Você está na página 1de 23

Asuhan keperawatan komunitas

pada TB Paru

Di Susun Oleh :

Disusun Oleh :
Intan Marliana S
Sella Rihayuning R
Novi Irfan R
Arya Arkadia Yudha

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KARYA HUSADA SEMARANG
2017
A. Pendahuluan
Puskesmas kedungmundu merupakan salah satu pusat layanan kesehatan didaerah
kedungmundu yang mempunyai wilayah kerja di kelurahan
sambiroto,sendangmulyo,tandang, sendangguwo dsb.
Kami mendapatkan tugas untuk membuat study cases tentang tuberculosis (TB Paru). Tb
paru merupakan penyakit paru kronis yang menular ditandai dengan sering berkeringat
dimalam hari,batuk berdarah. Study cases kami ini dilakukan untuk memberikan
pendidikan kesehatan tentaang tuberculosis paru, dan bertujuan agar warga mengetahui
tentang penyebab,pencegahan dan pengobatan TB paru, Sasaran kami adalah pada
warga yang menderita TB paru dan warga yang tidak menderita TB paru.
Angka kejadian tuberculosis paru sebenarnya yang paling tinggi adalah di kelurahan
tandang dan sendangmulyo. Kami memilih dikelurahan sambiroto karena menurut kami
dikelurahan ini masih sedekit penderita TB paru sehingga banyak warga yang belum
mengetahui apa dan bagaimana pencegahan Tb paru itu dan harapannya jika warga
sudah mengerti akan meminimalisir penyebaran TB paru dikelurahan tersebut.
B. Tabulasi

Tabel 1.1 Apakah warga mengetahui tentang penyakit TB Paru ?

Kategori Frekuensi Persen ( % ) n


Tahu 8 80% 8
Tidak tahu 2 20% 2
Total 10 100% 10

Dari data pada table 1.1 Pengetahuan warga tentang TB Paru 20% warga tidak mengetahui dan
80% warga mengetahui tentang penyakit TB Paru.

Apakah warga mengetahui tentang


TB Paru

20%
Tahu
Tidak Tahu

80%
Tabel 1.2 Apakah penggunaan alat makan antar anggota keluarga dipisah ?

Kategori Frekuensi Persen ( % ) N


Ya 7 70% 7
Tidak 3 30% 3
Total 10 100% 10

Dari data pada table 1.2 70% warga memisah alat makan antar anggota keluarga dan 30% tidak,
sehingga pada 30% warga yang tidak memisah alat makan antar anggota keluarga dapat
beresiko terjadi penularan terhadap penyakit TB

Apakah alat makan di pisah antar


anggota keluarga

30%
Ya
Tidak
70%

Tabel 1.3

Kebiasaan Saat Batuk


No Kebiasaan saat batuk Frekuensi %
1 Tidak menutup mulut 0 0
2 Ya ( menggunakan telapak 4 44,4
tangan )
3 Ya ( menggunakan tissue) 5 55,6
Total 9 100
Kebiasaan saat batuk

29%
Tidak
48% Ya ( menutup dg telapak tangan
Ya ( menggunakan tissue)

23%

Tabel 1.4

No Lokasi Kandang Ternak Frekuensi %

1 Tidak 5 55,6
2 Ya ( didalam rumah ) 2 22,2
3 Ya ( diluar rumah ) 2 22,2
total 9 100

Dari table diatas yang tidak mempunyai kandang ternak sebanyak 5 orang (55%) yang
mempunyai kandang ternah di dalam rumah sebanyak 2 orang (2
Letak Kandang Ternak

17%

Tidak
Ya (diluar rumah)
24% 59% Ya (didalam rumah )

Tabel 1.5 Apakah rumah warga memakai genting kaca ?

Kategori Frekuensi Persen ( % ) N


Ya 7 70% 7
Tidak 3 30% 3
Total 10 100% 10

Dari data table 1.5 70% warga sudah memakai genting kaca dan 30% warga belum memakai
genting kaca karena kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemberian genting kaca di
rumah
Apakah rumah warga memakai
genting kaca ?

