Você está na página 1de 26

FEB

10

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DHF


MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN DHF

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan
kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes Aegypti ) yang tersebar luas sehingga
penularannya dapat terjadi di semua tempat. Karena banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi negara
Indonesia, maka Indonesia berencana meluncurkan hari demam berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue
Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah
meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam
berdarah, baik pencegahan, penanggulangan, hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian
akibat DBD bisa ditekan.Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010,
Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia
bekerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data
P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus. Potensi penyebaran DBD di antara
negara-negara anggota ASEAN cukup tinggi mengingat banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara
ke negara lain.
Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat terjadi komplikasi
seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat meningkatnya permeabilitas membrane,
perdarahan pada lambung karena anak mengalami mual dan muntah serta kurangnya nafsu makan, terjadi
pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar getah bening karena bocornya plasma yang mengandung cairan,
dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya peningkatan nilai hematokrit.
Berdasarkan angka kejadian diatas dan masalah-masalah yang terjadi akibat lambatnya penanganan,
maka kelompok akan memberikan asuhan keperawatan pada klien An. D dengan diagnose medis DHF
sehingga penulisan dalam makalah ini mengambil judul “ Asuhan Keperawatan Pada Klien An. D dengan
Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ).

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan umum
Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang penyakit DHF serta agar dapat diaplikasikan asuhan
keperawatan pada anak yang terinfeksi DHF.
1.2.2. Tujuan Khusus
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF, kelompok akan dapat :
a. Memberikan gambaran tentang pengkajian asuhan keperawatan pada anak usia prasekolah tentang
penyakit DHF
b. Memberikan gambaran tentang diagnose keperawatan yang akan muncul jika seorang anak terinveksi virus
dengue.
c. Memberikan gambaran tentang intervensi keperawatan pada anak dengan DHF
d. Memberikan gambaran tentang implementasi keperawatan pada anak dengan DHF
e. Memberikan gambaran tentang evaluasi keperawatan pada anak dengan DHF
f. Memberikan gambaran tentang dokumentasi keperawatan pada anak dengan DHF setelah melakukan
pengevaluasian dari semua tindakan.

1.3. Manfaat Penulisan


1.3.1. Manfaat bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada
keluarga secara langsung.
1.3.2. Manfaat bagi Rumah Sakit
Laporan makalah ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur sejauh mana upaya meningkatkan kemampuan
penulis dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga.

1.4. Sistematika Penulisan


Penyusunan makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun dengan urutan :
Bab 1 Pendahuluan
Terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, dan Sistematika Penulisan
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Terdiri dari Pengertian, Etiologi, Patofisiologi.
Bab 3 Tinjauan Kasus
Terdiri dari uraian asuhan keperawatan yang berisi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Dengue Hemorrhagic Fever


2.1.1. Pengertian
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan
terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk
ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001). Demam Berdarah
Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang
dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan
manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. (Saroso, 2007)

2.1.2. Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes Aegypti. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue
yang termasuk dalam grup B dari arthropedi borne viruses ( Arbovirus ), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype
bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipr lain. Virus dengue ini terutama ditularkan
melalui vector nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies
lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari
1000 m di atas permukaan laut. Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga dewasa
memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta
memilih dari manusia untuk memotong telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak dapat menghisap darah,
melainkan hidup Dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina sekitar ± 2
minggu. ( Hadinegoro, 1999 )

2.1.3. Patofisiologi
Virus dengue masuk pertama kali ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk, terinfeksi oleh virus
dengue untuk pertama kalinya atau mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Saat virus masuk
kedalam peredaran darah melalui gigitan nyamuk, terjadi infeksi virus dengue yang akan merangsang
endotoxin,selanjutnya merangsang zat pyrogen dan endogen, mengakibatkan interleukin 1, menggeser set
point dari titik normal, sehingga terjadi menggigil, demam, dan terjadi hipertermia mendadak. Dari
hipertermi akan meningkatkan stress, merangsang keluarnya histamine, menyebabkan peningkatan HCI,
mengiritasi lambung, terjadi mual dan penurunan nafsu makan, masukan yang tidak adekuat sehingga
menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi yaitu kurang dari kebutuhan tubuh.

2.1.4. Pemeriksaan penunjang


a. Darah
Pada demam dengue terdapat leucopenia pada hari ke 2 atau ke 3 pada DBD dijumpai trombositopenia dan
hemokonsentrasi
b. Air Seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan

2.1.5. Tanda dan gejala


a. Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari ( tanpa sebab jelas )
b. Manifestasi pendarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan adanya salah satu bentuk
pendarahan yang lain, misalnya : ptekiae, ekimosis, epistaksis, pendarahan gusi, melena atau hematemesis
c. pembesaran hati
d. mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, dan konstipasi
e. Nyeri ulu hati karena adanya pendarahan di lambung, nyeri otot, nyeri tulang sendi.
f. Syok yang ditandai nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang menurun ( 20 mmHg atau
kurang ), tekanan darah yang menurun ( tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang ), dan
kulit yang teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki. Penderita gelisah serta
timbul sianosis di sekitar mulut.

