Você está na página 1de 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.

Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang
ditemukan terkena Autis akan semakin meningkat pesat. Jumlah penyandang autis semakin
mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autis masih misterius dan menjadi bahan
perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia. Autis adalah gangguan yang dipengaruhi oleh
multifaktorial. Tetapi sejauh ini masih belum terdapat kejelasan secara pasti mengenai penyebab dan
faktor resikonya.

Dalam keadaan seperti ini, strategi pencegahan yang dilakukan masih belum optimal. Sehingga saat
ini tujuan pencegahan mungkin hanya sebatas untuk mencegah agar gangguan yang terjadi tidak
lebih berat lagi, bukan untuk menghindari kejadian autis

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian autisme ?

2. Apa saja klasifikasi dan jenis-jenis autisme ?

3. Bagaimana karakteristik autisme ?

4. Apa faktor penyebab autisme ?

5. Bagaimana dampak psikologi sosial anak autisme?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengertian autisme.

2. Mengetahui klasifikasi dan jenis autisme.

3. Mengetahui karakteristik autisme.

4. Mengetahui faktor penyebab autisme.

5. Mengetahui dampak psikologi anak autisme.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Autisme

Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukanpada seseorang yang
menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya penyandang autisma
mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya
reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari
atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain
dengan anak lain dan sebagainya).

Pemakaian istilah autis kepada penyandang diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang
psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943
berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang yang menunjukkan gejala kesulitan berhubungan
dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa dan cara berkomunikasi yang aneh.

Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi
sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada
autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.

B. Klasifikasi dan jenis-jenis

1. Autisme persepsi

Autisme persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme internal (endogenous) karena
kelainan sudah timbul sebelum lahir, gejala yang diamati, antara lain:

a. Rangsangan dari luar baik yang kecil maupun yang kuat, akan menimbulkan kecemasan.

b. Banyaknya pengaruh rangsangan dari orang tua, tidak bisa ditentukan.

c. Pada kondisi begini, baru orang tua mulai peduli atas kelainan anaknya, sambil terus
menciptakan rangsangan-rangsangan yang memperberat kebingungan anaknya, mulai berusaha
mencari pertolongan

d. Pada saat ini si bapak malah sering menyalahkan si ibu kurang memiliki keekaan naluri keibuan.

2. Autisme reaktif

Pada autisme reaktif, penderita membuat gerakan-gerakan tertentu berulang-ulang dan kadang-
kadang disertai kejang-kejang. Gejala yang dapat diamati, antara lain:
1. Autisme ini biasa mulai terlihat pada anak usia lebih besar (6-7 tahun) sebelum anak memasuki
tahap berpikir logis. Namun demikian, bisa saja terjadi sejak usia minggu-minggu pertama.

2. Mempunyai sifat rapuh, mudah terkena pengaruh luar yang timbul setelah lahir, baik karena
trauma fisisk atau psikis. Tetapi bukan disebabkan karena kehilangan ibu.

3. Setiap kondisi, bisa saja merupakan trauma pada anak yang berjiwa rapuh ini, sehingga
mempengaruhi perkembangan normal kemudian harinya.

C. Karakteristik Autisme

1. Gangguan pada bidang komunikasi verbal dan non verbal.

a. Terlambat bicara atau tidak dapat berbicara.

b. Mengeluarkan kata – kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain yang sering disebut
sebagai bahasa planet.

c. Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata – kata dalam konteks yang sesuai.

d. Bicara tidak digunakan untuk komunikasi.

e. Meniru atau membeo , beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian , nada , maupun kata
– katanya tanpa mengerti artinya.

f. Kadang bicara monoton seperti robot.

g. Mimik muka datar.

h. Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi dengan cepat .

2. Gangguan pada bidang interaksi sosial

a. Menolak atau menghindar untuk bertatap muka.

b. Anak mengalami ketulian.

c. Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk.

d. Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang.

e. Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan mengharapkan
orang tersebut melakukan sesuatu untuknya.

f. Bila didekati untuk bermain justru menjauh.

g. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain.

h. Kadang mereka masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di pangkuan sebentar,
kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun.

i. Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya dibandingkan terhadap orang
tuanya.

3. Gangguan pada bidang perilaku dan bermain


a. Seperti tidak mengerti cara bermain, bermain sangat monoton dan melakukan gerakan yang
sama berulang – ulang sampai berjam – jam.

b. Bila sudah senang satu mainan tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya juga aneh.

c. Keterpakuan pada roda (dapat memegang roda mobil – mobilan terus menerus untuk waktu
lama)atau sesuatu yang berputar.

d. Terdapat kelekatan dengan benda – benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar
yang terus dipegang dan dibawa kemana- mana.

e. Sering memperhatikan jari – jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air yang bergerak.

f. Anak dapat terlihat hiperaktif sekali, misal; tidak dapat diam, lari kesana sini, melompat -
lompat, berputar -putar, memukul benda berulang – ulang.