30%
Ya
Tidak
70%

Tabel 1.6 Apakah di rumah warga fentilasi ( jendela ) digunakan dengan baik ?

Kategori Frekuensi Persen ( % ) N


Ya 7 70% 7
Tidak 3 30% 3
Total 10 100% 10

Dari data table 1.7 hanya 10% warga yang menggunakan fentilasi dengan baik, sedangkan 90%
memiliki jendela tetapi belum bisa digunakan secara maksimal karena rumah warga satu dengan
lainnya saling berhimpitan, jadi warga hanya menggunakan pintu dan lubang-lubang ditembok
saja untuk fentilasinya

Apakah fentilasi ( jendela) dirumah


waraga digunakan dengan baik?

30%
Ya
Tidak
70%
Tabel 1.7 Kondisi Lingkungan pencahayaang rumah

No Kondisi Lingkungan Frekuensi %


Pencahayaan Rumah
1 Terang 7 77,8
2 Remang- remang 2 22,2
3 Gelap 0 0
Total 9 100

Dari Tabel diatas bahwa pencahayaan rumah yang terang sebanyak 7 orang
(77%). Dan pencahayaan rumah yang remang-remang sebanyak 2 orang (22%)

Kondisi Lingkungan pencahayaan rumah

0%
22%

Terang
Remang-remang
Gelap

78%

Tabel 1.8 Apakah warga sering berkeringat dimalam hari ?

Kategori Frekuensi Persen ( % ) n


Tidak pernah 3 30% 3
Jarang 3 30% 3
Sering 4 40% 4
Total 10 100% 10
Dari data table diatas ada 30% warga yang tidak pernah berkeringat dimalam hari dan 30%
jarang sedangkan 40% warga sering berkeringat dimalam hari, ada warga yang mengatakan
berasa tidak nyaman jika berkeringat dan terbangun malam hari

Apakah warga sering berkeringat


dimalam hari ?

30% Tidak pernah


40%
Jarang
Sering
30%

Tabel 1.10 Apakah warga mengetahui cara batuk yang benar ?

Kategori Frekuensi Persen ( % ) n


Ya 7 70% 7
Tidak 3 30% 3
Total 10 100% 10

Dari data table 1.10 70% warga mengetahui cara batuk yang benar da nada warga yang langsung
mencontohkan cara batuk yang benar, sedangkan 30% warga tidak mengetahui cara batuk yang
benar.

Apakah warga mengetahui cara batuk


yang benar?

30%
Ya
Tidak
70%
C. Analisa Data

DATA MASALAH
 3 anggota keluarga tidak mengetahui Perilaku cenderung beresiko
jika peralatan makan harus dipisahkan
dengan penderita yang mengalami Tb
D. P paru.
R  Perilaku Membuang dahak
I
O sembarangan 4 orang
R  2 dari 10 wagra tidak mengetahu TB
I
paru
T
A  4 anggota keluarga lebih suka
S menutup mulut ketika batuk dengan

M menggunakan telapak tangan


A  3 warga tidak menggunakan genting
S
kaca.
A
L  3 warga tidak mengetahui cara batuk
A yang benar
H

