Você está na página 1de 22

BAB IV

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

4.1 Laboratorium Mikrobiologi Farmasi

4.1 .1 Sejarah Laboratorium Mikrobiologi Farmasi


Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas

Muslim Indonesia merupakan Laboratorium ke-5 dari lima Laboratorium di Fakultas Farmasi

yang didirikan pada tanggal 24 April 2004 bertempat di gedung eks Ruangan Perpustakaan

Fakultas Kedokteran UMI. Pada tahun 2012 semua laboratorium pindah dan dipusatkan di

Gedung Baru Laboratorium Fakultas Farmasi. Laboratorium Mikrobiologi di Lantai 3 Gedung

Laboratorium Fakultas Farmasi UMI.

4.1.2 Tim Dosen Laboratorium Mikrobiologi


Tim Dosen di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Univ. Muslim Indonesia adalah :
1. Rusli, S.si., M.Si., Apt (Kepala Laboraorium Mikrobiologi Farmasi)
2. Rachmat Kosman, S.Si., M.Si., Apt (Dekan Fakultas Farmasi UMI)
3. Herwin, S.Farm., M.Si (Wakil Dekan III Fak. Farmasi UMI)
4. Fitriana, S.Farm, M.Si., Apt
5. St. Maryam, S.Si., M.Sc., Apt
6. Siska Nuryanti, S.Si., Apt (sementara lanjut studi S2-Biomedik FK-UH)
7. Analis/Laboran : Amirullah, S.Farm
4.1.3 Mata Kuliah
Mata Kuliah yang terampu pada Laboratorium Mikrobiologi Farmasi UMI adalah :
1. Biologi Sel dan Molekuler
2. Mikrobiologi Farmasi
3. Analisis Mikrobiologi Farmasi
4. Mikrobiologi Klinik
5. Bioteknologi Farmasi
6. Virologi
4.1.4 Alat-Alat di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi UMI
Alat-alat yang tersedia di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi UMI adalah:
1. Laminar Air Flow
2. Autoklaf
3. Oven
4. Inkubator aerob dan anaerob
5. Timbangan analitik
6. Shaker
7. Sentrifuge
8. Enkas
9. Spektrofotometer
10. Colony Counter
11. Penangas Air
12. Mikropipet
13. Mikroskop
14. Alat gelas

4.1.5 Penelitian
Penelitian oleh Tim Dosen dan Mahasiswa telah dilakukan yaitu penelitian yang didanai

DIKTI yaitu HIBAH Bersaing, Penelitian Dosen Muda. Penelitian PKM Penelitian, PKM-

Kewirausahaan dan PKM-Artikel Ilmiah dengan topik penelitian yaitu aktivitas antimikroba dari

tumbuhan, hewan maupun bioata laut, isolasi bakteri endosimbion maupun fungi endofit dari

tumbuhan maupun hewan. Penelitian mahasiswa untuk penyelesaian studi (skripsi) yaitu deteksi

gen bakteri tertentu dan deteksi gen resisten, uji potensi antibiotika, sensitivitas antibiotika dan

sebagainya.
Peneliti yang melakukan penelitian di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi UMI selain dari

mahasiswa Fakultas Farmasi UMI, juga dari mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia. Beberapa Institusi juga mahasiswanya

melakukan penelitian di Laboratorium ini adalah Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin, Program Studi Farmasi Fakultas MIPA

Universitas Islam Makassar, Program Studi Farmasi Fak. MIPA Univ. Pancasakti, Program Stdi

DIII Gigi Poltekes Makassar, Prodi Ilmu Kelautan STITEK Balik Diwa Makassar. Penyelasian

Karya Tulis Ilmiah dari siswa SMA Negeri 5 Makassar.

4.1.6 Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi UMI adalah kegiatan

akademik dan non akademik. Kegiatan akademik yang dilakukan adalah praktikum, penelitian,

kuliah tamu, diskusi ilmiah dan seminar nasional.


