Você está na página 1de 81

ADSORPSI DAN

KROMATOGRAFI
Yuswan Muharam
Rita Arbianti

Muharam, Arbianti
ADSORPSI
• Adsorpsi adalah proses pelekatan atom, ion atau molekul gas, cair atau
padatan terlarut ke permukaan membentuk lapisan tipis adsorbat.

Muharam, Arbianti
Terminologi

• Adsorbent: zat (biasanya padat) yang memiliki permukaan yang mampu menjerap
adsorbate
• Adsorbtive: Senyawa fasa gas atau cair yang dapat terjerap pada permukaan adsorbent
• Adsorbate: Zat yang terjerap pada permukaan adsorbent

Muharam, Arbianti
Bentuk-bentuk Adsorbent

Muharam, Arbianti
Luas Permukaan Adsorben

Muharam, Arbianti
OPERASI ADSORPSI
Kontinyu (unggun diam) Batch (bejana berpengaduk)
• Industri gas (dehidrasi gas, penghilangan • Pemutihan (bleaching) minyak nabati
merkuri, gas storage) dengan tanah liat.
• Katalis heterogen (reaktor unggun diam,
reaktor terfluidisasi)
• Pemurnian (gliserol dari biodiesel)
• Kromatografi dan pertukaran ion
• Industri farmasi dan kedokteran (adsorpsi
protein)

Muharam, Arbianti
Isoterm Adsorpsi
• Grafik yang menghubungkan antara jumlah adsorbat (x) yang teradsorpsi
pada permukaan adsorben (m) dan tekanan pada suhu konstan.
• Jenis isoterm adsorpsi:
• Teori Freundlich,
• Teori Langmuir,
• Teori BET,
• Teori To’th,
• Teori Dubinin-Astakhov.

Muharam, Arbianti
Isoterm Adsorpsi

Adsorbat + Adsorben ⇋ Adsorpsi

A + B ⇋ AB

⇀ adsorpsi

↽ desorpsi

Muharam, Arbianti
Isoterm Adsorpsi Langmuir

Muharam, Arbianti
Isoterm Adsorpsi Langmuir
Asumsi:
• Terjadi kesetimbangan dinamik antara molekul-molekul teradsorpsi dan
molekul-molekul fasa fluida.
• Monolayer kontinyu dari molekul-molekul adsorbat yang mengelilingi
permukaan padat homogen.

𝑛0 𝐾𝐶
𝑞=
1 + 𝐾𝐶

q = konsentrasi adsorbat pada fasa diam [mol/kg]


n0 = kapasitas adsorpsi monolayer fasa diam [mol/kg]
K = konstanta Langmuir [m3/mol]
C = konsentrasi kesetimbangan di fasa fluida [mol/kg]
Muharam, Arbianti
Isoterm Adsorpsi BET
Asumsi:
• Terjadi kesetimbangan dinamik.
• Multilayer kontinyu (lapisan molekul di atas lapisan molekul yang telah
teradsorpsi).

𝑥 1 𝑥 𝑐−1
= +
𝑣 1−𝑥 𝑣mon 𝑣mon 𝑐

x = P/Pv
Pv = tekanan uap adsorbat [atm]
v = volume STP adsorbat teradsorpsi [m3]
𝑣mon = volume STP dari adsorbat tersadsrpsi untuk membentuk monolayer
c = KPv
Muharam, Arbianti
Isoterm Adsorpsi Langmuir
Fungsi temperatur:

∆𝐻st
𝑛0 𝐾exp 𝐶
𝑅𝑇
𝑞=
∆𝐻st
1 + 𝐾exp 𝐶
𝑅𝑇

T = temperatur kesetimbangan di fasa fluida [K]


∆𝐻st = panas isostetik adsorpsi [J/mol]
R = konstanta gas universal

Muharam, Arbianti
Isoterm Adsorpsi To’th
Fungsi temperatur:

∆𝐻st
𝑛0 𝑘0 exp 𝐶
𝑅𝑇
𝑞=
𝑡 1Τ 𝑡
∆𝐻st
1 + 𝑘0 exp 𝐶
𝑅𝑇

𝑘0 = faktor pra-eskponensial [kg/mol]


t = konstanta tak berdimensi To’th

Muharam, Arbianti
Isoterm Adsorpsi Dubinin-
Astakhov
Fungsi temperatur:

𝑛
𝐴
𝑞 = 𝜌ads 𝑊0 exp −
𝛽𝐸0

𝜌ads= densitas gas yang teradsorpsi [kg/m3]


𝑊0 = volume mikropori per massa adsorben [m3 /kg]
𝛽 = koefisien afinitas interaksi adsorbat−adsorben
𝐸0 = energi karakteristik adsorpsi [J/mol]
n = eksponen Dubinin-Astakhov
A = potensial adsorpsi Palony = RT/ln(Ps/P)
Ps = tekanan uap jenuh gas =Pcr(T/Tcr)2
Muharam, Arbianti
Jenis Isoterm Adsorpsi
Jenis 1 • Monolayer.
• Isoterm adsorpsi Langmuir.
• BET:
x << 1 dan c >> 1
• Contoh:
Adsorpsi N2 atau H2 pada
charcoal

Muharam, Arbianti
Jenis Isoterm Adsorpsi
Jenis 2 • Penyimpangan dari model
adsorpsi Langmuir.
• Daerah tengah yang datar sesuai
dengan pembentukan monolayer.
• BET:
c >>>
• Contoh:
Adsorpsi N2 pada jel silika atau
katalis Fe

Muharam, Arbianti
Jenis Isoterm Adsorpsi
Jenis 3 • Penyimpangan dari model
adsorpsi Langmuir.
• Daerah tengah yang datar sesuai
dengan pembentukan monolayer.
• BET:
c <<<
• Multilayer
• Contoh:
Adsorpsi Br2 dan I2 pada jel
silika

Muharam, Arbianti
Jenis Isoterm Adsorpsi
Jenis 4 • P <<< → Jenis 2
• Monolayer dilanjutkan multilayer.
• Contoh:
Adsorpsi benzene pada F2O3

Muharam, Arbianti
Adsorpsi Unggun Diam

Muharam, Arbianti
Adsorpsi Unggun Diam

Muharam, Arbianti
Adsorpsi Unggun Diam

Muharam, Arbianti
Adsorpsi Unggun Diam

Muharam, Arbianti
Adsorpsi Unggun Diam
Tahap-tahap proses adsorpsi:
• Difusi/dispersi dan konveksi di celah unggun.
• Difusi melalui lapisan batas fluida-padat.
• Difusi di dalam pori-pori partikel adsorben.
• Adsorpsi ke permukaan di dalam pori-pori.

Muharam, Arbianti
Adsorpsi Unggun Diam
Difusi/dispersi dan konveksi di celah
unggun
• Dispersi
• Dispersi aksial
• Dispersi radial
Diabaikan apabila Dc/dp > 8
• Konveksi

Muharam, Arbianti
Adsorpsi Unggun Diam
Difusi melalui lapisan batas (boundary layer) fluida-padat

Muharam, Arbianti
Adsorpsi Unggun Diam
Difusi di dalam pori-pori partikel adsorben

Muharam, Arbianti
Adsorpsi Unggun Diam
Adsorpsi ke permukaan di dalam pori-pori

Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 1
Asumsi:
Tahap-tahap proses adsorpsi:
• Difusi/dispersi dan konveksi di celah unggun.
• Difusi melalui lapisan batas fluida-padat.
• Difusi di dalam pori-pori partikel adsorben.
• Adsorpsi ke permukaan di dalam pori-pori.

Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 1a
𝜌p 1 − 𝜀t 𝜕𝑞𝑖 𝜕𝐶𝑖 𝜕 2 𝐶𝑖 𝜕𝐶𝑖
𝑎 + = 𝐷𝑧 −𝑢
𝜀t 𝜕𝑡 𝜕𝑡 𝜕𝑥 2 𝜕𝑥

a = luas permukaan spesifik partikel di dalam kolom [m2/kg]


p = densitas partikel padat [kg/m3]
𝑣
u = kecepatan linear di celah unggun = 𝜀 𝐴 [m/detik]
b

A = luas penampang dalam kolom [m2]


v = laju alir volumetric fasa bergerak [m3/detik]
t = porositas total = b + (1- b)p
b = porositas unggun
p = porositas partikel
Ci = konsentrasi analit komponen i di fasa bergerak [mol/m3]
Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 1b
𝜕𝐶𝑖 𝜕 2 𝐶𝑖 𝜕𝐶𝑖
𝜀t + 𝜌𝑘P,𝑖 = 𝐷𝑧 −𝑢
𝜕𝑡 𝜕𝑥 2 𝜕𝑥

 = densitas media di dalam kolom (campuran fluida dan padatan) [kg/m3]


𝑣
u = kecepatan linear di celah unggun = 𝜀 𝐴 [m/detik]
b

A = luas penampang dalam kolom [m2]


v = laju alir volumetric fasa bergerak [m3/detik]
t = porositas total = b + (1- b)p
b = porositas unggun
p = porositas partikel
Ci = konsentrasi analit komponen i di fasa bergerak [mol/m3]

Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 1b
𝑘P,𝑖 = isotherm adsorpsi

𝑑𝑞𝑖
𝑘P,𝑖 =
𝑑𝐶𝑖

𝑛0𝑖 𝐾𝑖 𝐶𝑖
𝑞𝑖 =
1 + 𝐾𝑖 𝐶𝑖

n0i = kapasitas monolayer fasa diam untuk komponen i [mol/kg]


Ki = konstanta Langmuir komponen i [m3/mol]

Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 1
Dz = koefisien dispersi (m2/detik)

0.5𝑢 Τ2𝜀b 𝑟p
𝐷𝑧 = 0.73𝐷𝑖 +
1 + 9,7𝐷𝑖 Τ 𝑢Τ2𝜀b 𝑟p

Di = koefisien difusi komponen i [m2/detik]


rp = jari-jari partikel adsorben [m]

Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 1
Koefisien difusi biner sistem cairan nonpolar kelarutan rendah
Difusi A di dalam campurannya, DAm [ft2/jam]

𝑇𝑅ത2
𝐷AB = 5,922x10−8 Τ
𝜇𝑅ത 2 3
1

T = temperatur [R]
𝜇 = viskositas larutan (dipertimbangkan sebagai larutan murni) [cP]
𝑅ത2 = jari-jari girasi pelarut [satuan angstrom]
𝑅ത1 = jari-jari girasi solut [satuan angstrom]

Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 1
Koefisien difusi biner sistem cairan polar kelarutan rendah
Difusi A di dalam campurannya, DAm [ft2/jam]

𝛷2 𝑀2 1Τ2 𝑇
𝐷AB = 1,59x10−7 0,6
𝜇 𝑉1

T = temperatur [R]
𝜇 = viskositas pelarut murni [cP]
𝛷2 = parameter asosiasi untuk pelarut
𝑀2 = berat molekul pelarut
1,048
𝑉1 = volume molar solute pada titik didih normal = 0,285𝑉c1 [cm3/mol]
𝑉𝑐 = volume kritik [cm3/mol]
Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 1
Koefisien difusi biner sistem gas pada tekanan rendah
• Difusi A terhadap B, DAB [m2/detik]

1 1
3,2x10−11 𝑇1,75 +
𝑚A 𝑚 B
𝐷AB = 2
Τ Τ
𝑃 𝑉A1 3 + 𝑉B1 3

mA dan mA = berat molekul A dan B [kg/mol]


P = tekanan [kPa]
T = temperatur [K]
𝑉A dan 𝑉B volume molar A dan B pada titik didih normal [mol3/mol]

Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 1
Koefisien difusi sistem gas pada tekanan rendah
Difusi A di dalam campurannya, DAm [m2/detik]

−1
𝑁c
𝑦𝑖
𝐷Am = 1 − 𝑦A ෍
𝐷A𝑖
𝑖=1 𝑖≠A

Nc = jumlah total komponen


yi = fraksi mol komponen i

Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 1
Koefisien difusi gas terlarut dalam cairan
Difusi A di dalam campurannya, DAm [ft2/jam]

