Você está na página 1de 14

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Contoh Kasus Sindrom Chusing

Ny. A, 36 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan tubuhnya semakin gemuk.

Tadinya ia mengira mungkin sedang hamil karena perutnya besar dan sudah 2 bulan ia tidak

mendapat haid. Ia sudah melakukan tes urin untuk kehamilan tetapi ternyata hasilnya

negative. Ia pun mengeluh pusing dan wajahnya yang akhir-akhir ini banyak timbul jerawat.

Ia pun mengeluh otot-ototnya sangat lemah dan ia cepat merasa lelah. Sejak seminggu yang

lalu tulang punggungnya terasa nyeri. Pada pemeriksaan awal didapatkan : TB = 160 cm,

BB= 76 kg, Suhu = 37o C, TD = 150/90 mmHg, Nadi = 100x/m, volume sedang, regular,

Pernapasan = 20x/menit, regular.

Ny. A berwajah bundar dengan banyak jerawat dan kulitnya berminyak. Tubuhnya

gemuk dengan lengan, tangan, dan jari-jari relative kecil atau kurus. Pada pemeriksaan lebih

lanjut terhadap Ny. A diketahui bahwa Ny. A adalah penderita asma yang sering kambuh.

Bila kambuh, Ny. A meminum obat racikan yang diberikan dokter sejak beberapa tahun

terakhir. Karena merasa obat itu cocok, Ny. A selalu membawa obat racikan itu (dalam

kapsul) kemana-mana dan meminumnya setiap sesak nafasnya timbul tanpa lebih dulu

berkonsultasi dengan dokternya. Akhir – akhir ini asmanya memang sering kambuh entah apa

sebabnya. Selama ini, kecuali asma, Ny. A tidak merasa menderita penyakit apapun. Sebulan

yang lalu ia jatuh dan tulang punggungnya terasa nyeri hingga sekarang terutama bila ia

membungkuk atau berdiri terlalu lama. Ny. A tidak mempunyai keturunan darah tinggi dan

diabetes mellitus.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :


1. Kalium : 3,0 mg/dl

2. Na : 150 mg/dl

3. Hb : 11,9 g%

4. Leukosit : 7800/mm²

5. Gula darah sewaktu : 225 mg/dl

6. Trombosit : 172.000/mm²

Kulit Ny. A terutama diwajah dan punggungnya banyak terdapat bercak-bercak

kehitaman. Punggung Ny. A tampak agak membungkuk, lingkar perut 90cm. dinding perut

tampak / beberapa striae berwarna biru keunguan.

Shifting dullness (-), hepar dan lien tidak teraba.

3.2 Pembahasan kasus

Pengkajian

Identitas:

Nama : Ny. A

Umur : 36 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Alamat : Mulyorejo, Surabaya

Keluhan utama : Merasa tubuhnya semakin gemuk

Riwayat Penyakit Sekarang :

Ny. A usia 36 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan merasa tubuhnya semakin

gemuk, akhir-akhir ini wajah timbul jerawat, otot-ototnya sangat lemah dan cepat lelah. Satu
minggu lalu tulang punggungnya terasa nyeri bila membungkuk dan berdiri terlalu lama,

asmanya juga sering kambuh akhir-akhir ini

Riwayat Penyakit Dahulu :

a) Penderita asma

b) Sebulan yang lalu pernah jatuh dan tulang punggungnya terasa nyeri

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak mempunyai keturunan darah tinggi dan diabetes mellitus

Riwayat Pengobatan :

Obat racikan dari dokter dalam bentuk kapsul bebrapa tahun lalu (curiga pemakaian steroid)

untuk mengobati asma.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : tampak lemah