Beberapa Pemateri Kuliah Tamu dan Seminar Nasional adalah :
1. Prof. DR. Daryono Hadi Thahjono, M.si., Apt (Dekan Sekolah Farmasi Institut Teknologi

Bandung di Bandung)
2. Prof. Dr. Subagus Wahyuono, M.Sc., Apt (Dekan Fak. Farmasi Universitas Gadjah Mada di

Yogyakarta)
3. Prof. Dr. Elly Wahyuddin, DEA., Apt (Dekan Fak. Farmasi Universitas Hasanuddin di

Makassar)
4. Prof. Dr. dr. Irawan Yusuf, Ph.D (Dekan Fak. Kedokteran Universitas Hasanuddin di

Makassar)
Kegiatan non akademik adalah :
1. Lomba Karya Ilmiah Remaja Tingkat SMU/sederajat se Sulawesi Selatan
2. Micro Talent
3. Microbiology Futsal Competition
4. Microbiology Volley Ball Competition

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Hasil Tabulasi Zona Hambatan Penilitian

Dari penelitian yang telah dilakukan hasil sebagai berikut :


Zona Hambat Minimal Ekstrak bawang Putih terhadap bakteri Salmonella Thypii dan
kontrol positif (Kloramfenikol 500mg)

Konsentrasi Ekstrak Bawang Putih Kontrol Kontrol


Bakteri Uji Replikasi positif negatif
50% 75 % 100% (aquades)
(kloramfenikol)
Rata-Rata R1 16.20 mm 19.00 mm 23.89mm 37.07 mm 0 mm
Salmonella
Interpretasi Intermedia Intermedia Sensitif Sensitif Resisten
Thypii Rata-Rata R2 16.95 mm 17.59 mm 25.29 mm 34.01 mm
Interpretasi Intermedia Intermedia Sensitif Sensitif
Rata-Rata R3 17.60 mm 18.29 mm 24.10 mm 38.22 mm
Interpretasi Intermedia Intermedia Sensitif Sensitif

Tabel 5.1.1 Zona Hambat Minimal Ekstrak bawang Putih terhadap bakteri Salmonella

Thypii dan kontrol positif (Kloramfenikol 500mg)


40
35
30
25
20
15
10 Replikasi 1
5 Replikasi 2
0 Replikasi 3
l -)
5 0% 7 5% 0 0% i ko l(
si n o
si i1 fe nt
r
tra tra ra
s am Ko
s en s en ent l or
Ko
n
Ko
n n s )K
Ko l (+
ro
o nt
K

Grafik 5.1.1 Perbandingan Zona Hambat Minimal Ekstrak bawang Putih terhadap

bakteri Salmonella Thypii dan kontrol positif (Kloramfenikol 500mg)

Dari konsentrasi 50%, 75% dan 100% di dapatkan dari Ekstrak bawang putih (Allium

sativum) yang di ekstrak dengan konsentrasi 50% didapatkan zona hambat yang terbentuk

dengan interpretasi intermedia, pada konsentrasi 75% zona hambat yang terbentuk masih dengan

interpretasi intermedia, sedangkan pada konsentrasi 100% sudah merupakan antibakteri yang

sensitif terhadap bakteri Salmonella Thypii. Pada konsentrasi 75% dan 100% memperlihatkan

zona hambat yang terbentuk lebih besar daripada konsentrasi 50%. Sebagai kontrol positif

digunakan antibakteri Kloramfenikol dan kontrol negative menggunakan aquades.

Pada kontrol positif dengan antibiotik kloramfenikol didapatkanzona hambat dengan

interpretasi sensitif pada bakteri uji. Interpretasi zona hambat ditentukan berdasarkan tabel acuan

interpretasi zona hambat. Zona hambat <14mm dikatakam resisten, 15-22 mm intermediate dan

>23 mm sensitif.
Gambar 5.1.1.a Replikasi 1. Zona hambat ekstrak bawang putih (Allium sativum) yang terbentuk
pada konsentrasi 50%, 75%, 100%, kontrol (+) dan kontrol (-) terhadap bakteri
Salmonella thypii.