2.1.6. Penatalaksanaan
Bila anak diduga atau sudah didiagnosa medis DHF, maka hal yang harus dilakukan adalah :
a. Tirah baring
b. Beri makanan yang lunak. Apabila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1, - 2 liter
dalam 24 jam ( susu, air, dengan gula atau sirup ). Atau air tawar yang ditambahkan dengan garam saja.
c. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak dan
inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminoferen, eukinin, atau dipiron. Hindari pemberian
asetol karena bahaya pendarahan.
d. Pemberian cairan intravena pada anak tanpa renjatan dilakukan bila anak terus menerus muntah, sehingga
tidak mungkin diberi makanan peroral atau didapatkan nilai hematokrit yang terus meningkat ( >40vol% ).
Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan
glukosa 5 % dalam 1/3 larutan NaCl 0,9% dengan jumlah tetesan 16 x/ menit.

2.1.7. Prognosis
Jumlah pasien demam berdarah di RSUD Suwondo Pati, Jawa Tengah, meningkat. Dalam satu bulan
terakhir tercatat 200 lebih pasien menjalani perawatan. Dua di antaranya meninggal dunia.
Data dari rumah sakit menunjukan, setiap hari tercatat lima pasien baru demam berdarah masuk. Akibat
membludaknya pasien, rumah sakit terpaksa memfungsikan selasar, lorong ruangan, dan ruang transit UGD
untuk merawat pasien demam berdarah.
Wakil Direktur RSUD Suwondo, Tuti Ingniaty, menyampaikan, sejak awal tahun 2016 hingga Kamis 7
Januari, jumlah pasien demam berdarah yang masih menjalani perawatan sebanyak 44 orang. Penderita
demam berdarah didominasi anak-anak di bawah 12 tahun.

2.1.8. Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes Aegypti.
Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang
nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia.

b. Biologis
Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik ( ikan cupang )
c. Kimiawi
Pengendalian kimiawi antara lain :
1) Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
2) Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan
lain-lain.

2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan pendekatan secara
sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan klien tersebut.
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan status kesehatan dan pola
pertahanan klien serta memudahkan dalam perumusan diagnosa keperawatan. ( Doenges : 2000 ).
Tahap pengkajian adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan klien dengan cara
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik melalui keluarga, orang terdekat, masyarakat, maupun rekam
medic.
b. Identitas klien dan keluarga, terdiri dari :
1) Nama klien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama.
2) Nama ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
3) Nama ibu, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
4) Tanggal anak masuk rumah sakit, diagnose medis, dan segala sumber informasi yang diperoleh.
c. Keluhan utama, yaitu alas an yang paling menonjol pada pasien dengan DHF untuk datang ke rumah sakit
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran kompos mentis.
Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan
batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi
pendarahan pada kulit

2) Riwayat penyakit yang pernah diderita


Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang DHF.
3) Pemeriksaan fisik, terdiri dari :
Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien ( inspeksi adanya lesi pada
kulit ). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya
untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan
meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop ( auskultasi dinding
abdomen untuk mengetahu bising usus )
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat
dihindari
f. Riwayat gizi
Status gii anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk
dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
g. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolism : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF pada
grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine perlu dikaji apakah sering buang air kecil, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV
sering terjadi hematuria
4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian
sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama
untuk membersihkan tempat sarang nyamuk.
h. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
1) Hb dan PCV meningkat ( ≥20%)
2) Trambositopenia (≤100.000/ml)
3) Leukopenia
4) Ig.D. dengue positif
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
6) Urium dan Ph darah mungkin meningkat
7) Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg
8) SGOT/SGPT mungkin meningkat

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respons actual atau potensial klien
terhadap masalah kesehatan yang perawata mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya. ( Perry
Potter, 2005 )
Nursalam ( 2001 ) menyatakan diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien dengan DHF adalah :
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna
makanan
d. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi

Menurut Nanda, diagnose keperawatan dinyatakan dengan benar adalah sebagai berikut :
a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolism
Batasan Karakteristik
 Konvulsi
 Kulit kemerahan
 Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
 Kejang
 Takikardi
 Takipnea
 Kulit terasa hangat
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Batasan Karakteristik
 Perubahan status mental
 Penurunan tekanan darah
 Penurunan tekanan nadi
 Penurunan volume nadi
 Penurunan turgor kulit
 Penurunan turgor lidah
 Pengeluaran haluaran urine
 Penurunan pengisian vena
 Membrane mukosa kering
 Kulit kering
 Peningkatan hematokrit
 Peningkatan suhu tubuh
 Peningkatan frekuensi nadi
 Peningkatan konsentrasi urine
 Penurunan berat badan tiba-tiba
 Haus
 Kelemahan

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna
makanan
Batasan Karakteristik
 Kram abdomen
 Nyeri abdomen
 Menghindari makanan
 Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal
 Kerapuhan kapiler
 Diare
 Kehilangan rambut berlebihan
 Bising usus hiperaktif
 Kurang makanan
 Kurang informasi
 Kurang minat pada makanan
 Penurunan berat badan denagn asupan makanan adekuat
 Kesalahan konsepsi
 Kesalahan informasi
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
Batasan Karakteristik
 Perilaku hiperbola
 Ketidakakuratan mengikuti perintah
 Ketidakakuratan melakukan tes
 Perilaku tidak tepat
 Pengungkapan masalah

