Você está na página 1de 4

Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.

Setelah nidasi embrio


ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia plasentasi berlangsung sampai 1.2 - 1,8
minggu setelah fertilisasi. Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas
invasif telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium. Terbentuklah sinus
intertrofoblastik yaitu ruangan-ruangan yang berisi darah maternal dari pembuluh-pembuluh
darah yang dihancurkan. Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul ruangan-ruangan
interviler di mana vili korialis seolah-olah terapung-apung di antara ruangan-ruangan tersebut
sampai terbentuknya plasen1x13,14,ts. Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini
dapat diidentifikasi dan dimulai pembentukan vili korialis. Sirkulasi darah janin ini berakhir di
iengkung kapilar (capillary loops) di dalam vili korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan
darah ,rri.rri yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterina. Vilikorialis
ini akan bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta. Lapisan desidua yang meliputi
hasil konsepsi ke arah kar,um uteri disebut desidua kapsularis; yang terletak antari hasil konsepsi
dan dinding uterus disebut desidua basalis; di situ pl"senra akan dibentuk. Desidua yang meliputi
dinding uterus yang lain_ adalah desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh
jonjot-joniot yang dinamakan vili iorialis dan berpangkal pada korion. Sel-sel fibrolas
mesodermal tumbuh disekitar embrio dan melapisi pula iebelah dalam trofoblas. Dengan
demikian, terbentuk chorionic membrane y"ng k.lrk rnenjadi korion. Selain itu, vili korialis yang
berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik, di sini korion
disebuikorion frondosum. Yang berhubungan desidua kapsularis kurang mendapat makanan,
karena hasil konsepsi bertumbuh ke arah kavum uteri sehingga lambat-laun menghilang; korion
yang gundul ini disebut korion laevell. Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding
pembuluh darah janin dan lapisan korion. Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis
hemokorial. Di sini jelas tidak ada percampu.a.t d.rrh antara darah janin dan darah ibu1a. Ada
juga sel-sel desidua yrng ,idrk dapat dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya
membentui*pi.a" fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch. Ketika proses melahirkan, plasenta
terlepas dari endometrium pada lapisan Nitabuch ini11.

Struktur Plasenta
Vili akan berkembang seperti akar pohon di mana di bagian tengah akan mengandung
pembuluh darah janin. Pokok vili (stem oilli) akan berjumlah lebih kurang 200, tetapi sebagian
besar yang di perifer akan men;'adi atrofik, sehingga tinggal 40 - 50 berkelompok sebagai
kotiledon. Luas kodledon pada plasenta aterm diperkirakan 11 m2. Bagian tengah vili adalah
stroma yang terdiri atas fibroblas, beberapa sel besar (sel Hoffbauer), dan cabang kapilar janin.
Bagian luar vili ada 2 lapis, yaitu sinsisiotrofoblas dan sitotrofoblas, yang pada kehamilan akhir
lapisan sitotrofoblas akan menipis. Ada beberapa bagian sinsisiotrofoblas yang menebal dan
melipat yang disebut sebagai simpul (syncitial knots). Blla sitotrofoblas mengalami hipertrofi,
maka itu petanda hipoksia.

Arus Darah Utero-plasenta


Janin dan plasenta dihubungkan dengan tali pusat yang berisi 2 arteri dan satu vena; vena
berisi darah penuh oksigen, sedangkan arteriyang kembali dari janin berisi darah kotor. Bila
terdapat hanya satu aneriada risiko 15 % kelainan kardiovaskular; ini dapat terjadi pada 1 : 200
kehamilan. Tali pusat berisi massa mukopolisakaridayang disebut .ieli \Tharton dan bagian luar
adalah epitel amnion. Panjang tali pusat bervariasi, yaitu 30 - 90 cm. Pembuluh darah tali pusat
berkembang dan berbentuk seperti heliks, maksudnya agar terdapat fleksibilitas dan terhindar
dari torsi. Tekanan darah arteri pada akhir kehamilan diperkirakan 70/60 mmHg, sedangkan
tekanan vena diperkirakan 25 mmHg. Tekanan darah yang relatif tinggi pada kapilar, termasuk
pada viii maksudnya ialah seandainya terjadi kebocoran, darah ibu tidak masuk ke janin. Pada
kehamiian aterm arus darah pada tali pusat berkisar 350 ml/menit. Pada bagian ibu di mana aneri
spiralis menyemburkan darah, tekanan relatif rendah yaitu 10 mmHg. Arus darah uteroplasenta
pada kehamilan aterm diperkirakan 500 - 750 ml/menita. Patologi pada berkurangnya arus darah
uteroplasenta, misalnya pada preeklampsia, mengakibatkan perkembangan janin terhambat
(PJT). Konsep yang diterima saat ini ialah implantasi plasenta yang memang tidak normal sejak
awal menyebabkan model arteri spiralis tidak sempurna (relatif kaku). Hal ini menyebabkan
sirkulasi uteroplasenta abnormal dan berakibat risiko preeklampsia. Ada beberapa kondisi akut
yang juga mempengaruhi fungsi plasenta, yaitu solusio plasenta, plasenta previa, kontraksi
hipertonik, dan obat epinefrin. Angiotensin II pada kadar faali merupakan zat yang
mempertahankan arus darah uteroplasenta karena pengaruh pada produksi prostasiklin. Namun,
bila kadar tinggi, akan terjadi vasokonstriksi. Obat penghambat angiotensin, misalnya ACE
inhibitor, merupakan kontraindikasi pada kehamilan. Posisi tidur ibu terlentang pada kehamilan
aterm dapat mengurangi arus darah aortokaval yang disebabkan himpitan uterus sehingga ams
darah ke uterus berkurang.

