Você está na página 1de 39

asuhan keperawatan typoid

TYPHOID
A. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari
orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart,
1994).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini
adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala


sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C.
penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
B. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C.
ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam
typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari
demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan
air kemih selama lebih dari 1 tahun.
C. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku),
Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan
oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar
kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman
ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
D. Tanda dan Gejala
Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan
mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah
yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus,
penurunan kesadaran.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

 Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari


tubuh kuman).
 Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
 Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid.

2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT


1. SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
F. Penatalaksanaan
1. Perawatan
 Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
 Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
1. Diet
 Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
 Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
 Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
 Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
1. Pengobatan
2. Klorampenikol
3. Tiampenikol
4. Kotrimoxazol
5. Amoxilin dan ampicillin

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TYPHOID


A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien,
sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat
muncul.
2. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.
4. Riwayat Psikososial
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
5. Pola Fungsi kesehatan
Pola nutrisi dan metabolisme :
6. Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada
usus halus.
Pola istirahat dan tidur
7. Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien
merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.
8. Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar – tidak sadar (composmentis –
coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
 Tanda – tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari
keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari
kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi,
auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk
mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan
nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan.
B. Masalah Keperawatan yang Muncul
1. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.
2. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan
kurang informasi.
C. Intervensi
Diagnosa Keperwatan 1. :
Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.
Tujuan : Suhu tubuh normal
Intervensi :
 Observasi suhu tubuh klien
Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.
 Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat
paha, temporal bila terjadi panas
Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
 Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap
keringat seperti katun
Rasional : menjaga kebersihan badan
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik
Rasional : menurunkan panas dengan obat.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi
Intervensi :

 Kaji pola nutrisi klien


Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan
waktu makan.
 Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai
Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari
pemberian makan yang tidak disukai.
 Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut
Rasional : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.
 Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan.
 Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Rasional : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan.
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan
yang tidak boleh dikonsumsi.
Diagnosa Keperawatan 3. :
Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang
informasi
Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat
Intervensi :

 Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya


Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.
 Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien
Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan
pencegahan penyakit typhoid.
 Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada
yang belum dimengerti
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga
pasien setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.
ASUHAN KEPERAWATAN pada Tn. S
dengan DIAGNOSA MEDIS DEMAM
THYPOID di RUANG MELATI RSUD
MAJENANG KABUPATEN CILACAP
ASUHAN KEPERAWATAN pada Tn. S dengan DIAGNOSA MEDIS DEMAM THYPOID

di RUANG MELATI RSUD MAJENANG KABUPATEN CILACAP

Tanggal masuk RS : 01 Juli 2012 jam 09.15 WIB

Tanggal pengkajian : 02 Juli 2012 jam 11.00 WIB

Pengkaji : Indra Hermawan

NIM : A11000608

A. IDENTITAS

1. IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn. S

Umur/jenis kelamin : 38 tahun/Laki-laki

Status : Kawin

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Alamat : Adimulya Rt.05/Rw.18

Dx Medis : Demam Thypoid

2. IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB
Nama : Ny.T

Umur/jenis kelamin : 35/Perempuan

Hubungan dengan klien : Istri

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Alamat : Adimulya Rt.05/Rw.18

B. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama

Badan terasa panas dingin ( demam )

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengalami deman sekitar 2 minggu SMRS ( naik turun ) meningkat pada malam hari, batuk lebil
dari 1 minggu dengan sputum berwarna kuning kental, pasien tidak mengalami pilek, mual, muntah,
dan gangguan BAK/BAB. Klien merasakan nyeri kepala, selanjutnya pada tanggal 01/07/12 klien
dibawa ke RSUD Majenang melalui IGD dengan keluhan yang sama. Klien diberikan tindakakn
pengecekan TTV dengan hasil TD:109, N:68x/m, R:20x/m, S:38 0C, pengecekan gula darah sewaktu
adalah 109, klien dating dengan kesadaran penuh dan diberi terapi obat Ranitidine extra 25mg/ampul,
Capsul A 2X1 tab (obat batuk), Analsik 500mg, paracetamol 500mg dan terpasang infuse Rl 20 tpm
mac. Setelah itu klien dibawa ke bangsal melati untuk melakukan perawatan.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya, tidak ada riwayat HT, DM.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tidak ada yang mengalami riwayat penyakit yang sama dengan klien.

C. PEMERIKSAAN KEBUTUHAN DASAR (VIRGINIA HENDERSON)

1) Pola Oksigenasi

Sebelum sakit : klien bernafas secara normal dan RR dbn 16-24 x/menit

Saat dikaji : klien bernafas secar normal dengan RR18 x/menit

2) Pola Nutrisi dan Metabolik

Sebelum sakit : klien makan sehari 3x dan dalam porsi yang sedang dengan

menu sayuran dan kadang ikan dan selalu habis. Minum

4-6 gelas.

Saat dikaji : klien makan makanan yang diberikan dari Rumah Sakit dan

habis satu porsi dan minum hanya 3-4 gelas/hari


3) Pola Eliminasi

Sebelum sakit : klien BAK normal 3-4X tiap hari dengan warna jernih, tidak

ada darah, bau urine khas. BAB 1 x sehari, konsistensi

lembek, tidak ada darah.

Saat dikaji : klien BAK normal 3-4 sehari dengan warna jernik kekuning-

kuningan, tidak ada darah. Hari 1 belum BAB, hari ke dua

sudah dengan konsistensi lembek tanpa darah.

4) Pola Aktivitas

Sebelum sakit : klien beraktifitas seperti biasa, bekerja, jalan-jalan.

Saat dikaji : klien mampu jalan ke kamar mandi buat BAB/BAK, serta

berbaring di tempat tidur dengan selimut tebal

5) Pola Istirahat dan Tidur

Sebelum sakit : klien istirahat normal, 8 jam/24 jam, pola tidur teratur

Saat dikaji : klien merasakan kurang tidur selama dirumah sakit, karena

kondisi tubuh yang panas dingin S:380C, waktu tidur sekitar 5

jam.

6) Kebutuhan Berpakaian

Sebelum sakit : klien barpakaian sesuai kebutuhan, ganti baju 2xsehari

Saat dikaji : klien tampak lusuh dan hanya berpakaian seadanya dang anti

1Xsehari.

7) Mempertahankan Suhu Tubuh dalam Batas Normal

Sebelum sakit : klien mampu menyesuaikan suhu tubuh dengan lingkungan

sekitar suhu normal.

