Pemeriksaan USG pada awal trimester II dapat mendeteksi kelainan-kelainan;'anin yang
merupakan petanda dari kelainan kromosom. Kelainan-kelainan tersebut bisa berupa petanda lemah (sof marher) atau petanda ktat (strong marker atau bard marker) kelainan kromosom. Petanda lemah kelainan kromosom adalah kelainan minor pada janin yang mempunyai korelasi statistik dengan kejadian kelainan kromosom, misalnya edema atau penebalan kulit belakang kepaia, tidak terbentuknya tulang hidung, gambaran usus yang hiperekoik, kista pleksus koroid, atau dilatasi ringan ventrikel lateral otak (ventriku- Iomegali). Petanda kuat kelainan kromosom adalah kelainan kongenital mayor pada janin yang telah terbukti mempunyai korelasi kuat dengan kelainan kromosom, misalnya kelainan kepala (mikrosefalus, holoprosensefalus), kelainan wajah dan leher (labio/ palatosizis, higroma kistik), kelainan toraks (hernia diafragmatika, beberapa kelainan jantung), kelainan dinding abdomen (omfalosel), kelainan gastrointestinal (atresia esofagus, atresia duodenal), kelainan urogenital (hidronefrosis, displasia ginjal kistik), keiainan skelet (femur atau humerus yang sangat pendek, talipes), hidrops fetalis nonimun, PJT pada kehamilan trimester II, oligo/polihidramnion, dan sebagainya. Bila dijumpai petanda-petanda tersebut, sebaiknya dilakukan pemeriksaan kromosom. Plasenta . Ukuran plasenta Selama kehamilan pertumbuhan uterus lebih cepat daripada pertumbuhan plasenta. Sampai kehamilan 20 minggu plasenta menempati sekitar 1/+ Iuas permukaan miometrium, dan ketebalannya tidak lebih dari 2 - 3 cm. Menjelang kehamilan aterm plasenta menempati sekitar 1/8 luas permukaan miometrium, dan ketebalannya dapatmencapai4- 5cmz+.nik melekat langsung pada miometrium (plasenta akreta), menginvasi lapisan miometrium (plasenta inkreta), bahkan menembus lapisan miometrium dan serosum uterus (plasenta perkreta). Ketiga jenis kelainan implantasi plasenta ini seringkali digeneralisisasi dan disebut sebagai plasenta akreta. Diagnosis plasenta akreta melalui pemeriksaan USG menjadi lebih mudah bila implantasi plasenta berada di SBU bagian depan. Lapisan miometrium di bagian basal plasenta terlihat menipis atau menghilang. Pada plasenta perkrera vena-vena subplasenta terlihat berada di bagian dinding kandung kemih. Kalsifikasi Plasenta Kalsifikasi plasenta merupakan proses fisiologis yang terjadi dalam kehamilan akibat deposisi kalsium pada plasenta2e. Kalsifikasi pada plasenta terlihat mulai kehamilan 29 minggu dan semakin meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan, terutama setelah kehamilan 33 minggu3o (Gambar 20-13). Pada pemeriksaan USG deposisi kalsium terlihat sebagai bercak-bercak ekogenik yang tidak memberikan gambaran bayangan akustik. Deposisi kalsium tenrtama terdapat di bagian basal dan septa plasenta, sehingga di daerah tersebut gambaran kalsifikasi terlihat lebih kasar. Proses kalsifikasi plasenta seringkali terjadi lebih dini pada preeklampsia dan PJT; dan sebaliknya, kalsifikasi plasenta terjadi lebih lambat pada ibu dengan diabetes mellitus dan inkompatibilitas Rhesus. Kalsifikasi plasenta tidak mempunyai arti kiinis yang penting. Tidak ada bukti signifikan yang menyatakan bahwa kalsifikasi pada plasenta bersifat patologiszr,:t. Kalsifikasi lebih sering terjadi pada ibu dengan paritas rendah, perokok, dan ibu dengan kadar kalsium semm yang cukup tinggi2e. Terdapat kontroversi mengenai korelasi derajat kalsifikasi plasenta dengan kematangan paru janin, pascamaturitas, pertumbuhan janin terhambat, risiko perdarahan retroplasente, maupun morbiditas, dan mortalitas perina6l28,32,33. Proses kalsifikasi plasenta tidak berhubungan dengan fungsi perfusi jaringan piasenta. Fungsi hemodinamik plasenta-janin (terutama fungsi oksigenasi) dapat dipelajari lebih akurat melalui penilaian resistensi vaskular plasenta dengan pemeriksaan Dopplerr+,1s. Solusio Plasenta Solusio plasenta adalah peristiwa terlepasnya plasenta yang ietaknya normal dari dinding uterus sebelum waktunya. Kelainan ini terjadi pada sekitar 1% kehamilan tetapi menyebabkan tingkat kematian perinatal sekitar 20 - 60'/"36. Lokasi pelepasan plasenta bisa di daerah retroplasenta atau di daerah marginal. Pelepasan plasenta di daerah retroplasenta terjadi karena ruptura arteri spiralis; sedangkan pelepasan plasenta di daerah marginal terjadi karena ruptura vena-vena marginalis. Solusio plasenta seringkali tidak terdiagnosis melalui pemeriksaan USG, meskipun secara klinis terdapat petanda kuat adanya solusio plasenta (perdarahan pervaginam, nyeri abdomen, uterus yang sensitif, dan mungkin janin telah mati). Hal ini temtama terjadi pada solusio plasenta marginal, kemungkinan karena perdarahan intrauterinmengalir keluar melalui serviks uteri dan tidak membentuk hematoma di daiam kavum uteri. Solusio plasenta yaog dapat terdeteksi melalui pemeriksaan USG seringkali memberikan prognosis yang lebih buruk jika dibandingkan dengan solusio plasenta yang tidak terdeteksi. . Tumor Plasenta Tumor yang sering terdapat pada plasenta adalah korioangioma (korangioma). Pada pemeriksaan USG, korioangioma terlihat sebagai massa padat (hiperekoik atau hipoekoik) yang letaknya di daerah subkorionik dan seringkali menonjol dari permukaan fetal plasenta. Letak tumor biasanya berdekatan dengan tempat insersi tali pusat. Tumor yang kecil dan letaknya intraplasenta sulit terdeteksi dengan USG. Korioangioma sulit dibedakan dari perdarahan plasenta. Dengan pemeriksaan Doppler akan terlihat gambaran vaskularisasi pada tumor, sedangkan pada perdarahan plasenta tidak terlihat. Tumor plasenta lainnya yang lebih jarang dijumpai adalah teratoma.