Você está na página 1de 3

Renungan

Setelah ayahnya meninggal dunia,


seorang anak telah mengantar ibunya ke panti Jompo.
Dia datang menengok ibunya dari suatu waktu ke waktu yang lain.
Pada suatu hari dia menerima panggilan dari panti jompo tersebut,
yang mengabarkan kalau ibunya dalam keadaan diujung nyawa dan hamper
meninggal.
Dengan cepat dia datang berada disamping ibunya pada saat2 terakhir.
Dia bertanya sama ibunya : Apakah yang ibu ingin saya lakukan untuk ibu.
Ibunya menjawab : Aku mau kamu sumbangkan kipas angin untuk panti jompo
ini , karena disini tidak ada kipas angin.
Letakkan juga kulkas, tukang masak danmakanan karena aku sering tertidur
dalam keadaan lapar tidak makan.
Ibu kenapa pada saat seperti ini baru ibu menginginkan semua hal ini ? anak itu
bertanya kembali . Ibunya memberi alasan : Tidak apa2 anakku , ibu sudah bisa
menyesuaikan diri dengan kehidupan panas tanpa kipas dan lapar.
CUMA IBU BINGUNG & TAKUT NANTI SAAT ANAK ANAK KAMU MENGANTAR
KAMU KESINI KAMU TIDAK BISA MENYESUAIKAN DIRI’

Renungkanlah

Apa rasanya kalau ayah/ibu kita sendiri yang mengirim pesan berikut ?

Anakku….

Bila aku tua,


Andai aku jatuhkan gelas atau terlepas piring dari genggamanku,
Aku berharap kamu tidak menjerit marah kepadaku, Karena tenaga orang tua
sepertiku semakin tidak kuat dan karena aku sakit.
Pandangan mataku mulai kabur, Kamu harus mengerti dan bersabar denganku.
Anakku…..

Bila aku tua,


Andai tutur kataku lambat/ perlahan dan kurang jelas dan aku tidak mampu
mendengar apa yang kamu katakan,
Aku berharap kamu tidak menjerit padaku

“ Ibu tuli kah ?

“ Ibu bisu kah ?

Aku minta maaf anakku, aku semakin MENUA…..

Anakku….

Bila aku tua,


Andai aku selalu saja bertanya tentang hal yang sama ber ulang2 ,
Aku berharap kamu tetap sabar mendengar dan melayaniku seperti aku sabar
menjawab semua pertanyaanmu saat kamu kecil dulu,
semua itu adalah sebagian dari proses MENUA.
Kamu akan mengerti nanti bila kamu semakin tua.

Anakku….

Bila aku tua nanti,


Andai aku berbau busuk, amis dan kotor,
Aku berharap kamu tidak tutup hidung atau muntah didepan aku.
Dan tidak menjerit menyuruh aku mandi.
Badan aku lemah,
Aku tidak ada tenaga untuk melakukan semua itu sendiri .
Mandikanlah aku seperti aku memandikanmu semasa kamu kecil dulu.
Anakku….

Bila aku tua,


Seandainya aku sakit,
temanilah aku, aku ingin anakku berada bersamaku.

Anakku….

Bila aku tua dan kematianku telah tiba,


Aku berharap kamu akan memegang tanganku dan memberi kekuatan untuk
menghadapi kematianku. Jangan cemas, Jangan menangis,
Hadapi dengan keridhoan.
Aku berjanji padamu.
Bila aku bertemu Allah.
Aku akan berbisik kepadaNya supaya senantiasa memberkati dan merahmati
kamu karena kamu sangat mencintai dan mentaatiku.
Terima kasih banyak karena mencintaiku….
Terima kasih banyak2 karena telah menjagaku….
Aku mencintai kamu lebih dari kamu mencintai dirimu sendiri.

RENUNGKANLAH …..
PADA SAAT INI KITALAH ANAK…..
DAN PADA SAATNYA NANTI KITALAH IBU/AYAH

Você também pode gostar