Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Di Pratikum bioethanol ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu pemisahan pati dari
singkong, hidrolisis, fermentasi, dan disitilasi serta analisis hasil etanol.
Fermentasi pada bioethanol ini terjadi pada tiga wadah (botol). Botol pertama berasal
dari ubi kayu dengan ragi tape dan fermentasinya selama 7 hari, kompsisi 850 ml pati ubi
kayu dan 45 ml ragi tapi. Botol kedua dari ubi kayu dan ragi tape dengan fermentasi 14 hari
yang merupakan lanjutan dari bioetanol yang pertama. Dan botol terakhir berasal dari air
hasil fermentasi tape dan dibiarkan selama 7 hari. Setiap botol dihubungkan dengan selang
botol yang berisi katalis. Fermentasi ini diletakkan pada suhu ruang (27-32oC). kondisi
optimum untuk fermentasi adalah selama 7 hari dengan kisaran pH 4-6, namun pada
percobaan ini pH-nya rata-rata berada di kisaran 3.
Setelah itu, dilakukan distilasi. Pada hasil distilasi, masing-masing bioethanol yang
dihasilkan dengan beda ragi dan lama fermentasi serta bahan baku bioethanol tersebut
menghasilkan bioethanol yang kurang dari 25 ml, sehingga tidap dapat dilakukan uji densitas
bioethanol. Jadi, analisis yang dilakukan yaitu berupa uji bakar dan sifat fisik.
Ketiga bioethanol yang didapat memiliki sifat fisik yang sama yaitu berwarna bening
dan berbau khas alkohol yang sedikit menyengat. Pada pengujian bakar hanya berhasil
terbakar pada bioethanol pertama dan ketiga, tetapi bioethanol kedua tidak dapat terbakar.
Pada bioethanol pertama menunjukkan bahwa bioethanol sudah dapat diproduksi dalam
waktu 7 hari meskipun menurut literatur kondisi optimalnya selama 14 hari. Bioethanol yang
ketiga terbakar menunjukkan sudah terbentuknya alkohol dan air fermentasi tape ubi kayu
sehingga tanpa perlakukan apapun sudah terkandung bioethanol setelah didistilasi.
Bioethanol yang kedua tidak terbakar disebabkan karena beberapa factor, yaitu suhu yang
tidak terjaga pada 78oC dalam artian <78oC, menyebabkan kemungkinan molekul air juga
ikut terdistilasi, sehingga bioethanol yang dihasilkan mengandung atau bercampur dengan
air yang menyebabkan uji bakar gagal. Selain itu pula tidak rapatnya isolasi (aluminium foil)
pada Erlenmeyer yang digunakan mengakibatkan bioethanol menguap.
Cara untuk meningkatkan hasil bioethanol dari pati ubi kayu yaitu dengan menjaga
temperatur fermentasi dalam keadaan ruang, menjaga pH fermentasi (4-6), serta mencari
komposisi pati dan ragi yang tepat.
KESIMPULAN
1. Pada pembuatan bioethanol dari ubi kayu terdapat beberpa proses, yaitu pretreatment,
hidrolisis, fermentasi, dan distilasi.
2. Ketiga bioethanol memiliki sifat fisik yang sama, yaitu berwarna bening dan berbau
khas alcohol. Namun, hanya bioethanol kedua yang tidak terbakar.
3. Tidak terbakarnya bioethanol kedua disebabkan oleh suhu yang tidak terjaga ada
78oC, dan tidak rapatnya isolasi pada Erlenmeyer (wadah bioethanol).
4. Hasil distilat dari air fermentasi tape ubi kayu lebih banyak menunjukkan banyaknya
jumlah bioethanol yang terbentuk.
5. Untuk meningkatkan hasil produksi bioethanol dari ubi kayu dapat dilakukan dengan
cara :
Menjaga suhu fermentasi
Menjaga pH fermentasi
Melakukan uji komposisi pati dan ragi agar didapat kondisi optimum.