Saat dikaji : klien mampu beradaptasi dengan penigkatan suhu yang dialami

S:380C

8) Pola Personal Hygiene

Klien mampu mandi di seka di tempat tidur 2 x sehari, gosok gigi kadang-kadang, ganti pakaian 1X
sehari. Klien tampak kusut, rambut acak-acakan, penampilan tidak rapi.

9) Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman

Sebelum sakit : klien merasa aman dan betah untuk tinggal di rumahnya sendiri
bersama keluarganya

Saat dikaji : klien merasa gelisah dengan peningkatan suhu dan perubahan

sensasi dingin yang dirasakan

10) Komunikasi dengan Orang Lain

Sebelum sakit : klien mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan bahasa

daerahnya

Saat dikaji : hari pertama klien hanya diam dan baru berkomunikasi jika

ditanya, hari kedua sama, hari ketiga klien sudah mampu

berkomunikasi dengan normal.

11) Kebutuhan Spiritual

Klien tidak dapat menjalankan sholat karena badan lemah,demam, klien mempunyai motivasi tinggi
untuk sembuh, tetapi klien juga berkeluh kesah karena keadaannya tidak segera membaik.

12) Pola bekerja

Sebelum sakit : klien mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik.

Saat dikaji : klien mampu beristirahat dengan keadaannya yang seperti itu.

13) Kebutuhan rekreasi dan bermain

Sebelum sakit : klien suka jalan-jalan bersama keluarga jika ada waktu luang

Saat dikaji : klien hanya bias menikmati keadaanya, ditemani istri dan

anaknya.

14) Kebutuhan belajar

Sebelum sakit : klien mampu belajar dari Koran, radio, dan televisi

Saat dikaji : klien mendapatkan info dari perawat dan nformasi dari

keluarganya melaluai handphone

D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : Composmentis

TTV :

TD : 110/70 mmHg; Suhu : 380C ; Nadi : 75 x/menit; RR : 18 x/menit

Pemeriksaan Fisik (menggunakan IPPA) :

1. Sistem pernafasan
I: Tidak nampak retraksi dada, bentuk dadan simetris, tak nampak penggunaan otot bantu nafas, tidak
ada massa, pola nafas normal.

P: fokal fremitus normal, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa.

P: suara paru sonor

A:suara paru vesikuler, tidak terdengar wheezing dan ronkhi

2. Sistem kardiovaskular

I: Tidak nampak retraksi dada, bentuk dadan simetris, tak nampak penggunaan otot bantu nafas, tidak
ada massa, ictus cordis tampak pada itercosta ke 5.

P: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, pulse teraba kuat

P: batas-bats jantung normal, suara redup

A:suara paru reguler, tidak terdengar gallop

3. Sistem pencernaan (IAPePa)

I: abdomen flat, simetris, pernafasan perut .

A: auskultasi gaster normal, peristaltik gaster dan intestine normal.

P: suara lambung tympani, batas hepar normal.

P: tidak ada nyeri tekan, tidak terasa pembesaran hepar, tak teraba adanya massa

4. Sistem perkemihan

Karakteristik urine/BAK jernih, frekuensi 3-4 sehari,tidak ada nyeri pinggang, tidak terpasang alat
bantu BAK, tidak ada darah, bau khas, tidak ada benjolan.

5. sistem endokrin

tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfatik

6. sistem genetalia

tak Nampak terpasang DC

7. Sistem musculoskeletal

Pergerakan sendi normal, kekuatan otot penuh, tidak ada edema, turgor kulit baik, tidak ada
deformitas, tidak ada nyeri gerak, nyeri tekan, tidak ada pembengkakan pada sendi,tidak
menggunakan alat bantu, tidak ada fraktur, kemampuan ADL mandi, berpakaian, eliminasi, mobilisasi
di tempat tidur, pindah, ambulasi normal.

8. Sistem integumen

Turgor kulit baik, tidak ada sianosis/anemis, warna kulit sawo matang, tidak ada luka, tak ada edema,
tidak ada memar, benjolan,lesi.

9. Sistem persarafan

Tidak ada tremor, reflex cahaya pupil bagus, GCS baik, Kesadaran compos mentis, tidak ada parese,
plegi, parastese, paraplegi, orientasi waktu, tempat, orang normal.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Rontgen tanggal 2/7/12 dengan hasil normal

2. Lab darah
a. DR : 1/7/12

WBC : +22.0x103(4.8-10.8), RBC : 4.69x103(4.7-6.10), HGB:14.0g/dl (14.0-18.0),


HCT:41.7% (42.0-52.0), PCT:363x103(33-37), lym:12.3%(150-450).

b. widal : 2/7/12

hasil positif ( II:1/160 O: 1/160)

F. THERAPHY

 Obat oral ( capsule A 2x1 tab, analsik 500mg, paracetamol 500mg, Cyprofloxacin (1gr/12 jam )

 Injeksi (IV): ranitidine extra 50mg

 Infuse RL 20tpm mac

 Diet yang diberikan TKTP

G. ANALISA DATA

NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN

1 SUBJEKTIF : klien merasakan panas dingin Infeksi peradangan pada Hiperthermi b/d reaksi
( demam ) intestine peradangan pada sal
cerna
OBJEKTIF :

S: 380C Stimulus hypothalamus

Klien menggigil, klien memakai selimut,


klien teraba panas, mukosa bibir mulai
mongering

WBC : +22.0x103
Perubahan set point

Suhu sistemik naik

hipertermi

2 SUBJEKTIF : klien merasakan panas dan Thypoid Vol cairan < kebutuhan
kering pada bibir b/d proses evaporasi
karena hiperthermi
OBJEKTIF :
Hipertermi
mukosa bibir mulai mengering

Klien menggigil, klien memakai selimut,


Benyak mengeluarkan
klien teraba panas, klien lemas,
cairan/evaporasi
Vol cairan < kebutuhan

H. PRIORITAS DIAGNOSA

1. Hiperthermi b/d reaksi peradangan pada sal cerna

2. Vol cairan < kebutuhan b/d proses evaporasi karena hiperthermi

I. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DX HARI/TGL/JAM NOC NIC

1 Senin, 2/7/12, 13.00


NOC: NIC :
WIB
Thermoregulasi Monitor suhu sesering mungkin

Monitor warna dan suhu kulit


Selasa, 3/7/12, 09.00
WIB Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 X 24 jam pasien menunjukkan :
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Suhu tubuh dalam batas normal dengan
Monitor WBC, Hb, dan Hct
kreiteria hasil:
Monitor intake dan output
 Suhu 36 – 37 C 0

 Nadi dan RR dalam rentang normal Berikan anti piretik:

