Você está na página 1de 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk bertahan hidup dan melakukan aktivitas sehari-hari, manusia
memerlukan energi yang biasa diukur dengan satuan kalori. Bahkan saat tidur
dan tidak bekerja, energi tetap dibutuhkan untuk denyut jantung dan fungsi
tubuh lainnya. Energi ibarat bahan bakar bagi kendaraan agar dapat tetap
berjalan. Ketika kalori terlalu rendah, maka energi juga rendah. Tanpa kalori
yang cukup, manusia tidak punya energi untuk otot atau membentuk kembali
jaringan tubuh ketika bergerak.
Demi kesehatan, anjuran rata-rata kebutuhan kalori dan protein telah diatur
dalam peraturan menteri sebagai panduan angka kecukupan gizi. Yaitu dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No. 75/2013 tentang Angka Kecukupan Gizi
Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Peraturan itu memuat tabel berapa
banyak kalori yang dibutuhkan oleh masing-masing kelompok umur.
Data tersebut disusun dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
(WNPG) setiap 5 tahun. Anjuran rata-rata kecukupan kalori dan protein bagi
penduduk Indonesia masing-masing sebesar 2.150 kilokalori (kkal) dan 57
gram protein, per orang per hari pada tingkat konsumsi.
Rata-rata konsumsi kalori di Indonesia berdasarkan angka Kemenkes, data
rata-rata konsumsi kalori per kapita per hari menurut provinsi di Indonesia,
Secara umum angka rata-ratanya masih di bawah standar yang dianjurkan
pemerintah. Sejak 2007-2015 cenderung menurun, meski mengalami
perbaikan dalam dua tahun terakhir. Pada 2007, konsumsinya mencapai
2.014,91 kkal per orang (atau per kapita) per hari, namun terus menurun
menjadi 1.842,75 kkal pada 2013. Dalam dua tahun terakhir mulai tampak
membaik, menjadi 1.859,30 pada 2014; dan 1.992,69 pada 2015.
Di ujung timur Indonesia, Maluku dan Papua, rata-rata konsumsi kalori di
sana nyaris di bawah rata-rata nasional. Dengan tren yang kurang lebih sama-
-menurun sejak 2007 namun membaik pada 2014 hingga 2015--pada periode
2011-2015 provinsi di dua kepulauan ini menjauh dari rata-rata nasional.

1
Hanya pada 2009 dan 2010, Maluku dan Papua pernah mencatat angka
konsumsi di atas rata-rata nasional. Itupun, angkanya masih jauh dari angka
yang dianjurkan pemerintah, sebesar 2.150 kilokalori (kkal). Angka rata-rata
konsumsi kalori per orang per hari di pulau Maluku dan Papua, bahkan tak
pernah menyentuh angka 2.000 kkal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu KKP (Kurang Kalori Protein) ?
2. Apa etiologi yang menyebabkan KKP ?
3. Bagaimana Patofisiologi KKP ?
4. Bagaimana dengan manifestasi klinis KKP?
5. Apasaja pemeriksaan penunjang KKP?
6. Bagaimana penatalaksanaan KKP?
7. Apa sajakah komplikasi dari KKP?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian KKP (Kurang Kalori Protein)
2. Mngetahui etiologi yang menyebabkan KKP
3. Mengetahui patofisiologi KKP
4. Mengetahui dengan manifestasi klinis KKP
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang KKP
6. Mengetahui penatalaksanaan KKP
7. Mengetahui komplikasi dari KKP

2
BAB II

KONSEP DASAR TEORI

2.1 Kekurangan Kalori Protein


A. Pengertian
Kekurangan Kalori Protein atau Protein Energy Malnutrition (PEM)
merupakan istilah umum yang dipakai untuk menjelaskan spektrum
kesakitan akibat diet yang tidak memadai, yaitu kekurangan protein dan
sering pula kekurangan energi. Ada 2 bentuk KKP yang ekstrem:
a. Kwashiorkor : yaitu disebabkan oleh difisiensi protein dalam diet
b. Marasmus : yaitu disebabkan oleh difisiensi protein maupun
energi didalam diet
Namun ada juga Kwashiorkor Marasmus yaitu penyakit yang
memperlihatkan gejala campuran antara penyakit marasmus dan
kwashiorkor.
B. Etiologi
Penyebab KKP anatara lain adalah kelaparan atau kurang asupan
makanan, ketidakcukupan pemberian ASI, kebiasaan atau pola makan
yang salah serta penyakit infeksi (diare, dll), ekonomi negara rendah,
pendidikan umum kurang, produksi bahan pangan rendah hygiene
rendah. KKP umum terjadi di negara-negara berkembang dan negara
miskin. Selain penyebab diatas, KKP dapat terjadi karena
dilatarbelakangi oleh 4 faktor yaitu:
1. Masalah sosial,
Penyalahgunaan anak, ketidakberdayaan kaum ibu,
penelantaran lansia, kecanduan alkohol dan obat, pada akhirnya
berujung pula sebagai KKP. Selain itu, budaya yang menabukan
makanan tertentu (terutama terhadap balita serta ibu hamil dan
menyusui) dan mengonsumsi bahan bukan pangan akan memicu
sekaligus melestarikan KKP

