Você está na página 1de 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PREMATURITAS

Disusun oleh:
Nur Azizah Dwi Fitriani
B1801030

Dosen Pengampu:
Suyami, M. Kep. Ns. Sp. Kep. Anak
Mata Kuliah :
Keperawatan Anak 2

PRODI S1 KEPERAWATAN PROGRAM ALIH JALUR


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN 2018 / 2019
A. DEFINISI
Prematuritas adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan. Bayi premature
adalah bayi yang lahir belum cukup bulan. Berdasarkan kesepakatan WHO, belum cukup
bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :
1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu.
3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28 minggu.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan 37
minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Wong, 2004)
Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara
bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya
peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.

B. PENYEBAB
Lebih dari 30% penyebab premature tidak diketahui. Faktor-faktor yang bisa jadi
penyebab antara lain sebagai berikut:
1. Faktor ibu.
Penyakit pada ibu: pre-eklampsi/eklampsi, HAP, diabetes, nefritis akut, usia ibu <16
tahun atau >35 tahun, perokok, peminum, incompetent serviks, dan sebagainya.
2. Faktor janin.
Hidramion, ketuban pecah dini, gemelli, kelainan kromosom, dan sebagainya.
3. Faktor lain.
Tingkat kehidupan sosial ekonomi yang rendah, gizi yang kurang, terkontaminasi
dengan zat-zat beracun, pemeriksaan antenatal yang sangat minim, trauma antenatal,
plasenta previa, dan sebagainya.
Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature :
1. Kehamilan
- Malformasi Uterus
- Kehamilan ganda
- TI. Servik Inkompeten
- KPD
- Pre eklamsia
- Riwayat kelahiran premature
- Kelainan Rh
2. Penyakit
- Diabetes Maternal
- Hipertensi Kronik
- UTI
- Penyakit akut lain
3. Sosial Ekonomi
- Tidak melakukan perawatan prenatal
- Status sosial ekonomi rendah
- Malnutrisi
- Kehamilan remaja
Faktor Resiko Persalinan Prematur :
1. Resiko Demografik
- Ras
- Usia (<> 40 tahun)
- Status sosio ekonomi rendah
- Belum menikah
- Tingkat pendidikan rendah
2. Resiko Medis
- Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
- Abortus trimester kedua (lebih dari 2x abortus spontan atau elektif)
- Anomali uterus
- Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
- Resiko kehamilan saat ini : Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil,
masalah-masalah plasenta (misal : plasenta previa, solusio plasenta), pembedahan
abdomen, infeksi (misal : pielonefritis, UTI), inkompetensia serviks, KPD, anomaly
janin
3. Resiko Perilaku dan Lingkungan
- Nutrisi buruk
- Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
- Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)
- Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal
4. Faktor Resiko Potensial
- Stres
- Iritabilitas uterus
- Perestiwa yang mencetuskan kontraksi uterus
- Perubahan serviks sebelum awitan persalinan
- Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat
- Defisiensi progesteron
- Infeksi
(Bobak, Ed 4. 2005)

C. MANIFESTASI KLINIS
Ciri-ciri bayi prematur:
1. Berat badan <dari 2500gr, panjang badan kurang dari 45cm, lingkar kepala kurang dari
33cm, lingkar dada kurang dari 30cm.
2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
3. Kepala lebih besar daripada badan.
4. Kulit: tipis transparan, rambut lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan
lengan.
5. Lemak subkutan kurang.
6. Otot hipotonik lemah.
7. Reflex tonus otot masih lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk belum
sempurna.
8. Tulang rawan dan daun telinga immature (elastic daun telinga masih kurang sempurna).
9. Pernapasan tak teratur bisa terjadi apnea(gagal napas).
10. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan sekitar 45-50kali/menit, dan frekuensi nadi 100-140/menit.
13. Sering anemia.
14. Genetalia belum sempurna, labio minora belum tertutup oleh labia mayora dan pada
laki-laki testis belum turun.
15. Garis pada telapak kaki belum jelas dan kulit teraba halus.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia
Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl
2. Pemantauan gas darah arteri
Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg dan kadar PaCO2
35 – 45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %.
3. Kimia darah sesuai kebutuhan
v Hb (Hemoglobin)
Hb darah lengkap bayi 1 – 3 hari adalah 14,5 – 22,5 gr/dl
v Ht (Hematokrit)
Ht normal berkisar 45% - 53%
v LED darah lengkap untuk anak – anak
Menurut :
Westerfreen : 0 – 10 mm/jam
Wintrobe : 0 – 13 mm/jam
v Leukosit (SDP)
Normalnya 10.000/ mm³. pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi dari 6.000 –
225.000/ mm³.
v Trombosit
Rentang normalnya antara 60.000 – 100.000/ mm³.
v Kadar serum / plasma pada bayi premature (1 minggu)
Adalah 14 – 27 mEq/ L
v Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1 – 3 hari)
Adalah 4,0 – 6,6 juta/mm³.
v MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM
MCH darah lengkap : 31 – 37 pg/ sel
MCV darah lengkap : 95 – 121 µm³
v Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35 – 7,5
4. Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan
5. Penyimpangan darah tali pusat