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital :

a) Suhu : 370C

b) TD : 150/90 mmHg  hipertensi grade 1

c) N : 100/menit, reguler

d) RR : 20x/menit

e) TB : 160 cm 76 kg/(1,6)m^2 = 29,6875


overweight
f) BB : 76 kg

Wajah : Bundar, banyak jerawat dan kulit berminyak

Kulit : Wajah dan punggungnya terdapat bercak-bercak kehitaman


Abdomen : Lingkar perut = 90 cm

Dinding perut terdapat striae berwarna biru keunguan

Shifting dullness tidak ada

Hepar, Lien : Tidak teraba

Pinggang : Agak kaku

Ekstremitas : Lengan, tangan, dan jari-jari relatif kecil/kurus

Pemeriksaan laboratorium:

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi

Hb 11,9 mg/dl 12-15 mg/dl Menurun

Leukosit 7.800/mm3 5.000-10.000/mm3 Normal

Trombosit 172.000/mm3 150.000-400.000/mm3 Normal

GDS 225 mg/dl < 200 mg/dl Meningkat(hiperglikemi)

Kalium 3,0 mg/dl 3,5-5,2 mg/dl Menurun(hipokalemi)

Natrium 150 md/dl 135-145 mg/dl Meningkat

(hipernatrium)

Pemeriksaan laboratorium tambahan :

a) Darah lengkap

b) Elektrolit darah seperti Na, K

c) Kadar gula darah  sewaktu, puasa, post prandial, HbA1c  untuk mengetahui

adanya DM

d) Kadar kortisol plasma dan urine 24 jam


e) Test Supresi Dexametason

f) Urin lengkap  untuk tahu fungsi ginjal

Pemeriksaan penunjang tambahan :

a) Foto X-ray pada tulang vertebra  untuk mengetahui adanya fraktur tulang

b) Bone Mass Densitometry (BMD)  untuk mengetahui adanya osteoporosis

c) CT-scan  untuk memastikan diagnosis tumor

Analisa Data

Data penunjang Etiologi Masalah

Kadar kortisol dalam darah

DS: meningkat

Merasa tubuh semakin

gemuk Mobilisasi asam lemak

DO: Asam lemak dalam plasma

- IMT 29,6875 dari TB meningkat


Gangguan Citra Tubuh
160 cm, BB 76 kg

(overweight) Distribusi jaringan adipose

- Terdapat Jerawat menumpuk di sentral

- Kulit wajah berminyak

- Moon Face Moon face, buffalo hump

Gangguan citra tubuh


DS:

Merasa pusing

DO:

TD : 150/90 mmHg
Ketidakseimbangan hormon
Oedema :
mineralokortikoid

Kadar kortisol dalam darah


Intake : Kelebihan Volume
meningkat
 Minum: 500 ml/24 jam Cairan

 Infus: 500ml/24jam

Output :
Retensi natrium
 Urine: 300 ml/ 24 jam

 Muntah: Pasien tidak


Penumpukan cairan
memuntahkan

makananya
Kelebihan volume cairan
 Asites : Perut

membesar sudah 2

bulan

DS:

Tulang punggungnya terasa Ketidakseimbangan hormon

nyeri
Nyeri Akut

DO: Kadar kortisol dalam darah

Hasil Bone Mass meningkat


Densitometry (BMD)

P : saat berdiri terlalu lama Pengambilan ion kalsium

Q : cenut-cenut dalam tulang masuk ke dalam

R : sekitar punggung darah

S : menunjukkan angka 6

T : sebentar Densitas tulang berkurang

Sintesis protein di sel

meningkat

DS :