Gambar 5.1.1.b Replikasi 2. Zona hambat ekstrak bawang putih (Allium sativum) yang terbentuk
pada konsentrasi 50%, 75%, 100%, kontrol (+) dan kontrol (-) terhadap bakteri
Salmonella thypii.
Gambar 5.1.1.c Replikasi 3. Zona hambat ekstrak bawang putih (Allium sativum) yang terbentuk
pada konsentrasi 50%, 75%, 100%, kontrol (+) dan kontrol (-) terhadap bakteri
Salmonella thypii.

5.1.2 Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (allium sativum) terhadap Pertumbuhan bakteri

Salmonella tyhii dengan Uji Normalitas One-Sample Kolmogrovo-Smirnov Test dan Uji

Homogenitas Levene Statistic

Dilakukan uji statistic normalitas dan homogentias pengaruh ekstrak bawang putih untuk

memenuhi syarat dilkukanya Uji One Way Anova untuk mengetahui apakah ekstrak bawang

putih memiliki pengaruh terhadap bakteri Salmonella typhii. Uji Normalitas One-Sample

Kolmogrovo-Smirnov dikatakan normal apabaila p>0.05, berdasarkan data yang di dapatkan

menunjukan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.534 > 0.05, terlihat bahwa uji normalitas dikatakan

normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas Levene Statistic, dilakukannya uji ini untuk

memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari varians yang sama. Uji

Levene Statistic dikatakan homogen apabila p>0.05, berdasarkan data yang ada Sig. 134 > 0.05

yaitu homogen data berasal dari varians yang sama.


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Asymp. Sig. (2-tailed) .534

a. Test distribution is Normal.

Tabel 5.1.2.1 Uji Normalitas One-Sample Kolmogrovo-Smirnov

Test of Homogeneity of Variances

Hasil

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.498 3 8 .134

Tabel 5.1.2.2 Uji Homogenitas Levene Statistic

5.1.3 Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (allium sativum) terhadap Pertumbuhan bakteri

Salmonella tyhii dengan Uji One Way Anova

Dilakukan uji statistik pengaruh ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan bakteri

Salmonella tyhii dengan uji komperatif variable numerik. Setelah melakukan uji normalitas dan

homogentias didapatkan hasil memenuhi syarat untuk dilakukannya Uji One Way Anova yang

berfungsi untuk membedakaan rerat lebih dari dua kelompok data dengan cara membandingkan
variansnya. Pada Uji One Way Anova didapatkan hasil bermakna karena p<0,05, dari hasil

tersebut menyatakan bahwa perbedaan dari setiap konsentrasi memiliki perbedaan yang

signifikan.

ANOVA

Hasil

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1275.950 3 425.317 97.523 .000

Within Groups 34.889 8 4.361

Total 1310.839 11

Tabel 5.1.3.1 Uji One Way Anova

5.1.3 Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (allium sativum) terhadap Pertumbuhan bakteri

Salmonella tyhii dengan Uji Kebermaknaan konsentrasi

Selanjutnya dilakukan uji hasil statistik analisis Post Hoc dengan menggunakan Analisis

Multikomporasi, dengan menggunakaan uji Mann-Whitney, ini dilakukan untuk mengetahui

apakah didapatkan perbedaan yang bermakna dari setiap konsentrasi. Berdasarkan uji hasil

statistik analisis Post Hoc dengan menggunakan uji Mann-Whitney didapatkan bahwa terdapat

perbedaan yang bermkna antara setiap konsentrasi dengan kontrol potitif berupa Kloramfenikol

dengan nilai signifikan 0.05. Dari hasil Uji Post Hoc Analisis Multikomporasi Mann-Whitney
didapatkan perbedaan yang bermakna antara setiap konsentrasi. Dapat dikatakan bahwa ekstrak

bawang putih memiliki pengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella tyhii dan

konsentrasi ekstrak bawang putih 100% lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Salmonella tyhii dibandingkan konsentrasi 50% dan 75%.