Berikan cairan intravena


 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak
ada pusing, merasa nyaman Tingkatkan sirkulasi udara

Monitor hidrasi seperti turgor kulit,


kelembaban membran mukosa)

2 Senin, 2/7/12, 13.00


NOC NIC
WIB
Fluid balance Fluid balance

Pertahankan catatan intake dan


Selasa, 3/7/12, 09.00 output yang akurat
WIB Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 X 24 jam pasien menunjukkan : Monitor status hidrasi ( kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat,
Tanda tanda kekurangan cairan tidak
tekanan darah ortostatik ), jika
ada dengan KH:
diperlukan
Mempertahankan urine output sesuai
Monitor hasil Lab yang sesuai
dengan usia dan BB.
dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam osmolaritas urin )
batas normal Monitor vital sign

Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Monitor status nutrisi


Elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus Berikan cairan IV pada suhu ruangan
yang berlebihan Dorong masukan oral ( minum n
makan)

Dorong keluarga untuk membantu


pasien makan

Kolaborasi dokter jika tanda cairan


berlebih muncul meburuk

J. IMPLEMENTASI

NO HARI/TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI KEPERAWATAN RESPON TTD


DX PERAWAT

1 Senin, 2/7/12, 13.00Memonitor suhu sesering mungkin Klien mengikuti anjuran


WIB (S:370C)
Memonitor warna dan suhu kulit
Selasa, 3/7/12, 09.00 Klien termonitor
WIB
( warna sawo matang
Memonitor tekanan darah, nadi dan RR
suhu normal )

Klien mengikuti
tindakan(N:75,RR:18)

Memberikan anti piretik ( paracetamol


500mg)
Klien kolaboratif ( suhu
0
Memberikan cairan intravenaturun:37 C
( RL:20tpm)
Klien kolaboratif ( cairan
Meningkatkan sirkulasi udara masuk )

Klien merasa lebih baik


( jendela terbuka)
2 Senin, 2/7/12, 13.00 Mempertahankan catatan intake dan Klien berusaha mengikuti
WIB output yang akurat ( intake dan output
berdasarkan pengakuan
Selasa, 3/7/12, 09.00 Memonitor status hidrasi
klien )
WIB ( kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik ), Klien termonitor ( TD :
jika diperlukan 110/70,mukosa baik )

Klien mengikuti anjuran


( hasil terlampir )
Memonitor hasil Lab yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN , Hmt , Klien termonitor
osmolaritas urin )
(TD:110/70,RR:18,N:75)
Memonitor vital sign

Memberikan cairan IV pada suhu


ruangan (RL)
Klien mengikuti anjuran
Mendorong masukan oral ( minum
(TD:110/70,RR:18,N:75)
dan makan)
Klien berusaha mengikuti
Mendorong keluarga untuk( minum+makan)
membantu pasien makan
Keluarga mengikuti
anjuran ( keluarga
menyuapi makan )

K. CATATAN PERKEMBANGAN

NO DX HARI/TANGGAL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN TTD


PERAWAT

1 Selasa ,3/7/12, S : klien mengatakan sudah tidak demam

11.00 WIB O : S37.30C

Indicator

thermoregulasi
 Suhu 36 – 37 0 C

 Nadi dan RR dalam rentang normal

 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa
nyaman

A :masalah klien teratasi

P : observasi terjadi kekambuhan,pertahankan kondisi klien


sekarang

2 Selasa ,3/7/12, S : klien mengatakan sudah tidak kering bibirnya


11.00 WIB O:

Mukosa bibir lembab

Klien tidak menggigil, klien tidak terlalu lemas

Indicator

Fluid balance
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB.

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

A :masalah klien teratasi

P : observasi terjasi kekambuhan,pertahankan kondisi klien


sekarang

ASUHAN KEPERAWATAN pada Tn. S dengan DIAGNOSA MEDIS DEMAM THYPOID


di RUANG MELATI RSUD MAJENANG KABUPATEN CILACAP

Disusun Oleh :
Indra Hermawan
A11000608

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
GOMBONG

2012

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan
kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada
usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-
10%). (Mansjoer, Arif 1999).

Demam thypoid menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi dinegara yang
sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan air bersing yang
dapat diminum. tetapi lebih sering bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan
jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Demam thypoid dapat
di temukan sepanjang tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak dan tidak ada
perbedaan yang nyata anatra insidensi demam thypoid pada wanita dan pria. Diagnose dari
pelubangan penyakiit thypoid dapat sangat berbahaya apa bila terjadi selama kehamilan atau
pada periode setelah melahirkan. Kebanyakan penyebaran penyakit demam typoid ini tertular
pada manusia pada daerah-daerah berkembang, ini dikarenakan pelayanan kesehatan yang
belum baik, hygiene personal yang buruk. Salah satu contoh di negara Nigeria, dimana
terdapat 467 kasus dari tahun 1996 sampai dengan 2000.

Dalam lingkungan kita menjadi endemic di selatan dan Amerika Utara, Timur Tengah,
Tenggara dan hampir seluruh Asia termasuk India. Di seluruh dunia tercatat sekitar 33 juta
kasus dari demam typoid dan menyebabkan lebih dari 500.000 kematian.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian demam typhoid?
2. Bagaimana etiologi demam typhoid?
3. Bagaimana anatomi fisiologi urgan-organ pencernaan?
4. Bagaimana patofisiologi demam typhoid?
5. Bagaimana pengkajian keperawatan pada kasus demam typohoid?
6. Bagimana diagnose yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan keperawatan?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus demam typhoid?

1.3 Tujuan penulisan


1. Ingin mengetahui pengertian, etiologi, dan patofisiologi demam typhoid
2. Ingin mengetahui pengkajian keperawatan pada kasus demam typhoid
3. Ingin mengetahui diagnose yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan keperawatan
4. ingin mengetahui asuhan keperawatan pada kasus demam typhoid

1.4 Metode Penulisan


Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang
berbentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan sebagai cara pemecahan
masalah. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan percakapan langsung dengan klien, keluarga dan perawat
ruangan.
2. Observasi
Pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung dan sistematis
3. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan diagnostik, laboratorium, dan catatan kesehatan
lainnya.
4. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data didapat dari sumber-sumber yang relevan untuk menunjang data, dan
selain itu dengan melakukan searching di internet.
1.5 Sistemarika Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menguraikan sistematika penulisan sebagai
berikut :
BAB I Pendahuluan, Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Berisi tentang konsep dasar yang mencakup pengertian, etiologi, anatomi fisiologi,
patofisiologi, pengkajian keperawatan, diagnose yang mungkin muncul dan perencanaan
tindakan keperawatan.
BAB III
Tinjauan Kasus, berisi tentang pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, proses
keperawatan dan catatan perkembangan.
BAB IV Kesimpulan dan saran
`
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Typhoid
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer,
1998 ).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak
usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan
diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif 1999).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan
pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI. 1999).