Merasa seluruh badannya Katabolisme protein di sel

lemah meningkat

DO : Kehilangan simpanan protein

Kemampuan berdiri dari Intoleransi Aktivitas

posisi duduk terbatas Produk protein di otot dan

aktivitas dibantu keluarga tulang menurun

dan perawat

tirah baring /imobilisasi Pembentukan energy

meningkat

Intoleransi aktivitas
WOC Ny. A

Asma

Penggunaan steroid jangka panjang

Hiperadrenokortikoid

Produksi kortisol

Gluksoa Menekan pengangkutan as.amino Ketidakseimbangan elektrolit

Konsentrasi as.amino intrasel Retensi Natrium


Insulin tidak efektif

Sentesis protein Edema


α gliserol

Metabolisme protein
Asam lemak
MK. Kelebihan
Tubuh kekurangan Volume cairan
Kortisol protein
memobilisasi
as.lemak
Atropi tulang Atropi kulit Atropi Otot
As.lemak di plasma
Osteoporosis
Lemah
Striae
Penumpukan lemak
Trauma jatuh
MK. Intoleransi
Distribusi lemak Aktivitas
MK. Nyeri
sentral
akut
Obesitas trunkus

MK. Ggn Citra


Diri

Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air akibat kortisol

meningkat.

2. Nyeri akut berhubungan dengan cedera akibat jatuh.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan atrofi otot akibat sintesis protein di otot

menurun.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan obesitas, jerawat dan moon face.

Intervensi, Implementasi

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium akibat kortisol dalam

darah meningkat

Tujuan: Perawatan diberikan dalam 3x24 jam volume cairan dalam batas normal

Kriteria hasil : volume cairan stabil, pemasukan dan pengeluaran seimbang, berat badan

stabil, TTV rentang normal

Intervensi Rasional

Observasi masukan dan keluaran, catat Menunjukan status volume sirkulasi, terjadinya

keseimbangannya. perbaikan atau perpindahan cairan,


Timbang berat badan tiap hari peningkatan BB sering menunjukkan retensi

cairan lanjut

Peningkatan tekanan darah biasanya

berhubungan dengan kelebihan volume cairan


Pantau tekanan darah
tetapi mungkin tidak terjadi karena

perpindahan cairan keluar area vaskuler

Perpindahan cairan pada jaringan sebagai

akibat retensi natrium dan air, penurunan


Observasi derajat perifer atau sentral yang
albumin dan penurunan ADH.
mengalami edema dependen
Menentukan derajat edema yang sedang

dialami agar intervensi dapat dilakukan dengan

tepat

Penurunan albumin serum memperngaruhi


Pantau albumin serum dan elektrolit
tekanan osmotic koloid plasma,
(khususnya kalium (Ca) dan natrium (Na).
mengakibatkan pembentukan edema

Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi Natrium mungkin dibatasi untuk

meminimalkan retensi cairan dalam area

ekstravaskuler

Tindakan kolaboratif pemberian obat Menekan produksi kortisol sehingga sintesis

protein dapat ditingkatkan, mengurangi retensi

natrium, edema dapat diminimalisir


Nyeri akut berhubungan dengan cedera akibat jatuh

Tujuan: Perawatan diberikan dalam 1x24 jam nyeri yang dirasakan bisa berkurang bahkan

hilang

Kriteria hasil : TTV stabil, klien mampu mengeskpresikan rasa nyeri telah berkurang

Intervensi Rasional

Homeostasis tubuh sangat dipengaruhi oleh

kondisi stres akibat nyeri yang dirasakan.


Observasi tekanan darah klien
Tekanan darah biasanya meningkat pada

kondisi tersebut

Observasi klien agar mampu

menggambarkan PQRST, hal apa yang


Tindakan yang akan dilakukan bisa tepat
memicu nyeri, di daerah mana nyeri itu
sesuai target
dirasakan, seberapa nyeri (kita bisa memberi

skala nilai nyeri kepada klien )