𝑇𝑅ത2
𝐷AB = 5,922x10−8 Τ
𝜇𝑅ത 2 3
1

T = temperatur [R]
𝜇 = viskositas larutan (dipertimbangkan sebagai larutan murni) [cP]
𝑅ത2 = jari-jari girasi pelarut [satuan angstrom]
𝑅ത1 = jari-jari girasi solut [satuan angstrom]

Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 1
Porositas unggun
• Bola:
2
𝑑p 𝑑p 𝑑p
𝜀b = 0,4 + 0,05 + 0,412 ≤ 0,5
𝐷c 𝐷c 𝐷c

𝑑p 𝑑p
𝜀b = 0,528 + 2,464 − 0,5 0,5 ≤ ≤ 0,536
𝐷c 𝐷c

3 −0,5
𝑑p 𝑑p 𝑑p
𝜀b = 1 − 0,667 2 −1 ≥ 0,536
𝐷c 𝐷c 𝐷c

𝑑p = diameter partikel adsorber [m]


𝐷c = diameter kolom [m] Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 1
Porositas unggun
• Silinder pejal:
2
𝑑pv 𝑑pv 𝑑pv
𝜀b = 0,36 + 0,10 + 0,7 ≤ 0,6
𝐷c 𝐷c 𝐷c

2
𝑑pv 𝑑p𝑣
𝜀b = 0,677 − 9 − 0,625 0,6 ≤ ≤ 0,7
𝐷c 𝐷c

2
𝑑pv 𝑑pv
𝜀b = 1 − 0,763 ≥ 0,7
𝐷c 𝐷c

𝑑pv = diameter bola volume−ekivalen [m]


𝐷c = diameter kolom [m] Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 1
Porositas unggun
• Silinder berongga:

𝑎 2 𝑑pv 𝑎 2
1 − 𝜀hc = 1 + 2 − 0,5 1,145 − 1− 1 − 𝜀sc
𝑏 𝐷c 𝑏

𝜀hc = porositas silinder berongga


𝜀sc = porositas silinder pejal
𝑎 = diameter dalam silinder berlubang [m]
𝑏 = diameter luar silinder berlubang [m]
𝑎
≥0,5
𝑏

Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 1
Ukuran partikel
• Pelet:
✓ Bentuk: silinder pejal, silinder beringga yang sangat teratur
✓ Ukuran: diameter 2−10 mm
✓ Pemakaian: reaktor tubular dan unggun diam
• Bola:
✓ Ukuran: diameter 1−20 mm
✓ Pemakaian: reaktor tubular, unggun diam dan unggun bergerak
• Butiran (granule):
✓ Ukuran: 8−14 hingga 2−4 mesh
✓ Pemakaian: reaktor tubular, unggun diam dan unggun bergerak
• Bubuk:
✓ Ukuran:  100 m
✓ Pemakaian: reaktor terfluidisasi, reaktor slurry
Muharam, Arbianti
Neraca Energi
Model 1
𝜕𝑇 𝜕2𝑇 𝜕𝑇 𝜕𝑞𝑖
𝐶peff = 𝜆eff 2 − 𝜌f 𝐶pf 𝑢 + 𝜌b Δ𝐻st
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑡

𝐶peff = kapasitas panas efektif [J/kg.K]


𝜆eff = kondutivitas panas efektif [W/m.K]
Δ𝐻st = panas isosterik adsorpsi [J/mol]
𝜌f = densitas fluida [kg/m3]
𝜌b = densitas unggun [kg/m3] = (1 − t)𝜌s
𝜌s = densitas unggun padat tanpa porositas [kg/m3]

Muharam, Arbianti
Neraca Energi
Model 1
Kapasitas panas efektif

𝐶peff = 𝜀t 𝜌f + 𝜌b 𝑞𝑖 𝐶pf + 1 − 𝜀t 𝜌s 𝐶ps

𝐶pf = kapasitas panas fluida [J/kg.K]


