Você está na página 1de 20

TUGAS KELOMPOK

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan


Trauma pada Flexus Brachialis, Fraktur Klavikula dan Fraktur Humerus

Diajukan unuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah

Disusun Oleh:

Kelompok 7 (Tujuh)

Nama Anggota :

1. Nur Vidianti Alexianingrum (P17310171013)


2. Findy Aprianti Anggaraini (P17310171014)

POLITEKNIK KESEHATANKEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI DII KEBIDANAN MALANG

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini telah dipresentasikan atau diseminarkan pada tanggal .........................


dan dibaca, dikoreksi serta disetujui oleh :

Pembimbing

(.........................................................)

NIP ..............................................

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini berjudul “Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan Trauma pada
Flexus Brachialis, Fraktur Klavikula dan Fraktur Humerus”. Penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, disampaikan
terimakasih kepada:

1. Rita Yulifah, S. Kp, M.Kes, selaku dosen Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
2. Bapak dan Ibu yang memberikan dukungan dan doa.
3. Segenap mahasiswa kelas IIA yang telah bersedia memberikan saran dan inspirasi.
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
diharapkan demi tercapainya peningkatan kualitas penulisan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat member manfaat berkelanjutan. Amin.

Malang, 13 Agustus 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................... i


KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
2.1 Definisi .................................................................................................................... 3
2.2 Etiologi .................................................................................................................... 3
2.3 Pertimbangan Anatomi ............................................................................................ 4
2.4 Gambaran Klinis dan Tatalaksana Jenis Kehamilan Ektopik .................................. 5
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 14
3.2 Saran ........................................................................................................................ 14
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trauma lahir merupakan perlukaan pada bayi baru lahir yang terjadi dalam proses
persalinan atau kelahiran bayi. Luka yang terjadi pada waktu melakukan amniosintesis,
transfuse intrauterine, akibat pengambilan darah vena kulit kepala fetus, dan luka yang
terjadi pada waktu melakukan resusitasi aktif tidak termasuk dalam pengertian
perlukaan kelahiran atau trauma lahir. Pengertian perlukaan kelahiran sendiri dapat
berarti luas, yaitu sebagai trauma mekanis atau sering disebut trauma lahir dan trauma
hipoksik yang disebut sebagai asfiksia. Trauma lahir mungkin masih dapat dihindari
atau dicegah, tetapi ada kalanya keadaan ini sukar untuk dicegah lagi sekalipun telah
ditangani oleh seorang ahli terlatih.
Angka kejadian trauma lahir pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan
kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan adanya kemajuan dalam bidang obstetric,
khususnya pertimbangan tindakan seksio sesaria atas indikasi adanya kemungkinan
keuslitam melahirkan bayi. Cara kelahiran bayi sangat erat hubungannya dengan angka
kejadian trauma lahir. Angka kejadian trauma lahir yang mempunyai arti secara klinis
berkisar antara 2 sampai 7 per seribu kelahiran hidup. Beberapa factor resiko yang
dapat menaikkan angka kejadian trauma lahir antara lain adalah makrosomia,
malpresentasi, presentasi ganda, disporposi sefalo-pelvik, kelahiran dengan tindakan,
persalinan lama, bayi kurang bulan, distosia bahu, dan akhirnya factor manusia
penolong persalinan. Lokasi atau tempat trauma lahir sangat erat hubungannya dengan
cara lahur bayi tersebut atau fantom yang dilakukan penolong persalinan waktu
melahirkan bayi. Dengan demikian cara lahir tertentu umumnya mempunyai
predisposisi lokasi trauma lahir tertentu pula. Secara klinis trauma lahir dapat bersifat
laten yang dapat meninggalkan gejala sisa.
Fraktur tulang klavikula dan humerus adalah salah satu trauma lahir yang dapat
terjadi pada bayi baru lahir, walaupun angka kejadiannya sedikit. Oleh karaena itu,
bidan harus mengetahui tanda-tanda dari trauma ini, yang akan kami bahas di dalam
makalah yang berjudul “…”

