Você está na página 1de 15

KONSEP TUMBUH KEMBANG DAN KONSEP BERMAIN

PADA ANAK

Disusun oleh :

Riza Martha Abitarindy


(14.401.11067)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE
BANYUWANGI
2013-2014
ASUHAN KEPERAWATAN PADA CHILD ABUSE

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak. Tak lupa
penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian makalah ini.
Penyusun telah berupaya maksimal agar makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik walaupun demikian masih banyak kekurangan. Untuk itu penyusun
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun penyempurnaan makalah ini.

Banyuwangi, 24 Oktober 2013

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak diberitakan tindakan kekerasan yang dilakukan
oleh orang tua atau pengasuh terhadap anaknya. Dari yang memukul anak,
menyiram anak dengan air panas, hingga membakar anak. Ada juga berita
ayah melakukan hubungan sexual dengan anak, atau kakek dengan anak atau
kakak dengan adik, bahkan sampai hamil. Banyak alasan yang dikemukakan
oleh orang tua maupun pengasuh, antara lain kesal karena anak tidak bisa
diberi tahu, anak rewel terus, kesal pada suami, kesal pada majikan, dsb. Itu
adalah fenomena child abuse yang terjadi di sekitar kita.
Perawat, terkadang merupakan orang yang pertama mengenali adanya
child abuse di masayarakat. Perawat maternitas, perawat anak dan perawat
keluarga hendaknya mengamati adanya tanda–tanda family abuse sehingga
dapat mempersiapkan untuk menangani hal tersebut secara objektif. Hal ini
penting agar korban kekerasan menjadi aman dan agar fungsi keluarga dapat
berjalan dengan baik.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tugas pembuatan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Child Abuse, diharapkan mahasiswa memahami tentang Child Abuse.
2. Tujuan khusus
Setelah menyelesaikan tugas asuhan keperawatan pada pasien dengan
Child Abuse, mahasiswa mampu:
a. Memahami definisi Child Abuse
b. Mengetahui etiologi terjadinya Child Abuse
c. Mengetahui patofisiologi terjadinya Child Abuse
d. Mengetahui proses terjadinya Child Abuse
e. Mengetahui manifestasi klinis dari Child Abuse
f. Mengetahui komplikasi dari Child Abuse
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Child Abuse
h. Merumuskan asuhan keperawatan pada anak dengan Child Abuse
meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani
yang keras, yang dikerjakan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian
suatu badan dan menghasilkan pelayanan yang melindungi anak tersebut.
(Delsboro, 1993)
Child abuse dimana termasuk malnutrisi dan mentelantarkan anak
sebagai stadium awal dari indrom perlakuan salah, dan penganiayaan fisik
berada pada stadium akhir yang paling berat dari spectrum perlakuan salah
oleh orang tuanya / pengasuh. (Fontana, 1998)
Child Abuse adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak
sehingga tidak optimal lagi (David Gill, 1998)
Child Abuse adalah perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak,
menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan
seksual (Synder, 2000)
Child abuse adalah sebagai suatu kelalaian tindakan / perbuatan oleh
orang tua atau yang merawat anak yang mengakibatkan terganggu kesehatan
fisik emosional serta perkembangan anak. (Patricia, 2005)
B. Etiologi
Perlakuan salah terhadap anak bersifat multidimensional, tetapi ada 3
faktor penting yang berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak,
yaitu:
1. Karakteristik orangtua dan keluarga
Faktor-faktor yang banyak terjadi dalam keluarga dengan child abuse antara
lain:
a. Para orangtua juga penderita perlakuan salah pada masa kanak-kanak.
b. Orangtua yang agresif dan impulsif.
c. Keluarga dengan hanya satu orangtua.
d. Orangtua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum siap secara
emosional dan ekonomi.
e. Perkawinan yang saling mencederai pasangan dalam perselisihan.
f. Tidak mempunyai pekerjaan.
g. Jumlah anak yang banyak.
h. Adanya konflik dengan hukum.
i. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.
j. Kondisi lingkungan yang terlalu padat.
k. Keluarga yang baru pindah ke suatu tempat yang baru dan tidak mendapat
dukungan dari sanak keluarga serta kawan-kawan.
2. Karakteristik anak yang mengalami perlakuan salah
Beberapa faktor anak yang berisiko tinggi untuk perlakuan salah
adalah:
a. Anak yang tidak diinginkan.
b. Anak yang lahir prematur, terutama yang mengalami komplikasi neonatal,
berakibat adanya keterikatan bayi dan orangtua yang membutuhkan
perawatan yang berkepanjangan.
c. Anak dengan retardasi mental, orangtua merasa malu.
d. Anak dengan malformasi, anak mungkin ditolak.
e. Anak dengan kelainan tingkah laku seperti hiperaktif mungkin terlihat
nakal.
f. Anak normal, tetapi diasuh oleh pengasuh karena orangtua bekerja.