Konsentrasi 50% 75% 100% (+)

Kloramfenikol
50% 273 0.00* 0.00*
75% 273 0.01* 0.00*
100% 0.00* 0.01* 0.00*
(+) 0.00* 0.00* 0.00*

Kloramfeniko

Tabel 5.1.3.3 Uji Post Hoc Analisis Multikomporasi Mann-Whitney

5.2. Pembahasan

Uji efektifitas ekstrak bawang putih (Allium sativum) sebagai antibakteri terhadap

Salmonella thypii secara in vitro menggunakan metode true eksperimental post test dengan disk

diffution yang dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia periode waktu mulai

bulan Mei sampai dengan Juni 2017.


Terbentuknya zona bening disekitar paper disc mengindikasikan adanya hambatan

terhadap pertumbuhan koloni bakteri Salmonella thypii. Kemudian diameter zona bening atau

hambat yang terbentuk tersebut di ukur dengan menggunakan jangka sorong dan dinyatakan

satuan meter milimeter (mm). Semakin besar/luas zona hambat yang terbentuk maka

mengindifikasikan bahwa semakin besar pula aktifitas anti bakteri ekstrak bawang putih (Allium

sativum).

Diameter zona hambat yang terbentuk oleh variasi konsentrasi (50%, 75% dan 100%)

ekstrak bawang putih (Allium sativum) pada koloni bakteri salmonella thypii yang dibandingkan

dengan zona hambat bening disekitar paper disc yang berisi antibiotik kloramfeniko; 500mg.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi efektif ekstrak

bawang putih (Allium sativum) sebagai antibakteri terhadap Salmonella thypii dan zona hambat

yang dihasilkan oleh variasi konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada percobaan replikasi 1, ekstrak bawang

putih (Allium sativum) dengan konsentrasi 50% menunjukkan hasil zona hambat minimal

(ZHM) dengan interpretasi intermediate yakni dengan diameter rata-rata 16.20 mm, sedangkan

madu dengan konsentrasi 75% menunjukkan hasil ZHM dengan interpretasi intermediate dengan

diameter rata-rata 19.0 mm, dan pada konsentrasi 100% menujukkan hasil ZHM dengan

interpretasi sensitif dengan diameter rata-rata 23.89 mm serta pada kontrol positif (+)

menunjukkan hasil ZHM dengan interpretasi sensitif dengan diameter rata-rata 37.07 mm.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada percobaan replikasi 2, ekstrak bawang

putih (Allium sativum) dengan konsentrasi 50% menunjukkan hasil zona hambat minimal

(ZHM) dengan interpretasi intermediate yakni dengan diameter rata-rata 16.95 mm, sedangkan

madu dengan konsentrasi 75% menunjukkan hasil ZHM dengan interpretasi intermediate dengan
diameter rata-rata 17.59 mm, dan pada konsentrasi 100% menujukkan hasil ZHM dengan

interpretasi sensitif dengan diameter rata-rata 25.29 mm serta pada kontrol positif (+)

menunjukkan hasil ZHM dengan interpretasi sensitif dengan diameter rata-rata 34.01 mm.

Sedangkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada percobaan replikasi 3, ekstrak

bawang putih (Allium sativum) dengan konsentrasi 50% menunjukkan hasil zona hambat

minimal (ZHM) dengan interpretasi intermediate yakni dengan diameter rata-rata 17.60 mm,

sedangkan madu dengan konsentrasi 75% menunjukkan hasil ZHM dengan interpretasi

intermediate dengan diameter rata-rata 18.29 mm, dan pada konsentrasi 100% menujukkan hasil

ZHM dengan interpretasi sensitif dengan diameter rata-rata 24.10 mm sedangkan pada kontrol

positif (+) menunjukkan hasil ZHM dengan interpretasi sensitif dengan diameter rata-rata 38.22

mm. Pada ketiga replikasi kontrol negatif (-) menandakaan tidak adanya reaksi atau zona hambat

yang terbentuk (resisten).