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan fraktur klavikula dan fraktur humerus?
2) Bagaimana etiologi, faktor disposisi, patofisiologis, tanda dan gejala serta
penanganan fraktur klavikula dan fraktur humerus?
3) Bagaimana dokumentasi asuhan kebidanan neonatus untuk ketiga masalah tersebut
sesuai dengan standar asuhan kebidanan SOAP?
1.3 Tujuan
1) Menjelaskan definisi dari fraktur klavikula dan fraktur humerus.
2) Menjabarkan etiologi, faktor disposisi, patofisiologis, tanda dan gejala serta
penangan fraktur klavikula dan fraktur humerus.
3) Menuliskan dokumentasi asuhan kebidanan neonatus untuk ketiga masalah tersebut
sesuai dengan standar asuhan kebidanan SOAP.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1
2.2 Fraktur Klavikula dan Fraktur Humerus
2.2.1 Definisi
1) Fraktur adalah retaknya tulang, biasanya disertai dengan cedera di jaringan
sekitarnya. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan
yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak
langsung.
2) Fraktur tulang klavikula merupakan trauma lahir pada tulang yang tersering
ditemukan dibandingkan dengan trauma tulang lainnya. Trauma ini ditemukan
pada kelahiran letak kepala yang mengalami kesukaran pada waktu melahirkan
bahu, atau sering pula ditemukan pada waktu melahirkan bahu atau sering juga
terjadi pada lahir letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas.
3) Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang
humerus (Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Sjamsuhidayat (2004)
Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh
benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung.
2.2.2 Klasifikasi Fraktur Klavikula dan Fraktur Humerus
2.2.2.1 Fraktur Klavikula
Menurut Neer secara umum fraktur klavikula diklasifikasikan menjadi tiga tipe,
sebagai berikut.
1) Tipe I : Fraktur pada bagian tengah klavikula. Lokasi yang paling serin
terjadi fraktur.
2) Tipe II : Fraktur pada bagian distal klavikula. Lokasi tersering kedua
mengalami fraktur setelah midclavicula
3) Tipe III : Fraktur pada bagian proksimal klavikula. Fraktur yang paling jarang
terjadi dari semua jenis fraktur klavikula, insidennya hanya sekitar 5%.
2.2.2.2 Fraktur Humerus
Fraktur atau patah tulang humerus terbagi atas:
1) Fraktur Suprakondilar

3
 Jenis ekstensi yang terjadi karena trauma langsung pada humerus distal
melalui benturan pada siku dan lengan bawah pada posisi supinasidan lengan
siku dalam posisi ekstensi dengan tangan terfikasi
 Jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan
dengan tangan dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalam posisi
sedikit fleksi
2) Fraktur Interkondiler Humerus
Fraktur yang sering terjadi pada anak adalah fraktur kondiler lateralis dan fraktur
kondiler medialis humerus.
3) Fraktur Batang Humerus
Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung yang mengakibatkan fraktur spiral
(fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma
rotasi).
4) Fraktur Kolum Humerus
Fraktur ini dapat terjadi pada kolum antomikum (terletak di bawah kaput humeri)
dan kolum sirurgikum (terletak di bawah tuberkulum).
2.2.3 Etiologi dan Faktor Disposisi
1) Fraktur Klavikula
Penyebab pada fraktur klavikula, sebagai berikut (Prawirohardjo, 2005)
 Tekanan pada bahu oleh simphisis pubis selama proses melahirkan
 Kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari ketinggian
 Kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama, diantaranya pada pelajar yang
menggunakan tas terlalu berat
 Proses patologik, diantaranya pada pasien post radioterapi, keganasan.
 Bayi yang berukuran besar proses melahirkan
 Partus dengan letak dalam jangka waktu sungsang lama
 Persalinan traumatic
2) Fraktur Humerus
 Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang
dengan tangan menjungkit keatas
 Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab
terjadinya tulang humerus yang fraktur