3
2. Ekonomi,
Kemiskinan salah satu determinan sosial-ekonomi yang
merupakan akar dari ketiadaan pangan, tempat mukim yang
berjejalan, kumuh dan tidak sehat serta ketidakmampuan
mengakses fasilitas kesehatan. Ketidaktahuan, baik yang berdiri
sendiri maupun yang berkaitan dengan kemiskinan, menimbulkan
salah paham tentang cara merawat bayi dan anak yang benar, juga
salah mengerti mengenai penggunaan bahan pangan tertentu dan
cara memberi makan anggota keluarga yang sedang sakit. Selain
itu, distribusi pangan dalam keluarga terkesan masih timpang.
3. Biologi,
Komponen biologi yang menjadi latar belakang KKP,
antara lain, malnutrisi ibu (baik sebelum maupun selama hamil),
penyakit infeksi, serta diet rendah energi dan protein.
4. Lingkungan.
Tempat tinggal yang berjejalan dan tidak bersih
menyebabkan infeksi sering terjadi.
C. Patofisiologi
Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Kekurangan protein dalam makanan akan mengakibatkan asam amino
esensial dalam serum yang diperlukan untuk sistesis dan metabolisme
terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel, semakin berkurangnya
asam amino dalam serum menyebabkan kurangnya produksi albumin
oleh hati. Kulit akan tampak bersisik dan kering karena depikmentasi.
Anak dapat mengalami gangguan pada mata karena kekurangan vitamin
A. kekurangan mineral khususnya Besi, kalsium dan Seng. Edema yang
terjadi karena hipoproteinnemia yang mana cairan akan berpindah dari
intravaskuler komperteman kerongga interstinal yang kemudian
menimbulkan asites. Gangguan gastrointestinal seperti adanya
perlemakan pada hati dan atropi pada sel acinipankreas.

4
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
kalori dan protein. Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan
terutama lapisan subkutan dan badan tampak kurus seperti orang tua.
Pada marasmus metabolisme kurang terganggu daripada kwasiorkhor
sehingga kekurangan vitamin biasanya minimal atau tidak ada. Pada
marasmus tidak ditemukan edema akibat dari hipoalbuminemia dan atau
retensi sodium. Pemenuhan kebutuhan dalam tubuh masih dapat dipenuhi
dengan adanya cadangan protein sebagai sumber energi.( Suriadi, 2001)
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan
kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman,
2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha
untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau
energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein
dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan
tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah
dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah
beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi
karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah
menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi
kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-
kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina
Mursada, 2002:11).

5
Pathway

D. Manifestasi Klinis
1. Marasmus
a. Anak cengeng
b. Diare
c. Wajah seperti orang tua
d. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu
e. Terjadi pantat begi karena terjadi atrofi otot
f. Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput
dan turgor kulit jelek
g. Anoreksia

6
2. kwasiorkor
a. Secara umum anak tampak sembab
b. Pertumbuhan terganggu
c. Anoreksia dan diare
d. Anak mudah terinfeksi penyakit
e. Pembesaran hati
f. Perubahan mental seperti cengeng atau apatis
g. Kulit kering bersisik
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi
Untuk memperlihatkan apakah dijumpai anemia ringan sampai
sedang, umumnya pada KKP dijumpai berupa anemia
hipokronik atau normokromik.
b. Pada uji faal hati:
Pada pemeriksaan uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau
amat rendah, trigliserida normal, dan kolesterol normal atau
merendah.
c. Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau
menurun.
d. Kadar gula darah umumnya rendah. (normalnya Gula darah
puasa : 70-110 mg/dl, Waktu tidur : 110-150 mg/dl, 1 jam
setelah makan < 160 mg/dl, 2 jam setelah makan : < 125 mg / dl
e. Asam lemak bebas normal atau meninggi.
f. Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah atau
meninggi.
g. Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon pertumbuhan
dapat normal, merendah maupun meninggi.
h. Analisis asam amino dalam urine menunjukkan kadar 3-metil
histidin meningkat dan indeks hidroksiprolin menurun.
i. Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang
dijumpai dengan kasus perlemakan berat.