3. Beban dari lingkungan: Lingkungan hidup dapat meningkatkan beban


terhadap perawatan anak.
Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penyiksaan anak
dilakukan oleh orang tua dari banyak etnis, letak geografis, agama, tingkat
pendidikan, pekerjaan dan social ekonomi. Kelompok masyarakat yang hidup
dalam kemiskinan meningkatkan laporan penyiksaan fisik terhadap anak-
anak. Hal ini mungkin disebabkan karena:
a. Peningkatan krisis di tempat tinggal mereka (contoh: tidak bekerja atau
hidup yang berdesakan).
b. Akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat masa-masa krisis.
c. Peningkatan jumlah kekerasan di tempat tinggal mereka.
d. Hubungan antara kemiskinan dengan faktor resiko seperti remaja dan orang
tua tunggal (single parent).
(Hidayat,2008)
C. Patofisiologi
Lebih dari 2,5 juta kasus child abuse anak dan pengabaian (neglect)
dilaporkan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. 35% diantaranya
melibatkan penganiayaan fisik, 15% melibatkan penganiayaan seksual, dan
50% melibatkan neglect. Berdasarkan dari hasil studi satu dari 20 anak –anak
secara umum mengalami penganiayaan fisik physical abuse setiap tahun.
Penganiayaan fisik melibatkan melukai/ merusak badan anak dengan
membakar, memukul dan mematahkan tulang anak. Adanya suatu memar
menunjukkan ada jaringan tubuh yang rusak dan pembuluh darah sudah
memerah. Penerapan metode disiplin dari orang tua ke anak dengan cara
kekerasan seperti menjewer, menampar, dan mencubit hingga meninggalkan
luka atau tanda memar adalah cara yang tidak tepat (American Academy of
Pediatrics, 2007).
D. Manifestasi Klinis
1. Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan
retina akibat dari adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ
dalam lainnya.
2. Sekuel atau cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut,
kerusakan saraf, gangguan pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya.
3. Kematian akibat pada tumbuh kembang anak, pertumbuhan dan
perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih
lambat dari anak yang normal, yaitu:
a. Kecerdasan
 Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam
perkembangan kognitif, bahasa, membaca, dan motorik.
 Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga
karena malnutrisi.
 Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya
stimulasi yang adekuat atau karena gangguan emosi.
b. Emosi
1) Terdapat gangguan emosi
Perkembangan konsep diri yang positif, atau bermusuh dalam
mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan sosial dengan orang
lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.
2) Terjadi pseudomaturitas emosi
Beberapa anak menjadi agresif atau bermusuhan dengan orang
dewasa, sedang yang lainnya menjadi menarik diri atau menjauhi
pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan
belajar, gagal sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.
3) Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak
dicintai, tidak dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak mampu
menyenangi aktifitas dan bahkan ada yang mencoba bunuh diri.
4) Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani, lebih
agresifterhadap teman sebayanya. Sering tindakan egresif tersebut meniru
tindakan orangtua mereka atau mengalihkan perasaan agresif kepada teman
sebayanya sebagai hasil miskinnya konsep diri.
5) Hubungan sosial
Pada anak – anak ini sering kurang dapat bergaul dengan teman
sebayanya atau dengan orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman
dan suka mengganggu orang dewasa, misalnya dengan melempari batu atau
perbuatan – perbuatan kriminal lainnya.
a) Akibat dari penganiayaan seksual
Tanda – tanda penganiayaan seksual antara lain:
Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal,
sekret vagina, dan perdarahan anus.
b) Tanda gangguan emosi
Misalnya konsentrasi berkurang, enuresis, enkopresis, anoreksia, atau
perubahan tingkah laku.
Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai
dengan umurnya. Pemeriksaan alat kelamin dilakukan dengan
memperhatikan vulva, himen, dan anus anak.
c) Sindrom munchausen
Gambaran sindrom ini terdiri dari gejala:
 Gejala yang tidak biasa atau tidak spesifik
 Gejala terlihat hanya kalau ada orangtuanya
 Cara pengobatan oleh orangtuanya yang luar biasa
 Tingkah laku orangtua yang berlebihan.

