Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh
SYED M ZULFIKAR FIKRI
NIM I11112016
Pembimbing
dr. Hilmi Kurniawan Riskawa, Sp. A, M.Kes
A. Identitas
M, Anak laki-laki usia 1 tahun, nomor rekam medik 152872, dirawat
di ruang Dahlia Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada selama 4 hari dari
tanggal 14 Januari 2019 hingga 17 Januari 2019.
2
mengalami demam yang turun jika pemberian obat turun panas dan batuk
yang sembuh dengan sendirinya. Pasien tidak ada riwayat penyakit kejang
demam atau penyakit lainnya. Pasien juga tidak memeliki riwayat alergi
terhadap obat, makanan atau lainnya. Anggota keluarga pasien tidak ada yang
memiliki keluhan serupa atau riwayat penyakit lainnya
Pasien lahir melalui sectio secarea (SC) atas indikasi riwayat SC
sebelumnya dari ibu dengan G2P1A0, pada usia kehamilan 38 minggu,
ditolong oleh dokter spesialis kandungan dan langsung menangis, berat badan
lahir 3180 gram dengan panjang badan 47 cm. Saat hamil, ibu pasien tidak
pernah mengalami demam, sesak, darah tinggi, muntah berlebihan,
perdarahan melalui jalan lahir, kejang maupun sakit kuning. Pasien minum air
susu ibu (ASI) dari lahir hingga usia 8 bulan. Kemudian di lanjutkan dengan
susu formula. Pasien pertama kali makan usia 7 bulan berupa bubur saring
yang di buat oleh orang tua pasien. Pasien mendapatkan imunisasi dasar
sesuai dengan usia pasien dan program imunisasi dari pemerintah (BCG 1x,
DPT 4x, hepatitis B 5x, campak 3x, Tetanus 3x). Pasien dapat telungkup pada
usai 4 bulan dan merangkak pertama kali usia 6 bulan. Saat ini pasien sudah
bisa berdiri tanpa berpegangan, berbicara papa mama, mengambil barang-
barang kecil.
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara, saudaranya berusia
4 tahun dan tinggal bersama dengan orang tua dirumah dengan ukuran 10 x 8
meter . Ayah pasien bekerja sebagai buruh dan ibu pasien sebagai ibu rumah
tangga. Pendidikan terakhir ayah SMA dan pendidikan terakhir ibu pasien
adalah SMP. Penghasilan rata-rata ayah pasien setiap bulannya adalah Rp.
3.000.000, 00.
3
c) Status gizi berdasarkan WHO (WCGS, 2007):
1) BB/U : -3 > z > 0
2) PB/U : -2 > z > 0
3) BB/PB : -3 > z > 0
4. Tanda Vital
a) Nadi : 146 kali/menit, reguler, teraba kuat
b) Napas : 32 kali/menit
c) Suhu : 39,7oC
d) Saturasi O2 : 98% tanpa O2
5. Status Generalis
a. Kepala : Normosefali
b. Mata : CA (+/+), SI (-/-), edema palpebra (-/-), sekret (-/-)
c. Telinga : Sekret (-/-), aurikula tidak hiperemis, membran
timpani intak
d. Hidung : Sekret (+/+), mukosa hidung tidak hiperemis (-)
e. Mulut : Mukosa bibir kering (-)
f. Tenggorokan : Faring hiperemis (-), tonsil T2/T2, tidak terdapat
kripta maupun detritus
g. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
h. Paru Anterior
1) Inspeksi : Bentuk dan gerak dada simetris, hiperinflasi (-),
retraksi substernal dan subkosta (+)
2) Palpasi : Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama
3) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
4) Auskultasi : Suara napas dasar bronkovesikuler (+/+), rhonkii
(-/-), wheezing (-/-)
i. Paru Posterior
1) Inspeksi : Bentuk dan gerak dada simetris, retraksi substernal
dan subkosta (+)
2) Palpasi : Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama
3) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
4
4) Auskultasi : Suara napas dasar bronkovesikuler (+/+), rhonkii,
wheezing (-/-)
j. Jantung : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
k. Abdomen
1) Inspeksi : Tampak datar, soepel, tidak tampak massa
2) Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
3) Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
4) Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
Shifting dullness (-)
l. Anus dan genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
m. Ekstremitas : Akral hangat, Capillary Refill Time (CRT)
< 2 detik, tidak sianosis, tidak edema
n. Kulit : Turgor kulit baik
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap
a. WBC : 5.0 /mm3 (Normal : 6.000-15.000 /mm3)
b. RBC : 4.90 /mm3 (Normal : 3.50-5.50 /mm3)
c. HGB : 7.9 g/dl (Normal : 10,5-14,0 g/dl)
d. HCT : 24.9 % (Normal : 33-42%)
