Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
MAKALAH
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Rasm ‘Utsmani?
2. Bagaimanakah Karakteristik Rasm ‘Utsmani?
3. Apakah Hukum menulis Al Qur’an sesuai dengan Rasm ‘Utsmani?
4. Apakah Rasm ‘Utsmani mencakup seluruh 7 Ahruf?
C. Tujuan
1. Untuk memahami arti Rasm ‘Utsmani
2. Agar mengetahui karakteristik Rasm ‘Utsmani
3. Supaya mengetahui hukum menulis Al Qur’an sesuai dengan Rasm ‘Utsmani
4. Untuk memahami bahwa Rasm ‘Utsmani mencakup 7 ahruf
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya:"Jibril membacakan kepadaku satu huruf (bacaan) al-Qur'an lalu saya mengikutinya.
Tidak henti-hentinya saya memintanya mengulangi. Dan dia mengulanginya hingga sampai tujuh
(macam) bacaan". (HR. Bukhari).
Hadits ini adalah dalil bahwa Al-Qur'an memang diturunkan dengan tujuh macam qira'ah.
Ketujuh macam qiraah tadi adalah shahih berdasar pengajaran Jibril kepada Rasulullah dan ketujuh
macam qiraah tadi juga disampaikan semuanya kepada sahabat.
Sebagaimana dijelaskan di atas mengikuti rasm ‘Utsmani adalah wajib. Hukum wajib ini
akan bertentangan dengan status shahih dari qiraah yang lain dan bisa mengharamkan qiraah sahih
dan mutawatir lain yang tidak sesuai dengan rasm ‘Utsmani. Syeikh Muhammad Ali Ad Dlibagh
mengatakan bahwa, rasm ‘Utsmani adalah salah satu rukun dari rukun-rukun ketujuh qira'ah al-
Qur'an, maka setiap qira'ah sama sekali tidak bertentangan dengan rasm ‘Utsmani. Beliau
menambahkan bahwa ketika seseorang menulis al-Qur'an yang di dalamnya ada qiraah yang
berbeda dan harus menggunakan tulisan yang berbeda pula, maka yang harus dilakukan
menulisnya sesuai dengan rasm ‘Utsmani lalu memberinya harakat atau tanda-tanda lain, sehingga
ia tidak dikatakan menyalahi mushaf ‘Utsmani. Sebab yang diharuskan mengikuti rasm ‘Utsmani
ialah hanya bentuk penulisan.
pertama, sekelompok kecil ulama yang dipelopori oleh Ibnu Jarir Al-Tabari berpendapat
bahwa al-Masahif al-‘Utsmaniyyah ditulis hanya dalam satu bentuk tulisan saja dari al-ahruf al-
sab’ah, yaitu khusus huruf Quraisy. Berdasarkan pesan Khalifah ‘Utsman ra. kepada panitia
penulisan Alquran:
[7]إذا اختلفتم أنتم وزيد بن ثابت فى شىء من القرأن فاكتبوه بلسان قريش فإنما نزل بلسانهم
Artinya:Jikalau kalian berbeda dengan Zaid bin Sabit tentang sesuatu dalam Qur’an, maka
tulislah dengan lisan Quraisy. Sebab Qur’an itu diturunkan dengan lisan mereka.
Kedua, Jumhur ulama menyatakan bahwa al-Masahif al-Utsmaniyyah yang dikenal mempunyai
dan memakai aturan penulisan yang khusus, yaitu rasm ‘Utsmani, telah mencakup keseluruhan
dari Sab’ah Ahruf serta qira’at Mutawatirah yang dibaca oleh Rasulullah pada waktu al ‘Ardat al-
Akhirah. Sebab penulisan al Mashahif al Usmaniyah waktu itu tanpa ada titik dan harakat. Bukan
berarti setiap Mushaf Utsmani waktu itu mencakup keseluruhan al-Ahruf al-Sab’ah,
tetapi rasm dari keseluruhan al-Masahif al-Utsmaniyyah mencakup al-Ahruf al-Sab’ah.