(
STANHOPE & LANCASTER)
NO KRITERIA BOBOT MASALAH BOBOT RASIONAL MAKNA MASALAH ( C X
KRITERI MASALA M)
A (1-10) H (1-10)
1. Kesadara 4 Kesadaran warga terhadap 4 Warga Kesadaran masyarakat
n penyakit tbc mengetahui masih kurang, dengan
masyarak penyakit bobot kriteria yang
at tbc, tetapi ditentukan 4.
terhadap kurang
masalah pengetahua
n tentang
pencegahan
,penularan,
dan
pengobatan
2. Motivasi 6 Komunitas sudah mulai 7 Motivasi Kriteria yang
komunita mengatasi masalah warga ditentukan 7, karena
s untuk dalam pada saat penkes
mengatas mengatasi warga sangat antusias
i masalah tentang dalam bertanya
penyakit tb,
sudah mulai
terlihat
keinginanny
a,dan sudah
mulai
berpartisipa
si
3. Kemamp 8 Perawat didaerah tersebut 5 Perawat Peran perawat disini
uan kurang mampu engatasi didaerah sangat penting, namun
perawat tersebut kriteria yang
untuk sebenarnya ditentukan 5 namun
mengatas sudah bobot masalah 5
i masalah memiliki karena kurangnya
data peran perawat dalam
penderita mengatasi masalah.
pasien tbc,
tetapi
pemberian
penkes
secara
berkala
masih
kurang.
4. Fasilitas 10 Fasilitas sudah cukup 9 Karena Mengingat fasilitas
yang memadai jangkauan merupakan sumber
tersedia ke pengobatan utama
untuk puskesmas maka kriteria yang
mengatas dan rumah ditentukan 10, namun
i sakit dekat, masalah yang
alat ditentukan 9 karena
pengobatan, warga masih belum
perawat dan bisa menggunakan
dokter fasilitas dengan
tersedia dan maksimal
dapat
membantu
kapan saja.
5. Beratnya 9 Akibat buruk batuk 7 Kurangnya Kriteria yang
akibat berkelanjutan dengan pengetahua ditentukan 9, tetapi
jika masih berkeringat dimalam hari n warga, masalah yang
tetap dan ditentukan 7 karena
kurangnya masih ada warga yang
rasa ingin bahkan tidak
tahu warga mengetahui
tentang cara pengobatan dan
pencegahan pencegahan tbc
dan
pengobatan
penyakit tbc
6. Cepatnya 6 Jika warga dan pihak 6 Cepatnya Kriteria yang
masalah kesehatan masalah ditentukan 6 sama
teratasi (puskesmas,kader,rs,perawat teratasi jika dengan masalah yang
) mau bekerja sama semua pihak ditentukan, karena
bekerja peran dari semua pihak
sama sangat penting dan
mengatasi dibutuhkan.
penyakit
tersebut.

E. Penapisan Masalah

NO MASALAH SKOR
1. Beratnya akibat jika masih tetap 16
2. Fasilitas yang tersedia untuk mengatasi 19

F. Perencanaan Asuhan keperawatan

DATA Diagnosis NOC NIC


Keperawatan
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
 3 anggota 00188 Perilaku Prevensi Primer Prevensi Primer
Kesehatan 5510 Pendidikan
keluarga tidak cenderung kesehatan
mengetahui jika beresiko 1832 Pengetahuan 5604 Pengajaran
promosi kelompok
peralatan makan kesehatan
harus dipisahkan 1805 Pengetahuan
perilaku
dengan penderita sehat
yang mengalami 1855 Pengetahuan
:gaya hidup
sehat
Tb paru. 1600 Kepatuhan
perilaku
 Perilaku 1602 Perilaku
Membuang promosi
kesehatan
dahak Prevensi sekunder Prevensi sekunder
sembarangan 4
1902 Control 4310 Terapi
orang resiko aktifitas
 2 dari 10 wagra 1934 Keamanan 4350 Menejemen
dan perilaku
tidak mengetahu kesehatan
serta
TB paru
perawatan
 4 anggota lingkungan
2000 Kualitas 4360 Modivikasi
keluarga lebih hidup perilaku
suka menutup 2701 Status 6480 Menejemen
kesehatan lingkungan
mulut ketika komunitas
batuk dengan 2807 Efektifitas 7620 Pengontrolan
skrining berkala
menggunakan kesehatan
telapak tangan komunitas
Prevensi tersier Prevensi tersier
 3 warga tidak 2605 Partisipasi 7140 Dukungan
menggunakan tim keluarga
kesehatan
genting kaca. dalam
keluarga
 3 warga tidak
mengetahui cara
batuk yang benar

NO MASALAH RENCANA PENANGGUNGJAWAB WAKTU TEMPAT DANA SUMBER


KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN
1. Perilaku Melakukan Ibu RT Rabu,15 Rumah Snack : Iuran
kesehatan penkes ke Desember Ibu RT 78.000 Individu
cenderung warga 2016 Foto
G. R berisiko Jam copy
e 15.30- :23.000
n 16.45 Print :
c 3000
Genting
a
Kaca
n :20.000
a Bingkisan
: 50.000
k
egiatan (POA)