4
 Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika
ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang
pelvis.
2.2.4 Patofisiologis
1) Fraktur klavikula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme kompressi
atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan
tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh,
kecelakaan olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor. Pada daerah
tengah tulang klavikula tidak di perkuat oleh otot ataupun ligament-ligament
seperti pada daerah distal dan proksimal klavikula. klavikula bagian tengah juga
merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian medial. Hal ini yang
menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur dibandingkan
daerah distal ataupun proksimal.
2) Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada
tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang
(Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh
darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian
tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya
respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et al, 1993)
2.2.5 Tanda dan Gejala
2.2.5.1 Fraktur Klavikula
1) Tanda
 Bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang
mengalami gangguan.
 Bayi rewel karena kesakitan.
 Adanya krepitasi dan perubahan warna kulit di tempat yang sakit/fraktur.
 Tidak adanya refleks moro pada yang terkena.

5
2) Gejala Klinis
 Gerakan tangan kanan-kiri tidak sama
 Refleks moro asimotris
 Bayi menangis pada perabaan tulang klavikula
 Gerakan pasif tangan yang sakit disertai riwayat persalinan yang sukar.
2.2.5.2 Fraktur Humerus
1) Tanda
 berkurangnya gerakan tangan yang sakit
 Refleks moro asimetris
 Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit
 Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif
2) Gejala Klinis
 Diketahui beberapa hari kemudian dengan ditemukan adanya gerakan kaki
yang berkurang dan asimetris.
 Adanya gerakan asimetris serta ditemukannya deformitas dan krepitasi pada
tulang femur.
 Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.
2.2.6 Penatalaksanaan dan Pengobatan
2.2.6.1 Fraktur Klavikula
1) Pengombatan
 Imobilisasi lengan untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat
pembentukan kalus
 Lengan difiksasi pada tubuh anak dalam posisi abduksi 600 dan fleksi
pergelangan siku 900.
 Umumnya dalam waktu 7 – 10 hari rasa sakit telah berkurang dan
pembentukan kalus telah terjadi.
 Untuk mengurangi rasa sakit, pergerakan lengan harus dibatasi.
2) Penatalaksanaan
 Jangan banyak digerakkan
 Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit.
 Rawat bayi dengan hati-hati.

6
 Nutrisi yang adekuat (pemberian ASI yang adekuat dengan cara
menganjurkan ibu cara pemberian ASI dengan posisi tidur, dengan sendok,
dengan pipet).
 Rujuk ke RS/ Pelayanan kesehatan lainnya.
2.2.6.2 Fraktor Humerus
1) Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan jalan imobilisasi selama 2-4 minggu dengan
fiksasi bidai. Prognosis penyembuhan fraktur tumpang tindih ringan dengan
deformitas, umunya akan baik. Dalam masa pertumbuhan dan pembentukan
tulang pada bayi, maka tulang yang fraktur tersebut akan tumbuh dan akhirnya
akan mempunyai bentuk serta panjang yang normal. Hal ini disebabkan karena
fraktur tersebut akan member stimulais pertumbuhan pada epifisisnya. Bila
fraktur tulang humerus terletak di daerah sulkus nervus radialis, maka oerlu
diperhatikan kemungkinan adanya komplikasi paralisis saraf radialis.
2) Penatalaksanaan
 Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan lengan siku fleksi 90 selama 10-14
hari serta kontrol nyeri.
 Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur tulang tumpang
tindih ringan dengan deformitas umunya akan baik.
 Dalam masa pertumbuhan dan pembentukan tulang pada bayi, maka tulang
yang fraktur tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang
yang normal.
2.3 Manajemen Asuhan Kebidanan SOAP
Menurut thomas (1994 cit.muslihatun, dkk, 2009), dokumentasi adalah catatan
tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim kesehtan
tentang pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap semua asuhan yang telah
diberikan. Pendokumentasian yang benar adalah pendokuntasian mengenai asuhan yang
telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, didalamnya tersirat proses berfikir bidan
yang sistemmatis dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah
manajemen kebidanan.
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan metode
SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah subjektif, O adalah objektif, A adalah analisa
atau asssessment, dan P adalah penatalaksanaan. SOAP merupakan catatan yang