E. Komplikasi
1. Mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental
2. Kejang-kejang
3. Hidrocepalus
4. Ataksia
5. Kenakalan remaja
6. Depresi dan percobaan bunuh diri
7. Gangguan Stress post traumatic
8. Gangguan makan
(Soegeng,2002)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan pada
penganiayaan seksual, dilakukan pemeriksaan.
a. Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa, dalam 72 jam
setelah penganiayaan seksual.
b. Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk gonokokus.
c. Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B.
d. Analisa rambut pubis.

2. Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan
salah pada anak, yaitu untuk:
a. Identifikasi fokus dari bekas
b. Dokumentasi

Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia dua tahun sebaiknya


dilakukan untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak di atas 4-5 tahun hanya
perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan
pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multipel dengan tingkat
penyembuhan yang berbeda, merupakan suatu kemungkinan adanya
penganiayaan fisik. Ultrasonografi (USG) digunakan untuk mendiagnosis
adanya lesi viseral. CTscan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut
dan kronik, hanya diindikasikan pada penganiayaan anak atau seorang bayi
yang mengalami trauma kepala yang berat.

3. Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit,


pemeriksaan fisik yang teliti, dokumentasi riwayat psikologik yang
lengkap, dan laboratorium.
a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
1) Penganiayaan fisik
 Tanda patogomonik akibat penganiayaan anak dapat berupa:
 Luka memar, terutama di wajah, bibir, mulut, telinga, kepala,
atau punggung.
 Luka bakar yang patogomonik dan sering terjadi: rokok,
pencelupan kaki-tangan dalam air panas, atau luka bakar
berbentuk lingkaran pada bokong. Luka bakar akibat aliran listrik
seperti oven atau setrika.
 Trauma kepala, seperti fraktur tengkorak, trauma intrakranial,
perdarahan retina, dan fraktur tulang panjang yang multiple
dengan tingkat penyembuhan yang berbeda.
 Trauma abdomen dan toraks lebih jarang dibanding trauma kepala
dan tulang pada penganiayaan anak. Penganiayaan fisik lebih
dominan pada anak di atas usia 2 tahun.
 Pengabaian
Pengabaian non organic failure to thrive, yaitu suatu kondisi
yang mengakibatkan kegagalan mengikuti pola pertumbuhan dan
perkembangan anak yang seharusnya, tetapi respons baik
terhadap pemenuhan makanan dan kebutuhan emosi anak.
Pengabaian medis, yaitu tidak mendapat pengobatan yang
memadai pada anak penderita penyakit kronik karena orangtua
menyangkal anak menderita penyakit kronik. Tidak mampu
imunisasi dan perawatan kesehatan lainnya. Kegagalan yang
disengaja oleh orangtua juga mencakup kelalaian merawat
kesehatan gigi dan mulut anak sehingga mengalami kerusakan
gigi.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat keluarga dari penganiayaan anak yang lalu.
2. Kecelakaan yang berulang-ulang, dengan fraktur/memar/jaringan yang
berbeda waktu sembuhnya.
3. Orang tua yang lambat mencari pertolongan medis.
4. Orang tua yang mengaku tidak mengetahui bagaimana jelas tersebut
terjadi.
5. Riwayat kecelakaan dari orangtua berbeda atau berubah-ubah pada
anamnesis.
6. Keterangan yang tidak sesuai dengan penyebab jejas yang tampak atau
stadium perkembangan anak.
7. Orang tua yang mengabaikan jejas utama yang hanya membicarakan
masalah kecil yang terus-menerus.
8. Orangtua berpindah dari satu dokter ke dokter yang lain sampai satu saat
Akhir bercerita bahwa ada sesuatu yang salah dengan anak mereka.
9. Penyakit anak yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
10. Anak yang gagal tumbuh tanpa alasan yang jelas.
11. Anak wanita yang tiba-tiba berubah tingkah lakunya, menyendiri atau
sangat takut dengan orang asing, harus diwaspadai kemungkinan
terjadinya penganiayaan seksual.
12. Pada anak yang lebih tua, mungkin dapat menceritakan jejasnya, tetapi
kemudian mengubah uraiannya karena rasa takut akan pembalasan atau
untuk mencegah pembalasan orangtua.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan
dan lingkungan.
2. Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang,
ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.
3. Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi
berhubungan dengan perlakuan kekerasan
4. Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua)
5. Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social
6. Resiko keterlamnbatan perkembangan berhubungan dengan perilaku
kekerasan
(Nanda, 2012)