2.2 Etiologi
1. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora
mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu
 antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
 antigen H(flagella)
 antigen V1 dan protein membrane hialin.
2. Salmonella parathypi A
3. salmonella parathypi B
4. Salmonella parathypi C
5. Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996).

2.3 Anatomi Fisiologi


1. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat
yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
2. usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu.
3. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.
Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
4. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum,
dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. Diagram ileum dan organ-
organ yang berhubungan.
5. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
6. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.
Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar
herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang
kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
7. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini
disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan
apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).
8. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens
penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar
(BAB).
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
2.4 Patofisiologi
Menurut (Suriadi, 2001) :
a) Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus (terutama di ileum bagian distal), ke jaringan limfoid dan
berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah
(bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikula endotelial, hati, limpa dan organ-organ
lainnnya.
b) Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula endotelial
melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua
kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus
dan kandung empedu.
c) Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid
usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks
peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik.
Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,
kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
d) Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan
disebabkan oleh kelainan pada usus halus.
2.5 Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, no. Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi
badan, berat badan, tanggal MR.
2. Keluhan Utama
pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan
kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah
tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia,
mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala
pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen
sampai koma.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang
lainnya
7. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul
gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.
8. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam
kesehatannya.
b) Pola nutrisi dan metabolism
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit
waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.
c) Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan
mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
d) Pola tidur dan aktifitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga
pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
e) Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi,
konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
f) Pola reproduksi dan sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi
perubahan.
g) Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan
kemampuan dalam merawat diri.
h) Pola persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
i) Pola penanggulangan stress
Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
j) Pola hubungan interpersonal
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta
mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut
akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.
9. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak,
anorexia.
b) Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata
cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi
pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
c) Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
d) Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.
e) Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan
tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
f) Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
g) Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa
mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
h) Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
i) Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.

j) Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit
thypoid.
2.6 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhii
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.
4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran
cairan yang berlebihan (diare/muntah).
2.7 Perencanaan Tindakan Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella typhsi
Tujuan : suhu tubuh normal/terkontrol.
Kriteria hasil :
a. Pasien melaporkan peningkatan suhu tubuh Mencari pertolongan untuk pencegahan
peningkatan suhu tubuh.
b. Turgor kulit membaik
Intervensi Rasionalisasi
a. Berikan penjelasan kepada klien a. agar klien dan keluarga mengetahui sebab dari
dan keluarga tentang peningkatan peningkatan suhu dan membantu mengurangi
suhu tubuh kecemasan yang timbul.
b. Anjurkan klien menggunakan b. untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian
pakaian tipis dan menyerap tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh.
keringat c. agar klien merasa tenang dan udara di dalam ruangan
c. Batasi pengunjung tidak terasa panas.
d. Observasi TTV tiap 4 jam sekali d. tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
e. 2,5 liter / 24 jam Anjurkan pasien keadaan umum pasien
untuk banyak minum, minum e. peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
f. Memberikan kompres dingin tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan
g. kolaborasi dengan dokter dalam asupan cairan yang banyak
pemberian tx antibiotik dan untuk membantu menurunkan suhu tubuh
antipiretik g. antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik
untuk menurangi panas.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


anoreksia
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
 Nafsu makan meningkat
 Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang
diberikan

Intervensi Rasionalisasi
a. Jelaskan pada klien dan keluargaa. untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang
tentang manfaat makanan/nutrisi. nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat.
b. Timbang berat badan klien setiap b.
2 untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat
hari. badan.
c. Beri makanan dalam porsi kecil c. untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah
dan frekuensi sering. ditelan.
d. Beri nutrisi dengan diet lembek, d. untuk menghindari mual dan muntah.
tidak mengandung banyak serat, Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida
tidak merangsang, maupun dan nutrisi parenteral.
menimbulkan banyak gas dan
dihidangkan saat masih hangat e. mengurangi rasa mual dan muntah.
e. Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan
nutrisi per oral sangat kurang.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bed rest


Tujuan : pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) optimal.
Kriteria hasil :
 Kebutuhan personal terpenuhi
 Dapat melakukan gerakkan yang bermanfaat bagi tubuh.
 memenuhi AKS dengan teknik penghematan energi.
Intervensi Rasionalisasi
Beri motivasi pada pasien dan kelurga agar pasien dan keluarga mengetahui
untuk melakukan mobilisasi sebatas pentingnya mobilisasi bagi pasien yang
kemampuan (missal. Miring kanan, miring bedrest
kiri). untuk mengetahui sejauh mana kelemahan
b. Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas yang terjadi.
(makan, minum). untuk mempermudah pasien dalam
Dekatkan keperluan pasien dalam melakukan aktivitas.
jangkauannya. menghindari kekakuan sendi dan mencegah
d. Berikan latihan mobilisasi secara bertahap adanya dekubitus
sesudah demam hilang.

4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan cairan yang
berlebihan (diare/muntah)
Tujuan : tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan
Kriteria hasil :
 Turgor kulit meningkat
 Wajah tidak nampak pucat
Intervensi Rasionalisasi
a. Berikan penjelasan tentang pentingnya untuk mempermudah pemberian cairan
kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga. (minum) pada pasien.
b. Observasi pemasukan dan pengeluaran untuk mengetahui keseimbangan cairan.
cairan. untuk pemenuhan kebutuhan cairan.
c. 2,5 liter / 24 jam. Anjurkan pasien untuk untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan
banyak minum mencegah adanya odem.
d. Observasi kelancaran tetesan infuse. untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang
e. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi tidak terpenuhi (secara parenteral).
cairan (oral / parenteral).
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Biodata Klien
Nama : Tn.A
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Kp sadeng, Desa Citanagara, Kecamatan cigedug-
Garut
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Sunda
Status : Menikah
Tanggal masuk : 20 November 2014
Tanggal Pengkajian : 24 November 2014
No CM : 719972

b. Biodata penanggung jawab


Nama : Tn C
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kp sadeng, Desa Citanagara, Kecamatan cigedug-Garut
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : wiraswasta
Hubungan dengan klien : Anak Klien