2.2.3. Perencanaan Keperawatan


Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil
yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. ( Perry
Potter, 2005 )
a. Menetapkan prioritas bukan semata-mata memberikan nomor pada diagnose keperawatan dengan dasar
keparahan atau kepentingan fisiologis. Prioritas diklasifikasikan sebagai tinggi, menengah, atau rendah.
(Perry Potter, 2005 )
b. Merumuskan tujuan dan criteria hasil, pedoman penulisan criteria hasil berdasarkan “ SMART “
S : Spesifik ( tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda )
M : Measurable ( tujuan harus dapat diukur )
A : Achievable ( tujuan harus dapat dicapai )
R : Reasonable ( tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ( ilmiah )
T : Time ( waktu keperawatan )

Nanda ( 2009 ) dan Doenges ( 2000 ), menyatakan bahwa rencana tindakan keperawatan yang dapat
disusun untuk setiap diagnose adalah :
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh normal dengan criteria hasil suhu tubuh 35,50-37,00c
Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 370 c, membrane mukosa basah, nyeri otot hilang
Rencana :
1) Ukur tanda-tanda vital ( suhu )
Rasional : Suhu 38,90c-41,10c, menunjukkan proses penyakit infeksi akut
2) Berikan kompres hangat
Rasional : Kompres hangat akan terjadi perpindahan panas konduksi
3) Tingkatkan intake cairan
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi dengan criteria hasil mata tidak cekung, membrane mukosa
tetap lembab, turgor kulit baik
Kriteria hasil : Turgor kulit baik, kulit tidak kering, membrane mukosa tetap lembab
Rencana :
1) Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
Rasional : Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan
hipotensi dan takikardia
2) Observasi dan cata intake dan output
Rasional :Menunjukkan status volume sirkulasi,terjadinya/perbaikan perpindahan cairan, dan respon
terhadap terapi
3) Timbang berat badan
Rasional : Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal
4) Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna
makanan
Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat dengan criteria hasil berat badan stabil atau meningkat
Rencana :
1) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
Rasional : Mengganti kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia
2) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara
bertahap
Rasional : Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan
3) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan
4) Pertahankan kebersihan mulut klien
Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan selera makan dan pemasukan oral
5) Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
Rasional : Meningkatkan motivasi klien untuk makan

d. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan


Tujuan : Perfusi jaringan perifer adekuat dengan criteria hasil tanda-tanda vital stabil, nadi 8-
100x/menit, pernapasan 15-25 x/menit, suhu tubuh aksila 35,5-37,0 c, tekanan darah 95-1a20/50-70 mmHg
Rencana :
1) Kaji dan catat tanda-tanda vital
Rasional : Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan
hipotensi
2) Nilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan
kaki
3) Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan immobilisasi
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
Tujuan : Klien mengerti dan memahami proses penyakit dan pengobatan
Rencana :
1) Tentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar
Rasional : Adanya keinginan untuk belajar memudahkan penerimaan informasi
2) Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat sesuai resep
Rasional : Dapat meningkatkan kerjasama dengan terapi obat dan mencegah penghentian pada
obat dan atau interkasi obat yang merugikan
3) Beri pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF
Rasional : Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan dapat mengurangi kecemasan

2.2.4. Pelaksanaan Keperawatan


Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005 )
a) Tindakan Keperawatan Mandiri
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri dilakukan oleh perawat.
Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres hangat saat klien demam.
b) Tindakan Keperawatan Kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota perawatan kesehatan yang
lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah klien

2.2.5. Evaluasi Keperawatan


Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien.
Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu
kemunduran atau kemajuan dalam diagnose keperawatan. ( Perry Potter, 2005 )
Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu :
S : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien
O : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose keperawatan
A : Analisis dan diagnose
P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang dari intervensi

2.2.6. Dokumentasi Keperawatan


Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai
catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. ( Perry Potter, 2005 )