e. PLT : 192DE /mm3 (Normal : 150.000-400.000/mm3 )
f. MCV : 50.9 /fl (Normal : 75-100 /fl)
g. MCH : 16.1 /pg (Normal : 25-35 /pg)
h. MCHC : 31.6 gr/dl (Normal : 31-38 gr/dl)
i. LYM (%) : 44.9% (Normal : 15-50%)
j. GRA (%) : 47.8% (Normal : 35-80%)
E. Diagnosis Kerja
1. Anemia defisiensi besi
F. Tatalaksana
1. IVFD D5 ¼ 25 tpm makro
5
2. Inj. Ampisilin 4 x 300 mg IV (H1)
3. Inj. Parasetamol 3 x 60 mg IV
4. Inj. Ondancentron 3 x 1 mg
5. Puyer batuk: cetrizine 10 mg 2 tab, salbutamol 2 mg 3 tab, dextamin 4
tab, vit c 5 tab
6
1) Inspeksi : Bentuk dan gerak dada simetris, hiperinflasi (-),
retraksi substernal dan subkosta (+)
2) Palpasi : Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama
3) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
4) Auskultasi : Suara napas dasar bronkovesikuler (+/+), rhonkii
(-/-), wheezing (-/-)
i. Paru Posterior
1) Inspeksi : Bentuk dan gerak dada simetris, retraksi substernal
dan subkosta (+)
2) Palpasi : Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama
3) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
4) Auskultasi : Suara napas dasar bronkovesikuler (+/+), rhonkii,
wheezing (-/-)
j. Jantung : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
k. Abdomen
1) Inspeksi : Tampak datar, soepel, tidak tampak massa
2) Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
3) Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
4) Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
Shifting dullness (-)
l. Anus dan genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
m. Ekstremitas : Akral hangat, Capillary Refill Time (CRT)
< 2 detik, tidak sianosis, tidak edema
n. Kulit : Turgor kulit baik
6. Diagnosis Kerja
Anemia defisiensi besi
7. Tatalaksana
IVFD D5 ¼ 25 tpm makro
Inj. Ampisilin 4 x 300 mg IV (H1)
Inj. Parasetamol 3 x 60 mg IV
Inj. Ondancentron 3 x 1 mg
7
Puyer batuk: cetrizine 10 mg 2 tab, salbutamol 2 mg 3 tab, dextamin 4
tab, vit c 5 tab
8
7) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
8) Auskultasi : Suara napas dasar bronkovesikuler (+/+), rhonkii
(-/-), wheezing (-/-)
i. Paru Posterior
5) Inspeksi : Bentuk dan gerak dada simetris, retraksi substernal
dan subkosta (+)
6) Palpasi : Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama
7) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
8) Auskultasi : Suara napas dasar bronkovesikuler (+/+), rhonkii,
wheezing (-/-)
j. Jantung : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
k. Abdomen
5) Inspeksi : Tampak datar, soepel, tidak tampak massa
6) Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
7) Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
8) Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
Shifting dullness (-)
l. Anus dan genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
m. Ekstremitas : Akral hangat, Capillary Refill Time (CRT)
< 2 detik, tidak sianosis, tidak edema
n. Kulit : Turgor kulit baik
6. Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap
a. WBC : 4.0 /mm3 (Normal : 6.000-15.000 /mm3)
b. RBC : 4.56 /mm3 (Normal : 3.50-5.50 /mm3)
c. HGB : 7.1 g/dl (Normal : 10,5-14,0 g/dl)
d. HCT : 22.9 % (Normal : 33-42%)
e. PLT : 186DE /mm3 (Normal : 150.000-400.000/mm3 )
f. MCV : 50.1 /fl (Normal : 75-100 /fl)
g. MCH : 15.7 /pg (Normal : 25-35 /pg)
h. MCHC : 31.3 gr/dl (Normal : 31-38 gr/dl)
9
i. LYM (%) : 55.5% (Normal : 15-50%)
j. GRA (%) : 37.4% (Normal : 35-80%)
7. Diagnosis Kerja
1. Anemia defisiensi besi
2. Rhinofaringitis
8. Tatalaksana
1. IVFD D5 ¼ 25 tpm makro
2. Inj. Ampisilin 4 x 300 mg IV (H2)
3. Inj. Parasetamol 3 x 60 mg IV
4. Inj. Ondancentron 3 x 0,9 mg
5. Azytromicin 2 x ½ cth
6. Fludexin 3 x 2 mg
7. Puyer batuk: cetrizine 10 mg 2 tab, salbutamol 2 mg 3 tab, dextamin 4
tab, vit c 5 tab
O:
Tanda vital
KU : CM, tampak sakit sedang
HR : 117 x/menit, reguler
RR : 25 x/menit
T : 36,8oC
SpO2 : 99% tanpa O2
Status Generalis
Mata : Injeksi konjungtiva (-/-), Conjungtival bleeding (-/-)
Hidung : Sekret (-/-)
10
Thorax : Simetris (+), retraksi (-)
Pulmo : SND bronkovesikuler (+/+), rhonkii (-/-), Wheezing (-/-)
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal, sama dengan sebelumnya.