7
j. Kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
k. Kadar imunoglobulin A sekretori rendah.
l. Penurunan kadar berbagai enzim dalam serum seperti amilase,
esterase, kolin esterase, transaminase dan fosfatase alkali.
Aktifitas enzim pankreas dan xantin oksidase berkurang.
m. Defisiensi asam folat, protein, besi.
n. Nilai enzim urea siklase dalam hati merendah, tetapi kadar
enzim pembentuk asam amino meningkat.
2. Pemeriksaan Radiologik
Pada pemeriksaan radiologik tulang memperlihatkan osteoporosis
ringan
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap
makanan sangat rendah. Protein yang diperlukan 3-4 gr/kg/hari,
dan kalori 160-175 kalori.
b. Pemberian terapi dan cairan elektrolit
c. Penanganan diare bila ada
Cairan, obat antidiare dan antibiotik
d. Antibiotik diberikan jika anak terdapat penyakit penyerta.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Memberikan pendidikan atau pegetahuan tentang gizi keluarga
b. Memberikan pendidikan atau pegetahuan tentang tumbuh
kembang anak
c. Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita
d. Penyuluhan gizi terhadap keluarga.

Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian cairan


parenteral adalah
sebagai berikut:

8
1. Jumlah cairan adalah 200 ml/kgBB/hari untuk kwashiorkor atau
marasmus kwashiorkor, dan 250 ml/kg BB/hari untuk marasmus.
2. Jenis cairan yang dipilah adalah Darrow-glukosa aa dengan kadar
glukosa dinaikkan menjadi 10% bila terdapat hipoglikemia.
3. Cara pemberiannya adalah sebanyak 60 ml/kg BB diberikan dalam 4-
8 jam pertama, kemudian sisanya diberikan dalam waktu 16-20 jam
berikutnya.
4. Makanan tinggi energi tinggi protein (TETP) diolah dengan
kandungan protein yang dianjurkan adalah 3,0-5,0 gr/kg BB dan
jumlah kalori 150-200 kkal/kg BB sehari. Asam folat diberikan per
oral dengan variasi dosis antara 3×5 mg/hari pada anak kecil dan
3×15 mg/hari pada anak besar. Kebutuhan kalium dipenuhi dengan
pemberian KCL oral sebanyak 75-150mg/kg BB/hari (ekuivalen
dengan 1-2 mEq/kg BB/hari); bila terdapat tanda hipokalemia
diberikan KCl secara intravena dengan dosis intramuskular atau
intravena dalam bentuk larutan MG-sulfat 50% sebanyak 0,4-0,5
mEq/kgBB/hari selama 4-5 hari pertama perawatan.
G. Komplikasi
Komplikasi KKP (Muller, 2005)
1. Defisiensi vitamin A (xerophtalmia)
Vitamin A berfungsi pada penglihatan (membantu regenerasi visual
purple bila mata terkena cahaya). Jika tidak segera teratasi ini akan
berlanjut menjadi keratomalasia (menjadi buta).
2. Defisiensi Vitamin B1 (tiamin) disebut Atiaminosis.
Tiamin berfungsi sebagai ko-enzim dalam metabolisme karbohidrat.
Defisiensi vitamin B1 menyebabkan penyakit beri-beri dan
mengakibatkan kelainan saraf, mental dan jantung.
3. Defisiensi Vitamin B2 (Ariboflavinosis)
Vitamin B2/riboflavin berfungsi sebagai ko-enzim pernapasan.
Kekurangan vitamin B2 menyebabkan stomatitis angularis (retak-
retak pada sudut mulut, glositis, kelainan kulit dan mata.