Pendapat Jumhur di atas mempunyai alasan sebagai berikut:
1. al-Masahif al-Usmaniyyah disalin dari suhuf yang dikumpulkan oleh Abu Bakar al-Siddiq.
Para ulama sepakat bahwa suhuf ini mencakup bacaan-bacaan Alquran yang diturunkan
dengan al-Ahruf al-Sab’ah yang datangnya mutawatir dari Nabi, yakni yang ditetapkan
pada ‘Ardat Akhirah dan tidak dinasakh tilawahnya. Maka suhuf Abu Bakar al-Siddiq
tersebut dianggap asal dan sumber dari al-Masahif al-‘Utsmaniyyah.
2. Tidak ada riwayat yang sahih maupun yang dhaif sekalipun, bahwa Khalifah ‘Utsman
memerintahkan kepada penulis-penulis al-Masahif al-Utsmaniyyah untuk hanya menulis
dalam satu huruf (satu wajah bacaan), dan meniadakan 6 huruf yang lainnya.
3. Andaikata benar apa yang didakwakan pendapat kelompok pertama yakni bahwa Khalifah
‘Utsman memerintahkan Zayd bin Sabit dan kawan-kawan untuk menulis
dengan lughat Quraisy saja, maka dalam Alquran tidak akan ditemui lughat-
lughat selain lughat Quraisy, dan ini jelas tidak benar adanya, sebab kenyataannya dalam
Alquran ditemui lughat-lughat selain Quraisy. Sebagai contoh:
األرائـك: adalah lughat Yaman
كال الوزر: adalah juga lughat Yaman
أفلم ييأس: adalah lughat Hawazin
اليلتكم: adalah lughat Abas, dan sebagainya.
4. Sebagai dalil yang jelas dan meyakinkan adalah bahwa di antara al- Masahif al-
Utsmaniyyah yang 6 buah itu, terdapat perbedaan di banyak tempat, misalnya:
وسارعو إلى مغفرةQ.S. Ali Imran ditulis pada sebagian al-Masahif al-Usmaniyyah dengan
tambahan wau sebelum sin, sedangkan sebagian yang lain tidak ada wau sebelumnya;
( )وتوكل على العزيز الرحيمdalam Q.S. al-Syu’ara, di sebagian al-Masahif al-
Usmaniyyah ditulis: ( فتوكل على العزيز الرحيمdengan fa‘);
– فإن هللا هو الغنىdalam Q.S. al-Hadid, tertulis pada sebagian al-Masahif al-
Utsmaniyyah dengan tanpa هو, dan masih banyak contoh yang lain. Maka andaikata al-
Masahif al-Utsmaniyyah ditulis hanya dengan satu huruf atau satu lughat, yaitu huruf
Quraisy atau lughat Quraisy, tentu di antara al-Masahif yang 6 buah itu tidak ada
perbedaan penulisannya.
Kelompok pertama beralasan dari qaul (pesan) Utsman kepada Zayd bin Sabit dan kawan-
kawan tidak dapat diterima, sebab yang dimaksud Khalifah Utsman ikhtilaf ( )االختالفdi sini
adalah ikhtilaf dalam segi rasm dan tulisan. Lagi pula Zayd dan kawan-kawan tidak pernah terjadi
ikhtilaf di antara mereka dalam penulisan Alquran, kecuali rasm dari satu kalimah saja,
yaitu: التابوتdi dalam firman Allah: إن إية ملكه أن يأتيكم التابوت. mereka minta pertimbangan Khalifah
Utsman, apakah ditulis dengan ha’ atau ta’ (التابوت/)التابوة. Lalu Khalifah Usman bin Affan
memerintahkan untuk ditulis dengan ta’: التابوت, sebab (التابوتdengan ta’) sebagai lughat Quraisy.
Adapun pernyataan Khalifah Utsman bin Affan ra. bahwa Alquran diturunkan dengan
lisan Quraisy, juga tidak bisa dijadikan hujjah, sebab yang dimaksud adalah:
إن القران أنزل أوال بلسان قربش. Sesungguhnya Alquran diturunkan pertama dengan lisan Quraisy.