Konsentrasi 50%, 75%. Dan 100% yang digunakaan dalam penelitian ini menunjukan

perbedaan luas zona hambat yang terbentuk. Pada konsentrasi 50% pada ketiga replikasi

memberikan hasil dari tabel acuan zona hambat minimal adalah intermediet dengan hasil rata-

rata 15-22 mm begitu pun yang terjadi pada konsentrasi 75%. Sedangkan pada konsentrasi 100%

di dapatkan hasil sensitive dengan rata-rata minimal zona hambat >23 mm, tetapi dalam hal ini

kontrol positif yang digunakaan yaitu kloramfenikol tetap memberikan hasil sensitive yang lebih

tinggi dibandingkan dengan konsentrasi 100% ekstrak bawang putih (allium sativum).

Interpretasi zona hambatan ditentukan berdasarkan tabel acuan menurut CLSI (Clinical

and Laboratory and Standards Institute 2013) :


Resisten <14 mm
Intermedia 15-22 mm
Sensitive >23mm

Terbentuknya zona hambat mikroba terhadap pertumbuhan bakteri disebabkan oleh Allisin

yang terkandung dalam ekstrak bawang putih memiliki aktifitas sebaga antibakteri dengan

menghambat sintesis DNA, RNA, dan protein penting untuk pertumbuhannya. Selain itu, minyak

atsiri dapat menganggu proses pembentukan membran sel, ajoene yang juga memiliki fungsi

yang sama terhadap allisin namun dengan cara yang lambat, Mekanisme kerja flavonoid juga

dapat merusak membran sel dengan cara menghambat sintesis molekul. Flavonoid juga dapat

mendepolarisasi membran sel dan menghambat siklus DNA, RNA maupun protein yang sudah

diobservasi pada salmonella tyhii. Selain itu flavonoid dapat menghambat sintesis asam nukleat,

menghambat fungsi sitoplasma dan menghambat metabolisme energi, pada bakteri hal inilah

yang dapat menggangu metabolisme bakteri dan dapat menyebabkan gangguan pada

pertumbuhan bakteri Salmonella typhii.(12.24)

Berdasarkan dari penelitian terdahulu bawang putih yang dibentuk menjadi ekstrak juga

memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan beberapa bakteri, hal ini yang dibuktikan oleh

Hindi (2013). Dalam penelitiannya dengan menggunakan metode well diffusion menunjukan

bahwa ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 50% dapat menghambat pertumbuhan 5 bakteri

gram negative yaitu S.aureus, S.epidermidis, s.Pyogenes, S. Pneumoniae, enterococcus faecalis

dan 9 bakteri gram negarif yaitu P.aerogenossa, Pseudomonas fluresence, proteus vulgaris,

proteus mirabilis, E.coli, Enterobacter aeroegenes, K. Pneumoniae, S typhi, Acineteobacter. (4)


Perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh Maya Damayanti(2014) dengan penelitian ini

adalah konsentrasi yang digunakan, media pertumbuhan bakteri yang digunakaan oleh Maya

Damayanti(2014) adalah agar darah sedangkan penelitan ini menggunakan medium nutrient

agar dan bakteri yang digunakan oleh Maya Damayanti adalah bakteri Propionibacterium acnes.

Selain itu Maya Damayanti juga menggunakan konsentrasi yang lebih banyak yaitu konsentrasi

5%, 20%, 55%, 75%, dan 100% sedangkan penelitian ini hanya menggunakan konsentrasi 50%,

75%, dan 100%.(25)

Berdasarkaan hasil uji penelitian di atas, dapat dinyatakaan bahwa dengan meningkatnya

konsentrasi larutan ekstrak bawang putih (Allium sativum) menujukan terjadi kenaikan dari

diameter zona hambat, hal ini menunjukan bahwa pertambahan konsentrasi larutan ekstrak

bawang putih (Allium sativum) berbanding lurus dengan bertambah kuatnya zona hambat

pertumbuhan bakteri. Namun, dapat disimpulkan bahwa ektrak bawang putih (allium sativum)

dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typji.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
1. Ekstrak Bawang putih (Allium sativum) memiliki sifat antibakteri terhadap bakteri

Salmonella thypii secara in vitro.