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Menurut penututran klien sudah satu minggu mengeluh demam disertai mual, pusing,
lesu, susah BAB dan nyeri pada abdomen bagian bawah. Selain itu klien mengeluh menggigil
pada malam hari yang disertai keringat dingin, sehingga klien dibawa ke dokter terdekat, lalu
dirujuk ke RSU dr SLAMET GARUT.
Pada tanggal 24 november 2014 dilakukan pengkajian, klien mengeluh nyeri pada
bagian abdomen, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 3 dari rentang 0-5.
Nyeri dirasakan pada daerah abdomen sebelah kiri bawah, rasa nyeri tidak terjadi
penyebaran. Nyeri dirasakan saat klien bergerak ddan pada saat ditekan.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Menurut penuturan kien, klien sebelumnya tdak perah mengalami penyakit seperti di
derita saat ini, namun klien mempunyai penyakit gastritis yang telah lama dideritanya. Ddan
biasanya klien hanya mengeluh pusing dan demam yang biasanya di obati dengan obat dari
warung.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut penuturan klien dan keluarga klien diantara anggota keluarganya belum
pernah mengalami penyakit yang seperti diderita klien, dan juga tidak pernah mengalami
penyakit yang berat, seperti Diabete mellitus, Hepatitis TBC dan lain sebagainya.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis
Penampilan umum : Klien tampak lemah
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/60 mmHg
Nadi : 65 kali/menit
Respirasi : 21 kali/menit
Suhu : 36.3’c
c. Inteugumen
1) Inteugumen dan kulit kepala
Warna rambut
Distribusi : Hitam
Kuantitas : Merata
Tekstur : Tipis
Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya kotoran
Lesi : Tidak ada lesi
2) Kulit
Warna : Kuning langsat
Kelembaban : Lembab
Tekstur : Halus
: Baik, saat ditekan dapat kembali ke keadaan semula yaitu < 2 detik
Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya kotoran
3) Kuku
Warna dasar : Transparan
Tekstur : Halus
Bentuk : Cembung
Kebersihan : Bersih, tidak tapak adanya kotoran
: Baik, saat ditekan sirkulasi darah kembali dalam waktu < dari 2 detik
d. Kepala
Kebersihan : simetris
Bentuk : Lonjong, Oval
Kondisi : tidak terdapatbenjolan
Kebersihan : Bersih tidak tampak adanya kotoran
e. Mata
1) Alis mata
Kesimetrisan : simetris antara alis kiri dan alis kanan
Warna : Hitam
Distribusi bulu : Merata
Benjolan : Tidak terdapat benjolan
Nyeri : Tidak ada nyeri
2) Kelopak mata dan bulu mata
Kesimetrisan : selaras antara kelopak mata kiri dan kanan
Warna kelopak mata : sama dengan kulit sekitar
Distribusi bulu mata : merata
Warna bulu mata : Hitam, melengkung ke atas
Keadaan : Tidak terdapat edema
3) Bola mata
Konjuntiva : Merah muda
Sclera : Putih
Kornea : Jernih
4) Pupil
Bentuk : Isokor
rhadap cahaya : Baik, pada saat cahaya di dekatkan pupil mengecil dan melebar saat cahaya dijauhkan
: Baik, saat lidi wotten di dekatkan ke mata, mata langsung berkedip
Ketajaman penglihatan : Baik, klien dapat melihat pada jarak 35 cm dengan
cara membaca koran
Lapang pandang : Baik, pada jarak 60 cm klien dapat dengan jelas melihat telunjuk
perawat
7) Gerakan ekstra okuler mata : Baik, klien dapat mengikuti araj telunjuk perawat
f. Telinga
Posisi : simetris antara telinga kiri dan kanan
Warna : sama dengan kulit sekitar
tekstur : Halus
aran :Baik, klien dapat mendengar suara perawat dan menjawab pertanyaan perawat dengan baik
Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya serumen
g. Hidung
Bentuk : simetris antara lubang kiri dan kanan
Warna : sama dengan kulit sekitar
Mukosa hidung : tidak ada pembengkakan
Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya kotoran
man : Baik, klien dapat membedakan bau parfum dan bau minyak kayu putih
h. Mulut
1) Bibir
Warna : Merah muda
Tekstur : Halus
Kelembaban : Lembab
Keadaan : Tidak tampak adanya stomatitis
Kebersihan : Bersih tidak tampak adanya kotoran
2) Gigi
Warna : Putih kekuning-kuningan
Jumlah gigi : 30 buah
Kebersihan : tidak tampak adanya kotoran
Keadaan : tidak tampak adanya carries gigi
3) Lidah
Warna : merah muda
Tekstur : Halus
Pergerakan : Baik, dapat digerakan kesegala arah
Kebersihan : tidak tampak adanya kotoran
Fungsi pengecapan : Baik, klien dapat membedakan rasa asin, manis dan pahit
i. Leher
Warna : Sama dengan kulit sekitar
Kesimetrisan : simetris antara kedua bahu
Pergerakan : Baik, dapat digerakan ke segala arah
JVP : Ada peninggian JVP
KGB : tidak ada pembesaran KGB
Kelenjar tyroid : saat menelan tidak ada pembesaran tyroid
Kebersihan : Bersih
j. Dada
Posisi : simetris antara dada kiri dan kanan
Bunyi jantung : Reguler
Bunyi paru-paru : Vasikuler
Kebersihan : Bersih
k. Abdomen
Warna : Sama dengan kulit tubuh
Tekstur : Halus
: Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah dan nyeri tekan
Skala : skala nyeri 3 dari rentang 0 - 5
Kebersihan : Bersih
l. Genetalia tidak terkaji

m. Ekstremitas
:Pergerakan tangan kanan klien terbatas karena terpasang infuse, dan tangan kiri dapat
digerakan ke segala arah
: Baik, kaki kanan dan kaki kiri klien dapat digerakan ke segala arah

4. Pola aktivitas
No Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Pola nutrisi
a. Makan
Frekwansi
Jenis
3 kali / hari 2kali / hari
Porsi
Cara Nasi, lauk pauk, sayur-sayuran Bubur nasi, lauk pauk, sayuran
b. Muinum 1 porsi ½ porsi
Frekwensi
Jenis Mandiri Dibantu
cara