9
4. Defisiensi vitamin B6
Vitamin B6 berperan dalam fungsi saraf.
5. Defisiensi Vitamin B12
Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam faktor ekstrinsik.
Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa.
6. Defisit Asam Folat
Menyebabkan timbulnya anemia makrositik, megaloblastik,
granulositopenia, trombositopenia.
7. Defisiensi Vitamin C
Menyebabkan skorbut (scurvy), mengganggu integrasi dinding
kapiler. Vitamin C diperlukan untuk pembentukan jaringan kolagen
oleh fibroblas karena merupakan bagian dalam pembentukan zat
intersel, pada proses pematangan eritrosit, pembentukan tulang dan
dentin.
8. Defisiensi Mineral seperti Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi,
Yodium
Kekurangan yodium dapat menyebabkan gondok (goiter) yang dapat
merugikan tumbuh kembang anak.
9. Tuberkulosis paru dan bronkopneumonia.
(Muller, 2005).
2.2 Asuhan Keperawatan Kekurangan Kalori Protein
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien dan penanggung jawab:
Nama, alamat, umur, jenis kelamin, alamat dan sebagainya.
2. Keluhan utama
a. Kwashiorkor: ibu mengatakan anaknya mengalami bengkak
pada kaki dan tangan, kondisi lemah dan tidak mau makan, berat
badan menurun dan lain lain.
b. Marasmus : ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau
makan, badan kelihatan kurus dll.

10
3. Riwayat penyakit sekarang
Dijelaskan awal mulai merasakan atau mengalami keluhan,
lamanya merasakan keluhan, adanya penurunan berat badan, alasan
masuk rumah sakit, keluhan masuk rumah sakit sampai keluhan saat
ini, dikirim oleh siapa, nafsu makan dan pola makan pasien
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah dulu pasien dulu pernah menderita penyakit seperti
sekarang
5. Riwayat penyakit keluarga
Ada tidaknya anggota keluarga pasien yang pernah menderita
penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi atau kurang
protein.
6. Riwayat penyakit sosial
Anggapan salah satu jenis makanan tertentu, apakah kebutuhan
pasien tepenuhi, bagaimanan lingkungan tempat tinggal pasien,
bagaimana keadaan sosial ekonomi keluarga.
7. Riwayat spiritual
Adanya kepercayaan yang melarang makanan tertentu.
B. PENGKAJIAN FISIK.
a. Inspeksi:
Meliputi observasi sistemik keadaan pasien sehubungan dengan
status gizi pasien meliputi : Penampilan umum pasien
menunjukkan status nutrisi atau gizi pasien
 Pada kwashiorkor; ada edema atau tidak, rambut rontok, BB
menurun, muka seperti bulan.
 Pada marasmus : badan kurus, atrofi otot, rambut kemerahan
dan kusam, tampak siannosis, perut membuncit.
b. Palpasi
 Pada marasmus terdapat tugor kulit yang jelek.
 Pada kwashiorkor terdapat pembesaran hati.

11
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Data laboratorium;
 feses, urine, darah lengkap
 pemeriksaan albumin.
 Hitung leukosit, trombosit
 Hitung glukosa darah.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Pada Kwashiorkor
a. Diagnosa keperawatan 1 :
1) Gangguan nutrisi s/d intake yang kurang ( protien )
ditandai dengan pasien tidak mau makan, anoreksia,
makanan tidak bervariasi, BB menurun, tinggi badan tidak
bertambah.
2) Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasein terpenuhi dengan kreteria timbul
nafsu makan, BB bertambah ½ kg per 3 hari.
3) Intervensi :
a) Mengukur dan mencatat BB pasein
b) Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
c) Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera
makan
d) Memberikan makanan tinggi TKTP
e) Memberi motivasi kepada pasien agar mau makan.
f) Memberi makan lewat parenteral ( D 5% )
4) Rasional:
a) BB menggambarkan status gizi pasien
b) Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan
mencegah muntah
c) Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d) Protein mempengaruhi tekanan osmotik pembuluh
darah.

12
e) Alternatif lain meningkatkan motivasi pasein untuk
makan.
f) Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui
parenteral
5) Evaluasi :
Pasien mau makan makanan yang TKTP, BB bertambah ½
kg tiap 3 hari.
b. Diagnosa keperawatan 2 :
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
1) Tujuan :
Aktivitas pasien dapat maksimal dengan kreteria pasien
dapat melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa dibantu
orang lain.
2) Intervensi :
a) Kaji aktivitas pasien sehari-hari
b) Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan
kemampuannya.
c) Melatih dan membimbing dalam merubah posisi.
d) Membantu pasien melekukan aktivitas / gerakan-
gerakan yang ringan.
3) Rasional :
a) Aktivitas mengambarkan kekuatan fisik pasien
b) Meningkatkan motivasi pasien untuk beraktivitas
walau dalam keterbatasan / sesuai kemampuannya.
c) Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas.
d) Sebagai support mental bagi pasien.
4) Evaluasi :
Kebutuhan aktivirtas pasien dapat maksimal. Pasien dapat
melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa bantuan orang
lain.