2. Hasil uji efektifitas bawang putih (allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri

Salmonella tyhii dengann pelarut etanol 90% menunjukan bahwa bawang putih dapat

menghambat pertumbuhan Salmonella tyhii, yaitu pada konsentras 100% rata-rata

zona hambat ketiga replikasi yang digunakaan 24.42 mm . Pada konsentrasi 75%

mendapatkan hasil rata-rata 18.28 mm dan 50% mnunjukan hasil rata-rata pada ketiga

replikasi yaitu 16.91mm.


3. Efektifitas larutan bawang putih (Allium satvum) terhadap pertumbuhan bakteri

Salmonella typhi berdasarkan tabel acuan menurut CLSI (Clinical and Laboratory

and Standards Institute 2013 pada konsentrasi 1005 tergolong respon hambat yang

kuat (sesitif) sedangkan pada konsentrasi 50% dan 75% tergolong respon hambat yang

sedang (intermediet).
4. Hasil Uji Satistik Post Hoc Analisis Multikomporasi menunjukan bahwa terdapat

perbedaan yang bermakna antara setiap konsentrasi larutan bawang putih (allium

sativum) dengan kontrol positif yaitu kloramfnikol.

6.2. Saran
1. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan zat aktif dari bawang

putih yang beraktifitas sebagai anti bakteri terhadap Salmonella thypii.


2. Dapat dilakukan penelitan mengenai efektifita ekstrak bawang putih terhada[ bakeri

lainnya yang bersifat pathogen.


3. dapat dilakukan uji aktifitas bawang putih dengan menggunakan metode pengukuran

aktifitas antibakteri yang lain.


4. Perlu dilakukan uji efektifitas ekstrak bawang putih yang lain sebagai antifungi dan

antivirus.

Daftar Kepustakaan

1. Knmore. Protection against pylory and other bacterial infections by garlic. [Internet].

Bastry University; Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11238826?

ordinalpos=1&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RV

AbstractPlusDrugs1

2. Chardon K. Garlic: An Herb society of America Guide. Ohio; 2006.

3. Syamsiah IS T. Khasiat dan Manfaat Bawang Putih Raja Antibiotik Alami. Jakarta:

Agromedia Pustaka; 2003.

4. Hindi KKN. In vitro Antibacteriaa Activit of aquatic Garlic Extract, Apple Vineger- Garlic

Extract Combination. Am J Phytomedicine Clin Ther. 2013;Vol. 1:42–51.

5. Brooks GF, Butel JS, Morse S. Medical Microbiology. Appleton & Lange; 2004.
6. Darmawati S. Keanekaragamaan genetic Salmonella typhi. J Kesehataan.

2009;Vol.2(No.1).

7. Shulman T., Phair J., Sommers H. Dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi. Edisi ke-4.

Yogyakarta, Gadjah Mada University; 1994. 300-305 p.

8. S N, Et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1996.

435-342 p.

9. Mirza S. The Prevalence and clinical featurs of multi-drug resistent salmonella typhi

infection in Bulichistan. Ann TRop Med and Parasitol; 1995.

10. Anonim. Bacground Document the diagnosis, treatment and prevention of thyfoid fever,

Communicablr Disease Survilance and response vaccins and biologicals [Internet]. WHO.

2003. Available from: www.who.int/vaccines.documents

11. RI, DEPKES. Laporan Hasil Riset Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta; 2008.

12. Brooks GF. Mikrobiologi Kedokteran: Jawetz, Melnick & Adleberg. 23rd ed. Medical

Microbiology; 2004.

13. Greenwood. Antibiotics Susceptibility (sensitivity Test, Antimicribial and Chemotheraphy.

Mc Graw Hill Company, editor. USA; 1995.

14. Hermawan UE, Ahmad DS, D. Senyawa Organosulfur Bawang Putih ( Allium Sativum)

dan aktivita biologisnya. Biofarasi. Vol.1, No.