E. KOMPLIKASI
Fungsi organ-organ bayi premature belum sempurna seperti bayi aterm, karena itu banyak
mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus. Makin pendek masa kehamilan, makin
kurang sempurna organ-organ sehingga komplikasi dan tingkat angka kematian makin
tinggi. Komplikasi umum pada bayi prematur:
1. Sindrom Gawat Napas (RDS)
Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis, peningkatan
usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi dan syok
2. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP)
Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan faring. (Whaley
& Wong, 1995)
3. Duktus Arteriosus Paten (PDA)
4. Necrotizing Enterocolitas (NEC)
(Bobak, 2005)

F. PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui secara jelas. Data
statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial
ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak
melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama
kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus
kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor
tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa
bayiuntuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup
maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan
yang sangat khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau
minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang
perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali
Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek
kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1
kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm,
riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau
bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya.
(Kapita selekta, 2000)

Pathway
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Meningkatkan fungsi pernapasan optimal
2. Mempertahankan lingkungan termal yang netral
3. Mencegah atau menurunkan resiko terhadap potensial komplikasi
4. Mempertahankan homeostatis melalui regulasi nutrisi dan hidrasi
5. Membantu mengembangkan unit keluarga sehat

H. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat / tidak teratur dalam batas normal (120 sampai 160 dpm)
murmur jantung yang dapat menandakan duktus arteriosus paten (PDA)
b. Makanan / Cairan
Berat badan kurang dari 2500 g
c. Neurosensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut
Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh : sutura mungkin mudah di
gerakan, fontanel mungkin besar / terbuka lebar
Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin merapat
Reflek tergantung pada usia gestasi
d. Pernafasan
Apgar score mungkin rendah
Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten (40-60 x/mnt)
mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal subternal, sianosis ada.
Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres pernafasan
(RDS)
e. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah
Menangis mungkin lemah
Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum
Kulit transparan
Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh
Ekstremitas tampak edema
Garis telapak kaki terlihat
Kuku pendek
f. Seksualitas
Persalinan / kelahiran tergesa-gesa
Genetalia ; Labia minora lebih besar dari labia mayora dengan kritoris menonjol
testis pria tidak turun, rugae mungkin banyak / tidak ada pada skrotum
g. Data Penunjang

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi,
sianosis, apnea.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan perkembangan
otot, penurunan energi / kelelahan.
c. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar Hb dalam darah.
d. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang koordinasi
reflek mengisap dan menelan.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif
3. Perencanaan Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Observasi pernafasan 1. Mengetahui frekuensi,
keperawatan selama 1x24 jam seperti cuping hidung, pola,suara napas pasien
diharapkan pertukaran gas dispnea, dan ronkhi 2. Mengkompensasi
pasien kembali normal dengan 2. Observasi status penurunan kontraktilitas
kriteria hasil: jantung ventrikuler
1. Tidak terdapat (frekuensi,pola,suara 3. Meningkatkan volume
dispnea jantung) sekuncup, memperbaiki
2. Nilai AGD dalam 3. Observasi pemberian kontraktilitas dan
rentang normal oksigen dan catat setiap penurunan kongesti
3. Pasien tidak sesak jam ubah sisi alat setiap 4. Mencegah pasien
lagi 3-4 jam menjadi sianosis dan
4. Tidak terjadi 4. Pantau warna kulit dan tetap mempertahankan
sianosis mukosa bibir suhu tubuh pasien dalam
keadaan hangat

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energi / kelelahan
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Observasi frekuensi 1. Mengetahui status
keperawatan selama 1x24 jam pernafasan dan pola nafas pernapasan klien
diharapkan pola napas pasien (pernafasan, tonus otot dan 2. Meningkatkan
kembali normal dengan kriteria warna kulit) pengembangan paru
hasil: 2. Posisikan bayi terlentang 3. Merangsang bayi agar
1. Respirasi Rate 30-60 dengan gulungan kain di mau menangis sehingga
x/menit bawah bahu pengembangan paru
2. Tidak terdapat
3. berikan rangsangan táctil diharapkan akan
penggunaan otot-otot
4. kolaborasi: mengembang secara
bantu napas
 Berikan O2 = ½ sempurna
3. Tidak bernapas dengan
4. Membantu memperlancar
liter
cuping hidung
pernapasan pada bayi
 Berikan obat
aminofilin 2 x
0,15 cc

c. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar Hb dalam darah


Rencana tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Monitor tanda-tanda vital, 1. Data dasar mengetahui
keperawatan selama 3 x 24 jam bunyi jantung, denyut jantung, perkembangan klien dan
diharapkan resiko perubahan irama jantung mengetahui ada tidaknya
perfusi klien tidak terjadi, 2. Observasi pengisian kapiler kelainan jantung
dengan kriteria hasil: klien 2. Mengetahui pengisian kapiler
1. TTV dalam batas normal 3. Anjurkan penggunaan kaos klien dalam batas normal
(Nadi: 120-160x/mnt, kaki dan minyak hangat pada 3. Menjaga agar akral tetap
Suhu: 36-37,4 derajat telapak tangan dan kaki hangat
celcius, Respirasi: 30-
60x/mnt)
2. Akral klien hangat
3. Pengisian kapiler < 3 detik

d. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan imaturitas produksi enzim.
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
setelah diberikan askep selama 1. Pantau dan 1. Mengidentifikasi
5x24 jam diharapkan nutrisi dokumentasikan haluaran indikasi/perkembangan
klien terpenuhi dengan kriteria tiap jam secara adekuat dari hasil yang diharapkan
hasil : 2. Membantu menentukan
1. Pasien menghabiskan 2. Timbang BB klien berat badan yang ideal
50-100cc asi atau susu 3. Berikan susu sedikit tapi 3. Mengurangi anoreksia,
formula sering mual dan muntah
2. Tidak mengalami 4. Catat status nutrisi 4. Berguna dalam
anoreksia, mual, muntah paasien: turgor kulit, mendefinisikan derajat
3. Menunjukkan timbang berat badan, masalah dan intervensi
peningkatan berat badan integritas mukosa mulut, yang tepat dalam
kemampuan menelan, pengawasan kefektifan
adanya bising usus, obat, kemajuan
riwayat mual/rnuntah atau penyembuhan
diare. 5. Mengukur keefektifan
5. Monitor intake dan output nutrisi dan cairan
secara periodik. 6. Menentukan jenis diet dan
6. Catat adanya anoreksia, mengidentifikasi
mual, muntah, dan pemecahan masalah untuk
tetapkan jika ada meningkatkan nutrisi.
hubungannya dengan
medikasi.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif


Rencana tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Pertahankan cuci tangan 1. Sebagai universal precaution
keperawatan selama 3x24jam yang benar 2. Mencegah terjadinya infeksi
diharapkan infeksi tidak terjadi 2. Pertahankan kesterilan 3. Peningkatan suhu terjadi
dengan kriteria hasil : alat karena berbagai faktor, salah
1. Tidak terjadi tanda- 3. Observasi tanda – tanda satunya adalah proses penyakit
tanda infeksi vital, terutama suhu tubuh atau infeksi
2. TTV normal 4. Terjadinya stomatitis
meningkatkan resiko
4. Tekankan pentingnya terhadap
oral hygiene yang baik infeksi/pertumbuhan
sekunder
5. Hindari atau batasi 5. Menurunkan risiko
prosedur invasif. Taati kontaminasi, membatasi
tehnik aseptik masuknya agen infeksi
6. Berikan antibiotik 6. Digunakan untuk
sesuai indikasi mengidentifikasi infeksi atau
diberikan secara profilaktik
pada klien imunosupresi

4. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan adalah langkah keempat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan
yang telah disusun.
5. Evaluasi :
a) Pertukaran gas kembali normal
b) Pola napas kembali normal
c) Perfusi jaringan pasien kembali normal
d) Bayi dapat menunjukan penambahan berat badan (2x 20-30 gr/hr)
e) Bayi tidak mengalami infeksi

I. DAMPAK TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


Dalam konteks keluarga, bayi prematur memiliki gangguan fisiologis seperti halnya dalam
pemenuhan kebutuhan fisiologis contoh oksigen, nutrisi dan cairan yang mengharuskan
observasi berkala sehingga peran keluarga sangat penting dalam hal ini. Kebutuhan akan
rasa aman dan perlindungan juga sangat diperlukan. Begitu juga dengan kebutuhan rasa
cinta, karena dengan cinta dan kasih sayang orangtua bayi prematur diharapkan bisa
tumbuh dengan sehat. Berikut perawatan bayi prematur yang bisa dilakukan oleh keluarga
di rumah:
1. Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan kuasa Tuhan,
ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya akan memproduksi
ASI yang proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi cukup
bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi
yang terkandung didalamnya belum ada yang menandinginya dan ASI dapat
mempercepat pertumbuhan berat anak.
2. Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang belum stabil.
Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya lingkungan sekitarnya tidak
memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati
kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin.
3. Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua harus
berhati – hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir
kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum memberikan
susu, memperhatikan kebersihan kamar.
4. BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu
dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa diberi susu
pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera
membawanya ke dokter.
5. Berikan stimulus yang sesuai
Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak bermain,
menimang, menggendong, menunjukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar –
gambar dan mainan berwarna cerah.
DAFTAR PUSTAKA

Boback. 2004. Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta : EGC.


Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal. Ed. 2. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Media
Asculapius FKUI
Novita, Regina. 2011. Keperawatan Maternitas. Bogor : Ghalia Indonesia.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
Wulandari dan Meira. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Você também pode gostar