13
c. Diagnosa keperawatan 3 :
Potensial terjadinya komplikasi b.d rendahnya daya tahan
tubuh
1) Tujuan :
Mencegah komplikasi
2) Intervensi :
a) Memberikan makanan cukup gizi (TKTP)
b) Menjaga personal hygiene pasien
c) Memberikan penkes tentang pentingnya gizi untuk
kesehatan.
d) Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
3) Rasional :
a) Makanan yang cukup gizi mempengaruhi daya tahan
tubuh.
b) Personal hygiene mempengaruhi status kesehatan
pasien.
c) Pendidikan gizi menentukan status gizi dan status
kesehatan pasien.
d) Mengganti/ memenuhi zat-zat makanan secara cepat
melalui parenteral.
4) Evaluasi :
Komplikasi dapat tehindar atau tidak terjadi.
2. Pada marasmus.
a. Diagnosa keperawatan 1 :
gangguan pemenuhan nutrisi b.d intake yang kurang adekuat
ditandai dengan pasien tidak mau makan, BB menurun,
anoreksia, rambut merah dan kusam, fisik tampak lemah.
1) Tujuan :
Kebutuhan nutisi pasien terpenuhi dengan kreteria; BB
bertambah ½ kg / 3 hari , rambut tidak kusam, penderita
mau makan.

14
2) Intervensi :
a) Mengukur dan mencatat berat badan pasien.
b) Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
c) Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera
makan.
d) Memberi makanan TKTP
e) Memberi motivasi kepada penderita agar mau makan.
f) Memberikan makanan lewat parenteral ( D 5% )
3) Rasional :
a) BB menggambarkan status gizi pasien
b) Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan
mencegah muntah
c) Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d) Kalori dan protien sangat berpengaruh terhadap gizi
pasien.
e) Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui
parenteral
4) Evaluasi :
Pasien mau makan makanan TKTP , BB bertambah ½ kg
tiap 3 hari.
b. Diagnosa Keperawatan 2 :
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d intake yang
kurang adekuat ditandai dengan turgor kulit yang jelek, bibir
pecah-pecah. Pasien merasa haus ,nadi cepat 120 / menit.
1) Tujuan :
Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi dengan
kreteria ; turgor kulit normal, bibir lembab, pasien tidak
mengeluh haus, nadi normal.
2) Intervensi :
a) mengukur tanda vital pasien.
b) Menganjurkan agar minum yang banyak kepada pasien
c) Mengukur input dan output tiap 6 jam.

15
d) Memberikan cairan lewat parenteral
3) Rasional :
a) Tanda vital ( nadi dan tensi ) menggambarkan
keseimbangan cairan dan elektrolit pasien.
b) Alternative penggantian cairan secara cepat.
c) Input dan output menggambarkan keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh pasien.
d) Sebagai alternatif penggantian cairan cepat melalui
parenteral.
4) Evaluasi :
Keseimbangan cairan dan elektrolit pasien terpenuhi
ditandai dengan turgor kulit normal, mokusa bibir lembab,
pasien tidak mengeluh haus , Td dan nadi normal.
c. Diagnosa Keperawatan 3 :
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
1) Tujuan :
Aktivitas pasien dapat maksimal dengan kriteria pasien
dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa dibantu orang
lain.
2) Intervensi :
a) Kaji aktivitas pasien sehari-hari.
b) Membantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan
kemampuannya.
c) Melatih dan membimbing pasien dalam ,merubah
posisi.
d) Membantu pasien melakukan gerakan-gerakan ringan.
3) Rasional :
a) Aktivitas menggambarkan kekuatan fisik pasien.
b) Meningkatkan motivasi pasien untuk beraktivitas sesuai
dengan kemampuannya.
c) Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas
pasien.

16
d) Sebagai support mental bagi pasien.
4) Evaluasi
Kebutuhan aktivitas pasien dapat maksimal. Pasien dapat
melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain.

