kepada Kepala Desa;
 Kepala Desa selanjutnya menyampaikan kepada Badan
Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan disepakati bersama.
Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa disepakati bersama
paling lambat bulan Oktober tahun berjalan antara Kepala Desa dan BPD;
 Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah disepakati
bersama sebagaimana selanjutnya disampaikan oleh Kepala Desa
kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3
(tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi;
 Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APB Desa paling
lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan
Desa tentang APB Desa. Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan
hasil evaluasi dalam batas waktu maka Peraturan Desa tersebut berlaku
dengan sendirinya. Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi
Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa tidak sesuai dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja
terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Apabila hasil evaluasi tidak
ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap menetapkan
Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa menjadi Peraturan Desa,
Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan
Bupati/Walikota yang sekaligus menyatakan berlakunya pagu APB Desa
tahun anggaran sebelumnya;
 Peraturan Desa tentang APB Desa ditetapkan paling lambat tanggal 31
Desember tahun anggaran berjalan.

Kebijakan Pengalokasian Dana Desa

 Kebijakan Pengaloksian Dana Desa Pada APBN 2015-2017


Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa dan desa adat yang ditransfer
melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah menganggarkan
Dana Desa secara nasional dalam APBN setiap tahun. Kabupaten/Kota
menghitung besaran Dana Desa untuk setiap desa berdasarkan jumlah
penduduk desa, luas wilayah desa, angka kemiskinan desa, dan tingkat kesulitan
geografis, dengan bobot:
 90% Porsi yg dibagi rata (Alokasi Dasar),
 10% Porsi berdasarkan formula (Alokasi Formula):
 jumlah penduduk desa (25%),
 angka kemiskinan desa (35%),
 luas wilayah desa (10%), dan
 tingkat kesulitan geografis desa (30%)

Implikasi dari pengalokasian Dana Desa dengan menggunakan formula


pembagian Alokasi Dasar (AD) : Alokasi Formula (AF) = 90%:10%, yaitu:

 Belum sepenuhnya mencerminkan keadilan


 Belum mencerminkan keberpihakan kepada desa tertinggal dan desa
sangat tertinggal; dan
 Belum sepenuhnya fokus pada upaya pengentasan kemiskinan.

 Tujuan Kebijakan Dana Desa Tahun 2018


Adapun tujuan kebijakan dana desa pada tahun 2018 yaitu:
 Menyempurnakan formula pengalokasian Dana Desa
 Fokus pada pengentasan kemiskinan dan ketimpangan,
 Meningkatkan kualitas pengelolaan Dana Desa
 Mempertajam prioritas penggunaan Dana Desa untuk pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat

Kebijakan untuk pengentasan kemiskinan dan ketimpangan dilakukan


dengan penyesuaian bobot variable jumlah penduduk miskin dan luas wilayah.
Sedangkan Kebijakan untuk peningkatan kualitas pengelolaan Dana Desa
dilakukan dengan penyaluran secara bertahap berdasarkan pada kinerja
pelaksanaan.

 Reformulasi Pembagian Dana Desa Tahun 2018

Penyempurnaan formula pengalokasian dana desa dilakukan melalui:

 penyesuaian proporsi Alokasi Dasar dan Alokasi Formula


 memberikan afirmasi pada Desa Tertinggal dan Desa Sangat Tertinggal
yang mempunyai jumlah penduduk miskin tinggi.

Reformulasi 2018 dilakukan melalui:

 Menurunkan porsi yg dibagi rata, dari 90% menjadi 77% dari pagu Dana
Desa
 Alokasi afirmasi untuk Desa Tertinggal dan Desa Sangat Tertinggal
sebesar 3% dari pagu Dana Desa;
 Meningkatkan porsi Dana Desa yg dibagi berdasarkan formula dari 10%
menjadi 20%
 Mengubah bobot masing-masing variabel pro pada kemiskinan dengan
cara:
o Jumlah Penduduk: 10% (dari semula 25%)
o Jumlah Penduduk Miskin: 50% (dari semula 35%)
o Luas Wilayah: 15% (dari semula 10%)
o Indeks Kesulitan Geografis: 25% (dari semula 30%)
Implikasi reformulasi Dana Desa di Tahun 2018:
 Rasio ketimpangan distribusi Dana Desa turun dari 0.51 (2017) menjadi
0.48 (2018)
 Dana Desa di DesaTertinggal dan Desa Sangat Tertinggal dengan
Jumlah Penduduk Miskin tinggi lebih besar dibandingkan alokasi tahun
2017, yaitu Rp8,4 T (2017) menjadi Rp11,45 T (2018)
 Dana Desa per kapita di Desa Tertinggal dan Desa Sangat Tertinggal di
daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan sebesar Rp1.348,3 ribu
lebih besar dibandingkan dengan di daerah lainnya sebesar Rp224.4 ribu
BAB II