C. Intervensi
1. Dx 1 : Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian
asuhan dan lingkungan.
Tujuan: setelah dialakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjad
trauma pada anak
NOC : Abuse Protection
Kriteria hasil :
a. Keselamatan tempat tinggal
b. Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah
c. Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah
d. Keselamatan diri sendiri
e. Keselamatan anak

NIC: Enviromental Mangemen: safety


Intervensi :
a. Identifikasi kebutuhan rasa aman pasien berdasarkan tingkat fisik,
fungsi kognitif dan perilaku masa lalu
b. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
c. Monitor lingkungan dalam perubahan status keamanan
d. Bantu pasien dalam menyiapkan lingkungan yang aman
e. Ajarkan resiko tinggi individu dan kelompok tentang bahaya
lingkungan
f. kolaborasi dengan agen lain untuk mengmbangkan keamanan
lingkungan

2. Dx 2 : Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang


ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatandiharapkan rasa cemas
Anak dapat berkurang / hilang
NOC : Kontrol cemas

Kriteria hasil :
a. Monitor intensitas kecemasan
b. Menyingkirkan tanda kecemasan
c. Menurunkan stimulasi lingkuangan ketika cemas
d. Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e. Menggunakan strategi koping efektif

NIC : Penurunan cemas

Intervensi:
a. Tenangkan klien
b. Berusaha memahami keadaan klien
c. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa
takut
d. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menciptakan
cemas
e. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri dengan cara yang
tepat
f. kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan

3. Dx 3 : Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi


berhubungan dengan perlakuan kekerasan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan tidak terjadi kerusakan kedekatan
orang tua / anak / bayi
NOC : Parenting
Kriteria hasil :
a. Menyediakan kebutuhan fisik anak
b. Merangsang perkembangan kognitif
c. Merangsang perkembangan emosi
d. Merangsang perkembangan spiritual
e. Menggunakan masyarakat dan sumber lain yang tepat
f. Gunakan interaksi yang tepat untuk perkembangan emosi anak
NIC : Anticipatory guidance

Intervensi :

a. Kaji pasien untuk mengidentifikasi perkembangan dan krisis


situasional selanjutnya dalam efek dari krisis yang ada pada kehidupan
individu dan keluarga.
b. Instruksikan perkembangan dan perilaku yang tepat
c. sediakan informasi yang realistic yang berhubungan dengan perilaku
pasien
d. tentukan kebiasaan pasien dalam mengatasi masalah
e. Bantu pasien dalam memutuskan bagaimana dalam memutuskan
masalah
f. Bantu pasien berpartisipasi dalam mengantisipasi perubahan peraturan

4. Dx 4 : Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan


orangtua)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi
cidera
NOC : Pengendalian resiko
Kriteria hasil:
a. Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan
b. Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko
c. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
d. Menghindari cidera fisik
e. Orang tua akan mengenali resiko dan membantu kekerasan.

NIC : Manajemen lingkungan: keselamatan

Intervensi:
a. Monitor lingkungan untuk perubahan status
b. Identifikasi keselamatan yang dibutuhkan pasien, fungsi kognitif dan
level fisik
c. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
d. Gunakan alat-alat pelindung untuk mobilitas fisik yang sakit
e. Catat agen-agen berwenang untuk melindungi lingkungan

5. Dx 5 : Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social


Tujuan : Pasien tidak merasa takut.
NOC : Kontrol ketakutan
Kriteria hasil:
a. Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan
b. Menghindari sumber ketakutan bila mungkin
c. Mengendalikan respon ketakutan
d. Mempertahan penampilan peran dan hubungan social

NIC 1 : Pengurangan Ansietas


Intervensi:
a. Sering berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan
perilaku yang dapat menurunkan / mengurangi takut
b. Tetap bersama pasien selama dalam situasi baru
c. Gendong / ayun-ayun anak
d. Sering berikan penguatan verbal / non verbal yang dapat membantu
menurunkan ketakutan pasien

