Você está na página 1de 5

MATERI AKL 2

“PERTIMBANGAN TAMBAHAN UNTUK AKTIVITAS OPERASI LUAR NEGERI”

Oleh Kelompok:

1. Fear Christa Sonopa’a

2. Yosefina Dombot

3. Jefry P. Lusi

4. Maria J. Pattymangoe

5. Kifly Hoke LiBA

6. Rosina Paru

7. Flavianus Koba

8. Yohanes Jhordy Nobbo

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI AKUNTANSI
Pertimbangan Tambahan dalam Akuntansi untuk Kegiatan Usaha Luar Negeri

Isu akuntansi untuk entitas asing yaitu

1. Pengukuran kembali kertas kerja konsolidasi

Seringkali anak perusahaan diluar negeri membuat laporan laba rugi yang berbeda

penjabarannya dan pengukurannya kembali. Mengapa sampai hal ini dapat terjadi?

Karena mata uang rupiah melemah terhadap negara dimana anak perusahaan itu berada

selama tahun berjalan. Tentu saja ini dapat menguntungkan pengukuran kembali anak

perusahaan karena melakukan transaksi dengan mata uang yang kursnya lebih tinggi dari

mata uang rupiah.

2. Pembuktian Keuntungan Selisih Kurs Pengukuran Kembali

Ketika anak perusahaan membuat pembuktian keuntungan pengukuran kembali, maka

dibutuhkan pos penyeimbang untuk mensetarakan debet dan kredit dalam neraca saldo.

Dimana hal ini dipengaruhi oleh pos-pos moneter. Pos moneter adalah pos yang

berhubungan dengan aliran kas, untung atau rugi yang dihasilkan dari daya beli. Karena

pos-pos tersebut diukur kembali diukur kurs awal periode

3. Laporan Arus Kas

Dalam penjabaran laporan keuangan entitas asing, laporan arus kas harus disajikan

kembali dalam rupiah dengan nilai kurs yang sama . Oleh karena itu dalam melakukan
penjabaran kembali laporan laba rugi maka digunakan kurs rata-rata dan ketika ingin

menjabarkan laporan posisi keuangan menggunaka kurs spot akhir. Dimana kurs rata-rata

adalah

4. Penilaian Persediaan Nilai yang Lebih Rendah antara Biaya Perolehan dengan Nilai

Realisasi Neto dalam Pengukuran Kembali

Anak perusahaan yang memiliki banyak persediaan tentu saja mempunyai masalah

dalam menenentukan nilai akhirnya. Hal ini tentu tidak bisa terlepas dari perubahan nilai

kurs antara awal dan akhir periode. Oleh sebab itu persediaan harus diukur kembali

dengan menggunakan mata uang fungsional. Dalam PSAK 14 yang mengantur tentang

persediaan, menjelaskan bahwa salah satu hal yang dipertimbangkan dalam Nilai

Realisasi Neto yaitu mempertimbangkan flugtuasi harga atau biaya yang langsung terkait.

Anak perusahaan berharap agar persediaan yang dimilikinya habis terjual, hal ini disebut

nilai relisasi neto. Menurut Baker dkk, (2016:112), Nilai realisasi Neto adalah perkiraan

harga jual dalam kegiatan jual beli dalam perusahaan dikurangi degan perkiraan biaya

penyelesaian dan biaya penjualan.

Cara Untuk menentukan Nilai Realisasi Neto, yaitu

 Pertama, Biaya historis diukur menggunakan kurs historis

 Kedua, ketika harga perolehan diukur dengan mengunakan prinsip biaya historis

kembali kemudian membandingkan dengan Nilai Realisasi Neto dari persediaan

yang dijabarkan menggunakan kurs kini.

 Membandingkan biaya perolehan dengan Nilai Realisasi Neto yang sudah dalam

mata uang fungsional.


Atau singkatnya harga jual dikurangi dengan biaya untuk melakukan penjualan,

dimana semua nilai sudah dalam mata uang fungsional dan bukan mata uang local.

5. Transaksi Antar Perusahaan

Apabila perusahaan Indonesia memiliki piutang dengan pihak asing, maka perusahan di

Indonesia harus menilai kembali piutangnya, dengan mengubah nilai piutang mata uang

asing kedalam mata uang rupiah. Ketika nilai piutang mata uang luar negeri dikonversikan

ke nilai mata uang rupiah, selisih untung atau rugi dari transaksi antarperusahaan harus

diklasifikasikan sebagai bagian dari akun penyesuaian penjabaran kumulatif dalam

ekuitas pemegang saham dan bkan dalam laba neto dalam entitas untuk periode

tersebut.

6. Pajak Pengahasilan

Keuntungan dan kerugian dari selisih kurs ketika melakukan transaksi mata uang asing

menjadi objek pajak. Oleh sebab itu perlakuan atas pengakuan pajak tangguhan

dimasukan dalam laba rugi, tetapi tidak diakui dalam periode yang sama.

7. Penjabaran Ketika mata Uang Ketiga adalah Mata Uang Fungsinonal

Anak perusahaan di luar negeri yang membuat pembukuan dan pencatatan setiap

transaksi dengan menggunakan mata uang lokal tetapi mempunyai mata uang ketiga

sebagai mata uang fungsional. Apabila anak perusahaan luar negeri melakukan semua

aktivitas dengan menggunakan mata uang local(mata uang asing), maka induk

perusahaan akan memutuskan bahwa anak perusahaan akan memakai mata uang local

atau asing sebagai mata uang fungsionalnya.


Mata uang Fungsional juga dibahas atau diatu oleh PSAK 54.

Você também pode gostar