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEKURANGAN KALORI
PROTEIN
I. PENGKAJIAN
A. Identitas
1. Pasien
a. Nama : An. Z
b. Umur : 2 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku bangsa : Jawa, Indonesia
f. Alamat : Sidoharum, Gunung Kidul
g. Pekerjaan :-
h. Nomor Register : 20605
i. Tanggal MRS : 11 November 2015
j. Pukul : 09:30 WIB
k. Tanggal Pengkajian : 11 November 2015
l. Diagnosa Medis : Kwasiorkor dan Marasmus
2. Penanggungjawab
1. Nama : Ny. N
2. Umur : 40 tahun
3. Agama : Islam
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Pendidikan : SD
6. Status Perkawinan : Kawin
7. Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
8. Alamat : Sidoharum, Gunung Kidul
9. Hubungan Pasien : Ibu

18
A. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan An. Z tampak lemah.
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan klien tampak lemah, badannya sangat kurus,
kemudian diperiksakan di balai pengobatan desa, menurut hasil dari
pemeriksaan, klien didiagnosa Gizi buruk sehingga klien harus menjalani
pengobatan dan dokter menganjurkan agar klien dibawa ke RS Hidayah.
Pada tanggal 11 November 2015 pukul 09.30 WIB oleh keluarga klien
dibawa ke IGD RS Hidayah. Ibu klien mengatakan tampak lemah,
badannya sangat kurus, perut buncit, tangan dan kakinya tampak bengkak,
belum bisa berjalan, duduk harus dibantu dan bicara belum jelas. Di IGD
TTV ; TD : 80/60 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 37˚C, dan RR : 24
x/menit. Terapi : infus RL 45 tpm. Saat dikaji pada tanggal 11 November
2015 pukul 11.00 WIB Ibu klien mengatakan tampak lemah, klien hanya
di beri ASI karena keluarga klien tidak mampu membeli susu formula ,
badannya sangat kurus, perut buncit, tangan dan kakinya tampak bengkak,
belum bisa berjalan, duduk harus dibantu dan bicara belum jelas..
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Ibu klien mengatakan kemarin klien sering diare, tetapi klien tidak di bawa
ke balai pengobatan ataupun RS.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Ibu klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti
klien. Dan keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti TBC, DM,
hipertensi maupun penyakit serius lainnya.
E. Riwayat kehamilan
Anak laki laki dari ibu P5 A0. Selama kehamilan klien, ibu klien
mengatakan tidak mempunyai masalah khusus, paling hanya mual-mual.
F. Riwayat Persalinan
Ibu klien mengatakan klien lahir secara normal dan spontan, tidak ada
kelainan bawaan dan tidak mempunyai gangguan selama proses
persalinan. Klien lahir secara prematur yaitu hamil usia 35 minggu,
presentasi bawah kepala. BBL : 3200 gram.

19
G. Riwayat imunisasi
Klien mendapat imunisasi BCG dan Polio.
H. Riwayat tumbuh kembang
Ibu klien mengatakan klien mengalami keterlambatan dalam proses
tumbuh kembang. Perkembangan motorik : klien belum bisa berjalan, dan
duduk harus dibantu. Perkembangan bahasa: bicara klien belum jelas
I. Pengkajian fisik
1. Keadaan umum : sedang
Tingkat Kesadaran
a. Kualitas : Composmentis
b. Kualitas :
i. Respon Motorik :5
ii. Respon Verbal :6
iii. Respon Membuka mata : 4
Total : 15
2. TTV :
TD : 80/60 mmHg
Nadi : 70 x/menit
Suhu : 36,5 ˚C
RR : 22 x/menit
3. Antropometri :
Lingkar Kepala : 48 cm
Lingkar Lengan atas : 12 cm
BB : 8 Kg -> Normal : 12 kg
TB : 84 cm -> Normal : 89 cm
J. Pemeriksaan sistematis
1. Kepala : mesosepal, rambut tipis kecoklatan
2. Wajah
Inspeksi : tampak keriput
3. Mata
Inspeksi : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, reflek terhadap
cahaya pupil isokhor, mata cekung

20
4. Hidung
Inspeksi : tidak ada polip, tidak ada cuping hidung
5. Mulut
Inspeksi : bibir terlihat pucat dan kering
6. Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada sekret dan darah
7. Leher
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
8. Dada :
a. Paru
Inspeksi : tulang iga tampak jelas, tidak ada otot bantu
Pernafasan
Palpasi : retraksi dinding dada sama kanan dan kiri, terdapat
vocal fomitus kanan kiri
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : bunyi vesikuler
b. Jantung :
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : tidak terdapat pembesaran jantung
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 bunyi reguler
9. Abdomen :
Inspeksi : bentuk buncit
Auskultasi : bising usus 10 x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, cubitan perut lambat
Perkusi : timpani
10. Genetalia : laki laki, tidak terpasang DC
11. Anus : tidak ada lesi, pantat atropi
12. Ekstremitas
Atas : akral dingin, CRT : 4 detik, terpasang infus RL 20 tpm,
terdapat edema
Bawah : lemah, terdapat edema