NIC 2 : Peningkatan koping


Intervensi:
a. Gunakan pendekatan yang tenang, meyakinkan
b. Bantu pasien dalam membangun penilaian yang objektif terhadap suatu
peristiwa
c. Tidak membuat keputusan pada saat pasien berada dalam stress berat
` d. Dukung untuk menyatukan perasaan, persepsi dan ketakutan secara
verbal
e. Kurangi stimulasi dalam lingkungan yang dapat disalah interprestasikan
sebagai ancaman

6. Dx 6: Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan perilaku


kekerasan
Tujuan : Tidak terjadi keterlambatan perkembangan
NOC : Abusive behavior self-control
Kriteria hasil:
a. Hindari perilaku kekerasan fisik
b. Hindari perilaku kekerasan emosi
c. Hindari perilaku kekerasan seksual
d. Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi stress
e. Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan

NIC : Family terapi

Intervensi:
a. Tentukan terapi dengan keluarga
b. Rencanakanstrategi terminasi dan evaluasi
c. Tentukan ketidakmampuan spesifik dalam harapan peran
d. Gunakan komunikasi dalam berhubungan dengan keluarga
e. Berikan penghargaan yang positif pada anggota keluarga

D. Evaluasi
Dx 1: Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian

asuhan dan lingkungan.

a. Keselamatan tempat tinggal


b. Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah

c. Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah

d. Keselamatan diri sendiri

e. Keselamatan anak

Dx 2 : Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang,

a. ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.


b. Monitor intensitas kecemasan
c. Menyingkirkan tanda kecemasan
d. Menurunkan stimulasi lingkuangan ketika cemas
e. Mencari informasi untuk menurunkan cemas
f. Menggunakan strategi koping efektif

Dx 3 : Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua/ anak/ bayi

berhubungan dengan perlakuan kekerasan

a. Menyediakan kebutuhan fisik anak


b. Merangsang perkembangan kognitif
c. Merangsang perkembangan emosi
d. Merangsang perkembangan spiritual
e. Menggunakan masyarakat dan sumber lain yang tepat
f. Gunakan interaksi yang tepat untuk perkembangan emosi anak

Dx 4 : Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang

tua)

a. Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan


b. Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko
c. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
d. Menghindari cidera fisik
e. Orang tua akan mengenali resiko dan membantu kekerasan.

Dx 5 : Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social

a. Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan


b. Menghindari sumber ketakutan bila mungkin
c. Mengendalikan respon ketakutan
d. Mempertahan penampilan peran dan hubungan social

Dx 6 : Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan perilaku


kekerasan

a. Hindari perilaku kekerasan fisik


b. Hindari perilaku kekerasan emosi
c. Hindari perilaku kekerasan seksual
d. Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi stress
e. Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani yang keras,
dimana termasuk malnutrisi dan mentelantarkan anak sebagai stadium awal dari
indrom perlakuan salah, dan penganiayaan fisik berada pada stadium akhir yang
paling berat dari spectrum perlakuan salah oleh orang tuanya/ pengasuh.
Child Abuse adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak
sehingga tidak optimal lagi.

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan
lingkungan.
2. Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang,
ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.
3. Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi berhubungan
dengan perlakuan kekerasan

4. Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua)


5. Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social
6. Resiko keterlamnbatan perkembangan berhubungan dengan perilaku
kekerasan
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Delsboro. 1993. Keperawatan Pediatric, Jakarta : EGC


Budi Keliat, Anna. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta: FKUI
Gordon et all. 2002. Nanda Nursing Diagnoses. Definition and classification 2001-
2002. Phildelpia : NANDA
Johnson, Fontana, dkk. 1998. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes
Classifition (NOC), Second Edition. USA : Mosby
Mccloskey, Gill D.dkk. 1998. IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classifition (NOC), Second Edition. USA : Mosby
Nelson, Synder.2000. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Whaley’s and Wong. 1995. Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th Edition. USA
Potter A Patricia.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan,edisi 4.Jakarta :EGC

NANDA. 2005. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2005-2006. Philadelphia:


NANDA International.

NICNOC. 2008, Diagnosa Nanda NIC & NOC, Jakarta: Prima Medika.

American Academy of Pediatrics, 2007. Soft Drinks in Schools: Committee on School


Health. Available
from:http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;
/113/1/152.htm. [Accessed 14 April 2013].

Soegijianto, Soegeng.2002.Ilmu Penyakit Anak.Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. 2008, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (2 Edition), Jakarta:Salemba Medika

Você também pode gostar