Você está na página 1de 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalahAUHAN
KEPERAWATAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI ini dengan
baik dan benar. Kami banyak mengalami kesulitan dalam penyusunan makalah ini,
namun berkat pengarahan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak terutama
dari dosen pembimbing mata kuliah, kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa, materi, maupun
dari segi lainnya. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi terciptanya kesempurnaan dan untuk perbaikan makalah ini
selanjutnya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan
yang lebih luas bagi para pembaca.

Manado,20 Maret 2019


DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………......................................................... i
Daftar Isi .................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang .................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................... 4
1.5 Metode Penulisan .................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi .................................................................... 5


2.2 Dimensi Konsep Diri .................................................................... 5
2.3 Perkembangan Konsep Diri ................................................................... 6
2.4 Faktor-faktor yang ............................................................ 9
Mempengaruhi Konsep Diri
2.5 Rentang Respon Konsep Diri .......................................................... 10
2.6 Penyebab Gangguan Konsep Diri .......................................................... 12

2.7 Pembagian Konsep Diri .......................................................... 14


2.8 Masalah Gangguan Konsep Diri ........................................................... 20

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................... 28


3.1 Asuhan Keperawatan Gangguan .......................................................... 28
Konsep Diri
BAB IV PENUTUP .......................................................... 31
3.1 Kesimpulan .......................................................... 31
3.2 Saran .......................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA …………………………………….. 34
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep diri adalah konseptualisasi individu terhadap dirinya sendiri. Konsep diri
secara langsung mempengaruhi harga diri dan perasaan seseorang tentang dirinya
sendiri. Konsep diri dibangun pada saat seseorang dapat berpikir dan mengenali
hal-hal yang dapat mempengaruhinya, dimulai pada saat remaja hingga usia tua.
Data menunjukkan bahwa cara berpikir secara negatif sangat mempengaruhi pada
masa usia lanjut karena intensitas emosional dan perubahan fisik berhubungan
dengan penuaan. (Potter & Perry, 2010).

Individu dengan konsep diri yang positif mampu lebih baik membentuk,
mengembangkan dan mempertahankan hubungan dengan diri sendiri
(interpersonal), melawan penyakit psikologis dan fisik. Individu yang memiliki
konsep diri yang kuat mempunyai kemampuan sangat baik untuk menerima sesuatu
atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi selama hidupnya baik itu
menyangkut dirinya sendiri atau dengan orang lain. Namun apabila terjadi
ketidakseimbangan diantara hal tersebut maka akan terjadi gangguan konsep diri.
Gangguan konsep diri merupakan suatu kondisi dimana individu mengalami atau
berisiko mengalami kondisi perubahan perasaan pikiran atau pandangan dirinya
sendiri yang negatif (Carpenito, 2001). Gangguan konsep diri merupakan salah satu
bentuk masalah kejiwaan yang sering terjadi. Gangguan konsep diri meliputi
gangguan pada: gambaran diri, ideal diri, penampilan peran, identitas diri dan harga
diri.

Menurut WHO melaporkan bahwa angka kejadian gangguan konsep diri mencapai
0,1- 0,5 setiap tahun sedangkan di indonesia sendiri mencapai 1 % atau sekitar 2
juta jiwa (Noris dan Connel, 1985). Gangguan konsep diri banyak ditemukan pada
saat sudah masuk ketahap yang lebih lanjut seperti prilaku kekerasan akibat
menarik dirinya dan berbagai masalah lainnya. Gangguan konsep diri terbanyak
yang disebabkan karena tindakan criminal seperti pemerkosaan dan yang lainnya
karena dukungan keluarga yang kurang, kehilangan seseorang kecacatan anggota
tubuh.

Menurut World Health Organitation (WHO) 2009, prevalensi masalah kesehatan


jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah
kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat, potensi seseorang
mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang di
seluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku dan
jumlahnya terus meningkat Menurut sekretaris jendral departemen kesehatan
(Sekjen Depkes), H. Syafii Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah
kesehatan global bagi setiap negara termasuk indonesia.

Menurut data dari departemen kesehatan orang yang mengalami gangguan masalah
kejiwaan yang didalamnya termaksud orang-orang yang mengalami gangguan
konsep diri yaitu sebesar 2,5 juta jiwa, yang diambil dari data rsj se-indonesia
(Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan, 2007).
Acuhkan namun perlu intervensi yang tepat dalam menunjang kesembuhannya.
Individu yang mempunyai konsep diri yang buruk mungkin mengekspresikan
perasaan tidak berharga, tidak menyukai dirinya sendiri atau bahkan membenci
dirinya sendiri yang mungkin diarahkan pada orang lain. Dalam hal ini diperlukan
dukungan sosial keluarga yang adekuat agar klien memiliki kepercayaan diri yang
utuh kembali.