A:
Anemia defisiensi besi
Rhinofaringitis
P:
BLPL
PO fludexin 3 x 2 ml
PO amoxicillin syr 3 x 1cth
PO sangobion kids syr 1 x1 cth
9. Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanactionam : Dubia ad bonam
11
store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.
Ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer, besi serum menurun, TIBC
meningkat, saturasi transferin.
Menurut WHO dikatakan anemia bila :
.Laki dewasa : hemoglobin < 13 g/dl
. Wanita dewasa tak hamil : hemoglobin < 12 g/dl
. Wanita hamil : hemoglobin < 11g/dl
. Anak umur 6-14 tahun : hemoglobin < 12g/dl
. Anak umur 6 bulan-6 tahun : hemoglobin < 11g/dl
Kriteria klinik : untuk alasan praktis maka kriteria anemia klinik (di rumah
sakit atau praktek klinik) pada umumnya disepakati adalah :
1. Hemoglobin < 10 g/dl
2. Hematokrit < 30 %
3. Eritrosit < 2,8 juta/mm³
12
wajah, bibir dan ektremitas, conjungtiva terlihat anemis tanpa terjadi
perdarahan pada pasien. Pada pemeriksaan darah lengkap, di dapatkan
hemoglobin pasien 7.9 g/dl, MCV 50.9 fl, MCH 16.1 pg. Keluhan
merupakan manifestasi klinis yang dapat diterima untuk menegakkan
diagnosis anemia defisiensi besi
Terapi yang diberikan pada pasien ini berupa terapi kausatif dan
simtomatik. Terapi kausatif di berikan antibiotik dan untuk terapi
simtomatik di berikan terapi cairan, antipiretik, kortikosteroid, golongan
agonis adrenoreseptor beta-2 selektif kerja pendek, dan bronkodilator.
Pemilihan antibiotik pada kasus ini berdasarkan guidelineWorld Health
Organization (WHO), yaitu pilihan antibiotic lini pertama adalah
ampisilin dengan dosis 50 mg/kgBB melalui jalur intramuscular maupun
jalur intravena. Pasien ini diberikan ampisilin dengan dosis 300 mg (BB
pasien: 6,3 kg) tiap 6 jam melalui jalur intravena.
Pasien juga di pasang infus. Tujuan pemasangan infus pada pasien ini
selain untuk mendapatkan jalur akses intravena juga untuk rehidrasi cairan
dan nutrisi. Dimana pada pasien ini tidak memiliki nafsu makan sejak 2
minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien mendapatkan infus D5 ¼ NS
untuk mengganti kandungan glukosa. Pasien ini diberikan cairan dengan
untuk maintenance dengan kecepatan 25 tpm makro.
Pasien juga diberikan terapi simtomatik berupa pemberian antipiretik
untuk menangani demam. Antipiretik yang dipilih pada kasus ini adalah
paracetamol. Pemilihan paracetamol sebagai terapi lini pertama pada kasus
demam dikarenakan paracetamol merupakanan tipiretik yang paling aman
menggantikan aspirin saat ini. Pasien mendapatkan antibiotic dengan dosis
70 mg/6 jam
Pada pasien ini juga diberikan terapi simtomatik berupa pemberian
puyer batuk yang merupakan kombinasi salbutamol, CTM, dextamin, Vit
C. Tujuan pemberian salbutamol pada kasusini adalah untuk relaksasi dari
otot polos di bronkus. Salbutamol merupakan bronkodilator dengan kerja
cepat namun juga memiliki periode efek yang sangat pendek.
13