BAB 3
TINJAUAN KASUS
Kasus
An. D berumur 4 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 20 September 2016. Ibu klien mengatakan anaknya
mengalami demam secara mendadak naik turun disertai mual, muntah dan tidak adanya nafsu makan
selama 5 hari. Ibu klien mengatakan bahwa sudah lama mengalami demam tetapi ia hanya menganggap
demam biasa.
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas klien
An. D ( perempuan ) berumur 3 tahun beragama islam dengan beralamatkan Ds. Gadingrejo RT 02 RW 01
Juwana , masuk rumah sakit pada tanggal 20 september 2016. Klien mulai dikaji pada tanggal
21 September 2016 dan di diagnose medis DHF, dengan hasil laborat Hb : 11,1 mg / dl , HT : 39,5 %
Leucosit : 9800 sel/mm3 , trombosit : 65000 sel/mm3
3.1.2. 3.1.2 Identitas orang tua
Nama ibu dari An. W adalah Ny. A berusia 30 tahun. Pendidikan terkhir ibu klien adalah SLTA. Sehari-
hari ibu klien bekerja sebagai wiraswasta. Ny. A sendiri beragama islam dan bertempat tinggalDs.
Gadingrejo RT 02 RW 01 Juwana.
3.1.3. Riwayat kesehatan klien
a. Keluhan utama
“ Anak saya demam tanpa sebab “
b. Riwayat penyakit sekarang
Sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit rawat inap. Klien demam kira-kira selama 3 hari mulai
tanggal 17 September 2016, paginya klien di kompres dan sudah tidak panas lagi pada siang hari. Namun
ternyata sore hari badan klien demam kembali. Ibu klien langsung membawa ke rumah sakit karena
khawatir dengan keadaan anknya.
c. Riwayat penyakit lalu
1) Prenatal Care
Pemeriksaan kehamilan rutin di bidan praktek, selama hamil tidak ada keluhan atau penyakit yang ibu
alami. Ibu klien tidak pernah terpapar dengan radiasi. Berat badan selama kehamilan 62 kg.
2) Natal
Ibu melahirkan di rumah sakit. Jenis persalinan normal.
3) Post natal
Kondisi bayi saat lahir tidak ada cacat. Klien lahir dengan BB : 18 Kg, PB : 101 Cm. Sebelumnya tidak
pernah menderita penyakit seperti sekarang.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Setahun yang lalu kakak kandungnya dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama.
5) Riwayat imunisasi
Klien mendapatkan imunisasi polio pada umur 1 bulan dan reaksinya adalah demam. Imunisasi terakhir
pada umur 3 bulan dengan mendapatkan imunisasi DPT.
6) Riwayat tumbuh kembang
A. Pertumbuhan Fisik
a. BB saat sakit : 16 kg
b. BB sebelum sakit : 18 kg
c. PB : 101 cm
B. Perkembangan tiap tahap
a. Berguling : 6 bulan
b. Merangkak : 9 bulan
c. Duduk : 10 bulan
d. Mengeluarkan suara : 1 tahun
C. Riwayat nutrisi
a. Pemberian asi
Klien menyusui setelah lahir, klien mendapatkan asi langsung dari ibu. Lama pemberian asi ± 1 tahun
b. Pemberian susu formula
Klien diberi susu formula sejak umur 5 bulan sampai sekarang
c. Perubahan pola nutrisi tiap tahap usia – sekarang
Klien usia 0 – 5 bulan mendapatkan asi eksklusif. Umur 6 – 10 bulan mendapat asi dan bubur. Umur 11 –
16 bulan mendapatkan asi dan bubur TIM. Umur 3 tahun sampai sekarang mendapatkan nasi, telur, sayur
dan lain – lain.
d. Riwayat psikososial
Klien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya dan seorang adiknya. Klien tidur bersama dengan sang
adik. Sehari – hari klien bermain dengan adiknya karena klien tidak mempunyai kegiatan khusus.
e. Riwayat spiritual
Anggota keluarga klien rajin dalam beribadah

f.Aktivitas sehari –hari


1) Nutrisi
Sebelum sakit klien suka makan. Sehari klien makan 3 kali dengan lauk apapun. Tetapi saat sakit, klien
hanya makan 1 – 2 kali yaitu sebanyak 3 – 4 sendok makan dari porsi makan yang disediakan. Ibu klien
mengatakan “ anak saya tidak nafsu makan “.
2) Cairan
Sebelum sakit klien minum susu setiap pagi jika ada dan minum air putih. Klien dalam sehari minum 5 – 7
gelas perhari. Pada saat sakit klien hanya minum air putih saja dengan takaran 2 gelas / ± 400 cc per hari
dan diberi tambahan cairan infuse RL 28 tetes/menit.
3) Eliminasi
A. BAB
Sebelum sakit klien BAB 2 kali / hari dengan konsistensi lunak. Saat di rumah sakit klien ada BAB 1 kali /
hari dengan konsistensi lunak. Klien pergi ke toilet tanpa bantuan dan tanpa pengawasan ibu klien.
B. BAK
Sebelum sakit klien BAK 3 – 4 kali / hari dan saat sakit klien BAK ± 500 cc perhari, klien tidak ada
masalah dengan BAK.
C. Istirahat Tidur
Sebelum sakit klien jarang tidur siang. Klien tidur malam mulai jam 21.00 – 06.00 WIB. Klien tidak
mengalami kesulitan tidur.
D. Olahraga
Klien tidak mempunyai jadwal olahraga yang rutin. Klien biasanya hanya bermain sepak bola hamper
setiap hari dengan teman –temannya.
E. Personal Hygene
Klien mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi, dan pasta gigi. Saat sakit klien tidak dapat mandi
sendiri dan hanya di seka oleh ibu klien dengan bantuan perawat sebanyak 1 kali sehari. Rambut klien
terlihat bersih karena ibu klien rajin menyisir rambut klien.
F. Aktivitas / mobilitas fisik
Kegiatan sehari – hari klien adalah bermain dengan saudara dan teman – teman klien di rumah. Saat sakit
klien hanya berbaring di tempat tidur ditemani sang ibu.
G. Rekreasi
Klien hanya berkunjung ketempat keluarga terdekat. Dalam keluarga klien tidak ada program khusus dalam
rekreasi baik sebelum sakit maupun saat sakit.