Kemudian Allah memberi kelapangan dan kemudahan kepada umatnya dengan
menurunkan lughat-lughat yang lain, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits-hadits sahih.[8]
Dengan demikian, pendapat Ibnu Jarir Al-Tabari di atas, sulit diterima, sebab andaikata
benar, tentu seluruh umat Islam di dunia dewasa ini memakai bacaan dan mushaf Alquran yang
sama. Pada kenyataannya, umat Islam di Maroko, Tunisia, Aljazair, dan Afrika Barat, seperti
Sinegal, Nigeria dan lain-lain, bacaan mereka tidak sama dengan bacaan Alquran di Indonesia.
Sebab negara tersebut memakai versi bacaan yang biasa disebut riwayat Warsy. Demikian juga
Alquran umat Islam Libya, yang berbeda dengan bacaan umat Islam Sudan, Maroko, dan
Indonesia, sebab bacaan mereka biasa disebut dengan versi riwayat Al-Dury.[9]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Rasm ‘Utsmani disebut juga Rasmul qur’an atau Rasm Utsman adalah tata cara menuliskan Al-
Qur’an yang ditetapkan pada masa khlalifah ‘Utsman bin Affan. Istilah rasmul Qur’an diartikan
sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan ‘Utsman bin Affan dan sahabat-sahabatnya
ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an
2 Dalam sebuah pandangan global, beberapa Karakteristik Rasm ‘Utsmani dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Tulisan-tulisan pada masa dulu, tidak memiliki titik, baris dan tanda baca. Tipologi tulisan
Arab seperti ini pada masa itu dapat kita saksikan pada manuskrip-manuskrip kuno berbahasa
Arab pada hari ini.
b. Kebanyakan huruf, khususnya huruf-huruf alif belum lagi ditulis; seperti kata-kata seperti al-
rahmân ()الرحمان, al-‘âlamîn ()العالمين, mâlik ()مالک,shirât ( )صراطyang ditulis dalam bentuk
“al-rahman()الرحمن, al-‘alamîn ()العلمين, malik ()ملک, shirat()صرط.”
c. Sebagian huruf ditulis sama dengan bentuk huruf lainnya; seperti alif pada kata-kata “shalat
()صالة, zakat ()زکاة, hayat ()حياة,…” ditulis dengan menyertakan huruf wâw; seperti shalat
()صلوة, zakat ()زکوة, hayat ( )حيوةatau alif pada kata-kata seperti idrâk ()ادراک,
dhuhâhâ ()ضحاها, yagsyâhâ ( )يغشاهاyang ditulis dalam bentuk ya ( ;)ياءidrak ()ادريک,
dhuhahâ ()ضحيها, yagsyâha ()يغشيها.
d. Sebagian huruf dalam bentuk tambahan yang ditulis pada pelafalan; seperti pada kata-kata,
“tad’u ()تدعو, yatlu ()يتلو, miat ()مئة, ji ()جیء, lisyai (…)لشیء. Yang ditulis dalam bentuk huruf
alif tambahan seperti “tad’u ()تدعو, yatlû ()يتلوا, miata ()مائة, jaa()جایء, lisyai ()لشایء
atau wau pada kalimat ulaika()اولئک, awla ()اولی, ulu ( )اولواyang ditulis dalam bentuk
tambahan pada pelafalan.
3. Hukum menulis AlQur’an dengan Rasm ‘Utsmani adalah wajib karena Kaidah penulisan Rasm
‘Utsmani telah di sepakati para Jumhurul Ulama’
4. Penjelasan mengenai Apakah Rasm Usmani Mencakup 7Ahruf ini ada dua Pendapat:
a. Mencakup 7 ahruf
b. Tidak mencakup 7 ahruf dan berpendapat Rasm Utsmani itu hanya 1 bagian dari 7 ahruf
tersebut
http://miratuss.blogspot.com/2014/11/rasm-usmani.html