CONTOH KASUS

Kasus Korupsi Dana Desa Yang Dilakukan Oleh Kepala Desa di Mojokerto

Kepala Seksi Pidana Khusus (Kasipidsus) Kejari Mojokerto, Agus Hariyanto


mengatakan, penahanan terhadap tersangka dilakukan selama 20 hari, sesuai surat
perintah Kepala Kejaksaan Negeri Mojokerto No 1641/O.5.9/Ft. 1/07/2018 tanggal 04
Juli 2018. Tersangka ditahan karena diduga menyalahgunakan anggaran desa dengan
modus pembangunan fiktif pavingisasi dan pembangunan gapura kantor desa.

"Tersangka hari ini kita lakukan penahanan selama 20 hari sampai tanggal 25
juli, tersangka melakukan penyimpangan DD maupun ADD tahun 2015 lalu.
Penyelewengan yang dilakukan proyek fiktif pavingisasi dan pembangunan gapura
kantor desa," kata Agus Hariyono, Kasi Pidsus Kejari Mojokerto.

Dalam kasus ini, kata Agus, dana yang diselewengkan oleh tersangka untuk
kepentingan pribadi mencapai Rp 191 juta. Dana tersebut digunakan di luar aturan dan
tidak sesuai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Des) tahun 2015.

"DD maupun ADD dan dana Bagi Hasil Pajak dan Retribusi, totalnya Rp
481.501.235. Ada dua kegiatan proyek fitik atau tidak dikerjakan. Sebagian anggarannya
digunakan untuk kepentingan pribadi. Sehingga tersangka telah merugikan keuangan
negara sebesar Rp 191 juta," jelas Agus.

Sebelum dilakukan penahanan terhadap tersangka telah dilakukan pemeriksaan


lebih dari 1 jam di Kantor Kejaksaan Negeri Mojokerto, Jalan RA Basoeni, Sooko. Sekitar
pukul 14.00 WIB, tersangka yang mengenakan rompi orange dibawa ke Lapas kelas IIB
Mojokerto menggunakan mobil tahanan Kejaksaan Negeri Mojokerto.

Sementara kuasa hukum tersangka, Harjono mengatakan tersangka sudah


mengembalikan uang kerugian negara yang disangkakan sebesar Rp 195 juta.
Pengembalian dilakukan dua tahap yakni Rp 150 juta dan Rp 45 juta.

"Uang kerugian negara sebesar Rp 195 juta sudah dikembalikan oleh tersangka
dua tahap pada bulan Januari 2017 lalu. Kami juga akan melakukan pengajuan
pengalihan penahanan tersangka menjadi tahanan kota, karena punya tanggungjawab
menafkahi keluarganya," kata Harjono.
Atas perbuatannya, tersangka dijerat melanggar pasal 2 ayat 1, atau pasal 3
Undang-undang (UU) Nomor 31 tahun 1999 jo UU No 20 tahun 2001 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi, dengan ancaman 20 tahun penjara.
DAFTAR PUSTAKA

Kurnia, Dadang. 2015. Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan & Konsultasi Pengelolaan


Keuangan Desa. Jakarta: BPKP

Indrawati, Sri Mulyani. 2017. Buku Pintar Dana Desa. Jakarta: DJPK

Budi Widayat. 2018. Korupsi dana desa, kepala desa di Mojokerto dijebloskan ke penjara
https://m.merdeka.com/peristiwa/korupsi-dana-desa-kepala-desa-di-mojokerto-
dijebloskan-ke-penjara.html#. 9 Februari 2019.

Você também pode gostar