Dengan demikian perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam menghadapi


klien dengan gangguan konsep diri mampu memberikan fungsi suportif berupa
dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan fisik dan dukungan
emosional termasuk psikis kepada klien dan dapat menyertakan keluarga dalam
rencana perawatan klien, membantu keluarga berprilaku terupetik yang dapat
menolong pemecahan masalah klien, dan memberikan pendidikan kesehatan yang
berhubungan dengan masalah kesehatan jiwa, sehingga masalah kesehatan jiwa
khususnya gangguan konsep diri dapat teratasi dan dicegah.

1.2Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari konsep diri?
1.2.2 Apa saja dimensi pada konsep diri?
1.2.3 Bagaimana perkembangan dari konsep diri?
1.2.4 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri?
1.2.5 Bagaimana rentang respon dari konsep diri?
1.2.6 Apa saja penyebab gangguan pada konsep diri?
1.2.7 Apa saja pembagian dari konsep diri?
1.2.8 Apa saja masalah keperawatan pada gangguan konsep diri?
1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan konsep diri

1.3Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari konsep diri.
1.3.2 Untuk mengetahui dimensi pada konsep diri.
1.3.3 Untuk mengetahui perkembangan dari kosep diri.
1.3.4 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri.
1.3.5 Untuk mengetahui rentang respon dari konsep diri.
1.3.6 Untuk mengetahui penyebab gangguan pada konsep diri.
1.3.7 Untuk mengetahui pembagian dari konsep diri.
1.3.8 Untuk mengetahui masalah keperawatan pada gangguan konsep diri.
1.3.9 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan konsep diri.
1.4Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas mengenai asuhan keperawatan
konsep diri.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1Definisi
Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri (mis; “Saya kuat dalam
matematika”). Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang
kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri
memerikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap
situasi dan hubungan kita dengan orang lain. (Potter & Perry, 2005)

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. (Stuart and Sudeen, 1998).

Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga


didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Konsep diri sebagai cara
memandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial
dan spiritual. Penting diingat bahwa konsep diri ini bukan pandangan orang lain
pada kita melainkan pandangan kita sendiri atas diri kita yang diukur dengan
standar penilaian orang lain. (Muhith, 2015)

2.2 Dimensi Konsep Diri


Secara umum menurut pendapat para ahli ada 3 dimensi konsep diri, Calhom dan
Acocella (1995) misalnya menyebutkan ke 3 dimensi tersebut, yakni:
1. Dimensi pengetahuan
2. Dimensi pengharapan
3. Dimensi penilaian
Dimensi konsep diri:
1. Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan (kognitif) mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan
tentang diri kita sendiri sebagai pribadi, seperti saya pintar, saya cantik, saya anak
baika dan seterusnya.

2. Dimensi Pengharapan
Dimensi pengharapan yakni pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan ini
merupakan self-ideal atau diri yang dicita-citakan. Cita-cita diri meliputi dambaan,
aspirasi, harapan, keinginan bagi diri kita, atau menjadi manusia seperti apa yang
kita inginkan.

3. Dimensi Penilaian
Dimensi ketiga yakni penilaian kita terhadap diri sendiri. Penilaian diri sendiri
merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi.

2.3 Perkembangan Konsep Diri


Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep diri merupakan
faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses perkembangan dirinya
menjadi dewasa. Proses pembentukan tidak terjadi dalam waktu singkat melainkan
melalui proses interaksi secara berkesinambungan. Burns (1979) menyatakan
bahwa konsep diri berkembang terus sepanjang hidup manusia, namun pada tahap
tertentu, perkembangan konsep diri mulai berjalan dalam tempo yang lebih lambat.
Secara bertahap individu akan mengalami sensasi dari badannya dan
lingkungannya, dan individu akan mulai dapat membedakan keduanya. Lebih lanjut
Cooley (dalam Partosuwido, 1992) menyatakan bahwa konsep diri terbentuk
berdasarkan proses belajar tentang nilai-nilai, sikap, peran, dan identitas dalam
hubungan interaksi simbolis antara dirinya dan berbagai kelompok primer,
misalnya keluarga. Hubungan tatap muka dalam kelompok primer tersebut mampu
memberikan umpan balik kepada individu tentang bagaimana penilaian orang lain
terhadap dirinya. Dan dalam proses perkembangannya, konsep diri individu
dipengaruhi dan sekaligus terdistorsi oleh penilaian dari orang lain (Sarason, 1972).
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan
individu menuju kedewasaan sangat dipengaruhi oleh lingkungan asuhnya karena
seseorang belajar dari lingkungannya

Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah:


1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa
percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang
dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya.
2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong,
mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa
menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak
membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan
serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap
perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun
kadang tidak di setujui oleh masyarakat.
5. Mampu memperbaiki karena dia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Dia mampu untuk
mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain dan mampu
untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.

Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah
kekerendahan hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan.
Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai
konsep diri yang positif.

Ciri-ciri konsep diri pada anak dan remaja yang memiliki konsep diri negatif
adalah:
1. Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan
mudah marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yang mempengaruhi
dari individu tersebut belum dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan
dianggap sebagi hal yang salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering dipersepsi
sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang
memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan
bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru.

2. Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun dia mungkin berpura-pura


menghindari pujian, dia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu
menerima pujian. Buat orang seperti ini, segala macam embel-embel yang
menjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatian. Bersamaan dengan
kesenangannya terhadap pujian, merekapun hiperkritis terhadap orang lain.

3. Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan


apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan
penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.

4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak


diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga
tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan, berarti individu
tersebut merasa rendah diri atau bahkan berperilaku yang tidak disenangi, misalkan
membenci, mencela atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi
(bermusuhan).
5. Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam keengganannya
untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Dia akan menganggap
tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri


Menurut Stuart dan Sudeen (1991) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan,
Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception
(persepsi diri sendiri), untuk lebih jelasnya mari kita baca lebih lanjut tentang
“Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri” berikut ini:

1. Teori perkembangan.
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak
lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam
melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan
berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman
atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan
interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau
masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.

2. Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)


Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain,
belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri
merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat
dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat
dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup,
pengaruh budaya dan sosialisasi.

3. Self Perception (persepsi diri sendiri)


Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi
individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk
melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan
aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri
yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang
dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan
penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari
hubungan individu dan sosial yang terganggu.
2.5 Rentang Respon Konsep Diri
Adaptif Maladaptif
Aktualisasi konsep harga diri kekacauan Depersonalisasi
Diri diri positif rendah identitas (Stuart,2013)

Keterangan:
A.Aktualisasi diri merupakan pernyataan diri tentang konsep diri yang positif denga
latar belakan pengalaman yang nyata,sukses,dan diderita.
B.Konsep diri positif merupakan kondisi individu yang memilki pengalaman yang
positiv dalam beraktualisasi diri.
C.Harga diri rendah merupakan transisi atau peralihan respons konsep diri adptif
dengan konsep maladaptif.
D.Indentitas kacau adalah kegagalan individu dalam mengintergrasikan askep-
aspek identitas massa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
E.Depersonalisasi merupakan persaan yang tidak realisitis dan asing terhadap diri
sendiri yang memilki kaitan dengan ansietas,kepanikan,serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.

2.6 Penyebab gangguan konsep diri


Menurut “Stuart & sundeen, 1995”. Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan
gangguan konsep diri antara lain :
1. Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua menjadi faktor yang signifikan dalam mempengaruhi konsep
diri yang telah terbentuk sejak lahir. Sikap positif yang ditunjukkan oleh orang tua,
maka akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positf. Sedangkan sikap
negative yang ditunjukkan oleh orang tua, akan menimbulkan asumsi bahwa dirinya
tidak cukup berhargauntuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai.
2. Kegagalan
Kegagalan yang terus-menerus dialami seringkali akan menimbulkan pertanyaan
kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebab
terletak pada
kelemahan diri sendiri. Kegagalan sering membuat seseorang merasa dirinya tidak
berguna.
3. Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung
lebih negative dalam memandang dan merespon segala sesuatu termasuk dalam
menilai diri sendiri.

4. Kritik internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan
seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik diri sendiri sering berfungsi
sebagai regulator atau rambu-rambu dalam bertindak atau berprilaku. Agar
keberadaan kita dapat diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi diri dengan
baik.

5. Merubah diri
Terkadang diri kita sendiri yang menyebabkan persoalan akan bertambah rumit
dengan berfikir yang tidak-tidak (negative) terhadap suatu keadaan atau terhadap
diri kita sendiri. Namun dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat
mengalami perubahan kearah yang lebih positif.

2.7 Pembagian Konsep Diri


Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian Konsep diri tersebut di
kemukakan oleh Stuart and Sundeen (2006), yang terdiri dari :

1. Citra Tubuh ( Body Image )


Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak
sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 2006).
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari
orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya
terpisah dari lingkungan ( Keliat , 2005 ).
2. Ideal Diri.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart and
Sundeen, 2006). Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan di
inginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai. Ideal diri
akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan
mewujudkan cita– cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga
budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa
kanak–kanak yang di pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan
keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses
identifikasi pada orang tua, guru dan teman (Keliat, 2005).
3. Peran
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat (Keliat, 2005). Peran yang ditetapkan adalah
peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah
peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu
sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang
memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat
merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan
kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan (Keliat, 2005).