7
bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari materi SOAP ini merupakan
proses pemikiran penatalaksanan manajemen kebidanan.
2.3.1 S (Data subjektif)
Data subjektif (S) merupakan pendokuntasian manajemen kebidanan menurut Helen
Varney langkah pertama (pangkajian data) terutama data yang diperoleh melalui
anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.
Ekspresi pasien mengenai kekhawtiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan
langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Data
subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. Pada pasien yang
bisu, dibagian data di belakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau “X”. Tanda ini
akan menjeleskan bahwa pasien adalah penderita tuna wicara. (Muslihatun dkk,
(2013:123))
Data subjektif adalah berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.
Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan
langsung atau ringkasan yang akan berhubungan dengan diagnosis (Mufdillah, 2009)
1) Biodata
Untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga sesuai dengan sarana.
a. Bayi
Nama bayi : untuk mengetahui identitas bayi dan menghindari kekeliruan
Tanggal Lahir : untuk mengetahui usia neonatus.
Jenin Kelamin : untuk mengetahu jenis kelamin bayi.
Umur : untuk mengetahui usia bayi.
Alamat : untuk memudahkan saat kunjungan rumah.
b. Orang Tua
Nama : untuk memudahkan melakukan panggilan atau menghindari
kekeliruan
Umur : untuk mengetahui faktor resiko yang ada hubungannya
dengan umur ibu.
(Nursalam, 2009)
Agama : untuk memberikan motivasi kepada pasien sesuai dengan
agama yang dianutnya.
(Nusalam, 2009)

8
Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya penting
dalam memberikan pendidikan kesehatan pada klien sesuai
dengan tingkat pendidikannya.
(Nursalam, 2009)
Pekerjaan : untuk mengetahui keadaan social ekonomi dan pola
pemenuhan kebutuhan nutrisi dalam keluarga.
(Nursalam, 2009)
Suku/bangsa : berguna untuk mengetahui faktor bawaan atau ras.
(Nursalam, 2009)
Alamat : untuk mengetahui dimana dan bagaimana lingkungan tempat
tinggalnya
(Nursalam, 2009)
2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pada tanggal… jam… WIB. Kondisi ibu
dan bayi sehat. (Sondakh, (2013:162))
3) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas.
a. Riwayat Kehamilan
Anak keberapa, riwayat kehamilan yang mempengaruhi BBL adalah kehamilan
yang tidak disertai komplikasi seperti diabetes militus (DM), hepatitis, jantung,
asma, hipertensi (HT), TBC, frekuensi antenatal care (ANC), keluhan-keluhan
selama hamil, HPHT dan kebiasaan ibu selama hamil.
b. Riwayat Persalinan
Berapa usia kehamilan, kapan waktu persalinan, jenis persalinan, lama kala I,
lama kala II, lama kala III, BB bayi, denyut nadi, respirasi, suhu, bagaimana
ketuban, ditolong oleh siapa, komplikasi persalinan dan berapa nilai APGAR
untuk BBL
c. Riwayat Nifas
Observasi TTV, keadaan tali pusat, apakah telah diberi injeksi vitamin K,
minuman ASI/PASI, berapa cc darah yang keluar dan setiap berapa jam.
(Sondakh, (2013:162))
4) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi

9
Setelah bayi lahir segera susukan pada ibunya, apakah ASI keluar sedikit,
kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kgBB, selanjutnya ditambah 30 cc/kgBB
untuk hari berikutnya.
b. Pola Eliminasi
Pola pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24 jam pertama setelah lahir,
konsistensinya agak lembek, berwarna hitam kehijauan. Selain itu, diperiksa
juga urin yang normalnya berwarna kuning.
c. Pola Istirahat
Pola tidur normal bayi baru lahir adalah 14-18 jam/hari.
d. Pola Aktivitas
Pada bayi seperti menangis, BAK, BAB, serta memutar kepala untuk mencari
putting susu.
e. Pola Psikososial
Kesiapan keluarga menerima anggota baru dan kesanggupan ibu menerima dan
merawat anggota baru
(Sondakh, (2013:162-163))
2.3.2 O (Data objektif)
Data objektif (O) merupakan pendokumentasian manajeman kebidanan menuurut
Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil
observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang
lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan memberi bukti gejala
klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
1) Nilai APGAR