𝐶ps = kapasitas panas adsorben [J/kg.K]

Konduktivitas panas efektif

𝜆eff = 𝜀t 𝜆f + 1 − 𝜀t 𝜆s

𝜆f = kondutivitas panas fluida [W/m.K]


𝜆s = kondutivitas panas adsorben [W/m.K]
Muharam, Arbianti
Soal
Gliserol merupakan produk samping produksi biodiesel dari minyak nabati melalui
reaksi transesterifikasi. Gliserol dipisahkan dari biodiesel di dalam kolom adsober
dengan menggunakan jel silika. Berapakah breakthrough time pemisahan gliserol 1
mol/m3 dari biodiesel dalam keadaan isotermal?
L=1m
p = 2300 kg/m3
t = 0,35
u = 0,1 m/s
D = 6,18E-9 m2/s
K = 2,2 m3/mol
rp = 0,002 m
gli = 1260 kg/m3
n0 = 2,59 mol/kg
Muharam, Arbianti
Jawab
Neraca massa:

𝜕𝐶gly 𝜕 2 𝐶gly 𝜕𝐶gly


𝜀t + 𝜌𝑘P,gly = 𝐷𝑧 2
−𝑢
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑥

𝑑𝑞gly
𝑘P,gly =
𝑑𝐶gly
Kondisi batas:
• Pada z = 0 dan t > 0: Cf,gly = 1 mol/m3
𝑑𝐶f,gly
• Pada z = Lc dan t > 0 : =0
𝑑𝑥
• Pada t = 0: Cgly = 0, qgly = 0

Muharam, Arbianti
Jawab

Muharam, Arbianti
Jawab

Muharam, Arbianti
Pengaruh Konsentrasi Gliserol

Muharam, Arbianti
Pengaruh Porositas Unggun

Muharam, Arbianti
Pengaruh Kecepatan

Muharam, Arbianti
Pengaruh Diameter partikel

Muharam, Arbianti
Pengaruh Jenis Adsorben

Muharam, Arbianti
Pengaruh Jenis Adsorben

Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 2
Asumsi:
• Neraca massa di celah unggun (model 2 dimensi):
▪ Difusi/dispersi dan konveksi di celah unggun.
• Difusi melalui lapisan batas fluida-padat.
• Neraca massa di dalam pori-pori (model 1 dimensi):
▪ Difusi di dalam pori-pori partikel adsorben.
▪ Adsorpsi ke permukaan di dalam pori-pori.

Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 2
Neraca massa di celah unggun:

𝜕𝐶f,𝑖 𝜕 2 𝐶f,𝑖 𝐷𝑖 𝜕 𝜕𝐶f,𝑖 𝜕𝐶f,𝑖 𝜕𝐶f,𝑖


𝜀t = 𝐷𝑧 + 𝑟 − 𝑢x − 𝑢r
𝜕𝑡 𝜕𝑥 2 𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑥 𝜕𝑟

Neraca massa di partikel adsorben:

𝜕𝐶s,𝑖 𝐷eff,𝑖 𝜕 𝑟 2 𝜕𝐶s,𝑖


𝜀p + 𝜌𝑘P,𝑖 = 2
𝜕𝑡 𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑟

𝐷eff = koefisien difusi efektif [m2/detik]


𝜀p = porositas partikel
𝜌 = densitas media (campuran fluida dan padatan) [kg/m3]
Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 2
Neraca massa total (persamaan kontinuitas):

𝜕𝜌𝑢x 𝜕𝜌𝑢r
+ =0
𝜕𝑥 𝜕𝑟

𝜅 𝜕𝑃x
𝑢x = −
𝜇 𝜕𝑥

𝜅 𝜕𝑃r
𝑢r = −
𝜇 𝜕𝑟

𝑢x dan 𝑢r = komponen kecepatan ke arah aksial dan radial [m/detik]


𝑃x dan 𝑃r = tekanan ke arah aksial dan radial [Pa]
𝜅 = permeabilitas unggun [m2]
Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 2
𝑘P,𝑖 = isotherm adsorpsi