21
13. Kulit : turgor kulit kurang elastis
K. Kebiasaan sehari-hari
1. Pola Nutrisi
Di rumah Di Rumah Sakit
Ibu klien mengatakan klien Klien minum ASI 3-4 kali/hari.
selama ini hanya minum ASI Dan makan pendamping ASI 2
yaitu 4-5 kali/hari. BB: tidak tahu. kali sesuai diit dari RS tetapi tidak
habis. Minum air putih 1 gelas per
hari. BB: 8 kg.

2. Pola Eliminasi
Di rumah Di Rumah Sakit
BAB sering mengalami diare Klien BAB 1x lembek, kuning,
warna kuning, tidak ada darah, BAK 2x/hari, warna kuning
BAK : 3-4 kali/hari, warna kuning berbau khas.
jernih.

3. Pola Aktivitas
Sebelum Sakit Setelah Sakit
Klien dapat beraktifitas sesuai Klien hanya terlihat berbaring
kemampuan. ditempat tidur.

4. Pola Istirahat/tidur
Sebelum Sakit Setelah Sakit
Klien tidur 9 jam sehari, tidur Klien susah tidur dan sering
siang kurang lebih 2 jam.. terbangun pada malam hari. Lama
tidur 7 jam sehari.

L. Data psikologis
Ibu klien mengtakan klien tidaknyaman, klien hanya tiduran, dan apabila
sakit klien sering rewel dan menangis.

22
M. Data sosial
Hubungan klien dengan orang tua dan keluarga baik, klien lebih nyaman
ditemani oleh ibunya.
N. Data spiritual
Ibu klien mengatakan tidak ada kepercayaan terhadap larangan pada
makanan tertentu kecuali makanan haram dan yang telah di larang untuk
dikonsumsi menurut agama islam. Klien pun belum melaksanakan ibadah.
O. Data penunjang
Pemeriksaaan dilakukan pada tanggal 11 November 2015 pukul 11.00
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 9 gr/dl Pria : 13-18 g/dl,
Wanita : 11-16.5 g/dl
Anak : 12-34 g/dl
Hematokrit 40% 29%-41%
Leukosit 14.5/UI 10.3/UI
Eritrosit 4.1/UI 10.6/UI
Different Count Basofil : 0.10 %, Basofil : 0-2 %,
Eosinofil : 1.40%, Eosinofil : 1-3%,
Netrofil Batang : Netrofil Batang : 1-
4.96%, 6%,
Netrofil segmen : Netrofil segmen : 20-
40.50 % 40 %
Monosit : 0.40 % Monosit : 1-8%
MCV 75# 24-102#
MCH 26 Pg
MCHC 35 g/dl 20-32 g/dl

P. Program terapi
IVFD RL = 45 tetes/menit
L-Bio 2sac
Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin

23
II. ANALISA DATA
No Analisa Data Etiologi Masalah
1 DS : Sosial ekonomi Ketidakseimbang
- Ibu mengatakan klien rendah an nutrisi kurang
hanya minum ASI dari kebutuhan
DO: Asupan yang tubuh
- BB : 8 Kg -> Normal : 12 tidak adekuat
kg
- TB : 84 cm -> Normal : 89 Ketidak
cm seimbangan
- LILA : 12 cm nutrisi kurang
- Nilai Z-skor : < 3 sd dari kebutuhan
- Klien tampak lesu tubuh
- diit dari RS tidak
dihabiskan.
- Minum air putih 1 gelas
per hari
- Klien minum ASI 3-4
kali/hari
2 DS: Intake kalori dan Kekurangan
Ibu klien mengatakan klien protein kurang volume cairan
hanya minum ASI karena
keluarga klien tidak mampu Daya tahan
membelikannya susu Formula tubuh menurun
DO:
- Klien tampak lemas Resiko Infeksi
- Mata cekung
- Mukosa mulut kering Resiko Infeksi
- Wajah keriput saluran
- Turgor kulit kurang elastis
- Nadi : 80 x/menit Diare
- Hematokrit : 40%

24
- Minum air putih 1 gelas kehilangan
per hari cairan aktif
- Klien minum ASI 3-4
kali/hari
3 DS: Intake kalori dan Keterlambatan
Ibu klien mengatakan klien protein kurang pertumbuhan dan
belum bisa berjalan dan perkermbangan
duduk harus dibantu. Ibu Malnutrisi
klien mengatakan klien
mengalami keterlambatan Asam amino
dalam proses tumbuh esensial dan
kembang. albumin
menurun
DO:
- Umur : 2 tahun Atrofi/
- Perkembangan motorik : pengecilan otot
klien belum bisa berjalan,
dan duduk harus dibantu. Keterlambatan
- Perkembangan bahasa: pertumbuhan
bicara klien belum jelas dan
perkermbangan

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan
yang tidak adekuat
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkermbangan b.d asupan kalori dan
protein yang tidak adekuat (malnutrisi)

25

Você também pode gostar

  • Faktor-faktor penyebab depresi
    Faktor-faktor penyebab depresi
    Documento13 páginas
    Faktor-faktor penyebab depresi
    Ririn Riswaty
    Ainda não há avaliações
  • ENSEFALITIS
    ENSEFALITIS
    Documento20 páginas
    ENSEFALITIS
    Vina Mawaddah
    Ainda não há avaliações
  • Perdarahan / Syok
    Perdarahan / Syok
    Documento15 páginas
    Perdarahan / Syok
    Ririn Riswaty
    Ainda não há avaliações
  • Ensefalitis Kel 3 New-1
    Ensefalitis Kel 3 New-1
    Documento23 páginas
    Ensefalitis Kel 3 New-1
    Prafita
    Ainda não há avaliações
  • 2 - Luka Bakar-5-1
    2 - Luka Bakar-5-1
    Documento23 páginas
    2 - Luka Bakar-5-1
    Ririn Riswaty
    Ainda não há avaliações
  • Perdarahan / Syok
    Perdarahan / Syok
    Documento15 páginas
    Perdarahan / Syok
    Ririn Riswaty
    Ainda não há avaliações
  • 2 - Luka Bakar-5-1
    2 - Luka Bakar-5-1
    Documento23 páginas
    2 - Luka Bakar-5-1
    Ririn Riswaty
    Ainda não há avaliações
  • 9.pra Menstruasi Sindrom
    9.pra Menstruasi Sindrom
    Documento10 páginas
    9.pra Menstruasi Sindrom
    Putrie Khoirina
    Ainda não há avaliações
  • RPUK Muara Kasih
    RPUK Muara Kasih
    Documento3 páginas
    RPUK Muara Kasih
    Khilda Zulfani
    Ainda não há avaliações
  • Adaptasi Psikososial
    Adaptasi Psikososial
    Documento12 páginas
    Adaptasi Psikososial
    Ririn Riswaty
    Ainda não há avaliações
  • 1 SM PDF
    1 SM PDF
    Documento5 páginas
    1 SM PDF
    Ririn Riswaty
    Ainda não há avaliações
  • 2 - Luka Bakar-5-1
    2 - Luka Bakar-5-1
    Documento23 páginas
    2 - Luka Bakar-5-1
    Ririn Riswaty
    Ainda não há avaliações
  • Format LP Dan SP
    Format LP Dan SP
    Documento2 páginas
    Format LP Dan SP
    Ririn Riswaty
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Hiv
    Makalah Hiv
    Documento13 páginas
    Makalah Hiv
    Achmad Abbas
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento11 páginas
    Bab I
    Muhammad Syarif
    Ainda não há avaliações
  • J200070016 PDF
    J200070016 PDF
    Documento6 páginas
    J200070016 PDF
    Ririn Riswaty
    Ainda não há avaliações
  • HIPERTENSI
    HIPERTENSI
    Documento31 páginas
    HIPERTENSI
    Ajeng Ayu Saraswati
    Ainda não há avaliações
  • Adaptasi Fisiologis Kehamilan
    Adaptasi Fisiologis Kehamilan
    Documento22 páginas
    Adaptasi Fisiologis Kehamilan
    Ririn Riswaty
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Documento8 páginas
    Bab Iii
    Ririn Riswaty
    Ainda não há avaliações
  • Anak KKP
    Anak KKP
    Documento25 páginas
    Anak KKP
    Ririn Riswaty
    Ainda não há avaliações
  • Poliomyelitis
    Poliomyelitis
    Documento16 páginas
    Poliomyelitis
    Ririn Riswaty
    Ainda não há avaliações
  • Ca Servix
    Ca Servix
    Documento196 páginas
    Ca Servix
    imas nufazah
    Ainda não há avaliações