Você está na página 1de 2

Maria Chrisventry Ekklesia

312016124

Sila kedua : “Kemanusiaan Yng Adil dan Beradab”

Dalam sila kedua ini banyak sekali makna yang dapat


dikemukakan dan bisa kita terapkan dalam kehidupan kita. Banyak
sekali nilai yang terkandung dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab yang harus kita terapkan, antara lain: Mengakui dan
memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa, bersikap tidak semena-mena
terhadap orang lain, saling tolong-menolong, berani membela
kebenaran demi mencapi suatu keadilan, mengakui persamaan derajat
dalam hak dan kewajiban dan tidak membeda-bedakan suku,
keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
maupun warna kulit dan sebagainya.

Sila ini mengandung prinsip menolak atau menjauhi sesuatu


yang bersumber pada ras dan mengusahakan kebahagiaan lahir dan
batin. Manusia ditempatkan sesuai dengan harkatnya, hak kebebasan
dan kemerdekaan dijunjung tinggi dengan adanya prinsip ini jika
dalam masyarakat ada kelompok ras, kita tidak boleh bersifat
menyendiri satu sama lain. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang
tidak lemah akan perwujudannya secara positif. Jika ada hal-hal yang
menyimpang dari norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku, harus
dilakukan tindakan yang setimpal. Dalam menjaga keseimbangan
antarindividu maupun antarkelompok kita perlu memperkuat rasa
persamaan derajat kita sebagai umat manusia, sebagai masyarkat
Indonesia tentunya. Dengan cara tidak saling membeda-bedakan satu
sama lain.
Namun semakin tahun, masyarakat Indonesia malah semakin
mengabaikan butir-butir penting dalam sila kedua ini. Khususnya
remaja sampai orang dewasa juga mulai acuh. Dengan sering
terjadinya perkelahian atau tawuran antar sekolah, tawurn antar
kelompok bahkan sampai ke hal yang paling mengerikan yang masih
sering terjadi belakangan ini seperti perang antar suku. Dalam hal
keadilan sekarang pun Indonesia bisa dikatakan lemah karena
belakangan ini, dapat terihat bagaimana sebenarnya keadaan penegak
hukum di Indonesia yang kian lama kian memburuk. Hal tersebut juga
dipicu oleh lemahnya penegak hukum. Adanya permainan politik juga
menjadi faktor penyebab terjadinya berbagai kasus suap untuk
melindungi para tindak pidana kelas kakap untuk lepas dari jerat
hukumnya. Bahkan lembaga penegak hukum seperti hakim pun kini
dapat dibayar untuk melepaskan para koruptor dari jerat hukumnya.
Sedangkan untuk rakyat yang biasa-biasa saja atau yang tidak
bercukupan pun diberikan hukuman yang berat. Sejauh ini hukum
tidak hanya dilakukan untuk keadilan atau menciptakan sebuah
kedamaian melainkan hukum malah digunakan untuk perdagangan
atau politik untuk mendapatkan sebuah kekuasan.

Você também pode gostar