𝑑𝑞𝑖
𝑘P,𝑖 =
𝑑𝐶s,𝑖

𝑛0𝑖 𝐾𝑖 𝐶s,𝑖
𝑞𝑖 =
1 + 𝐾𝑖 𝐶s,𝑖

n0i = kapasitas monolayer fasa diam komponen i [mol/kg]


Ki = konstanta Langmuir komponen i [m3/mol]

Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 2
Perpindahan melalui lapisan batas fluida-padat:

Sh𝐷𝑖
𝑘𝑖 =
𝐿

Sh = 2 + 0,552Re1Τ2 Sc 1Τ3 (Froesling)

Sh = Sc 0,4 0,4Re1Τ2 + 0,2Re2Τ3 (Rosner)

Sh = 0,94Re1Τ2 Sc 1Τ3 (Garner dan Keey)

𝜇
Sc =
𝜌𝐷𝑖
Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 1
Koefisien difusi efektif, Deff,i [m2/detik]

Τ
𝐷eff,𝑖 = 𝜀p4 3 𝐷p,𝑖 (Model Millington dan Quirk)

Τ
𝐷eff,𝑖 = 𝜀p3 2 𝐷p,𝑖 (Model Bruggeman)

𝜀p
𝐷eff,𝑖 = 𝐷p,𝑖 (Model tortuosity)
𝜏p

Dp,i = difusivitas komponen i di pori-pori partikel [m2/detik]


𝜏p = tortousitas partikel
Neraca Massa
Model 1
Koefisien difusi efektif, Deff,i [m2/detik]
• Fasa gas dengan pori katalis yang sepit:

𝜀p
𝜏p
𝐷eff,𝑖 =
1 1
+
𝐷𝑖,m 𝐷𝑖,K

Di,m = difusivitas ruah komponen i di dalam campurannya [m2/detik]


Di,m = difusi Knudsen komponen i [m2/detik]
Neraca Massa
Model 1
Difusi Knudsen [m2/detik]

2 8𝑅𝑇
𝐷𝑖,K = 𝑟ҧ
3 𝜋𝑀𝑖

𝑟ҧ = jari-jari pori rata-rata [m]


𝑀𝑖 = berat molekul komponen i [kg/mol]
𝑅 = konstanta gas [J/mol.K]
𝑇 = temperature [K]
Neraca Massa
Model 2
Kondisi batas
❑ Neraca massa di celah unggun (geometri silinder):
✓ Pada z = 0 (bagian depan unggun) dan t > 0: Cf,i = Cf,i,inlet
𝑑𝐶f,𝑖
✓ Pada z = Lc (bagian belakang unggun) dan t > 0 : =0
𝑑𝑧
𝑑𝐶f,𝑖
✓ Pada r = 0 (garis tengah kolom/simetri) dan t > 0 : =0
𝑑𝑟
𝑑𝐶f,𝑖
✓ Pada r = Rc (dinding kolom) dan t > 0: =0
𝑑𝑟
✓ Pada t = 0 (awal proses): Cf,i = Cf,i,awal
❑ Neraca massa di partikel adsorben (geometri bola):
𝑑𝐶s,𝑖
✓ Pada r = 0 (titit tengah partikel/simetri) dan t > 0: =0
𝑑𝑟
✓ Pada r = Rp (permukaan luar partikel) dan dan t > 0 : Ni = ki(Cf,i − Cs,i)
✓ Pada t = 0: Cs,i = Cs,i,awal

Muharam, Arbianti
Neraca Massa
Model 2
Kondisi batas
❑ Persamaan kontinuitas:
✓ Pada z = 0 dan t > 0: 𝑢x = 𝑢x,inlet
✓ Pada z = Lc dan t > 0 : P = Pout
✓ Pada t = 0: P = Pawal

Muharam, Arbianti
Pressure Swing Adsorption

Muharam, Arbianti
Soal
Gliserol merupakan produk samping proses produksi biodiesel dari minyak
nabati melalui reaksi transesterifikasi. Gliserol dipisahkan dari biodiesel di
dalam kolom adsober dengan menggunakan jel silika. Berapakah
breakthrough time pemisahan gliserol dari biodiesel dalam keadaan
isothermal apabila fraksi massa gliserol di dalam biodiesel 0,001, laju alir
biodiesel 0,5 ton/jam, tinggi kolom 1,3 m dan diameter kolom 0,15 m?

