Dalam sila kedua ini banyak sekali makna yang dapat
dikemukakan dan bisa kita terapkan dalam kehidupan kita. Banyak sekali nilai yang terkandung dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab yang harus kita terapkan, antara lain: Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa, bersikap tidak semena-mena terhadap orang lain, saling tolong-menolong, berani membela kebenaran demi mencapi suatu keadilan, mengakui persamaan derajat dalam hak dan kewajiban dan tidak membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, maupun warna kulit dan sebagainya.
Sila ini mengandung prinsip menolak atau menjauhi sesuatu
yang bersumber pada ras dan mengusahakan kebahagiaan lahir dan batin. Manusia ditempatkan sesuai dengan harkatnya, hak kebebasan dan kemerdekaan dijunjung tinggi dengan adanya prinsip ini jika dalam masyarakat ada kelompok ras, kita tidak boleh bersifat menyendiri satu sama lain. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah akan perwujudannya secara positif. Jika ada hal-hal yang menyimpang dari norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku, harus dilakukan tindakan yang setimpal. Dalam menjaga keseimbangan antarindividu maupun antarkelompok kita perlu memperkuat rasa persamaan derajat kita sebagai umat manusia, sebagai masyarkat Indonesia tentunya. Dengan cara tidak saling membeda-bedakan satu sama lain. Namun semakin tahun, masyarakat Indonesia malah semakin mengabaikan butir-butir penting dalam sila kedua ini. Khususnya remaja sampai orang dewasa juga mulai acuh. Dengan sering terjadinya perkelahian atau tawuran antar sekolah, tawurn antar kelompok bahkan sampai ke hal yang paling mengerikan yang masih sering terjadi belakangan ini seperti perang antar suku. Dalam hal keadilan sekarang pun Indonesia bisa dikatakan lemah karena belakangan ini, dapat terihat bagaimana sebenarnya keadaan penegak hukum di Indonesia yang kian lama kian memburuk. Hal tersebut juga dipicu oleh lemahnya penegak hukum. Adanya permainan politik juga menjadi faktor penyebab terjadinya berbagai kasus suap untuk melindungi para tindak pidana kelas kakap untuk lepas dari jerat hukumnya. Bahkan lembaga penegak hukum seperti hakim pun kini dapat dibayar untuk melepaskan para koruptor dari jerat hukumnya. Sedangkan untuk rakyat yang biasa-biasa saja atau yang tidak bercukupan pun diberikan hukuman yang berat. Sejauh ini hukum tidak hanya dilakukan untuk keadilan atau menciptakan sebuah kedamaian melainkan hukum malah digunakan untuk perdagangan atau politik untuk mendapatkan sebuah kekuasan.