Kurag lebih 1400 ml/hari Kurang lebih 800 ml/hari


Air putih, teh, susu Air putih
mandiri dibantu
2. Pola eliminasi
BAB
Frekwensi 1 kali/ hari Belum BAB 6 hari
Konsistensi Padat Padat
Warna Kuning khas feses Kuning khas feses
Bau
Khas fese Khas feses
Cara
mandiri Dibantu
BAK
Frekwensi
Warna
Bau kurang lebih 1000 mlhari Kurang lebih 700 ml/hari
cara Kuning jernih Kuning jernih
Khas amoniak Khas amoniak
Mandiri dibantu
3. Pola istirahat tidur
Tidur siang
Frekwensi Kurang lebih 2 jam/hari Kurang lebih 1 jam/ hari
Kualitas Kurang nyenyak
Tidur malam Nyenyak
Frekwensi
Kualitas Kurang lebih 6-7 jam/hari Kurang lebih 4 jam / hari

nyenyak Kurang nyenyak


4. Personal hygine
Mandi 2 kali/hari 1kali/hari
Gosok gigi 2 kali/hari 1kali/hari
Ganti pakaian 2 kali/hari 1kali/hari
cara Mandiri Dibantu

5. Data Psikologis, Social dan Spiritual


a. Data Psikologis
Klien tampak murung, terlihat sedikit cemas dan selalu bertanya tentang keadaan penyakit
yang dideritanya, sesekali klien tampak sedih karena memikirkan keadaannya, namun klien
juga yakin bahwa penyakitnya dapat segera disembuhkan.
b. Data Social
Hubungan klien dengan keluarga baik, terbukti para tetangga-tetangganya banyak yang
datang menjenguk klien, klien juga berkomunikasi dengan baik kepada pasien lain. Klien
juga dapat bekerjasama dengan tim kesehatan terutama dalam melakukan tindakan dan sangat
kooperatif.
c. Data Spiritual
Klien beragama islam, terbukti klien selalu berdo’a unutk kesembuhannya sehingga klien
ingin cepat-cepat pulang kerumah dengan sehat. Dan klien menyadari bahwa kondisi atau
penyakitnya sekarang ini merupakan titipan dari allah SWT yang diberikan kepadanya.
6. Data penunjang
a. Data penunjang
1. Darah rutin
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
1. Hemoglobin 14.3 g/dL 13.0 – 18.0 /dL Normal
2 Hematokrit 39 % 40 – 52 % Menurun
3 Leukosit 21.170 /mm3 3.800 – 10.600 /mm3 Meningkat
4 Trombosit 222.000 /mm3 150.000 – 440. 000 /mm3 Normal
5 eritrasit 4.49 juta / mm3 3.5 – 6.5 juta /mm3 Normal

2. Kimia Klinik
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
1. Ureum 33 mg/dL 15 – 50 mg/dL Normal
2. Kreatinin 0.7 mg/dL 0.7 – 1.2 mg/dL Normal

b. Diagnose medis
thypoid abdominalis

c. Therapy
1) Infuse RL 20 tetes/menit IV
2) Cefotaxim 2.1 gram IV
3) Ranitidine 2.1 amp IV
4) Ketorolax 2.1 amp IV
5) PCT 3.500 gram
6) Curcuma 3.1

B. Analisa data
No Symptom Etiologi Problem
1. Ds : Inflamasi pada hati dan limpa Gangguan rasa
Klien mengeluh nyeri nyaman yeri
pada abdomen bagian kiri
bawah
Do : Hepatomegali dan splenomegali
Klien tampak kesakitan
pada abdomen bagian kiri
bawah
Keadaan umum lemah Nyeri tekan
T : 130/60 mmHg
P : 65 kali/menit
R : 21 kali/menit
S : 36.3’c
Nyeri akut

Gangguan rasa nyaman nyeri


2. Ds : Peristaltic usus menurun Gangguan eliminasi
klien mengeluh susah fekal
BAB
Do :
Klien tampak lemah Reabsorpsi cairan menurun
Bising usus kliien
5x/menit
Abdomen klien teraba
keras Akumulasi feses dan fese

mengeras

Gangguan eliminasi fekal


3. Ds : Kompensasi usus mnurun Gangguan pemenuhan
Klien mengeuh mual kebutuhan nutrisi
Klien mengeluh tidak
nafsu m akan
Do : Reabsorpsi makanan terganggu
Klien tampak lemah
Porsi makan klien ½ porsi
Berat badan kien
menurun menjadi 45 Kg Merangsang hipotalamus
dari sebelumnya 52 Kg

Anoreksia
Gangguan pemenuhan nutrisi
4. Ds : Asupan nutrisi kurang Gangguan pola
Klien mengeluh lemas aktivitas
Do :
Klien tampak lemah
Aktivitas klien dibantu, Tubuh kekurangan energy
BAB, BAK, makan dan
lain-lain

Lemas/lemah

Gangguan pola aktivitas

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan nyeri pada abdomen kiri bawah, yang
ditandai dengan :
Ds : klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah
Do :
 Klien tampak meringis kesakitan
 Skala nyeri 3 dari rentang 0 - 5
 Keadaan umum tampak lemah
T : 130/60 mmHg
P : 65 kali/menit
R : 21 kali/menit
S : 36,3’c
2. Gangguan pola eliminasi fekal sehubungan dengan konstipasi, yang ditandai dengan :
Ds : klien mengeluh susah BAB
Do :
 Klien tampak lemah
 Bising usus klien 5x/ menit
 Abdomen klien teraba keras
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan adanya mual muntah yang
ditandai dengan :
Ds :
 klien mengeuh mual
 klien mengeluh tidak napsu makan
Do :
 Klien tampak lemah
 Posi makan klien ½ porsi
 Berat badan klien turun 7 Kg, dari 52 Kg menjadi 45 Kg
4. gangguan pola aktivitas segubungan dengan kelemahan fisik, yang ditandai dengan :
Ds : klien mengeluh lemas
Do :
 Klien tampak lemah
 Aktivitas klien dibantu, BAB, BAK, berjalan dan lain-lain.

