Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh :
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan
atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas
yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan (Boushey, 2005; Bousquet, 2008)
Asma bronkial adalah penyakit obstuksi jalan nafas yag dapat pulih den
intermiten yang ditandai oleh penyempitan jalan napas, sehingga
mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. Eksaserbasi akut terjadi dari
beberapa menit sampai jam, serta bergantian dengan periode bebas gejala
(mubarak 2015: 98).
Asma adalah serangan dispnea paroksima berulang disertai mengi akibat
kontraksi spas media bronki, keadaan ini biasanya disebabkan manifestasi
alergi atas sekunder akibat kondisi kronis atau berulang (Porlands 2012:114).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan
peradangan. Penyempitan ini bersifat sementara (Amin 2013:40).
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
a. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung
(septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk kedalam lubang
hidung.
b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di
belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama
koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan
ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan
lubang laring dan ke belakang lubang esofagus).
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring
sampai ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di
bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang
tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan m
akanan menutupi laring.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang
dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan
yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam
diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,
hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di
belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2
buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V,
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set
yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah
tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari
pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus
kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12
cincin mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang
lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli
tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdap
at gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembung
alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran
udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah
(paru-paru kiri dan kanan)
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus
(belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus
inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari
pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri
dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10
segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen
pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah
segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3
buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi
lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan
ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus
terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini
bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus
alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang
diameternya antara 0,2-0,3 mm.
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah
rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat
tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak
jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura
. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput
dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungk
us paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga
dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum
(hampa) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga
terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki
permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan
dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.
2. Fisiologi
2. Asma Intrinsik
1. Asma bronkial.
2. Asma kardial
2. Persisten ringan : Gejala lebih dari satu kali /minggu tapi kurang dari
1x sehari
4. Persisten berat : gejala terjadi setiap hari dan seranga terjadi sering.
D. Patofisiologi
Ciri khas pada asma bronkial adalah terjadinya penyempitan bronkus, yang
disebabkan oleh spasme atau konstriksi otot-otot polos bronkus, pembengkakan
atau edema mukosa bronkus, dan hipersekresi mukosa/ kelenjar bronkus
(Smeltzer, 2002; Sundaru, 2001). Saluran nafas yang sering terserang adalah
bronkus dengan ukuran 3-5 mm, tetapi distribusinya meliputi daerah yang luas.
Walaupun asma pada prinsipnya adalah suatu kelainan pada jalan pernafasan,
akan tetapi dapat pula menyebabkan gangguan pada bagian fungsional paru
(Rab,1996). Smeltzer (2002) menjelaskan lebih lanjut bahwa otot-otot bronkial
dan kelenjar mukosa membesar. Sputum yang kental banyak dihasilkan dan
alveoli menjadi hiperinflasi dengan udara terperangkap dalam jaringan paru
(Smeltzer, 2002). Ketiga faktor tersebut selanjutnya dapat menimbulkan
hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis pernafasan pada tahap yang sangat
lanjut.
E. Pathway
F. Etiologi
G. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronkial adalah batuk dispnea
dan mengi. Selain gejala di atas ada beberaa gejala yang menyertai diantaranya
sebagai berikut (Mubarak 2016:198):
2. Gelisah
3. Dia Foresis
5. Kelelahan (Faigue)
7. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada
disertai pernafasan lambat.
9. Sionss sekunder
11. Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat
hilang secara spontan.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sputum
2. Pemeriksaan darah
c. Pada pemriksaan faktor alergi terdapat I9E yang meninggi pada waktu
serangan dan menurun pada waktu penderita bebas dari seragan.
3. Foto Rontgen
4. Penatalaksanaan
1) Edukasi penderita
Ny. J 73 tahun datang ke Rumah Sakit diantar oleh anak perempuannya dengan
keluhan sesak napas disertai batuk tetapi sulit untuk mengeluarkan dahak, dan
pusing. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil : Bentuk dada asimetris, kulit
keriput, pasien batuk kering, tidak ada lesi, terdapat retraksi, pasien nafas dangkal.
Dari hasil observasi didapatkan hasil : tingkat kesadaran composmentis, dan hasil
TTV : TD = 140/70 mmHg, RR= 35 x/menit, suhu = 36,5 C, N = 94 x/menit. Dan
hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil : /trombosit = 435.000 /mm3,
Leukosit = 6.800 /mm3. Klien saat ini mendapat terapi RL + Aminophilin 20 Tpm,
O2 kanul binasal 4 liter/menit, Ventolin per 8 jam, Fexotid per 8 jam, ISDN 3 X 1/2
, CPG 1 X 1, Diovan 1 x 40
A. Pengkajian
1. Identitas
Pasien
Nama : Ny. J
Umur : 73 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Nomor CM : 414461
Nama : Ny. M
Umur : 45 Tahun
2. Riwayat Kesehatan
80Th 73Th
Tn.A Ny.J
Ny. W Tn.N
48Th
46Th 46Th 43Th
Tn.B
Ny.M
21Th An.C
An.A 24Th 19Th An.R
Riwayat Sosial
Keluarga pasien mengatakan pasien jarang mengeluh sakit, keluarga pasien
mengatakan hubungan pasien dengan baik.