g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
KU : sedang, kesadaran komposmentis
2) Tanda – tanda vital
Nadi : 126x/menit
Suhu : 380 C
Pernafasan : 28x/menit
3) Antropometri
A. BB : 16 Kg
B. TB : 101 cm
C. Lingkar kepala : 39 cm
D. Lingkar lengan atas : 16 cm
E. Lingkar dada : 51 cm
F. Lingkar perut : 52 cm
4) Sistem pernapasan
Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada tumor teraba, gerakan dada saat bernafas simetris.
5) Kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, tidak ada sianosis, bibir kering
6) Sistem pencernaan
Kemampuan menelan klien baik, tidak ada kembung, mukosa bibir kering.
7) Sistem indra
Mata : konjungtiva tidak anemis
Hidung : Tidak ada secret
Telinga : Daun telinga keadaannya semistris, fungsi pendengaran baik.

8) Sistem syaraf
A. Tingkat kesadaran komposmentis
B. Gerakan tubuh lemah
C. Fungsi sensorik klien baik pada sentuhan benda tajam dan benda dingin dengan menolaknya
9) Sistem integemen
Rambut : warna hitam, terlihat bersih
Kulit : akral hangat, tidak terdapat gatal – gatal
Kuku : warna merah muda, tidak mudah patah dan bersih

h. Terapi
Amoxsan : 3 x 500 mg
Sanmol : 3 x ½ sendok
Vometa ; 3 x ½ sendok
IVFD RL : 28 Tetes / menit

3.1.4. Klasifikasi Data


Tabel 3.1
Data Subyektif Data Obyektif
“ badan anak saya panas “ 1. Suhu tubuh 38 oC
2. Keadaan umum sedang
3. Akral terasa hangat
“ anak saya kurang sekali 1. Klien minum sehari hanya 2 gelas
minumnya” 2. Klien terlihat lemas
3. Mukosa bibir kering
“ anak saya tidak nafsu makn “ 1. Berat badan sebelum sakit 18 kg
setelah sakit 16 kg
2. Konsistensi makan 4 - sendok
3. Klien mual dan kadang muntah
4. Klien terlihat lemah
“ saya tidak tahu anak saya sakit 1. Ibu klien banyak bertanya
apa “ 2. Ibu klien terlihat binggung saat
dilakukan tindakan

3.1.5. Analisis Data


No Data Etiologi Masalah
1 DS : “ Badan anak saya Bakteri Peningkatan suhu
hangat, kulitnya merah- tubuh
Masuk kedalam
merah, dan kadang saluran
kejang- kejang” Pencernaan
DO :
1). Konvulsi Mengeluarkan
2). Peningkatan suhu endotoin
tubuh diatas kisaran Interleukin I
normal
3). Takikardia Prostaklandin
4). Takipnea
Endotoxin

Menggigil
Demam
2 DS : “ anak saya sering Tubuh yang telah Defisit volume
kehausan, badannya digigit nyamuk cairan
lemah sekali, dia gelisah“ Virus masuk ke
DO : dalam aliran darah
1). Kulit kering Infeksi virus dengue
2). Membran mukosa Terbentuknya
kering kompleks antibody
3). Peningkatan Aktivasi system
frekuensi nadi komplemen C3a dan
4). Penurunan turgor C5a
kulit Menyerang sel
trombosit
Pelepasan histamine
san serotonin
Permeabilitas kapiler
meningkat
Kebocoran plasma
Ekstravasi cairan
vaskuler

Rejatan hipovolemik
Defisit volume
cairan
Kurang nafsu makan
Intake nutrisi kurang
Akumulasi gas
Perut kembung
Mual muntah
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3. DS : “ anak saya tidak Ketidak
mau makan karena tidak seimbangan nutrisi
ada nafsu, perutnya kurang dari
sakit,BAB terus, ada kebutuhan tubuh
sariawan “
DO : 1) Berat badan 20 3.1.6. Diagnosa keperawatan
% dibawah berat badan 1. Peningkatan suhu tubuh
ideal berhubungan dengan
2). Stretorea peningkatan laju
3). Bising usus hiperaktif metabolism
4). Tonus otot menurun DS : “ Badan anak saya
hangat, kulitnya merah-
merah, dan kadang kejang-
kejang”
DO : 1). Konvulsi
2). Peningkatan suhu tubuh
diatas kisaran normal
4 DS : “ Bagaimana Masuk rumah sakit
3). Takikardia
keadaan anak saya sus, Kurang terpaparnya 4). Takipnea
sakitnya parah atau tidak, Informasi
saya takut sekali jika 2. Defisit volume cairan
Infosmasi kurang
anak saya kenapa- berhubungan dengan
kenapa“ peningkatan kehilangan
DO : 1). Ketikakuratan cairan aktif
mengikuti perintah DS : “ anak saya sering
2). Ketidakakuratan kehausan, badannya lemah
performa uji sekali, dia gelisah“
DO : 1). Kulit kering
2). Membran mukosa kering
3). Peningkatan frekuensi nadi
4). Penurunan turgor kulit
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan butuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna
makanan
DS : “ anak saya tidak mau makan karena tidak ada nafsu, perutnya sakit,BAB terus, ada sariawan “
DO : 1) Berat badan 20 % dibawah berat badan ideal
2). Stretorea
3). Bising usus hiperaktif
4). Tonus otot menurun