PROSES KEPERAWATAN
Nama :
Tn.A
Ruangan : AGATE
Umur : 47
Tahun
No. CM : 719972
Jenis kelamin : Laki-
laki
Dx : thypoid abdominalis

Diagnosa Perencanaan
No Tujuan
keperawatan Intervensi Rasonalisasi
1. Gangguan rasaSetelah dilakukan Kaji secaraPerubahan dalam lokasi/atauTang
nyaman nyeritindakan keperawatankomprehensip tentangtetapi dalam menunjukanPuku
sehubungan denganselama 2 x 24 jamnyeri meliputi : lokasi,terjadinya komplikasi. Nyeri Men
adanya nyerigagguan rasa nyamankarakteristik, durasi,cenderung menjadi konstandan
pada badomen kirinyeri teratasi denganfrekwensi, lebih hebat, akan menyebar kenyer
bawah, yang ditandaikriteria hasil : kualitas/beratnya nyeriatas, nyeri dalam local biladiras
dengan : Laporan nyeri hilangskala ( 0-5 ) dan factor-terjadi abses. di ab
Ds : atau terkontrol faktor presipitasi
klien mengeluh nyeri Klien dapat Berikan kompres Mem
pada abdomen bagianmenunjukan hangat pada daerah hasil
kiri bawah keterampilan relaksasi,nyeri teknik kompres hangat yangrasa
Do : metode lain untuk diberikan, akan membantu Mem
 Klien tampakmeningkatkan Berikan penjelasanmengurangi rasa nyeri. tekn
meringis kesakitan kenyamanan tentang strategi hasil
 Skala nyeri 3 dari menurunkan rasadengan melakukan tekniktekn
rentang 0 - 5 neyeri yaitu dengandistraksi diharapkan klientamp
 Keadaan umum klien teknik distraksi danakanupa/teralihkan dan
lemah relaksasi. reaksasi akan menguragi
T : 130/60 mmHg Atur posisi klin,komsusi oksigen. Ketegangan Men
P : 65 kali/menit pertahankan posisiotot dan diharapkan rasa nyeriyaitu
R : 21 kali/menit semi fowler akan berkurang. hasil
S : 36,3’c memudahkan darinasetenan
cairan/luka karena garvitasi
dan membantu meminimalkan
rasa nyeri karena gerakan

2. Gangguan eliminasiGangguan eliminasi Kaji frekwensi BAB,Dapat mengetahuiTang


fekal sehubunganfekal teratasi dengankonsistensi, warna danperkembangan tindakanPuku
dengan adanyacriteria hasil : bau pengobatan terhadap keluhan Men
konsipasi, yang di Klien lancer BAB pasien dan dapat digunakankons
tandai dengan : Bising usus normal untuk merencanakan tindakanhasil
Ds : yaitu 8 x/menit selanjutnya. hari
Klien mengeluh Anjurkan klien untuk sakit
susah BAB melakukan mobilisasiAktivitas fisik membeantu Men
Do : sesuai dengan keadaaneliminasi dengan memperbaikilatih
Klien tampak lemah keadaan pasien tonus otot abdomen danmam
Bising usus klien merangsang nafsu makan seratyaitu
5x/menit Anjurkan klien untukperistaltik usus. lain
Abdomen klien banyak minum sesuaiMasukan cairan adekuat
teraba keras kebutuhannya membantu mempertahankan
konsistensi feses yang susuai Men
Berikan penjelasandengan usus dan membantubany
kepada klien daneliminasi regular. klien
keluarga tentang kura
penyebab konstipasi. Konsistensi feses dapat Mem
Kolabiorasi untukdiakibatkan oleh penurunanpeny
pemberian obatperistaltic usus. diseb
pencahar atau pelancar peris
BAB air y
Mem
Obat pencahar/pelancar BABgluk
dapat mempelancar eliminasi
fekal untuk memenuhi
kebutuhan eliminasi

3. Gangguan Gangguan kebutuhan Kaji riwayat nutrisiMengidentifikasi defisiensi,Tang


pemenuhan nutrisinutrisi teratasi denganklien termasukdan menduga kemungkinanPuku
sehubungan denganKriteria hasil: makanan yang disukai. intervensi selanjutnya Men
adanya mual, yang  Nutrisi klien terpenuhi hasil
ditandai dengan :  Nafsu makan klien Observasi dan catat sebe
Ds : meningkat masukan (intake)
Klien mengeluh mual  Pasien dapatmakanan Mengawasi masukan Men
Klien mengeluh tidakmenghabiskan makan kalori/kualitas kekuranganmak
nafsu makan dalam 1 porsi Berikan makanankonsumsi makanan hany
Do :  Berat badan kliendalam porsi sedikit kura
Klien tampak lemah meningkat tetapi dengan
Porsi makan klien ½ frekwensi sering Mengawasi penurunan berat Mem
porsi badan atau mengawasiposr
Berat badan klien efektivitas intervensi. klien
turun 7 Kg Makan sedikit tetapi seringdalam
dari sebelumnya 52 dapat menurunkan kelemahan
Kg menjadi 45 Kg Berikan dan bantu oraldan meninkatkan masukan Men
dari hygine juga mencegah distensi gaster. perso
Dapat meningkatkan nafsumak
Kolaborasi untukmakan dan masukan peroral sena
pemberian obat anti  Mem
mual yaitu
Dengan memberikan obat antiIV
mual, dapat meningkatkan
asupan nutrisi tanpa terjadi
rasa mual muntah
4. Gangguan polaGangguan pola Berikan lingkunganMemberikan ruang gerakTang
aktivitas sehubunganaktivitas teratasitenang denganuntuk pasien, sehingga paienPuku
dengan kelemahandengan Kriteria hasil : membatasi pengunjung tidak merasa gerah dan Mem
fisik, yang ditandai Klien tidak lemas, dan terganggu untuk bergerak. tenan
dengan : bisa bergerak Anjurkan klien untuk nyam
Ds : Mampu melakukanmobilisasi secaraMemberikan suatu latihan Men
Klien mengeluh aktivitas, bergerak dan bertahap sesuai denganagar terjadi penigkatanlatih
lemas menunjukan kekuatan indikasi kekuatan otot dan mencegahbelu
otot
Ds : kekakuan otot sepe
Klien tampak lemah Dekatkan barang- Men
Aktivitas klien barang yang Membatasi gerak pasien klien
dibantu, BAK, BAB, dibutuhkan klien secara berlebihan dan bara
makan dan lain-lain memberikan pacuan untuk kesu
pasien berusaha dengan
Anjurkan keluargamudah menggapainya Men
klien untuk memenuhiDengan keluarga membantumem
kebutuhan sehari-harisemua aktivitas klien dapatkebu
klien secara tidak langsung klien
diikut sertakan untuk bergerak