4. Gangguan pada bidang perasaan dan emosi

a. Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misal melihat anak menangis tidak merasa kasihan,
bahkan merasa terganggu, sehingga anak yang sedang menangis akan di datangi dan dipukulnya.

b. Tertawa – tawa sendiri , menangis atau marah – marah tanpa sebab yang nyata.

c. Sering mengamuk tidak terkendali ( temper tantrum) , terutama bila tidak mendapatkan apa
yang diingginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan dekstruktif.

5. Gangguan dalam persepsi sensoris

a. Mencium – cium , menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa saja.

b. Bila mendengar suara keras langsung menutup mata.

c. Tidak menyukai rabaan dan pelukan . bila digendong cenderung merosot untuk melepaskan diri
dari pelukan.

d. Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu.

D. Faktor Penyebab Terjadinya Autisme.

Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena
multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat
bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme
disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat
beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam
tingkah laku dan fisik termasuk autis.

Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika memegang peranan penting pada
terjadinya autistik. Bayi kembar satu telur akan mengalami
gangguan autistik yang mirip dengan saudara kembarnya. Juga ditemukan
beberapa anak dalam satu keluarga atau dalam satu keluarga besar mengalami
gangguan yang sama.
Selain itu pengaruh virus seperti rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi yang
buruk; perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat menghambat
pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung
terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi.

Penelitian terungkap juga hubungan antara gangguan


pencernaan dan gejala autistik. Ternyata lebih dari 60 % penyandang autistik
ini mempunyai sistem pencernaan yang kurang sempurna. Makanan tersebut
berupa susu sapi (casein) dan tepung terigu (gluten) yang tidak tercerna
dengan sempurna. Protein dari kedua makanan ini tidak semua berubah menjadi
asam amino tapi juga menjadi peptida, suatu bentuk rantai pendek asam amino
yang seharusnya dibuang lewat urine. Ternyata pada penyandang autistik,
peptida ini diserap kembali oleh tubuh, masuk kedalam aliran darah, masuk ke
otak dan dirubah oleh reseptor opioid menjadi morphin yaitu casomorphin dan
gliadorphin, yang mempunyai efek merusak sel-sel otak dan membuat fungsi
otak terganggu. Fungsi otak yang terkena biasanya adalah fungsi kognitif,
reseptif, atensi dan perilaku

E. Dampak Psikologi Anak Autisme

1. Dampak psikologis bagi orang tua

Tidak mudah bagi orang tua untuk menerima kenyataan bahwa anaknya mengalami
kelainan. Hilangnya impian, harapan, kebingungun-kekhewatiran atas masa depan anak, biaya
financial yang harus dikeluarkan, dan kerepotan-kerepotan lainnya merupakan beban berat yang
harus dihadapi orang tua. Semua hal tersebut sangat berpotensi menjadi stressor dalam kehidupan
dan preses interaksi dengan anak.

2. Dampak psikologis bagi anggota keluarga

Pertama dampak psikologis terhadap sang kakak pada awal kelahirannya hal ini belum menjadi
masalah. Permasalahan muncul setelah sekian lama sang kakak menyadari bahwa dengan hadir si
adik perhatian ayah, ibu dan anggota keluarga yang lain tercurah kepada si adik. Bahkan
kecenburuannya sitambah lagi dengan perasaan kesal, menyaksikan semua perhatian orang tua
tercurah kepada adiknya yang autisme.

3. Dampak psikologis bagi lingkungan masyarakat

Umumnya anggota masyarakat belum bisa menerima penyandang autisme dalam kelompok
sosialnya. Orang tua anak normal sering melarang anaknya bergaul dengan anak autistic. Pernah juga
kejadian orang tua anak normal memindahkan anaknya sekolah karena disekolah yang lama terdapat
anak autistic.

BAB III

KESIMPULAN

Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi
sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada
autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.
Autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang
terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan
masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.

Selain itu pengaruh virus seperti rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi yang
buruk; perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat menghambat
pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung
terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi.

DAFTAR PUSTAKA

Azwandi, yosfan. 2005. Mengenal Dan Membantu Penyandang Autisme. Jakarta. Direktorat jendral
pendidikan tinggi.

Yatim, Faisal. 2003. Austisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak- anak. Jakarta: pustaka popular obor.

Você também pode gostar