15. J C. The Wonders of Garlic [Internet]. Available from:

http://www.jrthorns.com/Challem/garlic.html
16. Butt M., Sultan M. Garlic: nature’s protection agains physiological treats. Critical Riview

in food science and nutrition. 2009;

17. North CQ. Allicin-the Smell of health [Internet]. Universty of Oxford. 2001 [cited 2016

Jan 8]. Available from: http://www.chem.ox.ac.uk/mom/html

18. Atmadja DS. Bawang Putih untuk Kesehataa (Terjemahan dari Garlic for Health,

Karangan David Roser). Jakarta: PT Bumi Aksara; 2002.

19. Tampubolon. Tumbuhan Obat Pagi Pecinta Alam. 2002.

20. Garlic. English Garlic Allium Sativum [Internet]. Available from: www. henriettesherbal.

Com/ electis/ usdips/ allium – sati.html

21. Katria Y. Ekstrak dan Identifikasi Komponen Sulfida Pada Bawang Putih. Universitas

Negri Semarang; 2006.

22. Garlic Advenced [Internet]. Available from: www.herbalchem.net/garlic advanced.html

23. Yuhua WF., S E. Terapi Jahe dan Bawang Putih. Jakarta: Taramedia & Restu Agung;

24. Cobas, Cardella A, Soria AC, Martinez MC, Villamiel M. Compereshive Survey Of Garlic

Functionlty. Madrid. 2010; CSIC hal 1-60

25. Damayanti Maya. Uji Efektifitas larutan Bawang putih terhadap pertumbuhan bakteri

Propionibacterium Acnes in Vitro. UIN Syarif Hidayatullah; 2014.

26. Klotchko A. Salmonellosis [Internet]. 2011. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/228174-overview
27. Warna G, Sulistia. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. 585-587

p.

28. Sundoyono A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta; 2008. 550-551 p.

29. Khopkar S.M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas indonesia Press Jakarta;

30. Underwood A. Analisisi Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga;

31. Depertement Kesehatan RI. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta;

2000.

32. Achten, V., Franken, M., dan Singh, A. M., 2008, Jatropha Biodiesel Production and Use,

Biomass Bioenerg.

33. B. Ichsan Zanuar Efek Antiibakteri Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) Terhadap

Pertumbuhaan Streptococcus secara in vitro.Fakultas Kedokteran Sebelas Maret.

Surakarta;2009

34. Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI). 2006. Performance Standards for

Antimicrobial SusceptibilityTesting; Sixteenth Informational Supplement.M100-S16

Vol.26

35. WHO (World Health Organization). Background Doc : The diagnosis, treatment and

prevention of thyphoid fever 2003. Geneva. Swizerland.

36. Mardiastuti H, Karuniawati A, Kiranasari A, Kadarsih R. Emerging Resistance Pathogen:

Situasi terkini di Asia, Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah dan Indonesia. Majalah

Kedokteran Indonesia.[serial online] 2007 Mar 3 [cited 2014 Sep 20]; 57 (3): [75-79].
Available from :

URL:http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/490/49 1

37. Sutrisna. Penggunaan antibiotika secara rasional.Majalah Kedokteran Indonesia. [serial

online] 2012 May 24 [Cited 2014 Sep 21] 7: [32-39]. Available from :

URL:http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstrea

m/handle/123456789/3265/PENGGUNAAN%20ANTIBIOTIKA%20SECARA

%20RASI ONAL.pdf?sequence=1

38. Diana S. Minyak sereh. [cited 5 Desember 2007] Available

from:URL:http://www1.bpkpenabur.or.id/jelajah/08/biologi1.htm

39. Ketaren.S. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka.

40. Freeman.f, Kodera,Y. Garlic Chemistry: Stability of S-(2-Propenyl)-2-Propene-1-

sulfinothioate (Allicin) in Blood, Solvents, and Simulated Physiological Fluids. 1995.

Avalaible From URL:http://pubs.acs.org/doi/pdf/10.1021/jf00057a004

41. Lawson, L.D., D.K. Ransom, and B.G. Hughes. 1992. Inhibition of whole blood platelet-

aggregation by compounds in garlic cloves extracts and comercial garlic products.