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi


DS : “ Bagaimana keadaan anak saya sus, sakitnya parah atau tidak, saya takut sekali jika anak saya
kenapa-kenapa“
DO : 1). Ketikakuratan mengikuti perintah
2). Ketidakakuratan performa uji

3.1.7. Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
Peningkatan suhu Klien akan dapat Ukur tanda-tanda vital ( Suhu 38,90c-41,10c,
tubuh melaporkan suhu suhu ) menunjukkan proses
berhubungan tubuh normal dalam penyakit infeksi akut
dengan waktu 1 x 24 jam
peningkatan laju dengan criteria hasil :
metabolism 1. Badan hangat
2. Kulit normal Berikan kompres hangat Kompres hangat akan
3. Tidak terjadi terjadi perpindahan
kejang panas konduksi
Untuk mengganti
Tingkatkan intake cairan cairan tubuh yang
hilang akibat
Observasi tanda-tanda evaporasi
vital paling sedikit setiap
tiga jam Penurunan sirkulasi
darah dapat terjadi
Defisit volume dari peningkatan
cairan kehilangan cairan
berhubungan Klien akan dapat Observasi dan cata intake mengakibatkan
dengan melaporkan kebutuhan dan output hipotensi dan
kehilangan cairan cairan terpenuhi dalam takikardia
aktif waktu 2 x 24 jam
dengan criteria hasil : Menunjukkan status
1. Volume cairan volume sirkulasi,
adekuat Timbang berat badan terjadinya/perbaikan
2. Kekuatan tubuh perpindahan cairan,
kembali normal Monitor pemberian cairan dan respon terhadap
3. Klien tenang melalui intravena setiap terapi
jam
Mengukur
Timbang berat badan keadekuatan
Kebutuhan nutrisi setiap hari atau sesuai
kurang dari indikasi penggantian cairan
kebutuhan tubuh sesuai fungsi ginjal
berhubungan Mempertahankan
dengan Klien akan dapat Ciptakan lingkungan yang keseimbangan
ketidakmampuan melaporkan nutrisi nyaman cairan/elektrolit
untuk mencerna terpenuhi dalam waktu
makanan 2 x 24 jam dengan Berikan makanan yang Memberikan
criteria hasil : disertai dengan suplemen informasi tentang
1. Nutrisi adekuat BAB nutrisi untuk kebutuhan
normal meningkatkan kualitas diet/keefektifan terapi
intake nutrisi
2. Tidak ada sariawan Lingkungan yang
Anjurkan kepada orang nyaman menurunkan
stress dan lebih
tua untuk memberikan kondusif untuk
makanan dengan teknik makan
porsi kecil tapi sering
secara bertahap Memberikan
masukan nutrisi yang
adekuat yang
Anjurkan kebersihan oral diperlukan tubuh

Timbang berat badan


setiap hari pada waktu
yang sama dan dengan
skala yang sama

Tentukan kemampuan
dan kemauan untuk Porsi lebih kecil
belajar dapat meningkatkan
masukan

Jelaskan rasional
pengobatan, dosis, efek
samping dan pentingnya
minum obat sesuai resep

Mulut yang bersih


Beri pendidikan dapat meningkatkan
kesehatan mengenai nafsu makan
penyakit DHF Mengawasi
penurunan berat
badan

Defisiensi Adanya keinginan


pengetahuan untuk belajar
berhuibungan memudahkan
dengan tidak penerimaan informasi
familiar dengan
sumber informasi Dapat meningkatkan
Klien akan dapat kerjasama dengan
melaporkan mengerti terapi obat dan
dan memahami proses mencegah
penyakit dan penghentian pada
pengobatan dalam obat dan atau
waktu 1 x 45 menit interkasi obat yang
dengan criteria hasil : merugikan
1. Ibu klien tenang, tidak
cemas
2. Informasi adekuat Dapat meningkatkan
pengetahuan pasien
dan dapat
mengurangi
kecemasan

3.1.8. Implementasi Keperawatan


Hari/Tanggal DX Implementasi Keperawatan Hasil
21 september 2016 I
08.00 1. Mengukur tanda-tanda vital (1. Suhu tubuh 37,5
09.00 suhu )
2. Memberikan kompres hangat2. Badan klien Panas
10.00 3. Meningkatkan intake cairan
3. Cairan tubuh yang
hilang tidak adekuat
21 september 2016
11.00 II 1. Mengobservasi tanda-tanda vital 1. Suhu tubuh 37,5 c
paling sedikit setiap tiga jam
12.50 2. Mengobservasi dan catat intake 2. Intake dan output
dan output tidak adekuat
08.30 3. Menimbang berat badan 3. Berat badan klien 16
kg
12.05 4. Menonitor pemberian cairan 4. Cairan tubuh klien
melalui intravena setiap jam tidak adekuat

12.10 5. Memberikan makanan yang 5. Nafsu makan klien


disertai dengan suplemen nutrisi belum ada
untuk meningkatkan kualitas intake Klien makan 1/4 dari
nutrisi porsi yang disediakan