No MASALA SASA TUJUAN STRATEGI RENCANA HARI/ TEMP EVALUASI


H KEP. RAN KEGIATAN TANGG AT KRITERI STANDA
KOMUNI AL A R
TAS
1. Perilaku Warg  Untuk 1.Survey Pendidikan Rabu, Ruma 1.Warg 1.Warga
kesehata a RT memberi dan minta kesehatan 15 h ibu a mampu
n V kan ijin dengan tentang tb paru Desemb RT mampu menget
cenderun pengetah ketua rw er, jam menget ahu
g uan dan rt 15.30- ahui penyeb
beriseko perilaku 2.Membag 16.45 tentang ab,penv
sehat (tb) ikan tb paru egahan,
 Untuk Kuesioner pengob
memberi 3.Memberi 2. atan tb
kan kan penkes Warga paru
pengetah tentang tb patuh
uan paru terhada 2.
:promosi 4.Tanya p Rumah
kesehata jawab kesehat warga
n dengan an di
 Kepatu warga berikan
han tentang tb genting
perilaku paru kaca
(komunit
as tb)

H. Implementasi
NO KEGIATAN HASIL HAMBATAN
1. Pendidikan kesehatan tentang tubercolosis Warga mengetahui Kesulitan saat
paru tentang tbc mengumpulkan warga
I. SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP ) TBC

Bidang studi : Penyakit Dalam


Topik : TBC
Sub Topik : Penanganan TBC
Sasaran : Mahasiswa STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
Hari/Tanggal : Rabu, 14 desember 2016
Jam : 16.00
Waktu : 75 menit
Tempat : rumah ibu Rt sambiroto 4 semarang

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Di Indonesia salah satu penyakit yang ditakuti pada abad ke-19, TBC adalah penyebab
nomor 8 kematian anak usia 1 hingga 4 tahun pada tahun ’20- Berdasarkan data dari
WHO tahun 1993 didapatkan fakta bahwa sepertiga penduduk Bumi telah diserang oleh
penyakit TBC. Sekitar 8 juta orang dengan kematian 3 juta orang pertahun. Diperkirakan
dalam tahun 2002-2020 akan ada 1 miliar manusia terinfeksi, sekitar 5-10 persen
berkembang menjadi penyakit dan 40 persen yang terkena penyakit berakhir dengan
kematianan.
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit lama, namun sampai saat ini masih belum bisa
dimusnahkan. Jika dilihat secara global, TBC membunuh 2 juta penduduk dunia setiap
tahunnya, dimana angka ini melebihi penyakit infeksi lainnya. Bahkan Indonesia adalah
negara terbesar ketiga dengan jumlah pasien TBC terbanyak di dunia, setelah Cina dan
India. Sulitnya memusnahkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis ini disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya adalah munculnya bakteri yang
resisten terhadap obat yang digunakan. Karena itu, upaya penemuan obat baru terus
dilakukan.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat menginformaseikan dan
mengetahui tentang penyakit TBC sehingga dapat menjaga kesehatan dan lingkungan sekitar.
C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIM)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan kembali
1. Pengertian TBC
2. Proses penularan TBC
3. Gejala – gejala TBC
4. Cara pencegahan TBC
5. Pengobatan TBC
D. STRATEGI PELAKSANAAN
Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa
1. ceramah dan
2. Tanya jawab.
E. RENCANA PROSES PELAKSANAAN

NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1 5 Menit Pembukaan :

· Memberi Salam - Menjawab Salam

· Menjelaskan tujuan Pembelajaran -


Mendengarkan dan
· Menyebutkan materi/pokok bahasan yang
Memperhatikan
akan disampaikan

2 45 Menit Pelaksanaan :

§ Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan - Menyimak dan


dan teratur memperhatikan

Materi : -Menyimak dan


memperhatikan
1. Pengertian TBC
2. Proses penularan TBC

3. Gejala – gejala TBC

PP pencegahan TBC

4. Pengobatan TBC

3 15 Menit Evaluasi :

-Meminta saudara menjelaskan atau -Bertanya,dan


menyebutkan kembali : menjawab pertanyaan

1. Pengertian TBC

2. Gejala – gejala TBC

-Memberikan pujian atas keberhasilan ibu


menjelaskan pertanyaan dan memperbaiki
kesalahan,serta menyimpulkan.