No Aspek yang dinilai 0 1 2


1. Frekuensi denyut jantung Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
2. Usaha bernafas Tidak ada Lembar teratur Menangis kuat
Ekstremitas flexi
3. Tonus otot Lumpuh Gerakan aktif
sedikit
4. Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Menangis
Biru / Tubuh kemerahan Seluruh tubuh
5. Warna kulit
pucat ekstremitas biru kemerahan
Gambar 2.3 Tabel Nilai APGAR

10
2) Pemeriksaan Fisik Umum
a. Kesadaran : composmentis/somnolens/apatis/11ank
b. Suhu : normal (36,50 – 37,50 C)
c. Pernapasan : normal (40-60 kali/menit), tanpa retaksi dada, tanpa suara
merintih pada fase ekspirasi. Pada bayi kecil, mungkin terdapat
retraksi dada ringan dan jika bayi berhenti nafas secara periodic
selama beberapa detik masih dalam batas normal. (Muslihatun
dkk, (2013:182))
d. Denyut Jantung : normal (130-160 kali/menit).
(Sondakh, (2013:163))

3) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : adakah caput succedaneum, cepal hematoma, keadaan ubun-
ubun tertutup
b. Muka : simetris, warna kulit merah, tanda-tanda parilisis
c. Mata : sklera putih, tidak ada perdarahan subkonjungtiva, keluar
nanah, bengkak pada kelopak mata, kesimetrisan.
d. Hidung : lubang simetris, kebersihan, palatoskisis.
e. Mulut : labio/palatoskisis, trush, sianosis, mukosa kering/basah.
f. Telinga : kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala,
kebersihan
g. Leher : adakah pembengkakan kelenjar tiroid, pembesaran bendungan
vena jugularis.
h. Dada : bentuk dada, puting susu, adakah retraksi dada, pernapasan
i. Tali pusat : kebersihan, adakah perdarahan, adakah infeksi
j. Abdomen : simetris, adakah pembesaran massa (benjolan), distensi,
gastroskisis, omfalokel.
k. Genetalia : - Laki-laki : testis sudah turun/belum, lubang penis berada
diujung tengah penis/tidak.
- Perempuan : vagina, uretra berlubang/tidak, labia mayora
sudah menutupi labia minora/ belum.
l. Anus : adakah atresia ani.
m. Ekstreminitas : posisi, gerakan, pembengkakan, dan jumlah jari (polidaktili /
syndaktili)

11
(Sondakh, (2013:163))
4) Pemeriksaan Neurologis
a. Refleks moro/terkejut : apabila bayidiberi snetuhan mendadak terutama
dengan jari dan tangan, maka akan menimbulkan gerak terkejut.
b. Refleks menggenggam : apabila telapak tangan bayi disentuh dengan jari
pemeriksa, maka ia akan berusaha menggenggam jari pemeriksa.
c. Refleks roothing : apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksa, maka ia
akan menoleh dan mencari sentuhan itu.
d. Refleks sucking : apabila bayi diberi dot/putting, maka ia akan berusaha
untuk menghisap.
e. Glabella refleks : apabila bayi disentuh pada daerah os glabella dengan
jari tangan pemeriksa, maka ia akan mengerutkan keningnya dan mengedipkan
matanya
f. Tonick neck reflex : apabila bayi diangkat dari tempat tidur (digendong),
maka ia akan beusaha mengangkat kepalanya.
(Sondakh, (2013:163-164))
5) Pemeriksaan Antopometri
a. Berat badan : BB bayi normal 2500-4000 gram
b. Panjang badan : panjang bayi normal 48-52 cm
c. Lingkar kepala : lingkar kepala bayi normal 33-35 cm
d. Lingkar dada : lingkar dada bayi normal 30-33 cm
e. Lingkar perut : lingkar perut bayi normal 31-33 cm
f. Lingkar lengan atas : normal 10-11 cm
(Sondakh,( 2013:164))
6) Data Penunjang
Data penunjang dilakukan untuk mendukung penegakan diagnosa (Nursalam,
2009). Data penunjang merupakan hasil pemeriksaan foto rotgen pada kasus bayi
dengan fraktur klavikula dan fraktur humerus. (Manuaba, 2010)
2.3.3 A (Analisa)
A (Analisa/Assessment), merupakan pendokumentasian hasil analisa dan
interprestasi (kesimpulan dari data subjektif dan objektif). Dalam pendokumentasian
manajemen kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami
perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data
objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga

12
menuntut bidan untuk sering melakukan analisa data yang dinamis tersebut dalam
rangka mengikuti perkembangan pasien. Analisa yang tepat dan akurat akan
menjamin cepat di ketahuinya perubahan pada pasien, sehingga dapat diambil
keputusan/tindakan yang tepat. Analisa/assesment merupakan pendokumentasian
manajemen kebidanan menurut Helen varney langkah kedua, ketiga dan keempat
sehingga mencakup hal hal berikut ini diagnsis/masalah kebidanan,
diagnosis/masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan
segera untuk antisipasi diagnosis/masalah potensial. Kebutuhan tindakan segera
harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri, tindakan
kolaborasi dan tindakan merujuk klien.(Muslihatun, (2013:123))
Berdasarkan atas tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
maka disesuaikan dengan trauma pada flexus brachialis, fraktur klavikula dan
fraktur humerus.
Diagnosa kebidanan

2.3.4 P (Penatalaksanaan)
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau menjaga mempertahankan
kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien
yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus
membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai dengan
instruksi dokter
Meskipun secara istilah, P adalah penatalaksaan saja, namun P dalam metode
SOAP juga merupakan gambaran pendokumentasian implementasi dan evaluasi.
Dengan kata lain, P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.
Pendokumentasian dalam SOAP ini, adalah penatalaksanaan asuhan sesuai rencana
yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah
pasien. Penatalaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan
tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak mungkin
pasien harus dilibatkan dalam proses implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah,
maka rencana asuhan maupun implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut
berubah atau harus disesuaikan.

13
Dalam penatalaksaan ini juga harus mencantumkan evaluation/evaluasi, yaitu
tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektifitas asuhan/hasil
pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisa hasil yang telah dicapai dan
merupakan fokus ketepatan nilai tindakan/asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai,
proses evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif
sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Untuk mendokumentasikan proses
evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan perkembangan, dengan tetap mengacu pada
metode SOAP. (Muslihatun dkk, (2013:124))

14
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PUNYA VIDI

3.2 Kasus 2
Seorang bayi laki-laki anak Ny. “K” pada tanggal 18 Agustus 2018 pukul 23.30
WIB anak pertama lahir. Umur kehamilan 39 minggu, bayi lahir dengan berat 3000
gram, PB 54 cm, lahir pervaginam dengan distosia bahu karena letak sungsang. Saat
persalinan jumlah darah yang keluar pada kala I 90 cc, kala II 110 cc, kala III 150 cc,
kala IV 100 cc. Lama persalinan kala I 8 jam, kala II 1 jam 30 menit, dan kala III 10
menit. Air ketuban jernih tidak ada molase. Namun pada saat dilakukan pemeriksaan
fisik pada bayi baru lahir ditemukan reflek moro asimetris antara tangan kiri dan kanan,
saat dilakukan perabaan daerah klavikula terjadi pembengkakan dan klavikula bagian
kanan terlihat memerah. Bayi menjadi rewel dan menangis dengan keras. LILA 10 cm,
LD 30 cm, LK 34 cm. Nilai APGAR sebagai berikut:

15
DAFTAR RUJUKAN

Gant, Norman F, F Gary Cunningham. 2010. Dasar-Dasar Ginekologi & Obstetri Jakarta :
EGC
Manuaba, Chandranita, Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:EGC
Wibowo B. 2007. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF. 2005. Kehamilan Ektopik. Dalam: Obstetri
William. Edisi XVIII. Jakarta: EGC
Chalik, TMA. 2004. Kehamilan Ektopik. Dalam: Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Edisi I.
Surabaya: Himpunan Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia.

15

Você também pode gostar