6. Ibu klien menerapkan


13.00 6. Menganjurkan kepada orang tua saran perawat
untuk memberikan makanan
dengan teknik porsi kecil tapi 7. Tidak terjadi
sering secara bertahap peningkatan berat badan
7. Menimbang berat badan setiap Berat badan klien 16 kg
14.00 hari pada waktu yang sama dan
dengan skala yang sama 1. Berat badan klien 16
kg

1. Menimbang berat badan setiap hari 2. Klien terlihat


21 september 2016 III atau sesuai indikasi Tenang
08.30 2. Menganjurkan istirahat sebelum 3. Klien makan 3-4
11.30 makan sendok
3. Memberikan kebersihan mulut
12.00 terutama sebelum makan 4. Klien terlihat tenang
4. Menciptakan lingkungan yang 5. Klien diberi vometa
nyaman ½ sendok makan dan
12.30 5. Mengkolaborasi dengan tim ahli klien masih mual setelah
gizi minum obat
12.45

1. Ibu klien mau untuk


1. Menententukan kemampuan dan belajar
kemauan untuk belajar 2. Keluarga klien mengerti
21 september 2016 2. Menjelaskan rasional pengobatan, tentang rasional
09.45 IV dosis, efek samping dan pentingnya pengobatan
minum obat sesuai resep 3. Ibu klien dapat
09.55 3. Memberi pendidikan kesehatan menjelaskan dan
mengenai penyakit DHF mengulang mengenai
penyakit DHF
10.05
1. Mengukur tanda-tanda vital ( suhu1. Suhu tubuh klien 37,0 c
) 2. Badan klien masih
2. Memberikan kompres hangat hangat
3. Intake cairan tidak
3. Meningkatkan intake cairan adekuat
22 september 2016
08.00 I 1. Suhu tubuh klien 37 c
1. Mengobservasi tanda-tanda vital Nadi 116 x/menit
09.00 paling sedikit setiap tiga jam 2. Intake dan output tidak
10.00 2. Mengobservasi dan cata intake dan adekuat, minum 3-4
output gelas perhari
3. IV RL 28 tetes / menit
22 september 2016 II
11.00 3. Menonitor pemberian cairan
melalui intravena setiap jam 1. Berat badan klien 17 kg
2. Nafsu makan
12.50 klien belum ada
3. Klien mual
1. Menimbang berat badan setiap hari
atau sesuai indikasi
12.05 2. Mmberikan kebersihan mulut
terutama sebelum makan
3. Mengkolaborasi dengan tim ahli
22 september 2016 III gizi 1. Suhu tubuh 36,5 c
08.30 2. Badan sudah tidak
panas lagi
12.00 3. Intake cairan terpenuhi

1. Mengukur tanda-tanda vital


12.45 2. Memberikan kompres hangat
1. Suhu tubuh normal 36,5
3. Meningkatkan intake cairan c
23 September 2016 I 2. Intake dan output
adekuat, klien minum -6
08.00 gelas / hari
09.00 1. Mengobservasi tanda-tanda vital 3. IV RL 20 tetes/menit
setiap tiga jam atau sesuai indikasi
10.00 2. Mengobservasi dan catat intake
output
23 September 2016 1. Berat badan 18 kg
3. Intake dan output adekuat, klien
minum -6 gelas / hari
11.00 II 2. Nafsu makan kembali
normal
3. Klien tidak mual atau
12.50 1. Menimbang berat badan setiap hari muntah saat diberikan
atau sesuai indikasi vometa 1/2
12.05 2. Memberikan kebersihan mutut
terutama sebelum makan
3. Mengkolaborasi dengan tim ahli
gizi
23 September 2016
III
08.30
12.00

12.45

3.1.9. Evaluasi keperawatan


HARI 1 21 September 2016
DX I
S : “ badan anak masih panas“
O : suhu tubuh klien 37,5 c
A : Suhu tubuh tidak normal
P : Lanjutkan intervensi
1) Mengukur tanda-tanda vital ( suhu )
2) Memberikan kompres hangat
3) Meningkatkan intake cairan

21 September 2016
DX 2
S : “ anak saya hanya minum sedikit “
O : - Mukosa bibir kering, minum sehari 1-2 gelas
A : Volume cairan tidak adekuat
P : Lanjutkan intervensi
1) Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
2) Mengobservasi dan cata intake dan output
3) Menonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

21 Sepetember 2016
DX 3
S : “ anak saya belum mau makan “
O : BB 16,0 kg
A : Kebutuhan nutrisi tidak adekuat
P : Lanjutkan intervensi
1) Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
2) Memberikan kebersihan mulut terutama sebelum makan
3) Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi

21 september 2016
DX 4
S : “ saya sudah mengetahui tentang penyakit anak saya “
O : Ibu klien melakukan tindakan mandiri dan tidak terlihat bingung
A : Pengetahuan adekuat
P : Pertahankan intervensi

HARI 2, 22 September 2016


DX 1
S : “ badan anak saya masih panas “
O : Suhu tubuh 37 c
A : Suhu tubuh tidak normal
P : Lanjutkan intervensi
1) Mengukur tanda-tanda vital ( suhu )
2) Memberikan kompres hangat
3) Meningkatkan intake cairan