Hindari gerakan berlebih yang mampu Meminimalisir rasa nyeri yang dirasakan

memicu rasa nyeri sehingga homeostasis tetap stabil

Ajarkan klien untuk distraksi, pengalihan Meminimalisir rasa nyeri yang dirasakan

rasa nyeri dengan istirahat atau dengan tidak fokus pada rasa nyeri melainkan

berkomunikasi dengan klien pada kegiatan lain

Tindakan kolaborasi dengan dokter untuk Menekan rasa nyeri dengan obat analgetik

pemberian analgetik seperti asam mefenamat

Tindakan kolaboratif untuk foto rontgen Mengantisipasi tindakan tepat selanjutnya


apabila nyeri masih dirasakan mungkin ada untuk mengurangi nyeri dengan melihat area

perubahan posisi tulang akibat jatuh dan yang terasa nyeri

butuh tindakan lanjut

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan atrofi otot akibat sintesis protein di otot

menurun

Tujuan: Perawatan diberikan dalam 2x24 jam klien mampu beraktivitas sedikit (mobilisasi)

Kriteria hasil : klien mampu untuk bergerak dari tidur hingga duduk sampai berjalan secara

bertahap

Intervensi Rasional

Menurunkan permintaan untuk metabolisme

Batasi aktivitas klien pembentukan energi oleh tubuh saat

beraktivitas

Menilai kadar kortisol yang ada di dalam


Observasi kadar kortisol klien dengan
darah, sehingga mempunyai acuan untuk
pemeriksaan laboratorium darah
menurunkan kadar kortisol

Tindakan kolaboratif pemberian obat Menekan produksi kortisol sehingga sintesis

protein dapat ditingkatkan, mengurangi retensi

natrium, edema dapat diminimalisir

Latih klien untuk bergerak secara bertahap


Perlu dilatih untuk meningkatkan kekuatan
dari posisi berbaring, miring ke kanan dan ke
otot klien dan menilai sejauh mana gerakan
kiri dilanjutkan posisi duduk, berdiri dan
yang dapat dilakukan
berjalan
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan obesitas, jerawat dan moon face

7.

Tujuan: Perawatan diberikan dalam 2x24 jam klien mampu mengeskpresikan diri dan

mampu menerima kondisi

Kriteria hasil : Klien tidak mengeluh, klien mampu berkoordinasi atau bekerjasama dengan

perawat dalam tindakan keperawatan, klien dapat membicarakan diri sendiri

secara positif

Intervensi Rasional

Dengan hubungan saling percaya, klien akan


Bina hubungan saling percaya
dapat mengungkapkan perasaannya dan

masalahnya

Observasi tingkat pengetahuan pasien Mengidentifikasi luas masalah dan perlunya

tentang kondisi dan pengobatan intervensi

Beberapa pasien memandang situasi sebagai

tantangan, beberapa sulit menerima perubahan


Diskusikan arti perubahan pada pasien
hidup/penampilan peran dan kehilangan

kemampuan control tubuh sendiri

Menyampaikan harapan bahwa klien mampu

Anjurkan orang terdekat memperlakukan untuk menjalani situasi, tidak akan ada yang

pasien secara normal dan memberi dukungan berubah perhatiannya kepada klien dan

suportif (tidak merendahkan) membantu untuk mempertahankan perasaan

harga diri dan tujuan hidup

Jelaskan apa yang menyebabkan Penting sebagai edukasi agar klien mampu
pertambahan berat badan, jerawat dan moon mengubah pola pikirnya

face yang sedang dialami

Hindari faktor risiko pemicu kenaikan Kenaikan kortisol semakin membuat kondisi

kortisol klien menurun

Penatalaksanaan pada pasien

Medikamentosa :

a) Hentikan obat kortikosteroid secara tapering off  sambil mengkontrol keadaan klien

b) Untuk hipertensi diberikan ACE-inhibitor dan ARB

c) Untuk osteoporosis diberikan kalsium, vitamin D, dan bifosfonat untuk meningkatkan

matriks tulang

d) Untuk asthma diberikan bronkodilator non steroid

Non medikamentosa :

a) Hindari pemicu terjadinya asma (alergen)

b) Jangan minum obat sembarangan  bahaya efek samping

c) Diet (rendah garam,rendah kalori,tinggi protein dan tinggi kalium)

d) Konsultasi ke ahli penyakit dalam,orthopedik dan rehabilitasi medik

Você também pode gostar