Muharam, Arbianti
Soal
L = 1,3 m rp = 0,002 m
R = 0,15 m gli = 1260 kg/m3
p = 2300 kg/m3 n0 = 1,439 mol/kg
b = 874,6 kg/m3 Fb = 0,5 ton/jam (laju alir massa
biodiesel)
b = 0,35
Pout = 1 atm
p = 0,35
xg = 0,001 (fraksi massa gliserol di
D = 6,18E-9 m2/s
dalam biodiesel)
K = 2,2 m3/mol
𝜅 = 1E-10 m2

Muharam, Arbianti
Jawab
Neraca massa gliserol di celah unggun:

𝜕𝐶f,gly 𝜕 2 𝐶f,gly 𝐷𝑖 𝜕 𝜕𝐶f,gly 𝜕𝐶f,gly 𝜕𝐶f,gly


𝜀t = 𝐷𝑧 + 𝑟 − 𝑢x + 𝑢r
𝜕𝑡 𝜕𝑥 2 𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑥 𝜕𝑟

Neraca massa di partikel adsorben:

𝜕𝐶s,gly 𝐷eff 𝜕 𝑟 2 𝜕𝐶s,gly


𝜀p + 𝜌𝑘P,𝑖 = 2
𝜕𝑡 𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑟

𝑑𝑞𝑖
𝑘P,𝑖 =
𝑑𝐶𝑖

Muharam, Arbianti
Jawab
Neraca massa total (persamaan kontinuitas):

𝜕𝜌𝑢x 𝜕𝜌𝑢r
+ =0
𝜕𝑥 𝜕𝑟

𝜅 𝜕𝑃x
𝑢x = −
𝜇 𝜕𝑥

𝜅 𝜕𝑃r
𝑢r = −
𝜇 𝜕𝑟

Muharam, Arbianti
Jawab
Kondisi batas
❑ Neraca massa di celah unggun:
✓ Pada z = 0 dan t > 0: Cf,gly = Cf,gly,inlet
𝑑𝐶f,gly
✓ Pada z = Lc dan t > 0 : =0
𝑑𝑧
𝑑𝐶f,gly
✓ Pada r = 0 dan t > 0 : =0
𝑑𝑟
𝑑𝐶f,gly
✓ Pada r = Rc dan t > 0: =0
𝑑𝑟
✓ Pada t = 0: Cf,gly = 0
❑ Neraca massa di partikel adsorben (geometri bola):
𝑑𝐶s,gly
✓ Pada r = 0 dan t > 0: 𝑑𝑟
=0
✓ Pada r = Rp dan dan t > 0 : Ngly = kgly(Cf,gly − Cs,gly)
✓ Pada t = 0: Cs,gly = 0, qgly = 0

Muharam, Arbianti
Jawab
Kondisi batas
❑ Persamaan kontinuitas:
✓ Pada z = 0 dan t > 0: 𝑢x = 𝑢x,inlet
✓ Pada z = Lc dan t > 0 : P = 1 atm
✓ Pada t = 0: P = 0

Muharam, Arbianti
Jawab

Muharam, Arbianti
Jawab

Muharam, Arbianti
Jawab

Muharam, Arbianti
Konsentrasi Gliserol rata-rata
di pori-pori Adsorben

Muharam, Arbianti
Konsentrasi Gliserol rata-rata
yang Teradsorbsi

Muharam, Arbianti
Konsentrasi Gliserol di Pori-
pori Adsorben

Muharam, Arbianti
Konsentrasi Gliserol yang
Teradsorbsi

Muharam, Arbianti
Tekanan

Muharam, Arbianti
Pengaruh Diameter Adsorben

Muharam, Arbianti
Pengaruh Fraksi Gliserol

Muharam, Arbianti
Pengaruh Laju Massa Biodiesel

Muharam, Arbianti

Você também pode gostar