4. Identitas
Identitas adalah kesadarn akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu
kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 1991). Seseorang yang mempunyai
perasaan identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya berbeda dengan
orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri),
kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan
menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak
bersamaan dengan perkembangan konsep diri.
5. Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa
seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 2006). Frekuensi
pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang
tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di cintai dan
menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 2005).

2.8 Masalah Keperawatan Gangguan Konsep Diri


Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi dimana individu mengalami kondisi
pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang negatif.
Gangguan konsep diri dapat juga disebabkan adanya stresor. (Muhith, 2015) &
(Potter & Perry, 2005)
1. Gangguan Citra Tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan
oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna, dan objek
yang sering kontak dengan tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam
penerimaan diri akibat adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya secara fisik.
(Muhith, 2015)
2. Gangguan Ideal Diri
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai, tidak
realistis, ideal diri yang samar, dan tidak jelas serta cenderung menuntut. Pada klien
yang dirawat di rumah sakit umunya ideal dirinya dapat terganggu atau ideal diri
klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar di capai. (Muhith,
2015)
3. Gangguan Peran
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang
disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus seklah, putus hubungan kerja. Peran
membentuk pola perilaku yang diterima secara sosial yang berkaitan dengan fungsi
seorang individu dalam berbagai kelompok sosial. (Potter & Perry, 2005) &
(Muhith, 2015)
4. Gangguan Identitas
Gangguan identitas adalah kekaburan atau ketidakpastian memandang diri sendiri,
penuh dengan keragu-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan. (Muhith, 2015)
5. Gangguan Harga Diri
Harga diri adalah rasa dihormati, diterima, kompeten dan bernilai. Gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. Gangguan harga diri identik
dengan harga diri yang rendah. Orang dengan harga diri rendah sering merasa tidak
dicintai dan sering mengalami depresi dan ansietas. (Potter & Perry, 2005) &
(Muhith, 2015)
BAB IV
PENUTUP

3.1Kesimpulan

Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga


didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Konsep diri sebagai cara
memandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial
dan spiritual. Penting di ingat bahwa konsep diri ini bukan pandangan orang lain
pada kita melainkan pandangan kita sendiri atas diri kita yang diukur dengan
standar penilaian orang lain. (Muhith, 2015).

Secara umum menurut pendapat para ahli ada 3 dimensi konsep diri, Calhom dan
Acocella (1995) misalnya menyebutkan ke 3 dimensi tersebut yakni dimensi
pengetahuan, dimensi pengharapan dan dimensi penilaian.

Menurut Stuart dan Sudeen (1991) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan,
Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception
(persepsi diri sendiri.

Dari rentang respon adatif sampai respon maladatif, terdapat lima rentang respons
konsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan
identitas, dan depersonalisasi.

Menurut “Stuart & sundeen, 1995”. Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan
gangguan konsep diri yaitu pola asuh orang tua, kegagalan, depresi, kritik internal
dan merubah diri

Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi dimana individu mengalami kondisi
pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang
negatif. Gangguan konsep diri dapat juga disebabkan adanya stresor. (Muhith, 2015) & (Potter
& Perry, 2005)
Masalah keperawatan gangguan konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian yaitu gangguan
citra tubuh, gangguan ideal diri, gangguan peran, gangguan identitas dan gangguan harga diri

3.2Saran

Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelah
dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa
menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik
dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Calhoun, JF & Acocella, J.R. 1995. Psychology of Adjusment and Human Relationship. New.
York : Mc Graw Hill, Inc.

Carpenito. 2001. Book Of Nursing Diagnosised.8. Jakarta : EGC

Keliat, Budi.A., Panjaitan, R.U., & Daulima, N.H.C. 2005. Proses keperawatan kesehatan
jiwa,Edisi 2. Jakarta : EGC

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Jakarta: ANDI

Norris, J. Kunes Connel M. 1985. Self Esteem Disturbance.Ncbi 745-61

Partosuwido, S.R. 1992. Penyesuaian Diri Mahasiswa Dalam Kaitannya Dengan Konsep Diri,
Pusat Kendali dan Status Perguruan Tinggi. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas
Gadjah Mada.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Edisi
4. Jakarta: EGC

Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan buku 3 ed.7. Jakarta: Salemba

Stuard, And Sundeen. 1991. Principles And Practice Of Psychiatric Nursing Ed 4. St Louis:
The CV Mosby Year Book.

Stuart G. W & S.J. Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis:
Mshy Year Book

Stuart & Sundeen. (2006). Keperwatan psikiatrik: Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5.
Jakarta : EGC

Ns.Sutejo.2015.Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa


Gangguan Jiwa dan Psikososial.PUSTAKA BARU PRESS.Edisi 1.Yogyakarta

Você também pode gostar