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. A Ruang :
AGATE
Umur : 47 tahun No CM :
719972
Jenis kelamin : Laki-laki Dx : thypoid
Tanggal DS Catatan Pelaksana
N
o
1. 26 november I S : Klien mengeluh mengeluh nyeriEndri kustiana
2014 pada abdomen kiri bawah
O : - klien tampak meringis
- skala nyeri 3 dari rentang 0 -5
- klien tampak lemah
T : 130/60 mmHg R : 21
kali/menit
P : 65 kali/menit S : 36,3’c
A : Gangguan rasa nyaman nyeri
P : - kaji karakteristik, lokasi, durasi,
frekwensi dan intensitas nyeri
Berikan kompres hangat
Atur posisi tidur klien, perrahankan
osisi semi fowler
I : - mengkaji karakteristik, lokasi,
durasi, frekwensi dan intensitas nyeri
Memberikan kompres hangat
Mengatur posisi tidur klien yaitu semi
fowler
E : masalah teratasi sebagian
R : Lanjutkan intervensi
2. 26 november II S : klien mengeluh susah BAB Endri kustiana
2014 O : - klien tampak lemah
Bising usus klien 5 kali/menit
Abdmen klien teraba keras
A : Gangguan eliminasi fekal
P : - kaji frekwensi BAB, konsistensi,
warna dan bau
Anjurkan untuk mobilisasi
Anjurkan klien untuk banyak minum
Berikan penjelasan tentang
penyebab kontipaasi
Kolaborasi untuk pemberian obat
pencahar
I : - mengkaji frekwensi BAB, konsistensi,
warna dan bau
Menganjurkan untuk mobilisasi
Menganjurkan klien untuk banyak
minum
Memberikan penjelasan tentang
penyebab kontipasi
Membeikan obat pencahar yaitu
glukolak 1 butir perhari
E : masalah belum teratasi
R : Lanjutkan intervensi
3. 26 november III S : - klien mengeluh mual Endri Kustiana
Klien mengeluh tidak nafsu makan
2014 O : - klien tampak lemah
Porsi makan klien ½ porsi
Berat badan klien menurun 7 Kg dari
52 Kg menjadi 45 Kg
A : gangguan pemenuhan nutrisi
P : - kaji riwayat nutrisi klien
Observasi masukan intake makan
Timbang berat badan tiap hari
Anjurkan klien untuk makan sedikit
tetapi sering
Berikan oral hygine
Kolaborasi pemberian obat anti mual
I : - mengkaji riwayat nutrisi klien
Mengobservasi masukan intake
Menimbang berat badan tiap hari
Memberikan oral hygine
Memberikan obat anti mul yaitu
ranitidine 2 x 1 amp/hari
E : masalah teratasi sebagian
R : lanjutkan intervensi
4. 26 november IV S : klien mengeuh lemas Endri Kustiana
2014 O : - klien tampak lemah
Aktivitas klien dibantu BAB, BAK,
makan, berjalan dan lain-lain
A : gangguan pola aktivitas
P : - berikan lingkungan yang tenang
Anjurkan untuk mobilisasi secara
bertahap
Dekatkan barang-barang klien
Anjurkan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan klien
I : - memberikan lingkungan yang
tenang
Menganjurkan untuk mobilisasi
secara bertahap
Mendekatkan barang-barang klien
Menganjurkan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan klien
E : masalah belum teratasi
R : Lanjutkan intervensi

BAB IV
KESIMULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini dapat disimpulkan, bahwa penyakit demam thypoid
merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dalam masyarakat dan
sampai saat ini masih belum bisa ditangani dan dihentikan. Menjaga diri dan
lingkungan masing – masing merupakan cara terbaik untuk mencegah
penyakit ini datang.
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn.A dengan
demam thypoid hari ke-1 sampai hari ke-3, dari tanggal 24 November – 26
November 2014 penulis dapat menarik kesimpulan sebagi berikut:

1. Melalui pengkajian yang komprehensif didapatkan data-data mengenai klien secara umum
sehingga permasalahan yang ada dapat tergali dan teratasi. Data yang ditemukan pada klien
mengeluh nyeri pada abdomen bagian kiri bawah, klien belum BAB selam 6 hari sejak masuk
Rumah Sakit, klien makan habis ½ porsi, klien tampak lemah dengan aktivitas dibantu
keluarga; makan, BAB, BAK, berjalan dan lain-lain
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan demam thypoid adalah : gangguan
rasa Nyman nyeri, gangguan eliminasi fekal, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, dan
gangguan pola aktivitas
3. Penilaian keberhasilan dari asuhan keperawatan pada klien demam thypoid disesuaikan
dengan tujuan yang diharapkan, selain itu perawat juga harus mampu menilai dengan baik
apakah masalah sudah teratasi atau belum sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan guna menanggulangi masalah klien.
4. Pendidikan kesehatan sangat diperlukan mengingat masih banyaknya klien khususnya
demam thypoid, yang masih kurang mengetahui tentang penatalaksanaan dan pencegahan.
5. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien demam thypoid dilakukan dengan
akurat, tepat waktu agar hasil daripada tindakan asuhan keperawatan dapat
dipertanggungjawabkan.
4.2 Rekomendasi

Setelah memberikan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan demam

thypoid, penulis dapat memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid harus dilakukan melalui
pendekatan proses keperawatan melalui 5 tahap, yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Diagnosa yang diangkat hendaknya berdasarkan dengan data yang ditemukan dari hasil
pengkajian.
3. Pelaksanaan tindakan keperawatan hendaknya melibatkan klien, keluarga dan tim kesehatan
lain dan hendaknya memperhatikan standar asuhan keperawatan.
4. Pembuatan rencana keperawatan seharusnya disusun berdasarkan prioritas masalah dengan
mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Rencana tindakan terhadap masalah yang
ditemukan adalah mengatasi nyeri, mengembalikan integritas kulit dan jaringan, memenuhi
kebutuhan klien yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh klien, dan mencegah terjadinya
infeksi.
5. Pelaksanaan asuhan keperawatan hendaknya disesuaikan dengan perencanaan yang telah
ditetapkan, di samping itu pula disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan yang ada.
Keberhasilan yang dicapai dari pelaksanaan asuhan keperawatan tidak terlepas dari kerjasama
yang baik dari klien, keluarga dan perawat serta tim kesehatan lainnya sehingga semua
rencana tindakan dapat mencapai hasil yang maksimal.
6. Penilaian hasil tindakan keperawatan seharusnya berorientasi pada kriteria tujuan yang
diharapkan dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dilakukan untuk menilai
keberhasilan dari semua implementasi yang telah dilaksanakan. Pada tahap evaluasi asuhan
keperawatan pada kasus ini didapatkan hasil yakni teratasinya masalah yang muncul pada
klien.
7. Pendokumentasian hasil asuhan keperawatan hendaknya dilakukan dengan akurat, tepat
waktu agar hasil dari semua tindakan dapat tercapai secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Marylin E Doengoes. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 . EGC. Jakarta.

1999.

Barbara Engram, 1998, Keperawatan Medikal Bedah , EGC Jakarta

Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-

2002, NANDA
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddarth, EGC, Jakarta

Você também pode gostar