22 September 2016
DX 2
S : “ anak saya sedikit minum sus “
O : minum 3-4 gelas /hari, turgor kulit jelek
A : volume cairan tidak adekuat
P : Lanjutkan intervensi
1) Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
2) Mengobservasi dan cata intake dan output
3) Menonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

22 September 2016
DX 3
S : “ anak saya makan sedikit saja “
O : berat badan 17 kg, makan setengah dari porsi yang disediakan
A : Nutrisi tidak adekuat
P :Lanjutkan intervensi
1) Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
2) Memberikan kebersihan mulut terutama sebelum makan
3) Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi
HARI 3 : 23 September 2016
DX 1
S : “ anak saya sudah tidak panas lagi badannya “
O : suhu tubuh 36,5 c
A : Suhu tubuh kembali normal
P : Pertahankan intervensi
DX 2
S : “ anak saya sudah mau dan sering minum sus “
O : Klien minum 5-6 gelas / hari
Klien tidak ada muntah
A : Volume cairan adekuat
P : pertahankan intervensi

DX 3
S : “ anak saya sudah mau makan sus “
O : Klien menghabiskan porsi makan yang disediakan
Klien tidak ada muntah
Berat badan klien 18 kg
A : Nutrisi terpenuhi/ adekuat
P : Pertahankan intervensi

BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
a. Pada pengkajian yang penulis lakukan didapatkan data yang menunjukkan gejala DHF, adanya demam
tinggi, badan lemas, mukosa bibir kering disertai sedikit minum dan tidak nafsu makan. Terjadi penurunan
berat badan hingga 2 kg. Klien di diagnose medis DHF akibat terinfeksi virus dengue melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti.
b. Pada diagnose keperawatan yang penyusun dapatkan pada An. W ada 4 diagnosa yaitu : Hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.
c. Intervensi keperawatan yang telah disusun semua berdasarkan standar asuhan keperawatan. Pada diagnose
hipertermi intervensi yang dibuat adalah Ukur tanda-tanda vital ( suhu ), Berikan kompres hangat,
Tingkatkan intake cairan. Diagnosa deficit volume cairan intervensi yang dibuat adalah Observasi tanda-
tanda vital paling sedikit setiap tiga jam, dan Observasi dan cata intake dan output. Diagnosa perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh intervensi yang dibuat adalah Timbang berat badan, Monitor
pemberian cairan melalui intravena setiap jam, Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi,
Ciptakan lingkungan yang nyaman, Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi, Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan
teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap, Anjurkan kebersihan oral, Timbang berat badan setiap hari
pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama.Diagnosa defisiensi pengetahuan intervensi yang
dibuat adalah Tentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar, Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek
samping dan pentingnya minum obat sesuai resep, Beri pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF.
d. Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah diagnose hipertermi berhubungan
dengan peningkatan laju metabolism tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah mengukur tanda-
tanda vital ( suhu ), memberikan kompres hangat, meningkatkan intake cairan. Diagnosa deficit volume
cairan tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit
setiap tiga jam, dan mengobservasi dan cata intake dan output. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah menimbang berat badan, memonitor
pemberian cairan melalui intravena setiap jam, menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi,
menciptakan lingkungan yang nyaman, memberikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi, menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan
teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap, menganjurkan kebersihan oral, menimbang berat badan setiap
hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama. Diagnosa defisiensi pengetahuan tindakan yang
dilakukan untuk mengatasinya adalah menentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar, menjelaskan
rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat sesuai resep, dan tidak lupa
memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF.
e. Pada tahap akhir, yaitu evaluasi disimpulkan bahwa 4 diagnosa yang ada telah diatasi semua selama tiga
hari perawatan pada An. W yaitu diagnose. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism,
ditandai dengan suhu tubuh kembali normal 36,5 C. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif ditandai dengan tidak muntah lagi dan minum 5-6 gelas/hari. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan ditandai dengan berat
badan kembali normal 18 kg,tidak ada muntah, dan menghabiskan porsi makan yang disediakan. Defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi ditandai dengan dapat
melakukan tindakan mandiri, mengerti tentang penyakit anaknya.

4.2. Saran
a. Hendaknya institusi meyediakan referensi yang terbaru untuk meningkatkan kemampuan penulis sehingga
dapat memecahkan adanya masalah yang ada di rumah sakit.
b. Hendaknya masyarakat dapat menyebutkan tanda-tanda DHF sehingga komplikasi DHF dapat
diidentifikasi sedini mungkin.
c. Hendaknya profesi keperawatan dapat menjamin kompetensi profesi perawat melalui uji kompetensi yang
dilakukan pada setiap perawat sehingga perawat terampil dalam memberikan asuhan keperawatan.

AFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta


Herdman, T. Heather. 2009. Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional. EGC. Jakarta
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta
Agustiani, Nurlinda. 2008. Karya Tulis Ilmiah DHF. Samarinda
M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba Medika. Jakarta
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Sagung Seto. Jakarta
http://jateng.metrotvnews.com/read/2016/01/07/468146/pasien-demam-berdarah-di-rsud-pati-
membludak

Você também pode gostar