Riwayat Spiritual
Keluarga pasien mengatakan pasien sebelum sakit shalat 5 waktu dengan
rajin tetapi selama sakit pasien tidak melaksanakan shalat 5 waktu karena
kondisi yang tidak memungkinkan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keluhan umum : lemas, lemah
b. Tingkat kesadaran : composmentis
c. Pengukuran antropometri
BB : 35 Kg
TB : 140 cm
IMT : 17,85 Kg/m2
d. Tanda vital :
TD : 140/70 mmHg
N : 94 x / menit
RR : 35 x / menit
S : 36,5 °C
e. Pemeriksaan Kepala
1) Kepala
Bentuk kepala Brakhiocephalus, simetris, tidak ada luka, rambut
pasien sudah berwarna putih, kulit kepala pasien bersih.
2) Leher
Leher pasien simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada lesi terdapat stroma pada leher sinistra dengan diameter
± 3 cm, stroma saat dipalpasi teraba keras.
f. Pemeriksaan Wajah
1) Mata
Konjungtiva tidak anemis, keluarga mengatakan mata pasien masih
bisa melihat dengan jelas.
2) Telinga
Keluarga pasien mengatakan pasien pendengarannya masih bisa
mendengar dengan jelas, telinga simetris, tidak ada luka, telinga
pasien terlihat bersih.
3) Hidung
Simetris, pada hidung pasien terdapat sekret, Hidung pasien tidak
ada pembesaran polip.
4) Mulut
Mulut pasien terlihat berwarna pucat, kering, simetris, tidak ada
stomatitis.
g. Pemeriksaan Thoraks/ dada
Inspeksi
Bentuk dada asimetris, kulit keriput, pasien batuk kering, tidak ada lesi,
terdapat retraksi, pasien nafas dangkal.
Auskultasi
Catatan Dokter : vesikuler +/+ , Ronchi +/+, Wheezing +/+
h. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Pertumbuhan rambut tidak ada, simetris, tidak ada benjolan, terdapat
retraksi.
Auskultasi
Bising usus : 22 x/menit
Perkusi
Kuadran I : dull
Kuadran II : dull
Kuadran III : tympani
Kuadran IV : tympani
Palpasi
Saat abdomen dipalpasi pasien mengatakan tidak nyeri.
i. Pemeriksaan Genetalia
Tidak terkaji, pasien memakai pampers.
j. Pemeriksaan Ekstermitas
Ekstermitas atas : anggota gerak lengkap, tidak ada fraktur, capillary
refill tidak lebih dari 3 detik, ekstermitas dapat digerakkan dengan baik.
Ekstermitas bawah : anggota gerak kaki lengkap, tidak ada fraktur,
ekstermitas dapat digerakkan dengan baik, tidak ada luka.
k. Pemeriksaan Kulit / Integument
Kulit terlihat tidak ada lesi, turgor kulit jelek, struktur keriput, akral
dingin.
3. Hasil EKG
HR : 94 bpm
4. Data Penunjang
Hasil Lab tanggal 18 Febuari 2019 pukul 06.00 WIB
Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 12,4 gr% 12 – 16 gr%
A Leukosit 6800 µ/l 4300 – 11400 µ/l
Trombosit 435.000 150.000 – 450.000
HCT/HMT 36 % 37 %
Glukosa sesaat 141 mg/dl 76 – 110 mg/dl
SGOT 14
SGPT 17
Cholesterol Ttl 234 mg/dl 50 – 220 mg/dl
HDL Chlorest 70 mg/dl 55 – 65 mg/dl
LDL Chlorest 154 <150 mg/dl
Tryglyserida 49 mg/dl <200 mg/dl
CK-MB 12
LDH 70 µ/l <480 µ/l
Urea 5 mg/dl 15 – 45 mg/dl
Creatinine 0,6 mg/dl 0,6 – 1,3 mg/dl
5. Terapi
- RL + Aminophilin 20 Tpm
- O2 kanul binasal 4 liter/menit
- Ventolin per 8 jam
- Fexotid per 8 jam
- ISDN 3 X 1/2
- CPG 1 X 1
- Diovan 1 x 40
B. Analisa Data
Hari, tanggal : Selasa, 19 Februari 2019
Waktu : 18.00 WIB
Data Masalah Penyebab
DS : Tidak efektifnya Akumulasi mukus.
- Pasien mengatakan batuk bersihan jalan nafas
dengan dahak
- Pasien mengatakan di
lehernya seperti ada dahak
yang mengumpul,
- Pasien mengatakan saat
dibatukkan dahak susah
untuk keluar,
- sputum yang keluar
berwarna putih kental
DO :
- Pasien nafas dangkal.
- Catatan Dokter :
vesikuler +/+ , Ronchi +/+,
Wheezing +/+
- TTV
TD :140/70 mmHg
N : 94 x / menit
S : 36,5 °C
C. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan Akumulasi
mucus ditandai dengan
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan Penurunan ekspansi paru
ditandai dengan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan
D. Perencanaan Keperawatan
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mubarak, W dkk. 2015. Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap Dalam
Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma
Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro