Você está na página 1de 13

LAPORAN KASUS

ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA ANAK LAKI-LAKI USIA 1


TAHUN

Disusun oleh
SYED M ZULFIKAR FIKRI
NIM I11112016

Pembimbing
dr. Hilmi Kurniawan Riskawa, Sp. A, M.Kes

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
RS TK II KARTIKA HUSADA
KUBU RAYA
2019
OLEH :Syed Muhammad Zulfikar Fikri
PEMBIMBING : dr. Hilmi Kurniawan Riskawa, Sp. A, M.Kes

ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA ANAK LAKI-LAKI USIA 1 TAHUN

A. Identitas
M, Anak laki-laki usia 1 tahun, nomor rekam medik 152872, dirawat
di ruang Dahlia Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada selama 4 hari dari
tanggal 14 Januari 2019 hingga 17 Januari 2019.

B. Anamnesis (anamnesis secara autoanamnesis dan alloanamnesis tanggal 24


Jan 2019, perawatan hari pertama, hari sakit ke-1)
Keluhan utama: Pucat
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan pucat sejak 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit, pucat di daerah wajah, tangan dan kaki. Pucat tidak berkurang selama 2
minggu. Keluarga pasien juga mengatakan pasien terlihat lemas dan kurang
aktif serta tidak nafsu makan. Pucat juga disertai demam sejak 6 hari sebelum
masuk rumah sakit yang mendadak tinggi, tidak turun ke suhu normal setelah
minum obat. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, pilek sejak 2 hari
yang lalu, batuk dirasakan kering, merejan, bila batuk berenti baru 1 menitan.
Pasien juga mual dan muntah 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah
mengeluarkan makanan dan air. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada
keluhan.
Sebelum masuk rumah sakit pasien belum ada berobat ke dokter,
ataupun ke puskesmas. Pasien berobat dengan membeli obat penurun panas
sendiri di apotek, yaitu paracetamol, di minum 2 kali. Setelah minum obat
demam tidak ada perubahan. Pasien tidak ada mengkonsumsi obat untuk
mengatasi pucat nya. Sehingga orangtua pasien membawa pasien ke IGD RS
Kartika Husada. Saat pasien tiba di IGD, pasien tampak pucat dan lemas
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami keluhan serupa. Pasien
belum pernah sakit hingga di rawat di rumah sakit. Pasien hanya pernah

2
mengalami demam yang turun jika pemberian obat turun panas dan batuk
yang sembuh dengan sendirinya. Pasien tidak ada riwayat penyakit kejang
demam atau penyakit lainnya. Pasien juga tidak memeliki riwayat alergi
terhadap obat, makanan atau lainnya. Anggota keluarga pasien tidak ada yang
memiliki keluhan serupa atau riwayat penyakit lainnya
Pasien lahir melalui sectio secarea (SC) atas indikasi riwayat SC
sebelumnya dari ibu dengan G2P1A0, pada usia kehamilan 38 minggu,
ditolong oleh dokter spesialis kandungan dan langsung menangis, berat badan
lahir 3180 gram dengan panjang badan 47 cm. Saat hamil, ibu pasien tidak
pernah mengalami demam, sesak, darah tinggi, muntah berlebihan,
perdarahan melalui jalan lahir, kejang maupun sakit kuning. Pasien minum air
susu ibu (ASI) dari lahir hingga usia 8 bulan. Kemudian di lanjutkan dengan
susu formula. Pasien pertama kali makan usia 7 bulan berupa bubur saring
yang di buat oleh orang tua pasien. Pasien mendapatkan imunisasi dasar
sesuai dengan usia pasien dan program imunisasi dari pemerintah (BCG 1x,
DPT 4x, hepatitis B 5x, campak 3x, Tetanus 3x). Pasien dapat telungkup pada
usai 4 bulan dan merangkak pertama kali usia 6 bulan. Saat ini pasien sudah
bisa berdiri tanpa berpegangan, berbicara papa mama, mengambil barang-
barang kecil.
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara, saudaranya berusia
4 tahun dan tinggal bersama dengan orang tua dirumah dengan ukuran 10 x 8
meter . Ayah pasien bekerja sebagai buruh dan ibu pasien sebagai ibu rumah
tangga. Pendidikan terakhir ayah SMA dan pendidikan terakhir ibu pasien
adalah SMP. Penghasilan rata-rata ayah pasien setiap bulannya adalah Rp.
3.000.000, 00.

C. Pemeriksaan Fisik (Tanggal 14 November 2019, Perawatan hari ke-1)


1. Keadaan Umum : Demam, batuk, pilek, muntah 2x
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Antropometri
a) Berat badan : 6,3 kg
b) Panjang badan : 71 cm

3
c) Status gizi berdasarkan WHO (WCGS, 2007):
1) BB/U : -3 > z > 0
2) PB/U : -2 > z > 0
3) BB/PB : -3 > z > 0
4. Tanda Vital
a) Nadi : 146 kali/menit, reguler, teraba kuat
b) Napas : 32 kali/menit
c) Suhu : 39,7oC
d) Saturasi O2 : 98% tanpa O2
5. Status Generalis
a. Kepala : Normosefali
b. Mata : CA (+/+), SI (-/-), edema palpebra (-/-), sekret (-/-)
c. Telinga : Sekret (-/-), aurikula tidak hiperemis, membran
timpani intak
d. Hidung : Sekret (+/+), mukosa hidung tidak hiperemis (-)
e. Mulut : Mukosa bibir kering (-)
f. Tenggorokan : Faring hiperemis (-), tonsil T2/T2, tidak terdapat
kripta maupun detritus
g. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
h. Paru Anterior
1) Inspeksi : Bentuk dan gerak dada simetris, hiperinflasi (-),
retraksi substernal dan subkosta (+)
2) Palpasi : Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama
3) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
4) Auskultasi : Suara napas dasar bronkovesikuler (+/+), rhonkii
(-/-), wheezing (-/-)
i. Paru Posterior
1) Inspeksi : Bentuk dan gerak dada simetris, retraksi substernal
dan subkosta (+)
2) Palpasi : Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama
3) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

4
4) Auskultasi : Suara napas dasar bronkovesikuler (+/+), rhonkii,
wheezing (-/-)
j. Jantung : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
k. Abdomen
1) Inspeksi : Tampak datar, soepel, tidak tampak massa
2) Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
3) Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
4) Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
Shifting dullness (-)
l. Anus dan genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
m. Ekstremitas : Akral hangat, Capillary Refill Time (CRT)
< 2 detik, tidak sianosis, tidak edema
n. Kulit : Turgor kulit baik

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap
a. WBC : 5.0 /mm3 (Normal : 6.000-15.000 /mm3)
b. RBC : 4.90 /mm3 (Normal : 3.50-5.50 /mm3)
c. HGB : 7.9 g/dl (Normal : 10,5-14,0 g/dl)
d. HCT : 24.9 % (Normal : 33-42%)
e. PLT : 192DE /mm3 (Normal : 150.000-400.000/mm3 )
f. MCV : 50.9 /fl (Normal : 75-100 /fl)
g. MCH : 16.1 /pg (Normal : 25-35 /pg)
h. MCHC : 31.6 gr/dl (Normal : 31-38 gr/dl)
i. LYM (%) : 44.9% (Normal : 15-50%)
j. GRA (%) : 47.8% (Normal : 35-80%)

E. Diagnosis Kerja
1. Anemia defisiensi besi

F. Tatalaksana
1. IVFD D5 ¼ 25 tpm makro

5
2. Inj. Ampisilin 4 x 300 mg IV (H1)
3. Inj. Parasetamol 3 x 60 mg IV
4. Inj. Ondancentron 3 x 1 mg
5. Puyer batuk: cetrizine 10 mg 2 tab, salbutamol 2 mg 3 tab, dextamin 4
tab, vit c 5 tab

Pemantauan 15 November 2019, 07.00 WIB (Perawatan hari ke-2)


1. Keadaan Umum : Demam (-), batuk berdahak dan pilek (+)
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Antropometri
a) Berat badan : 6,3 kg
b) Panjang badan : 71 cm
c) Status gizi berdasarkan WHO (WCGS, 2007):
4) BB/U : -3 > z > 0
5) PB/U : -2 > z > 0
6) BB/PB : -3 > z > 0
4. Tanda Vital
a) Nadi : 128 kali/menit, reguler, teraba kuat
b) Napas : 28 kali/menit
c) Suhu : 36,6 C
d) Saturasi O2 : 98% tanpa O2
5. Status Generalis
a. Kepala : Normosefali
b. Mata : CA (+/+), SI (-/-), edema palpebra (-/-), sekret (-/-)
c. Telinga : Sekret (-/-), aurikula tidak hiperemis, membran
timpani intak
d. Hidung : Sekret (+/+), mukosa hidung tidak hiperemis (-)
e. Mulut : Mukosa bibir kering (-)
f. Tenggorokan : Faring hiperemis (-), tonsil T2/T2, tidak terdapat
kripta maupun detritus
g. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
h. Paru Anterior

6
1) Inspeksi : Bentuk dan gerak dada simetris, hiperinflasi (-),
retraksi substernal dan subkosta (+)
2) Palpasi : Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama
3) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
4) Auskultasi : Suara napas dasar bronkovesikuler (+/+), rhonkii
(-/-), wheezing (-/-)
i. Paru Posterior
1) Inspeksi : Bentuk dan gerak dada simetris, retraksi substernal
dan subkosta (+)
2) Palpasi : Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama
3) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
4) Auskultasi : Suara napas dasar bronkovesikuler (+/+), rhonkii,
wheezing (-/-)
j. Jantung : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
k. Abdomen
1) Inspeksi : Tampak datar, soepel, tidak tampak massa
2) Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
3) Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
4) Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
Shifting dullness (-)
l. Anus dan genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
m. Ekstremitas : Akral hangat, Capillary Refill Time (CRT)
< 2 detik, tidak sianosis, tidak edema
n. Kulit : Turgor kulit baik

6. Diagnosis Kerja
Anemia defisiensi besi
7. Tatalaksana
IVFD D5 ¼ 25 tpm makro
Inj. Ampisilin 4 x 300 mg IV (H1)
Inj. Parasetamol 3 x 60 mg IV
Inj. Ondancentron 3 x 1 mg

7
Puyer batuk: cetrizine 10 mg 2 tab, salbutamol 2 mg 3 tab, dextamin 4
tab, vit c 5 tab

16 Januari 2019, 07.00 WIB (perawatan hari ke-3)


1. Keadaan Umum : Demam (-), batuk (+), pilek (+), muntah (-)
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Antropometri
a) Berat badan : 6,3 kg
b) Panjang badan : 71 cm
c) Status gizi berdasarkan WHO (WCGS, 2007):
7) BB/U : -3 > z > 0
8) PB/U : -2 > z > 0
9) BB/PB : -3 > z > 0
4. Tanda Vital
a) Nadi : 165 kali/menit, reguler, teraba kuat
b) Napas : 33 kali/menit
c) Suhu : 36,5oC
d) Saturasi O2 : 98% tanpa O2
5. Status Generalis
a. Kepala : Normosefali
b. Mata : CA (+/+), SI (-/-), edema palpebra (-/-), sekret (-/-)
c. Telinga : Sekret (-/-), aurikula tidak hiperemis, membran
timpani intak
d. Hidung : Sekret (+/+), mukosa hidung tidak hiperemis (-)
e. Mulut : Mukosa bibir kering (-)
f. Tenggorokan : Faring hiperemis (-), tonsil T2/T2, tidak terdapat
kripta maupun detritus
g. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
h. Paru Anterior
5) Inspeksi : Bentuk dan gerak dada simetris, hiperinflasi (-),
retraksi substernal dan subkosta (+)
6) Palpasi : Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama

8
7) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
8) Auskultasi : Suara napas dasar bronkovesikuler (+/+), rhonkii
(-/-), wheezing (-/-)
i. Paru Posterior
5) Inspeksi : Bentuk dan gerak dada simetris, retraksi substernal
dan subkosta (+)
6) Palpasi : Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama
7) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
8) Auskultasi : Suara napas dasar bronkovesikuler (+/+), rhonkii,
wheezing (-/-)
j. Jantung : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
k. Abdomen
5) Inspeksi : Tampak datar, soepel, tidak tampak massa
6) Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
7) Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
8) Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
Shifting dullness (-)
l. Anus dan genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
m. Ekstremitas : Akral hangat, Capillary Refill Time (CRT)
< 2 detik, tidak sianosis, tidak edema
n. Kulit : Turgor kulit baik

6. Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap
a. WBC : 4.0 /mm3 (Normal : 6.000-15.000 /mm3)
b. RBC : 4.56 /mm3 (Normal : 3.50-5.50 /mm3)
c. HGB : 7.1 g/dl (Normal : 10,5-14,0 g/dl)
d. HCT : 22.9 % (Normal : 33-42%)
e. PLT : 186DE /mm3 (Normal : 150.000-400.000/mm3 )
f. MCV : 50.1 /fl (Normal : 75-100 /fl)
g. MCH : 15.7 /pg (Normal : 25-35 /pg)
h. MCHC : 31.3 gr/dl (Normal : 31-38 gr/dl)

9
i. LYM (%) : 55.5% (Normal : 15-50%)
j. GRA (%) : 37.4% (Normal : 35-80%)

7. Diagnosis Kerja
1. Anemia defisiensi besi
2. Rhinofaringitis

8. Tatalaksana
1. IVFD D5 ¼ 25 tpm makro
2. Inj. Ampisilin 4 x 300 mg IV (H2)
3. Inj. Parasetamol 3 x 60 mg IV
4. Inj. Ondancentron 3 x 0,9 mg
5. Azytromicin 2 x ½ cth
6. Fludexin 3 x 2 mg
7. Puyer batuk: cetrizine 10 mg 2 tab, salbutamol 2 mg 3 tab, dextamin 4
tab, vit c 5 tab

17 Januari 2019, 07.00 WIB (perawatan hari ke-4)


S : pasien sudah bebas demam sejak 2 hari yang lalu, batuk dan pilek
sudah mulai membaik, mual (-), muntah (-)

O:
Tanda vital
KU : CM, tampak sakit sedang
HR : 117 x/menit, reguler
RR : 25 x/menit
T : 36,8oC
SpO2 : 99% tanpa O2

Status Generalis
Mata : Injeksi konjungtiva (-/-), Conjungtival bleeding (-/-)
Hidung : Sekret (-/-)

10
Thorax : Simetris (+), retraksi (-)
Pulmo : SND bronkovesikuler (+/+), rhonkii (-/-), Wheezing (-/-)
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal, sama dengan sebelumnya.

A:
Anemia defisiensi besi
Rhinofaringitis

P:
BLPL
PO fludexin 3 x 2 ml
PO amoxicillin syr 3 x 1cth
PO sangobion kids syr 1 x1 cth

9. Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanactionam : Dubia ad bonam

10. Diagnosis Akhir


1. Anemia defisiensi Besi
2. Rhinofaringitis
11. Pembahasan
Pembahasan pada pasien ini adalah penegakan diagnosis, tatalaksana,
dan prognosis
Pada pasien ini didapatkan keluhan utama berupa demam yang sudah
dirasakan sejak 6 hari SMRS. Pasien anak dengan keluhan demam, batuk,
pilek, muntah, pucat dan penurunan nilai hemoglobin. Penentuan dan
penegakan diagnosis pada pasien ini dilakukan berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan saat pasien
pertama kali masuk RS sampai perkembangan selama perawatan.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron

11
store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.
Ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer, besi serum menurun, TIBC
meningkat, saturasi transferin.
Menurut WHO dikatakan anemia bila :
.Laki dewasa : hemoglobin < 13 g/dl
. Wanita dewasa tak hamil : hemoglobin < 12 g/dl
. Wanita hamil : hemoglobin < 11g/dl
. Anak umur 6-14 tahun : hemoglobin < 12g/dl
. Anak umur 6 bulan-6 tahun : hemoglobin < 11g/dl
Kriteria klinik : untuk alasan praktis maka kriteria anemia klinik (di rumah
sakit atau praktek klinik) pada umumnya disepakati adalah :
1. Hemoglobin < 10 g/dl
2. Hematokrit < 30 %
3. Eritrosit < 2,8 juta/mm³

Anemia defisiensi besi dapat di tegakkan dengan gejala


 Pucat yang berlangsung lama tanpa manifestasi perdarahan
 Mudah lelah, lemas, mudah marah, tidak ada nafsu makan, daya
tahan tubuh menurun
 Gemar memakan makanan yang tidak biasa (pica) seperti es batu,
kertas, tanah rambut
 Memakan bahan makanan yang kurang mengandung zat besi
 Infeksi malaria, infeksi parasit seperti ankylostoma dan
schistosoma

Hasil alloanamnesis pada an. M, keluarga pasien menyatakan pasien


terlihat pucat sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pucat terlihat
perlahan-lahan, sehingga keluarga tidak terlalu memperhatikannya. Ibu
pasien juga mengatakan pasien mulaikurang aktif beraktifitas, tampak
kelihatan lemas, lesu dan tidak ada nafsu makan. Pasien juga merasakan
demam mendadak tinggi sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
tidak turun dengan obat penurun panas disertai batuk kering dan
mengejan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak pucat pada

12
wajah, bibir dan ektremitas, conjungtiva terlihat anemis tanpa terjadi
perdarahan pada pasien. Pada pemeriksaan darah lengkap, di dapatkan
hemoglobin pasien 7.9 g/dl, MCV 50.9 fl, MCH 16.1 pg. Keluhan
merupakan manifestasi klinis yang dapat diterima untuk menegakkan
diagnosis anemia defisiensi besi
Terapi yang diberikan pada pasien ini berupa terapi kausatif dan
simtomatik. Terapi kausatif di berikan antibiotik dan untuk terapi
simtomatik di berikan terapi cairan, antipiretik, kortikosteroid, golongan
agonis adrenoreseptor beta-2 selektif kerja pendek, dan bronkodilator.
Pemilihan antibiotik pada kasus ini berdasarkan guidelineWorld Health
Organization (WHO), yaitu pilihan antibiotic lini pertama adalah
ampisilin dengan dosis 50 mg/kgBB melalui jalur intramuscular maupun
jalur intravena. Pasien ini diberikan ampisilin dengan dosis 300 mg (BB
pasien: 6,3 kg) tiap 6 jam melalui jalur intravena.
Pasien juga di pasang infus. Tujuan pemasangan infus pada pasien ini
selain untuk mendapatkan jalur akses intravena juga untuk rehidrasi cairan
dan nutrisi. Dimana pada pasien ini tidak memiliki nafsu makan sejak 2
minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien mendapatkan infus D5 ¼ NS
untuk mengganti kandungan glukosa. Pasien ini diberikan cairan dengan
untuk maintenance dengan kecepatan 25 tpm makro.
Pasien juga diberikan terapi simtomatik berupa pemberian antipiretik
untuk menangani demam. Antipiretik yang dipilih pada kasus ini adalah
paracetamol. Pemilihan paracetamol sebagai terapi lini pertama pada kasus
demam dikarenakan paracetamol merupakanan tipiretik yang paling aman
menggantikan aspirin saat ini. Pasien mendapatkan antibiotic dengan dosis
70 mg/6 jam
Pada pasien ini juga diberikan terapi simtomatik berupa pemberian
puyer batuk yang merupakan kombinasi salbutamol, CTM, dextamin, Vit
C. Tujuan pemberian salbutamol pada kasusini adalah untuk relaksasi dari
otot polos di bronkus. Salbutamol merupakan bronkodilator dengan kerja
cepat namun juga memiliki periode efek yang sangat pendek.

13

Você também pode gostar