4 10 Menit Penutup :

-Mengucapkan terimakasih dan mengucapkan -Menjawab salam


salam

F. MEDIA PENYULUHAN
Media Penyuluhan yang digunakan:
1. Materi leafleat
2. Materi lembar balik

G. METODE EVALUASI
a. Metode Evaluasi : Tanya jawab
b. Jenis Evaluasi : Lisan
H. KRITERIA EVALUASI
1. Masyarakat mampu menjelaskan dan memahami pengertian TBC.
2. Masyarakat mengetahui dan memahami bagaimana proses penularan TBC.
3. Masyarakat mahami dan mengetahui bagaimana gejala – gejala yang ditimbulkan dari
penyakit TBC
4. Masyarakat mengetahui cara pencegahan yang tepat dan benar terhadap penyakit TBC.
5. Masyarakat mampu mengatasi dan mengobati penyakit TBC

I. MATERI
1. Pengertian TBC
2. Proses penularan TBC
3. Gejala – gejala TBC
4. Pencegahan TBC
5. Pengobatan TBC

J. MATERI
TBC/Tuberkulosis
1. Pengertian TBC/Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah
penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis / TBC merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan
pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global
Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC
baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000
penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk
tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat
ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu
penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang
meninggal akibat TBC di Indonesia.
Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga
kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .

2. Proses Penularan TBC


Sumber penularan adalah dahak penderita TBC yang mengandung kuman TBC. TBC
menular melalui udara bila penderita batuk, bersin dan berbicara dan percikan dahaknya
yang mengandung kuman TBC melayang-layang di udara dan terhirup oleh oranglain.
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada
anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila
sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat
menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh
yang paling sering terkena yaitu paru-paru

3. Gejala – gejala TBC


Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara
klinik.
a. Gejala sistemik/umum
1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat
hilang timbul.
2) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
4) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala khusus
1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai
sesak.
2) Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu
saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan
keluar cairan nanah.
4) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulinpositif. Pada anak usia 3 bulan –
5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif,
dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

a. TAHAP PENGOBATAN
Pasien yang menderita TBC datang ke Puskesmas,atau Balai Pengobatan Penyakit
Paru-Paru (BP4), Rumah Sakit, klinik dan dokter praktek swasta. Di Puskesmas, penderita
bisa mendapatkan pengobatan TBC secara cuma-cuma (GRATIS).
Pengobatan juga bisa dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan tahap
lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat ringannya penyakit. Penderita harus
minum obat secara lengkap dan teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh.
Dilakukan tiga kali pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan
pengobatan, yaitu pada akhir pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir pengobatan
dan pada akhir pengobatan

a. TAHAP PENCEGAHAN
Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent,Host dan Lingkungan dari
TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

1.) Pencegahan Primer


Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif,
walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar
kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi.
Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ; (1) Imunisasi
Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah dengan
angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi
yang tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan, (2) Chemoprophylaxis,
obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap harus
dikombinasikan dengan pasteurisasi produk ternak, (3) Pengontrolan Faktor Prediposisi,
yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit
kronis dan mental.
2. Pencegahan Sekunder
Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus
TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ;Agent, Host dan Lingkungan.
Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern
kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode
tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat,
sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat
dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif.
Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC,
dengan imunisasi TBC negatif danChemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol
lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat
mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi
lingkungan memegang peranan terhadap epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan
ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan
menghindari tekanan psikis.
3. Pencegahan Tersier
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan
diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis,
rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian
rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan
kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC,
serta penegasan perlunya rehabilitasi.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Andi Utama, Peneliti Puslit Bioteknologi-LIPI http://www.beritaiptek.com/


http://www.keepkidshealthy.com/welcome/infectionsguide/tuberculosis.html

Você também pode gostar