Transfer Plasenta
Plasenta merupakan organ yang berfungsi respirasi, nutrisi, ekskresi, dan produksi hormon.
Transfer zat melalui vili terjadi melalui mekanisme difusi sederhana, difusi terfasilitasi, aktif, dan
pinositosis (Gambar 12-3). Faktor-faktor yang mempengaruhi transfer tersebut ialah berat
molekul, solubilitas, dan muatan ion. Difusi sederhana juga diatur oleh epitel trofoblas, tetapi
dapat terjadi seperti pada membran semipermeabel, misalnya oksigen, akan terjadi pertukaran
akibat perbedaan kadar pada janin dengan ibu. Difusi terfasilitasi (faciliated d.iffusion) terjadi
akibat perbedaan (gradien) kadar zat dan juga dapat terjadi akselerasi akibat peran enzim dan
reseptor, misalnya perbedaan kadar glukosa antara ibu dan janin. Transpor aktif terjadi dengan
melibatkan Penggunaan energi, misalnya pada asam amino dan vitamin. Pinositosis terjadi pada
transfer zat bermolekui besar, yaitu molekul ditelan ke dalam sel da'n kemudian diteruskan ke
dalam sirkulasi ianin, misalnya zatIgG, fosfolipid, dan lipoprotein. Sel janin seperti eritrosit dan
limfosit dalam jumlah sangat sedikit mungkin dapat ditemukan pada sirkulasi perifer ibu. Ini
menandakan bahwa tidak sepenuhnya terisolasi. Hal ini memungkinkan deteksi kelainan bawaan
janin setelah seleksi sel darah dari ibu.

Fungsi Plasenta
Pertukaran gas yang terpenting ialah transfer oksigen dan karbondioksida. Saturasi oksigen pada
ruang-intervili piasenta ialah 90 7o, sedangkan tekanan parsial ialah 90 .rl.nHg. sekalipun
tekanan po2 janin hanya 25 mmHg, tingginya hemoglobin F janin memungkinkr., p..ty.trp"n
oksigen dari plasenta. Di samping itu, perbedaan kadar ion H+ dan tingginya kadar
karbondioksida dari sirkulasi janin memungkinkan pertukaran dengan oksigen (efek Bohr) - lihat
Gambar 1,2-6.
Perbedaan tekanan 5 mmHg antara ibu dan ianin memungkinkan pertukaran Coz (dalam bentuk
asam kabonat, karbamino Hb, atau bikarbonat) pada plasenta. Ikatan co, d..,g"., Hb bergantung
pada faktor yang mempengaruhi pelepasan oksigen. Jadi karbamino Hb meningkat bila oksigen
dilepas - disebut sebagai efek Haldane. Keseimbangan asam basa bergantung pada kadar H+,
asam laktat, dan bikarbonat pada sirkulasi janin-plasenta.Pada umumnya asidosis terjadi akibat
kekurangan oksigen. Metabolisme karbohidrat tenrtama ditentukan oleh kadar glukosa yang
dipasok oleh ibu. Sebanyakg0 % dari kebutuhan energi berasal dari glukosa. Kelebihan glukosa
akan disimpan sebagai glikogen dan lemak. Glikogen disimpan di hati, otot, dan plasenta;
sedangkan lemak di sekitar jantung dan belakang skapula. Glukosa dan monosakarida dapar
langsung melewati plasenta, tetapi disakarida tidak dapat. Kadar glukosa janin berkaitan dengan
kadar ibu dan tidak dipengaruhi oleh hormon karena mereka tidak melewati plasenta. Plasenta
mengatur utilisasi glukosa dan mampu membuat cadangan separuh dari kebutuhan. Pada
penengahan kehamilan, T0 % glukosa akan mengalami metabolisme dengan cara glikolisis, 10 %
melalui jalur pentosafosfat, dan sisanya disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak. Pada
kehamilan aterm utilisasi glukosa menurun 30 "/o. Cadangan glikogen janin amat diperlukan
sebagai sumber energi, misalnya pada keadaan asfikisa di mana terjadi glikolisis anerobik. Janin
membutuhkan asam lemak untuk pembentukan membran sel dan cadangan yang berguna untuk
sumber energi pada periode neonatus dini. Asam lemak bebas yang berikatan dengan albumin
atau lipoprotein seperti trigliserida dipasok melalui sirkulasi darah dalam bentuk silomikra. Asam
lemak bebas dapat melalui plasenta, dan ternyata janin mampu mengubah asam linoleat menjadi
arakidonat. Biia ibu puasa, janin akan menggunakan cadangan trigliserida. Janin mampu
menyintesis protein dari asam amino yang dipasok lewat plasenta. Asam amino masuk melalui
plasenta, dan ternyata kadarnya lebih tinggi daripada ibunya. Piasenta tidak belperan dalam
sintesis protein; ia memang membentuk protein yang diekskresi ke sirkulasi ibu, sepeni korionik
gonadotropin dan buman placenul kctogen. Pada aterm, janin menumpuk 500 g protein. Globulin
imun iuga diproduksi janin seperti IgM yang terbentuk pada kehamilan 20 minggu, di samping
IgA dan IgG. Konsentrasi ureum lebih tinggi pada janin dibandingkan ibu sebanyak 0,5 mmol/l
dan bersihan diperkirakan 0,54 mg/menit/kg.

Hormon dan Protein Plasenta


Plasenta dan janin merupakan suatu kesatuan organ endokrin yang berperan memproduksi
hormon (lihat bab hormon plasenta).

Você também pode gostar