Thrombine Research 65 (2): 141–156.

42. - Maysaa C. Evaluate the antibacterial effect of Garlic (Alliumsativum) andantimicrobial

susceptibility on Pseudomonas aeruginosaisolated from otitis media. [serial online] 2011

Oct 2 [Cited 2014 Sep 21];10(2): [94-104]. Available from : URL :

http://www.iasj.net/iasj?func=fulltext&a Id=34826
- Onyeagba R, Uogbogu O, Okeke C. .Studies on the antimicrobial effects of garlic

(Allium sativum Linn), ginger (Zingiber officinale Roscoe) and lime (Citrus aurantifolia

Linn). Afr J Biotech. [serial online] 2004 Oct 24 [Cited 2014 Sep 20]; 10: [552-554].

Available from URL : http://www.academicjournals.org/articl

e/article1380873779_Onyeagba

- Uzodike E, Igwe I. Efficacy of garlic (Allium sativum) on Staphylococcus aureus

conjunctivitis. JNOA. [serial online] 2005 Des 20 [Cited 2014 Sep 21]; 12: [20-22].

Available from : URL : http://www.ajol.info/index.php/jnoa/art

icle/download/64453/52237

- . El-mahmood M. Efficacy of crude extract of garlic (Allium sativum Linn.) against

nosocomial Eschericia coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniea,

Pseudomonas aeruginosa. J Med Plants Res. [Serial online] 2009 May 17 [cited 2014 Sep

19]; 4: [179185]. Available from : URL : http://www.academicjournals.org/articl

e/article1380374626_EL-mahmood.pdf

- Ramadanti I A. Uji aktivitas Antibakteri Ekstrak Bawang Putih (Allium satvum L.)

terhadap Bakteri Escherichia coli [Skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas

Dipenogoro; 2008.

43. Gulfraz M, Imran M, Khadam S. A comparative study of antimicrobial and antioxidant

activities of garlic (Allium sativum L.) extracts in various localities in Pakistan. Afr J

Plant Sci.[serial online] 2014 Feb 7 [Cited 2014 Sep 20]; 8: [298306]. Available from :

URL : http://www.academicjournals.org/article/article1403521690_Gulfraz%20et%20a

l.pdf
44. Deresse D. Antibacterial effect of garlic (Allium sativum) on Staphylococcus aureus: An

in vitro study. Asian J Med Sci. [serial online] 2010 Oct 11 [cited 2014 Sep 20]; 2: [62-

65] Available from : URL : maxwellsci.com/print/ajms/v2-6265.pdf

45. McKeever GC. Pharmacology Weekly. Natural medicines newsletter. 2009;1(9):1-2.

46. Nugroho T. Uji Aktifitas Antibakteri pada Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum Linn)

TERHADAP Salmonella thypi secara in vitro. Prodi Analis Kesehatan-AAKMAL.

Malang

47. Wuryanti., Murnah., Uji Ekstrak Bawang Bombay Terhadap Antibakteri Gram Negatf

Pseudomonas aerogenosa Dengan Metode Difusi Cakram. Jurnal Sains & Matematika

(JSM) ISSN 0854-0675 Volume 17 Nomor 3. Semarang, Fakultas Kedokteran UNDIP;

Juli 2009.

48. Kurniawati, N. 2010. Sehat & Cantik Alami berkat Khasiat Bumbu Dapur. Qanita.

Bandung. Hal. 117-119

49. Sunarjono, H dan Soedomo, P. 1983. Budidaya Bawang Merah (Allium ascalonicum L.).

Sinar Baru. Bandung. Hal. 10-11

50. Garlic boosts hydrogen sulfi de to relax arteries. Science daily [Internet]. 2007 Oct 17

[cited 2014 May 22]. Available from:

www.sciencedaily.com/releases/2007/10/071016131534.htm.

51. Hadisahputra, S., Harahap, U. 1994. Biokimia Dan Farmakologi Antibiotik. USU Press,

Medan. Hlm 38-39

Você também pode gostar